Anda di halaman 1dari 17

Struktur dan Mekanisme yang Terdapat pada Lengan Bawah

Merlinda (102015163)

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6 Kebon Jeruk, Jakarta Barat

Email: merlinda.2015fk163@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Rangka tubuh manusia tersusun atas jaringan, otot, dan sendi. Tulang memiliki fungsi sebagai pelindung
terhadap organ-organ penting yang ada didalam tubuh seperti jantung dan paru. Selain itu, tulang
merupakan hal penting dalam sistem gerak. Karena tulang membantu tubuh kita agar tubuh kita dapat
duduk serta berdiri dengan kokoh. Sedangkan pada otot, otot mempunyai kandungan protein yang dapat
menyebabkan terjadinya sebuah kontraksi dan juga relaksasi pada otot. Pada tubuh manusia mempunyai
otot yang berbeda yang akan menempel pada setiap tulang. Ini dipengaruhi karena adanya peka rangsang
dan berbagai macam refleks yang ditimbulkan apabila kita melakukan suatu kegiatan yang dapat
merangsang tubuh kita untuk melakukan sesuatu.

Kata Kunci: tulang, otot, refleks, kulit

Abstract

Framework of the human body is composed of tissue, muscles, and joints. Bone has a function as a
protection against the vital organs that exist within the body such as the heart and lungs. Additionally, the
bones are important in the motion system. Because the bone helps our bodies for our bodies to sit down
and stand up firmly. While in the muscles, the muscles have proteins that can lead to a contraction and
relaxation of the muscles. In the human body have different muscles that will be attached on each bone. It
is affected because of their sensitive excitatory and various reflex caused if we do an activity that can
stimulate our body to do something.
Key Words: bones, muscles, reflexes, skin

Pendahuluan

Manusia adalah makhluk hidup yang memiliki berbagai macam organ tubuh dengan struktur yang
kompleks dan fungsi yang berbeda-beda pada setiap organ tubuhnya. Tulang dan otot memegang peranan
besar dalam menyusun struktur yang ada pada organ tubuh manusia. Selain itu tulang dan otot juga

1
merupakan peranan penting dalam semua aktivitas yang dilakukan oleh manusia. Tulang berfungsi untuk
melindungi organ-organ yang rentan namun sebenarnya tulang adalah organ yang sangat dinamis karena
tulang selalu melakukan remodeling dan mengubah bentuknya untuk dapat beradaptasi pada kekuatan-
kekuatan sehari-hari yang menekannya. Terdapat 3 jenis otot pada manusia yaitu otot lurik, otot polos,
dan otot jantung. Dari ketiga jenis otot tersebut, otot lurik memiliki peranan besar dalam tubuh manusia
karena otot luriklah yang membuat kita bisa berjalan, berlari, dan sebagainya. Gerakan-gerakan sederhana
hingga gerakan kompleks, semua itu dilakukan oleh otot lurik. Otot lurik juga melakukan sebuah
mekanisme gerak otot yaitu kontraksi dan relaksasi yang bekerja secara sadar. Proses kontraksi dan
relaksasi yang dilakukan itu membutuhkan energi yang akan didapatkan dari proses metabolisme otot.

Selain tulang dan otot, terdapat juga kulit yang berfungsi untuk melindungi kulit bagian dalam.
Kulit terbagi menjadi 2 lapisan yaitu lapisan epidermis dan dermis. Dimana pada lapisan epidermis
terdapat 5 lapisan yaitu lapisan korneum, lapisan lusidum, lapisan granulosum, lapisan spinosum, dan
lapisan germinativum atau lapisan basale. Sedangkan pada dermis, dermis dibagi menjadi 2 lapisan yaitu
papilare dan retikulare.

Pembahasan

Kulit

Kulit merupakan lapisan yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai
pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar.1 Kulit terbagi menjadi 3 lapisan, yaitu:

Epidermis

Epidermis adalah lapisan yang paling luar pada kulit. Ketebalan epidermis pada setiap bagian
tubuh sangat berbeda-beda, yang paling tebal berukuran 1 milimeter, misalnya pada telapak kaki dan
telapak tangan, dan lapisan yang paling tipis berukuran 0,1 milimeter yang terdapat pada kelopak mata,
pipi, dahi, dan perut. Sel pada epidermis disebut keratinosit.1 Epidermis sendiri dibagi menjadi 5 lapisan,
yaitu:

Startum Korneum

Stratum korneum adalah sel-sel epidermis (sel epitel selapis pipih) yang mati dan
menumpuk menjadi berlapis-lapis2, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak
berwarna, dan sangat sedikit mengandung air. Permukaan stratum korneum dilapisi oleh suatu lapisan
pelindung lembab tipis yang bersifat asam, disebut Mantel Asam kulit.

