Bab 2 Berkenalan Dengan Dunia Open Source-Libre
Bab 2 Berkenalan Dengan Dunia Open Source-Libre
Open Source
Taksonomi Software
Sebelum berkenalan dengan dunia open source, ada baiknya kita kenali dahulu berbagai jenis
software menurut biaya lisensi dan ketersediaan source-codenya. Menurut Robert Charpentier
dan Richard Carbone (2004), berbagai jenis lisensi software dapat disusun dalam taksonomi
berikut:
Pada gambar di atas, ada dua lisensi utama, yaitu free (gratis) dan propietary yang meminta
kompensasi biaya atas pembelian atau penggunaan perangkat lunak. Pengembang pada kedua
jenis lisensi utama tersebut dapat menerapkan skema open source (menyediakan source code)
maupun closed source (tidak menyediakan source code). Sehingga dapat ditemui adanya
perangkat lunak gratis yang tidak open source, maupun perangkat lunak berbayar yang open
source. Pada skema open source, ada yang dikembangkan oleh perusahaan (corporate) dan
komunitas (collaborative). Piranti lunak open source kolaboratif ada yang sudah matang (mature)
dan sedang dalam pengembangan (in development). Bagi pemula, disarankan menggunakan
piranti lunak yang sudah matang. Karena mengandung resiko yang lebih kecil.
Secara sederhana, ada dua kategori lisensi software yang banyak dipakai, yaitu:
1. FOSS (Free / Open Source Software) adalah dua istilah yang maksudnya hampir sama,
yakni program yang tidak perlu biaya izin (free = bebas) digunakan dan kode sumbernya
tidak dirahasiakan (open = tersedia), sehingga cara kerjanya dapat dipelajari, lalu
dikembangkan, dan disebarluaskan. Contoh: Linux, OpenOffice, GIMP, Inkscape.
2. PCSS (Proprietary / Closed Source Software) adalah program yang hanya dimiliki
pembuatnya (terikat). Pengguna hanya dapat menggunakan jika membeli lisensi
(mendapatkan izin). Pihak lain tidak dapat mempelajari cara kerjanya (tertutup), tidak
pula mengembangkan dan menyebarluaskan. Contoh: Windows, MS Office, Photoshop,
CorelDraw.
Seorang profesor dari universitas terkemuka di Amerika pada awal tahun 90-an pernah
meramalkan, bahwa di masa depan nanti, hampir semua perangkat lunak di dunia akan diberikan
secara gratis kepada siapa saja yang membutuhkan. Alasannya cukup sederhana sebagai
berikut:
perangkat lunak dibangun berdasarkan sebuah algoritma tertentu;
algoritma pada hakekatnya berasal dari hasil ide atau buah pemikiran seseorang;
akan semakin banyak orang yang memiliki ide dan pemikiran cemerlang sejalan dengan
kebutuhan manusia yang bertambah dan berubah-ubah;
karena banyak orang yang dengan rela dan kesadarannya kerap memberikan ide atau
pemikirannya secara gratis kepada banyak orang, maka dengan kata lain perangkat
lunak akan diberikan secara cuma-cuma kepada siapa saja yang membutuhkannya.
Pada mulanya profesor ini menyangka bahwa tipe perangkat lunak yang akan pertama-tama
diberikan secara gratis dengan konsep open source adalah aplikasi, ternyata yang lahir terlebih
dahulu adalah tipe sistem operasi yaitu Linux. Karena sistem operasi merupakan dasar atau
fundamental dari sebuah arsitektur perangkat lunak, maka perkembangan konsep open source
yang diramalkan profesor tersebut percepatannya lebih tinggi dari yang dibayangkan.
7. Distribusi Lisensi
Hak-hak yang melekat pada program harus dapat diterapkan pada seluruh pengguna; tanpa
memerlukan tambahan lisensi.
Alasan Logis: klausa ini dimaksudkan untuk menghindari penutupan software secara tidak
langsung.
8. Lisensi Tidak Boleh Spesifik pada Produk tertentu
Hak-hak yang melekat pada program tidak boleh mensyaratkan program tersebut mnejadi bagian
dari distribusi software tertentu. Jika program tertentu digunakan atau didistribusikan secara
terpisah dari distribusi softwarenya, namun tetap mengikuti lisensi berlaku pada program
tersebut, maka seluruh pihak yang menerima atau menggunakan program tersebut harus
menerima hak yang sama dengan mereka yang mendapatkannya bersama distribusi software
aslinya.
Alasan Logis: klausul ini mencegah jenis jebakan lisensi yang lain.
9. Lisensi Tidak Boleh Membatasi Software Lain
Lisensi tidak boleh membatasi software lain yang didistribusikan bersama program yang
dilisensikan. Misalnya, lisensi tidak boleh memaksa bahwa program lain yang didistribusikan
dalam media yang sama harus merupakan software yang open source.
Alasan Logis: Distributor software open-source memiliki hak untuk menentukan pilihan
mengenai software mereka. Lisensi GPL (GNU General Public License) juga mengadaptasi hal
ini. Software yang menggunakan pustaka berlisensi GPL hanya diharuskan berlisensi GPL bila
membentuk satu software yang sama, bukan pada software apa saja yang didistribusikan
bersamanya.
10. Lisensi Harus Netral Terhadap Teknologi
Penyediaan lisensi tidak boleh mengharuskan penggunaan teknologi atau tampilan grafis
tertentu.
Alasan Logis: Penyediaan lisensi ini ditujukan secara spesifik pada lisensi yang mengharuskan
adanya tindakan yang secara ekplisit menunjukkan ekspresi persetujuan dan mengadakan
kontrak antara pengguna software yang dilisensikan dengan pembuat lisensinya. Penyediaan
lisensi yang mengharuskan click-wrap dapat menimbulkan konflik dengan beberapa metode
penting dalam distribusi software seperti misalnya: download melalui FTP (File Transfer
Protocol), CD-ROM berisi kumpulan aplikasi, atau mirror web; beberapa di antaranya dapat
menghalangi atau mencegah penggunaan kembali kode program. Maka adaptasi penyediaan
lisensi harus memungkinkan (a) distribusi software bisa dilakukan di jalur non-web yang tidak
mendukung click-wrap pada proses download dan (b) kode program yang tercakup dalam lisensi
(atau penggunaan kembali sebagian dari kode program yang tercakup) harus dapat dijalankan
dalam lingkungan tanpa tampilan grafis yang tidak dapat mendukung dialog pop-up.