2
Stratum Lusidum

Stratum lusidum merupakan lapisan bening dibawah stratum korneum, tipis, mengandung
eleidin, sangat tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki karena stratum lusidum merupakan
bagian dari kulit tebal.1,2

Stratum Granulosum

Stratum granulosum adalah lapisan sel yang mengandung pigmen melanin yang
berpengaruh terhadap warna kulit dan memiliki inti yang mengkerut serta berbutir kasar.1,2

Startum Spinosum

Stratum spinosum memiliki sel yang berbentuk kubus dan seperti berduri. Intinya besar
dan berbentuk oval. Setiap sel berisi filament-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein.1,2

Startum Germinativum/Stratum Basale

Stratum germinativum adalah lapisan terbawah epidermis yang terus-menerus melakukan


pembelahan dan mendesak lapisan sel lama ke atas, serta menggantikan sel-sel di lapisan stratum
korneum. Didalam stratum germinativum juga terdapat sel-sel melanosit, yaitu sel-sel yang tidak
mengalami keratinisasi dan fungsinya hanya membentuk pigmen melanin dan memberikannya kepada
sel-sel keratinosit.1,2 Satu sel melanosit melayani sekitar 36 sel keratinosit. Kesatuan ini disebut melanin
epidermal.

Dermis

Dermis adalah lapisan kedua dari kulit dimana pada lapisan sebelah dalamnya terdiri dari jaringan
ikat longgar yang berisi sel-sel lemak. Dermis terdiri dari 2 lapisan yaitu: Startum papilaris (lapisan
bagian atas) dan stratum retikularis (lapisan bagian bawah). Kedua lapisan ini terdiri atas jaringan-
jaringan ikat longgar yang disusun dari serabut-serabut kolagen, serabut elastin, dan serabut retikulus.3

Jaringan subkutan

Jaringan subkutan adalah lapisan yang berada dibawah dermis atau lebih sering dikenal dengan
sebutan hypodermis/subkutis/subkutanea yang terdiri dari lapisan lemak, pembuluh darah, dan limfe serta
saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit.4 Didalam lapisan ini terdapat jaringan ikat yang
menghubungkan kulit secara longgar dengan jaringan dibawahnya yang berfungsi untuk menunjang
suplai darah ke dermis untuk regenerasi. Fungsi dari subkutis/hypodermis ini sendiri adalah untuk

3
melekat kestruktur dasar, isolasi panas, dan cadangan kalori. Ketebalan serta kedalaman dari jaringan
lemak sangat bervariasi disepanjang kontur tubuh. Yang paling tebal adalah didaerah pantat dan yang
paling tipis terdapat dikelopak mata. Jika usia semakin tua, kinerja liposit dalam jaringan ikat bawah kulit
akan menurun sehingga menyebabkan bagian tubuh yang sebelumnya berisi banyak lemak akan
berkurang lemaknya dan membuat kulit mengendur serta semakin kehilangan kontur.3,4

Gambar 1. Struktur Kulit

Sumber: http://obatalergialami.com/wp-content/uploads/2014/11/sistem-ekskresi-pada-kulit-3-638.jpg

Struktur Markroskopik dan Mikroskopik Tulang

Tulang memiliki berbagai macam jenis, baik berdasarkan bentuk ataupun berdasarkan
penyusunnya. Berdasarkan penyusunnya, tulang dapat dibedakan menjadi tulang rawan atau kartilago dan
tulang keras atau osteon.5
Tulang rawan sendiri tersusun atas sel sel tulang rawan atau kondrosit, serat kolagen, dan
substansi dasar.6 Sel sel dari tulang rawan adalah berupa kondrosit, kondroblas, dan fibroblas. Tulang
rawan/kartilago adalah tulang yang bersifat lentur, elastis, dan tidak keras karena tersusun dari sedikit zat
kapur tetapi banyak mengandung zat perekat (kolagen). Unsur penyusun dari tulang rawan adalah
jaringan ikat kartilago. Tulang rawan atau kartilago sendiri dibagi menjadi 3 yaitu tulang rawan hialin,
tulang rawan elastis, dan tulang rawan fibrosa.5,6 Dimana pada tulang rawan hialin memiliki serabut
tersebar dalam anyaman yang halus dan rapat. Sedangkan susunan sel dan matriks dari tulang rawan