Kernel Linux memang dilepas secara cuma-cuma oleh Linus Torvalds. Begitu pula dengan
berbagai software dari proyek GNU (GNU is Not UNIX) yang dirintis oleh Richard M Stallman
(RMS) dengan Free Software Foundation-nya. Akan tetapi Richard sangat tidak setuju dengan
pemahaman bahwa free adalah gratis. Free yang ia maksud adalah freedom atau kebebasan.
Free di sini tidak ada kaitannya dengan uang. Siapa pun bisa menjual atau mengambil manfaat
dari free software. Dia mendefinisikan kebebasan dalam empat tingkat, dari nol sampai tiga.
Kebebasan satu untuk mempelajari dan memodifikasi sesuai kebutuhan anda. Akses ke
source code menjadi prasyarat agar hal ini dapat dilakukan.
Kebebasan dua untuk disebarluaskan atau bebas dikopi agar anda bisa membantu
tetangga atau lingkungan sekitar anda dalam menggunakan software tanpa takut
Kebebasan tiga adalah untuk meningkatkan kemampuan program yang anda gunakan
melanggar lisensi.
Free Software Foundation (FSF) adalah organisasi utama yang menjadi pendukung proyek GNU.
FSF menerima dukungan dana dari berbagai perusahaan atau yayasan, namun juga tergantung
pada dukungan dari individu seperti anda. FSF meminta setiap orang agar bergabung menjadi
anggota asosiasi, membeli manual, atau dengan menyumbangkan dana. Jika anda
menggunakan free software dalam bisnis, anda bisa mempertimbangkan untuk membeli
distribusi deluxe dari sistem GNU sebagai salah satu cara untuk memberi dukungan pada FSF.
Proyek GNU mendukung misi dari FSF untuk menjaga, melindungi, dan mempromosikan
kebebasan untuk menggunakan, menyalin atau memperbanyak, meningkatkan kemampuannya,
dan merilisnya ke publik kembali, serta mempertahankan hak-hak pengguna free software. FSF
juga mendukung kebebasan berpendapat, penyebaran literatur, dan asosiasi di Internet, hak
menggunakan perangkat lunak enkripsi untuk komunikasi pribadi, dan hak untuk membuat
perangkat lunak yang tidak diganggu oleh monopoli.
Situs web Free Software Foundation
Linux Foundation
The Linux Foundation merupakan pemberi dukungan utama terhadap perkembangan Linux.
Lembaga ini didirikan pada tahun 2007 dengan menggabungkan Open Source Development
Labs (OSDL) dan Free Standard Groups (FSG). The Linux Foundation adalah konsorsium nirlaba
yang bertujuan membantu mengembangkan pertumbuhan Linux. Kegiatan utamanya adalah
mempromosikan, melindungi, dan membuat standar Linux dengan menyediakan layanan dan
sumber-sumber standar yang dibutuhkan oleh open source untuk bersaing dengan closed
platform.
Perlindungan terhadap Linux dilakukan dengan menjadi sponsor bagi Linus Torvalds dan
pengembang utama kernel Linux. Hal ini dilakukan agar mereka dapat tetap independen dan
bekerja secara full-time untuk mengembangkan Linux. Kekuatan sebuah platform diukur dari
kekuatan aplikasi pendukungnya. Maka The Linux Foundation juga menyediakan dukungan dan
layanan standarisasi bagi pengembang aplikasi di Linux, termasuk Linux Standard Base (LSB)
dan Linux Developer Network. Sehingga diharapkan banyak developer akan tertarik
mengembangkan aplikasi untuk platform Linux.
Anggota Platinum sekaligus pendiri The Linux Foundation adalah Fujitsu, Hitachi, HP, IBM, Intel,
NEC, Novell, dan Oracle. Sedangkan Gold Member antara lain AMD, Cisco, Google, Motorola.
Selain itu, masih ada Silver Member yang terdiri dari Adobe, Canonical, Dell, Konica-Minolta,
Mitsubishi, Montavista, Nokia, Toshiba, Redhat, VMWare, Sun Microsystem, dan NTT. Jumlah
anggota dapat bertambah setiap saat. (LinuxFoundation.org, 2008)
Model open source juga berarti peningkatan keamanan; sebab kode program terbuka untuk
publik dan dapat diteliti baris demi baris; dan permasalahan atau bug ditemukan dan diperbaiki
dengan cepat; bukannya malah disembunyikan/dirahasiakan sampai ditemukan oleh orang yang
salah. Ia juga merupakan jalan bagi kumpulan individu dapat bekerja sama dan memiliki
kesempatan untuk mengalahkan monopoli. Peningkatan reliabilitas merupakan hal terpenting di
antara keuntungan-keuntungan dari pemanfaatan open source. Pada kasus Year 2000 /
Millenium bug, sistem closed source menjadikannya lebih buruk dan dapat membunuh bisnis
anda dengan sangat baik.
Mengenai Reliabilitas
Gerald P. Weinberg pernah menyatakan dengn yakin bahwa, "Jika para insinyur membangun
rumah-rumah sebagaimana para programmer membangun program, maka burung pelatuk
pertama yang datang akan menghancurkan seluruh peradaban". Dia benar. Hingga saat ini,
reliabilitas sebagian besar perangkat lunak sangatlah buruk.
Fondasi dari masuknya open source ke dunia bisnis adalah reliabilitas yang tinggi. Perangkat
lunak open source adalah perangkat lunak yang telah mengalami peer-review. Alias telah
dievaluasi secara profesional oleh berbagai pihak yang berpartisipasi. Sehingga memiliki
reliabilitas lebih tinggi dibandingkan perangkat lunak closed-source atau propietary. Kode
program dari perangkat lunak open source adalah perangkat lunak setangguh rompi anti peluru
yang paling bagus yang pernah ada.
Hingga beberapa waktu terakhir, hal ini dianggap sebagai ide redikal oleh banyak orang yang
bergelut di dunia bisnis. Banyak yang meyakini bahwa perangkat lunak open source tidak dibuat
secara profesional, yang dibuat dengan murah dan berkonotasi murahan sehingga lebih mudah
mengalami kerusakan atau kegagalan daripada perangkat lunak propietary.
Akan tetapi infrastruktur internet menjadi bukti yang paling nyata mengenai hal ini. Dan sejak OSI
(Open Source Initiative) didirikan pada 1998, banyak orang mulai memberikan perhatian. Coba
amati DNS, sendmail, berbagai implementasi TCP/IP open source, dan bahasa pemrograman
skrip seperti Perl dan PHP yang berada di balik sebagian besar situs web yang ada. Mereka
adalah mesin utama internet. Bayangkan bila berbagai produk open source tersebut tidak ada.
Bisakah anda bayangkan hidup tanpa internet? Windows pun bisa menjelajah internet
menggunakan produk open source tersebut sebagai mesinnya.
Bila anda masih belum percaya, silahkan buka sebuah halaman web. Anda bisa menggunakan
browser dan sistem operasi apapun. Anda akan selalu bisa melihat bagaimana halaman web
tersebut dibuat. Sebab, selalu ada menu View Source atau View Page Source. Ya, internet
dan HTML adalah produk open source. Sehingga anda selalu bisa mempelajari bagaimana orang
lain membuat tampilan web yang atraktif. Anda bisa melihat kode program htmlnya hanya
dengan klik menu View Source atau View Page Source.
Program-program open source tersebut telah menunjukkan sebuah tingkatan reliabilitas dan
kekuatan untuk menangani perubahan kondisi yang sangat cepat. Misalnya, pertumbuhan dan
ukuran internet yang berkembang begitu cepat dan menjadi begitu besar. Sehingga tidak perlu
berdecak kagum bila dihadapkan dengan perangkat lunak komersial.
Anda dapat membaca argumentasi teknis yang lebih lengkap mengenai reliabilitas perangkat
lunak secara umum dalam makalah "The Cathedral and the Bazaar". Makalah ini berisi tentang
contoh kasus Netscape yang menjadi pionir dalam memutuskan melepas client softwarenya
menjadi proyek open source. Makalah tersebut menjelaskan metode bazaar dalam mengelola
pengembangan perangkat lunak open source dan mengarahkan pada reliabilitas dan kualitas
yang tinggi.
Bukuti-bukti dari dunia nyata mendukung hal ini. Dalam uji reliabilits, sistem Unix open source
lebih jarang mengalami crash atau hang dibandingkan perangkat lunak propietary sejenis.
Dampak dari fakta teknis ini bagi dunia bisnis begitu jelas. Dalam jangka panjang, peer-review
dalam metode bazaar dianggap sebagai kondisi yang penting untuk memperoleh kualitas terbaik
dari sebuah perangkat lunak. Di berbagai pasar yang sesuai, perangkat lunak yang belum pernah
mengalami peer-review tidaklah mudah diakui sebagai pengkat lunak yang cukup bagus untuk
bersaing dengan yang lain.
Ketika Microsoft mengembangkan infrastruktur .NET-nya, ia juga membuat produk baru yang
disebut Visual Basic for .NET (VB.NET). Sayangnya, VB.NET sama sekali tidak kompatibel
dengan bahasa VB 6 yang telah banyak digunakan secara luas di dunia industri. Sehingga jutaan
kode program yang telah dibuat dengan VB 6 tidak dapat dijalankan dengan VB.NET tanpa
menulis ulang kode program-nya dari awal. Migration Wizard yang disediakan tidak membantu
karena banyak sekali yang tidak kompatibel.
Kejadian ini mengakibatkan pengeluaran yang sangat banyak. Jika rata-rata biaya yang
dibutuhkan untuk menulis ulang aplikasi Visual Basic adalah sebesar $4,000, dan hanya 10%
dari seluruh 30 juta aplikasi yang perlu ditulis ulang, hal ini berarti bahwa para pengguna VB
harus membayar 12 milyar dolar hanya untuk menulis ulang aplikasi mereka (tanpa tambahan
fungsionalitas).
Berbagai survei menunjukkan bahwa Visual Basic 6 masih jauh lebih populer daripada VB.NET;
survei pada 2004 menemukan bahwa 80% masih menggunakan Visual Basic 5 atau 6,
sementara hanya 19% yang menggunakan VB.NET. Sebuah petisi telah ditandatangani oleh
2000 orang (termasuk 222 MVP) untuk menyatakan protes terhadap keputusan Microsoft, dan
banyak perusahaan yang menyatakan keberatan mengenai biaya yang besar dan seharusnya
tidak perlu untuk menulis ulang aplikasi mereka hanya karena Microsoft tidak lagi memberikan
dukungan pada bahasa asli VB 6.
Namun demikian, Microsoft telah memutuskan untuk menelantarkan Visual Basic 6 dan tidak
mendengarkan ratapan dari sebagian besar pelanggannya. Karena Visual Basic tidak ada
standarnya, dan implementasinya tertutup tanpa adanya alternatif, maka pengguna Visual Basic
pun tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka tidak bisa mengambil alih pengembangannya
sebagaimana yang dapat terjadi pada perangkat lunak terbuka (free/open source software).
Sebagai gantinya, sebagian besar pengembang Visual Basic berpaling pada bahasa
pemrograman yang lain, utamanya C# dan Java.
Misalnya, survei Evans Data menemukan bahwa mereka yang memutuskan berpaling dari Visual
Basic 6, hanya 37% dari mereka yang berencana menggunakan VB.NET; 31% lainnya
berencana menggunakan Java dan 39% sisanya berencana menggunakan C#. Informasi lebih
lanjut bisa didapatkan di ClassicVB.org.
Anda bisa saja mengatakan bahwa biaya besar yang tidak diinginkan ini adalah hukuman bagi
pada pengembang software yang secara tidak bijaksana memilih sebuah bahasa pemrograman
yang tidak memiliki standarisasi, tidak ada alternatif implementasi, dan tidak ada mekanisme
untuk menndapatkan dukungan bila sang vendor memutuskan untuk mengakhiri dukungannya
pada produk aslinya.
Sebaliknya, banyak aplikasi open source yang telah ditelantarkan atau mengalami perubahan
besar dalam strategi sehingga berbeda dengan keinginan para penggunanya. Akan tetapi
dukungannya tidak dihentikan. Apache lahir dari ditelantarkannya aplikasi web server NCSC.
Akhirnya para pengguna bergabung bersama-sama dan mengulang proyek tersebut hingga
menjadi web server nomor wahid.
The GIMP juga ditelantarkan oleh pengembang aslinya, sebelum dirilis secara penuh. Sekali lagi,
pada pengguna bergabung bersama dan membangun kembali proyeknya. Proyek Xfree86 telah
mengubah lisensinya sehingga tidak kompatibel dengan keinginan banyak penggunanya. Hal ini
berakibat pada munculnya proyek lain yang menggantikannya. Tentu saja, jika anda adalah
pengguna tunggal dari sebuah aplikasi open source, barangkali kurang berguna bila anda
menjadi pemimpin dari proyek penerusnya. Namun setidaknya anda memiliki hak untuk
melakukan hal tersebut. Sebuah proyek open source tidak dapat berjalan terlalu jauh dari
keinginan para penggunanya, sebab para pengguna dapat mengambil alih kendali sewaktu-
waktu.