4
elastin hampir sama dengan tulang rawan hialin, hanya saja tidak sehalus dan serapat tulang rawan hialin.
Lalu matriks penyusun tulang rawan fibrosa sendiri kasar dan tidak beraturan.
Tulang keras atau osteon terbentuk dari tulang rawan yang mengalami penulangan atau osifikasi.5
Tulang keras atau osteon adalah tulang keras yang bersifat keras dan kuat karena ruang antarselnya
tersusun dari sedikit zat perekat dan banyak zat kapur Kalsium Karbonat (CaCO3) dan Kalsium Phospat
(Ca(PO4)2). Selain itu, tulang keras atau osteon juga tersusun dari sel-sel tulang keras (osteosit) yang
melingkar berlapis-lapis dan masing-masing tulang keras tersebut dinamakan lamela. Ditengah-tengah
susunan sel-sel tulang yang melingkar tersebut terdapat saluran yang disebut Saluran Havers. Didalam
saluran havers ini terdapat serabut saraf, pembuluh darah, dan saluran limfe. Lalu pada lamela yang
tersusun melingkar tersebut terdapat lakuna yang merupakan ruangan bekas sel-sel tulang yang telah mati.
Selanjutnya, lakuna ini dihubungkan dengan saluran Havers oleh saluran-saluran kecil yang disebut
kanalikuli. Saluran Havers, lamela, lakuna, dan kanalikuli tersebut akan membentuk Sistem Havers.7
Tulang keras atau osteon sendiri dapat dikelompokan berdasarkan bentuk dari tulang itu sendiri.
Adapun pembagian tulang berdasarkan bentuk dari tulangnya, antara lain adalah tulang panjang
atau tulang longa contohnya adalah humerus, tulang pendek atau tulang brevis contohnya adalah ossa
carpalia, tulang pipih atau planar contohnya adalah sternum, tulang tak beraturan atau irregular contohnya
adalah vertebrata, serta sesamoidea atau tulang yang berada di tendon dengan fungsi untuk untuk
melekatkan atau menjaga agar tendon jauh dari sendi, contohnya adalah patella.6
Struktur Makroskopik Otot

Yang dimaksud secara makroskopis disini adalah struktur bagian tubuh secara garis besar dan
biasanya secara umum banyak orang ketahui.8 Contohnya adalah otot, tulang, sendi, ataupun bagian tubuh
lainnya.
Otot akan bekerja dengan cara berkontraksi apabila mendapatkan rangsang dari syaraf . Kontraksi
menyebabkan otot menarik tulang yang dilekatinya, sehingga menyebabkan pergerakan pada sendi.
Kontraksi pada otot akan menggerakan tulang ke arah berlawanan. Hasil pergerakan otot menyebabkan
tulang-tulang yang menjadi tempat perlekatan otot dapat digerakkan. Ujung otot yang melekat pada
tulang disebut tendon. Ujung otot yang melekat pada tulang yang cenderung diam disebut origo,
sedangkan yang melekat pada otot yang relative aktif disebut insersio.9
Otot merupakan alat gerak aktif yang mampu menggerakkan tulang, kulit dan rambut setelah
mendapat rangsangan. Otot memiliki empat kemampuan khusus yaitu :

1. Eksitabilitas : Peka terhadap rangsangan, respon terhadap stimuli (impuls).


2. Kontraktibilitas : Kemampuan untuk berkontraksi / memendek.
3. Ekstensibilitas : Kemampuan untuk melakukan gerakan kebalikan dari gerakan yang ditimbulkan

5
saat kontraksi.
4. Elastisitas : Kemampuan otot untuk kembali pada ukuran semula setelah berkontraksi.Saat
kembali pada ukuran semula otot disebut dalam keadaan relaksasi.10
Otot dibagi menjadi tiga kelompok dan memiliki fungsi utama untuk kontraksi serta
menghasilkan pergerakan sebagian atau seluruh tubuh. Kelompok otot terdiri dari otot lurik, otot polos,
dan otot jantung.
Otot Lurik

Otot lurik merupakan otot yang umumnya melekat dan menggerakan tulang rangka, namun ada
yang tidak melekat sama sekali, misalnya otot lidah dan otot mata eksternal. Otot lurik mampu
menggerakan tulang karena otot dapat memanjang (relaksasi) dan memendek (kontraksi). 11 Otot lurik ini
bekerja dibawah kendali sistem saraf sadar atau bekerja menurut kehendak kita. Meskipun gerak otot
lurik menurut saraf sadar, otot lurik juga dapat mengalami kejenuhan jika bergerak terus-menerus. Kerja
pada otot lurik ini cepat, tetapi cepat lelah dan tidak teratur. Otot lurik yang menunjang homeostatis
antara lain mencakup otot-otot yang penting dalam akusisi, mengunyah dan menelan makanan, serta otot-
otot penting untuk bernapas.9,11