Apakah Perangkat Lunak Propietary Memberikan Legalitas yang Lebih?
Atau, Bukankah Free/Open Source Software Lebih Beresiko di Mata
Hukum?
Hal tersebut tidaklah benar. Beberapa orang memberikan komentar bahwa menggunakan open
source software berarti melepaskan hak-hak yang dapat dituntut bila ada yang tidak berjalan
semestinya. Kenyataannya, semua lisensi propietary juga melanggar hukum, maka keduanya
tidak berbeda. Sebagian besar pengguna juga tidak tertarik untuk menuntut vendor. Mereka
hanya menginginkan sistem yang bekerja dengan baik.
Sebenarnya, dengan perangkat lunak open source, anda menyepakati lisensi dengan mata
terbuka lebar. Anda tahu apa yang anda dapatkan, atau jika tidak, anda bisa mencari orang yang
lebih mengetahui. Lisensi open source menmungkinkan komunitas pengguna memeriksa kode
program untuk menemukan kode-kode jahat dan lubang keamanan serta saling berbagi
pengetahuan mengenai hal tersebut.
Beberapa lisensi mengizinkan para pengguna membuat versi turunan dari kode programnya
untuk memperbaiki masalah yang mungkin muncul dan tidak terlihat oleh pembuat program yang
asli. Mereka membebaskan pengguna untuk menentukan apakah programnya memiliki tingkat
keamanan yang cukup atau tidak. Pada perangkat lunak propietary, anda tidak diizinkan untuk
melihat kode program dan mengubahnya. Anda tidak tahu apa yang anda dapatkan. Jika
perangkat lunak anda mengalami masalah, dan harus segera diselesaikan, anda bisa
memperbaikinya sendiri atau membayar orang untuk memperbaikinya. Pilihan ini sangat
meminimalkan resiko, dan pilihan ini hanya ada pada perangkat lunak open source.
Ada perbedaan legalitas lain yang seringkali tidak disebutkan. Banyak program propietary yang
mensyaratkan bahwa pengguna harus mengizinkan pemeriksaan lisensi. Lalu jika organisasi
yang diperiksa tidak dapat membuktikan bahwa seluruh perangkat lunak yang digunakannya
memiliki lisensi, maka ia harus membayar sejumlah besar uang. Maka dalam beberapa kasus,
bila anda menggunakan perangkat lunak propietary, perbedaan legalitas terbesar adalah sang
vendor bisa saja menuntut anda ke muka pengadilan.
Ada beberapa klaim bahwa program open source membawa resiko tertentu bagi penggunanya,
namun hal ini tidak benar pada kenyataannya. BusinessWeek memuat opini Stuart Cohen dari
Open Source Development Lab; ia menyatakan bahwa usaha SCO untuk menuntut IBM dalam
isu-isu yang berkaitan dengan Linux malah berakibat meningkatnya popularitas Linux dan
menguatkan fondasi legalitasnya. Dia mencatat bahwa banyak pengembang Linux, dibantu oleh
pihak-pihak yang berminat telah melakukan investigasi mendalam pada tuntutan yang diajukan
SCO dan tidak menemukan pelanggaran yang dilakukan oleh Linux.
Pada tahun 2004, GPL akhirnya diuji di pengadilan dan ternyata valid. Tiga hakim di pengadilan
kota Munich, Jerman, memutuskan memerintahkan penghentian distribusi produk Sitecom yang
diturunkan dari program GPL namun gagal memenuhi ketentuan lisensi GPL.
Persyaratan lisensi open source pada umumnya mudah dipenuhi. Meski demikian, sudah ada
bukti kuat bahwa lisensinya sah di mata hukum. Hal ini merupakan kabar gembira bagi para
pemakai perangkat lunak open source. Persyaratan lisensi yang jelas, sederhana, dan konsisten
memudahkan pemahaman mengenai apa yang perlu dilakukan. Bagi para pengembang software
ingin menjaga agar kode programnya selalu tersedia untuk dikembangkan melalui GPL, hal ini
juga merupakan berita baik.
Apakah ada peraturan khusus mengenai penggunaan aplikasi open source
di dalam aplikasi yang kita buat?
Tidak, pada dasarnya aturan yang sama berlaku baik anda memasukkan perangkat lunak open
source ataupun propietary dalam aplikasi yang anda buat. Pada dasarnya, anda hanya bisa
memasukkan aplikasi yang dikembangkan oleh orang lain ke dalam perangkat lunak yang anda
buat hanya jika anda memiliki lisensi untuk melakukannya. Selain itu, anda harus mengikuti
persyaratan yang ada dalam lisensinya. Pada sebagian besar aplikasi propietary, hal ini hanya
bisa dilakukan dengan membayar royalti per unit atau membatasi penggunaannya (misalnya
hanya boleh digunakan untuk pendidikan). Jika anda melanggar aturan tersebut, anda bisa
dibawa ke pengadilan, tidak peduli apakah berupa aplikasi propietary atau open source.
Banyak program propietary yang memasukkan perangkat lunak open source di dalamnya. Hal ini
menunjukkan bahwa hal ini dapat dilakukan secara legal. Misalnya, Microsoft Windows
memasukkan komponen perangkat lunak open source untuk mengimplementasikan kemampuan
internet (yaitu komponen dari University of California at Berkeley, dan kontributornya). Microsoft
Office menggunakan pustaka open source zlib.
Walau bagaimanapun, anda harus menelaah lisensinya terlebih dahulu sebelum menggunakan
kembali aplikasi orang lain dalam program yang anda buat. Hal ini juga berlaku pada dunia
propietary. Beberapa aplikasi open source menerapkan lisensi seperti MIT, BSD, dan sejenisnya
secara eksplisi mengizinkan anda menggunakan aplikasi tersebut dalam sistem anda tanpa biaya
harus membayar biaya royalti selama anda mengikuti aturan-aturan sederhana. Misalnya,
beberapa mensyaratkan agar anda mencantumkan credit dari pengembang aslinya pada
dokumentasi atau pada kode programnya. Ini adalah persyaratan yang sangat murah daripada
anda harus menulis sendiri aplikasi tersebut.
Karen Faulds Copenhaver dari Black Duck Software membuat presentasi berjudul Reviewing
Use of OSS in the Enterprise yang mendiskusikan berbagai mitos, termasuk mitos anda tidak
dapat menjalankan aplikasi open source pada lingkungan propietary. Hal penting yang perlu
diketahui dari sudut pandang pengembang software adalah sama: pahami dan penuhi
persyaratan lisensi yang diminta. Ia juga meyakini bahwa pada umumnya, persyaratan yang
diminta oleh perangkat lunak open source mudah dipenuhi.
Terkadang masalah lisensi ini menjadi faktor penentu dalam memilih aplikasi yang akan
digunakan. Misalnya, ada dua GUI toolkit populer di Linux: Gtk+ yang digunakan dalam
pengembangan proyek Gnome dan Qt yang digunakan dalam pengembangan proyek KDE. Gtk+
dirilis dengan lisensi LGPL, sehingga dapat digunakan dalam aplikasi open source ataupun
propietary tanpa harus membayar biaya lisensi. Qt tersedia secara free di bawah lisensi GPL,
dan dengan biaya royalti tertentu untuk lisensi propietary. Maka jika anda tidak ingin membayar
lisensi (atau peduli mengenai potensi biaya di masa datang dan atau bagaimana biaya tersebut
dapat memperkuat sebuah perusahaan di masa datang) anda bisa memilih menggunakan
pustaka Gtk+.
Sebaliknya, jika anda telah memutuskan untuk melanggar lisensi secara ilegal, jangan membuat
asumsi bahwa anda tidak akan tertangkap. Karena kode program open source tersebar luas,
seringkali begitu mudah menentukan apakah suatu produk mengandung kode program yang
dicuri. Banyak orang benar-benar melakukan analisis mengenai hal ini. Seorang pengembang
software dengan cepat menemukan dan membuktikan bahwa CherryOS mencuri kode program
PearPC.
Intinya adalah, jika ingin menggunakan kode program milik orang lain, teliti dulu lisensi yang
digunakan. Pastikan lisensinya mengizinkan hal tersebut dan penuhi persyaratan lisensi yang
diminta. Baik pada program propietary ataupun program open source.
Jika terjadi penggunaan kode program GPL tanpa sengaja dalam program
yang dibuat, apakah keseluruhan program harus diliris sebagai GPL?
Tidak juga, meski anda bisa memutuskan untuk melakukannya. Lisensi GPL, seperti halnya
berbagai lisensi pada pustaka propietary umumnya, memberikan lisensi penggunaan dengan
syarat tertentu. Banyak pustaka propietary mensyaratkan anda membayar biaya per unit, atau
sejumlah biaya besar untuk penggunaan tak terbatas. Lisensi GPL tidak membutuhkan biaya.
Selain itu juga tidak meminta berbagai batasan-batasan penggunaan seperti pada lisensi
propietary umumnya. Namun lisensi GPL mensyaratkan jika anda memasukkan kode program
GPL dalam program yang anda buat, anda harus merilis keseluruhan kode program sebagai
GPL.
Namun sebenarnya ada tiga pilihan yang dapat dilakukan. Misalnya anda sedang mengerjakan
sebuah proyek propietary. Lalu seorang pemrogram anda, tanpa sepengetahuan anda,
memasukkan kode program GPL ke dalam proyek anda. Jika ini terjadi, pilihannya adalah: (1)
merilis seluruhnya sebagai GPL, (2) menghilangkan kode program GPL tersebut, (3) melakukan
negosiasi dengan pemilik kode program agar kode program GPL tersebut agar dapat dirilis
dengan lisensi yang kompatibel. Pilihan terakhir biasanya memerlukan baya tertentu, dan
beberapa proyek open source mungkin tidak akan mengizinkannya sama sekali.
Ada berbagai cara agar aplikasi propietary dan GPL dapat berjalan bersama, namun lisensinya
harus dipenuhi dengan baik. Kernel Linux adalah program GPL, namun aplikasi propietary dapat
berjalan di atasnya. Tidak ada yang menyalahkan hal ini. Kompiler gcc yang dilisensikan GPL
juga dapat digunakan untuk meng-compile program propietary. Jadi, program GPL dapat
dijalankan oleh program propietary selama benar-benar terpisah.
Apakah Perangkat Lunak Open Source Dapat Menjadi Sumber
Penghasilan?
Jawabannya adalah ya. Ada berbagai perusahaan yang menarik keuntungan dari perangkat
lunak open source, atau menggunakan perangkat lunak open source untuk mendukung aktivitas
perusahaan dalam mencari uang. Banyak artikel dan buku yang telah ditulis mengenai hal ini.
Misalnya, pada Januari 2003, HP melaporkan keuntungan dari bisnis GNU/Linux sebesar 2
milyar dolar. IBM juga mencatat pada 2002 bahwa investasi mereka pada Linux sebesar 1 milyar
dolar telah kembali dalam satu tahun sebagai laba. IBM kini membukukan keuntungan lebih
banyak dari apa yang disebut sebagai penghasilan yang berkaitan dengan Linux daripada
penghasilan yang berasal dari penjualan lisensi paten tradisional. Sementara IBM adalah
pemegang hak paten terbesar di dunia.
Artikel berjudul Firefox Fortune Hunter pada 2004, mencatat bahwa bisnis-bisnis baru tumbuh
dan berkembang pada penyediaan aplikasi berbasis Mozilla dengan biaya tertentu (tidak gratis).
Berbagai organisasi menjadi klien, mulai dari museum hingga perusahaan software dan bahkan
Departemen Pertahanan Amerika Serikat. Pete Collins, dari Mozilla Developers Group,
menyatakan, Bisnis saat ini menggila disebabkan popularitas Firefox. Kami bahkan tidak
memasang iklan. Klien sendiri yang menemukan kami dan menawarkan pekerjaan kepada kami.
Sebagian besar perusahaan yang menghabiskan banyak uang untuk mengembangkan aplikasi
open source memang sengaja melakukannya sebagai sebuah strategi bisnis yang baik bagi
mereka. Hal ini sesuai dengan konsep mikroekonomi, yaitu bahwa setiap produk memiliki
substitusi dan komplemen. Produk substitusi adalah produk lain yang akan anda beli jika produk
pertama yang serupa terlalu mahal. Sedangkan produk komplemen adalah sesuatu yang anda
beli bersamaan (untuk melengkapi) barang lain yang anda beli.
Permintaan terhadap suatu barang akan naik jika harga barang komplemennya turun.