Otot lurik juga dapat digolongkan menjadi 2 kelompok berdasarkan mioglobin pigmen otot
penyusunnya, yaitu otot merah dan otot putih. Otot merah memiliki lebih banyak mioglobin dibanding
otot putih. Mioglobin merupakan senyawa protein yang berfungsi mengikat molekul-molekul oksigen.
Oskigen yang diikat oleh mioglobin memiliki peranan yang sangat penting untuk respirasi sel-sel otot
rangka. Respirasi sel-sel otot rangka akan menghasilkan energi yang penting untuk melakukan aktivitas
gerak.11

Otot Polos

Otot polos terdapat di dinding organ-organ berongga dan saluran-saluran. Otot polos menyusun
organ dalam tubuh kita, misalnya saluran pencernaan (usus dan lambung), pembuluh darah, saluran
pernapasan, saluran kelamin, dan dinding rahim (uterus). Karena otot polos terdapat pada organ dalam,
maka sering pula disebut organ dalam. Kerja otot polos tidak dipengaruhi kehendak kita. Artinya, otot
polos bekerja secara otomatis tanpa diperintah dari otak. Misalnya, organ pencernaan (usus dan lambung)
yang terdiri dari otot polos akan bekerja secara otomatis tanpa diperintah oleh otak.11 Demikian pula
aliran darah melalui pembuluh darah juga berlangsung secara otomatis. Oleh karena itu, otot polos disebut
pula otot tidak sadar, karena gerakannya tidak kita sadari. Gerakan otot polos lambat, tetapi teratur, dan
tidak cepat lelah.9

6
Otot Jantung

Otot jantung merupakan otot yang khusus membentuk jantung. Otot jantung berfungsi
menggerakan jantung untuk memompa darah keseluruh tubuh. Kontraksi dan relaksasi otot jantung
menyebabkan serambi dan bilik jantung menyempit serta melebar secara berirama. Kontraksi dan
relaksasi menimbulkan denyut jantung. Kerja otot jantung tidak dipengaruhi oleh kehendak kita (diluar
perintah otak), tetapi dipengaruhi oleh saraf otonom (simpatetik dan parasimpatetik). Otot jantung bekerja
terus-menerus selama seseorang masih hidup. Meskipun kita sedang tertidur, otot jantung akan terus
bekerja.9,11

Struktur Mikroskopik Otot

Sistem muscular terdiri atas sejumlah besar otot yang bertanggung jawab atas gerakan tubuh.
Otot-otot volunteer melekat pada tulang, tulang rawan, ligamen, kulit atau otot lain melalui struktur
fibrosa yang disebut tendon atau aponeurosis.9

Kebanyakan otot mempunyai tendon pada salah satu atau kedua ujungnya. Tendon terdiri dari
jaringan fibrosa dan biasanya berbentuk seperti tali (cord ) meskipun pada beberapa otot yang pipih tali
tersebut digantikan oleh suatu lembaran fibrosa kuat yang di sebut aponeurosis. Jaringan fibrosa juga
membentuk lapisan pelindung atau selubung otot yang disebut sebagai fasia. Bila satu otot menempel
pada otot lain, serabut-serabut otot ini bisa saling memilin (interlace), perimisium otot yang satu bersatu
dengan perimisium otot yang lain, atau keduanya bisa menggunakan tendon yang sama.12

Adapun jenis-jenis otot dibagi menjadi 3, yaitu:

Otot Lurik

Otot lurik adalah otot penyangga dan kuat yang terdiri dari sekitar 260.000 serabut. Otot lurik
memiliki serabut otot yang sangat panjang sampai 30 cm, berbentuk silindris dengan lebar beriksar antara
10 sampai 100 mikron. Setiap serabut memiliki banyak inti yang tersusun dibagian perifer. Memiliki
banyak inti berbentuk silindris dan terletak di tepi. Bentuk sel pada otot lurik adalah silindris atau serabut
panjang. Otot lurik juga memiliki sel/serat dimana pada tiap serat otot rangka diselimuti oleh
endomisium. Beberapa serat otot skelet akan menyusun fasikulus dan tiap fasikulus akan diselimuti oleh
perimisium. Beberapa fasikilus akan menyusun sebuah muskulus yang diselimuti oleh epimisium. 12 Jika
dilihat menggunakan mikroskop, otot lurik memiliki serat-serat dikarenakan adanya miofibril, miofibril
sendiri memiliki 2 filamen serat yang tebal dan tipis. Filamen tebal disebut pita-A dan mengandung
banyak miosin sedangkan filamen tipis disebut pita-I dan mengandung banyak aktin, troponin, dan