Berdasarkan hukum ini, perusahaan yang pintar akan berusaha membuat komplemen dari
produknya menjadi sebuah komoditi. Misalnya sebuah pabrik mobil melakukan investasi agar
bensin yang dipakai lebih irit. Sehingga perusahaan tersebut akan berhasil menjual lebih banyak
mobil karena mobil yang dibuat lebih irit bensin. Bagi banyak perusahaan, misalnya pembuat
perangkat keras komputer dan organisasi penyedia dukungan, memberi dukungan pada produk
open source ternyata mampu mengubah produk komplemen menjadi sebuah komoditi. Hasilnya,
lebih banyak penjualan (dan tentu saja uang) bagi mereka.
Banyak proyek open source yang pada awalnya memang dimulai dari seorang individu yang
mengerjakannya di waktu luang. Masih banyak proyek yang berjalan dengan metode seperti ini.
Akan tetapi, proyek yang sudah matang dan banyak digunakan orang, atau menjadi yang paling
populer untuk proyek sejenis, cenderung tidak berjalan dengan metode seperti itu. Sebaliknya,
sebagian besar proyek open source yang sudah besar atau menjadi dominan memiliki
perusahaan yang menjadi penopang di belakangnya. Perusahaan tersebut memiliki dana yang
signifikan untuk digunakan dalam proyek tersebut. Hal ini sudah berjalan bertahun-tahun.
Selain itu, kurang tepat jika hanya melihat berbagai perusahaan yang mengeruk keuntungan dari
perangkat lunak open source. Ada sisi lain yang perlu diperhatikan, yaitu sisi permintaan atau sisi
pengguna alias komsumen. Para pengguna dapat menyisihkan dana mereka untuk hal lain
ditambah dengan berbagai keuntungan lainnya jika menggunakan perangkat lunak open source.
Dengan demikian, ada alasan ekonomi yang kuat untuk melakukannya. Setiap orang yang
mampu menyisihkan dana akan berusaha keras untuk terus dapat menyimpan dana tersebut.
Seringkali jauh lebih murah bagi para konsumen untuk bergabung bersama membayar
pengembangan kecil dari sebuah produk open source.
Sebuah vendor propietary dapat menemui masalah jika bersaing dengan produk open source
yang serupa. Penyebabnya adalah produk open source biasanya lebih murah dan membebaskan
pengguna dari kendali vendor. Beberapa vendor open source memang gagal secara finansial.
Namun, hal yang sama terjadi juga pada vendor propietary. Jadi, hal ini sama sekali tidak
menunjukkan bahwa open source tidak akan berhasil.
Pada dasarnya, software sangat berbeda dibandingkan dengan benda fisik bila dipandang
secara ekonomis. Software dapat diperbanyak hingga jumlah yang tak terbatas dan hampir tidak
ada biaya untuk menggandakannya. Tinggal disalin saja. Selain itu, software juga dapat
dikembangkan oleh ribuan pemrogram yang bekerja bersama-sama dengan biaya investasi yang
kecil. Biaya untuk menggerakkan tiap pemrogram dapat ditekan menjadi sangat kecil. Software
juga tahan lama, dalam arti bahwa software (secara teori) dapat digunakan selamanya. Software
yang sama juga dapat digunakan oleh dua orang secara bersamaan tanpa saling mengganggu.
Masing-masing dapat menjalankan salinan software yang sama di komputer masing-masing. Hal
ini tidak berlaku pada benda fisik seperti perangkat keras komputer. Dengan demikian, biaya
marjinal untuk mendistribusikan sebuah paket software hampir mendekati nol. Hal ini mampu
mnejelaskan mengapa Microsoft menjadi kaya dalam sekejap (karena menjual sesuatu yang
biayanya mendekati nol untuk digandakan). Hal ini pula yang membuat banyak pengembang
software open source yang rela mendistribusikan software secara cuma-cuma.
Apakah Open Source Akan Menghancurkan Industri Software?
Tidakkah para pemogram akan kelaparan jika banyak aplikasi menjadi open source? Tidak. Saat
ini, semakin banyak aplikasi open source yang dikembangkan dan didukung secara komersial.
Ada bukti lain yang menarik bahwa 95% perangkat lunak tidak dikembangkan untuk dijual.
Sebagian besar software dikembangkan oleh pengembang software yang dibayar oleh suatu
organisasi untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan demikian, meluasnya penggunaan open
source tidak akan membahayakan sumber penghidupan para pemrogram. Karena jika akhirnya
semua orang menggunakan software yang free (tidak membeli atau membajak software), hanya
akan menghapus 5% dari seluruh pekerjaan pemrogram software.
Perangkat lunak open source tidak mensyaratkan pengembangnya bekerja tanpa dibayar.
Banyak produk open source yang dibangun atau dikembangkan kemampuannya oleh orang yang
memang dipekerjakan untuk hal tersebut atau dikontrak untuk menambahkan fitur tertentu. Jika
suatu organisasi ingin menambahkan kemampuan tertentu pada sebuah produk open source, ia
harus mencari seseorang untuk melakukannya. Bisa jadi orang internal organisasi tersebut,
orang yang terlibat dengan pengembangan produk tersebut, atau pihak ketiga. Artinya, ia harus
membayar orang yang akan melakukan hal tersebut. Model pembayaran seperti ini lebih masuk
akal. Sebab, yang dibayar adalah penambahan fitur spesifik tersebut. Sebagaimana telah
dibahas sebelumnya, biaya yang sebenarnya pada software adalah biaya pengembangan, bukan
biaya penggandaannya.
Ada beberapa cara untuk menghubungkan pihak yang membutuhkan modifikasi tertentu dengan
pihak yang memahami bagaimana melakukan modifikasi tersebut. Salah satunya adalah bounty
system, atau biasa disebut juga sponsor system atau pledge system. Caranya adalah: seorang
pengguna meminta pengembangan atau penambahan fitur tertentu dan menyatakan jumlah yang
akan dibayarnya untuk fitur tersebut. Biasanya, sistem ini mengizinkan orang lain untuk
bergabung. Tujuannya adalah mengumpulkan jumlah yang mencukupi untuk membuat
pengembang tertarik memenuhi permintaan pengembangan atau penambahan fitur tersebut.
Sistem ini bisa dijalankan oleh perorangan atau pihak ketiga. Banyak juga proyek open source
yang memiliki sistem bounty sendiri. Misalnya Mozilla, GNOME, dan lainnya.
Sebaliknya, siapa saja bisa mengusulkan untuk menambahkan fitur tertentu jika orang-orang
mau membayar sejumlah uang. Fundable.org menyediakan fasilitas untuk metode ini. Fasilitas ini
pernah digunakan untuk mengumpulkan dana secara cepat sehingga Frederico Caldeira
Knabben dapat melakukan porting html editornya ke browser Safari milik Apple Macintosh.
Pendekatan yang adalah software ransom. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk mengubah
software propietary menjadi open source. Para pengguna mengumpulkan uang mereka untuk
membayar pemilik software agar dirilis sebagai open source. Contoh untuk pendekatan ini adalah
Blender.org. Ada banyak contoh lainnya. Misalnya Nokia membayar Matthew Allum untuk
secepatnya mengembangkan Matchbox Window Manager agar mendukung Internet Tablet Nokia
N770).
Halaman Jobs in Free Software pada situs Free Software Foundation (FSF) adalah salah satu
tempat pertemuan antara perusahaan sebagai pengguna dan para pengembang yang tertarik
mengembangkan proyek open source tertentu. Tentu ini bukan satu-satunya tempat. Robert
Westervelt melaporkan di situs SearchVB (situs khusus tentang Microsoft Visual Basic) bahwa
pekerjaan di bidang sekuriti, web services, dan Linux terus mendominasi iklan lowongan TI pada
2004.
Pengembangan piranti lunak open source memungkinkan developer pemula untuk mendapatkan
dan meningkatkan pengalamannya. Sekaligus memungkinkan berbagai organisasi menemukan
developer yang mereka butuhkan (dan kemudian membayar untuk menggarap lebih banyak
piranti lunak). Seringkali berbagai organisasi menemukan developer yang mereka butuhkan
dengan melihat proyek open source yang penting bagi mereka. Maka pemimpin suatu proyek
open source memiliki kemungkinan lebih besar untuk diminta mengerjakan pembuatan extension
bagi piranti lunak tersebut atau menyediakan dukungan. Hal ini memupuk harapan bagi
developer pemula. Jika mereka memulai proyek baru atau berkontribusi nyata pada suatu proyek
akan meningkatkan kemungkinan diminta mengerjakan modifikasi bagi kepentingan organisasi
tertentu. Ada contoh nyata dalam teori ini. Salah seorang presenter Netscape pada FOSDEM
(Free and Open Source Software Developers European Meeting) 2002 adalah kontributor proyek
Mozilla milik Netscape. Kontribusi beliau membuat Netscape menawarkan pekerjaan yang
ternyata beliau terima.
Tentu saja open source mempengaruhi industri software. Namun pengaruhnya adalah positif.
Pengguna atau pelanggan adalah pihak yang membiayai secara langsung pengembangan
spesifik yang mereka inginkan. Sehingga pasar akan mendorong para developer open source
mengerjakan pengembangan sesuai keinginan para pengguna/pelanggan. Vendor propietary
berusaha mengidentifikasi kebutuhan pelanggannya melalui departemen pemasaran. Namun
metode tentu kurang efektif dibandingkan dengan pelanggan itu sendiri yang mengidentifikasi.
Pada pengembangan secara open source, para pengguna atau pelanggan menunjukkan secara
langsung fungsionalitas apa yang mereka anggap paling penting. Yaitu dengan cara
memutuskan mana yang akan mereka biayai pengembangannya.
Hal lain yang terlihat kontras adalah motivasi pendanaan produk propietary terkadang tidak
sejalan dengan motivasi penggunanya. Pengembangan secara propietary menyediakan dana
yang cukup besar untuk mencegah penggunaan dan interoperasi produk serupa (pesaing), serta
mencegah penggandaan (kecuali diizinkan secara spesifik oleh vendor). Sehingga ketika suatu
produk propietary digunakan secara luas, vendor yang bersangkutan seringkali lebih
memperhatikan pencegahan penggunaan dan interoperasi serta penggandaan. Bukan berfokus
pengembangan fungsionalitas yang diinginkan oleh para pengguna. Mereka kadang tetap
melakukannya meski tidak sejalan dengan kebutuhan pengguna.
Kecenderungan ini terlihat jelas selama beberapa dekade industri software. Protokol dan format
data yang terus berubah tanpa adanya dokumentasi, media yang mengandung proteksi
penggandaan, dan mekanisme registrasi adalah contoh dari perbedaan motivasi tersebut.
Pengembang aplikasi open source tidak akan kehilangan apa-apa jika penggunanya beralih ke
aplikasi lain, baik propietary atau open source. Sebab, mereka juga tidak menginvestasikan
sejumlah dana untuk kepentingan semacam itu. Banyak perusahaan open source telah didirikan.
Ada yang sukses dan ada yang gagal. Mendirikan perusahaan software memang bukan
pekerjaan mudah dan perlu kerja keras. Saat ini, orang menggunakan dan mengombinasikan
aplikasi open source untuk menyelesaikan masalah yang spesifik dan menjualnya (dengan
dukungan) dengan nilai keuntungan yang besar.
Karen Shaeffer telah membuat tulisan menarik berjudul Prospering in the Open Source Software
Era, yang mendiskusikan efek piranti lunak open source. Misalnya, efek disruptif open source
yang mengubah properti propietary menjadi suatu komoditi dan mendorong inovasi. (berlawanan
dengan propietary yang cenderung mencegah inovasi. Menurutnya, pemenang utamanya adalah
pengguna akhir dan developer software. Sebab, nilai suatu software tidak lagi terletak pada kode
program dasar, nilainya ada pada developer yang bisa dengan cepat beradaptasi dan
memperluas aplikasi open source yang ada untuk memungkinkan berjalannya bisnis, serta
mengetahui tujuan mereka berkaitan dengan peluang yang muncul. Komoditisasi kode program
ini menunjukkan lompatan quantum jauh ke depan dalam efisiensi proses bisnis membawa
developer dengan keahlian langsung ke kelompok bisnis yang memiliki gagasan inovasi.
Apakah Open Source Kompatibel dengan Kapitalisme?
Ya. Beberapa tahun yang lalu ada sebagian orang yang berusaha memberikan stempel
komunis atau sosialis pada open source. Namun demikian, mereka telah gagal dengan
retorika tersebut. Konsep open source cukup konsisten dengan kapitalisme: meningkatkan
kekayaan tanpa mengganggu prinsip-prinsip hak milik pribadi atau kebebasan berkehendak atau
berkarya.
Jika dalam suatu kategori software hanya tersedia produk open source,
akankah hal ini menghilangkan kompetisi?
Tidak. Cukup aneh bahwa aplikasi open source seringkali bersaing satu sama lain dalam kategori
fungsionalitas yang sama. Misalnya editor teks emacs dan vi telah berduel selama beberapa
dekade. Sendmail masih menjadi yang paling populer untuk kebutuhan pengiriman email. Namun
Sendmail senantiasa bersaing dengan Postfix dan Exim. Lingkungan dekstop KDE dan GNOME
pun terus berlomba dengan fitur-fitur terbaru masing-masing. Demikian juga dengan kernel Linux
dan BSD. Secara umum, proyek open source yang bersaing harus memiliki perbedaan khusus
dengan yang lain bila ingin meraih kesuksesan. Perbedaan yang mendasar tersebut dapat
berupa filosofi user interface, pendekatan yang digunakan dalam desain, karakteristik sekuriti,
dan strategi lisensi yang digunakan. Hal ini juga berlaku pada aplikasi propietary yang saling
bersaing. Namun demikian aplikasi open source yang bersaing selalu berusaha agar kompatibel
satu sama lain. Sebab, para pengguna menginginkan hal itu. Terkadang mereka malah saling
membantu dalam urusan teknis.
Misalnya, freedesktop.org menyediakan sebuah forum untuk mendorong kerja sama antar
berbagai desktop untuk X Window System (seperti halnya KDE dan GNOME). Ia juga merupakan
bagian dari Free Standards Group yang berusaha mempercepat penggunaan dan penerimaan
teknologi open source. Usaha tersebut dilakukan melalui pengembangan, penerapan, dan
promosi standarisasi teknologi open source. Bahkan, jika hanya ada satu produk, berbagai pihak
dapat bersaing dalam menyediakan perawatan dan dukungan. Misalnya persaingan antar
distribusi GNU/Linux. Dengan demikian, meski perangkat lunak open source menghilangkan
aplikasi propietary dalam kategori tertentu, kompetisi tidak akan ikut menghilang.
GPL tidak menghancurkan kekayaan intelektual. Melainkan hanya menciptakan aturan main
yang memungkinkan setiap orang dapat berkontribusi secara sukarela dalam pengembangan
suatu proyek dengan meminimalkan kemungkinan dicurinya kontribusi tersebut oleh pihak lain.
Hal ini dapat dianalogikan dengan membuat konsorsium, namun tidak ada yang diminta
mendanai konsorsium tersebut. Tetapi bagi yang bergabung dalam konsorsium harus mengikuti
aturan yang ada. Dapat dipahami bahwa Microsoft ingin mengambil hasil dari konsorsium
tersebut dan memiliki sendiri turunan atau hasil modifikasinya. Namun tidak ada alasan untuk
mempercayai bahwa dunia tanpa GPL adalah dunia yang paling diinginkan oleh para pengguna
atau pelanggan.
Saat ini Microsoft secara aktif mengembangkan dan merawat beberapa proyek open source,
meliputi antara lain Windows Installer XML (WiX), Windows Template Library (WTL), dan
FlexWiki. Jason Matusow, direktur program Microsoft Shared Source menyatakan bahwa
perusahaannya, akan memperluas program open source seiring berjalannya waktu, namun akan
bergerak perlahan-lahan sambil mencoba mempelajari bagaimana berpartisipasi dalam
komunitas open source.
Apakah memiliki akses ke source code adalah sesuatu yang penting?
Sementara itu, ada anggapan bahwa akses ke source code tidak memberikan keuntungan
signifikan. Sebab, orang yang dapat memanfaatkan akses ke source code hanya sedikit. Apakah
memiliki akses ke source code adalah sesuatu yang penting? Jawabannya adalah Ya. Memang
benar bahwa hanya sedikit orang yang memerlukan akses langsung; hanya pengembang atau
peneliti source code yang dapat melakukannya. Namun, tidak memiliki akses pada bagaimana
komputer bekerja adalah hal yang tidak baik. Bob Young dari Red Hat memiliki analogi yang
paling baik untuk hal ini:
Open source gives the user the benefit of control over the technology the user is
investing in... The best analogy that illustrates this benefit is with the way we buy cars. Just
ask the question, Would you buy a car with the hood welded shut? and we all
answer an emphatic No. So ask the follow- up question, What do you know about modern
internal- combustion engines? and the answer for most of us is, Not much.
Hampir tidak ada orang yang akan mau membeli mobil yang mesinnya tidak boleh dibuka.
Meskipun pembeli tidak mengetahui mengenai teknologi terbaru dalam mesin mobil. Pengguna
memerlukan akses ke source code, agar memiliki kendali pada produk yang dibeli agar tidak
tergantung pada vendor. Pembeli dapat saja membawa mobilnya kembali ke dealer bila
ada masalah. Namun bila dealer tersebut tidak meminta biaya yang terlalu tinggi, melakukan
pekerjaannya dengan baik, dan menambahkan fitur yang diinginkan , maka pembeli dapat terus
kembali ke dealer tersebut. Akan tetapi, bila dealer tersebut memintabiaya yang terlalu tinggi,
tidak menyelesaikan masalah kita, dan tidak mau menambahkan klakson dengan musik, maka
masih ada ribuan perusahaan lain yang akan dengan senang hati mengerjakan bisnis kita.
Pada bisnis software propietary, pelanggan tidak memiliki kendali pada teknologi yang
digunakan untuk membangun bisnisnya. Jika vendor meminta biaya yang terlalu tinggi, tidak
memperbaiki bug yang menyebabkan sistemnya menjadi crash, atau memilih untuk tidak
menerapkan fitur yang dibutuhkan, pelanggan tidak punya pilihan lain. Ketiadaan kendali ini
dapat menyebabkan biaya yang tinggi, reliabilitas yang rendah, dan banyak frustrasi.
Evolusi Pengguna Non Teknik dalam Pengembangan Perangkat Lunak Open Source
Skema pengembangan pada platform open source di atas memungkinkan setiap orang
berpartisipasi. Selain itu, ketersediaan aplikasi di masa datang juga terjawab oleh survei Evans
Data pada Oktober 2002. survei ini melaporkan bahwa Linux terus memperluas basis
penggunanya, dan 59% dari responden merencakan untuk membuat aplikasi berbasis Linux
pada tahun berikutnya. Pada November 2001, Evans Data International Developer Survey
Series melaporkan wawancara in-depth dengan 444 pengembang aplikasi dari 70 negara, 48,1
% menjawab akan mengembangkan aplikasi mereka agar berjalan pada Linux mulai tahun
depan. Setengah dari responden menyatakan memiliki kepercayaan yang cukup untuk
menjalankan GNU/Linux pada aplikasi kritis. Sedangkan survei yang dilakukan Saugatuck
Research pada Januari 2007 menyatakan bahwa setengah dari seluruh perusahaan akan
menggunakan Linux dalam waktu 5 tahun.