7
tropomiosin. Ditengah-tengah pita-A terdapat zona-H yaitu daerah yang sedikit lebih terang, sedangkan
ditengah-tengah pita-I terdapat Z-disk, daerah antara Z-disk sampai dengan Z-disk berikutnya disebut
sebagai sarkomer. Daerah sakromer inilah yang nantinya akan memendek ketika terjadi kontraksi.
Filamen tebal dan tipis yang tersusun bergantian inilah yang membuat struktur gelap-terang pada otot
lurik.13 Otot rangka terletak pada rangka, tubuh, dan anggota gerak. Kontraksi pada otot rangka cepat,
tidak teratur, mudah lelah.12

Otot Polos

Otot polos adalah otot yang tidak berlurik dan involunter. Otot polos dapat ditemukan pada
dinding organ berongga seperti pada kantung kemih lambung, dinding tuba dan uterus serta pada
pembuluh darah. Otot polos memiliki serabut otot berbentuk spindle dengan nukleus sentral yang
terelongasi, serabut intinya berukuran kecil dan berada ditengah dengan ukuran berkisar antara 20 mikron
(melapisi pembuluh darah) sampai 0,5 mm pada uterus ibu hamil. Memiliki satu inti yang terletak
ditengah. Bentuk sel pada otot polos adalah seperti gelondong dengan bagian tengah yang besar dan
ujungnya yang runcing. Didalam otot polos terdapat sarkoplasma yang terdiri dari aktin dan miosin. 9,12
Otot polos juga memiliki kontraksi yang lambat dan tidak mudah lelah.

Otot Jantung

Otot jantung adalah otot lurik dan involunter. Otot jantung hanya dapat ditemukan pada jantung.
Otot jantung memiliki serabut terelongasi dan membentuk cabang dengan satu nukleus yang terletak
ditengah dengan panjang berkisar antara 85 mikron sampai 100 mikron dan diameternya sekitar 15
mikron. Otot jantung memiliki sel yang berbentuk silinder atau serabut pendek dan bercabang serta
memiliki inti sel satu atau dua sel yang terletak ditengah. Kontraksi pada otot jantung adalah otomatis,
teratur, dan tidak pernah lelah.10,11

Tabel 1. Perbedaan otot lurik, polos, dan jantung

Sumber: http://image.slidesharecdn.com.

Ciri-ciri Otot Lurik Otot Polos Otot Jantung


Seperti gelondong,
Silindris atau serabut Silinder atau serabut
Bentuk Sel bagian tengah besar dan
panjang pendek dan bercabang
ujung runcing
Inti Sel Banyak, ditepi Satu ditengah Satu atau dua ditengah
Aktifitas Dibawah kehendak (otot Diluar kehendak (otot Diluar kehendak (otot

8
sadar) tidak sadar) tidak sadar)
Otomatis, teratur, tidak
Cepat, tidak teratur, dan Lambat dan lama, tidak
Kontraksi pernah lelah, dan
mudah lelah mudah lelah, teratur
bereaksi lambat
Alat-alat tubuh bagian
Tubuh, rangka, dan dalam: lambung, uterus,
Letak Jantung
anggota gerak kantong urin, pembuluh
darah

Gambar 2. Jenis-jenis otot

Sumber: http://fungsi.web.id/wp-content/uploads/2015/03/otot-400x194.jpg

Mekanisme Kontraksi dan Relaksasi Otot

Otot mulai berkontraksi apabila otot terkena rangsang. Kontraksi otot dikenal dengan nama
model pergeseran filamen atau sliding filament mode. Kontraksi otot diawali dengan datangnya impuls
saraf. Pada saat datang impuls, sinaps atau daerah hubungan antara saraf dan serabut otot akan dipenuhi
oleh asetil-kolin. Asetil-kolin akan keluar dari saraf dan kemudian berikatan dengan reseptop hingga
menjadi rangsangan bagi otot. Lalu diotot akan terjadi depolarisasi sampai terjadi potensial aksi sehingga
menyebabkan Ca2+ dalam retikulum sarkoplasmik keluar dan berikatan dengan troponin C lalu
terbentuklah jembatan silang. Adanya ion kalsium menyebabkan protein otot yaitu aktin dan miosin akan

9
berikatan membentuk aktomiosin.14 Lalu filamen tipis tidak terlihat karena filamen tipis akan menyusup
atau bergeser kedaerah filamen tebal. Zona H akan memendek dan zona Z akan memanjang dan terjadi
kontraksi.

Setelah berkontraksi, ion kalsium akan kembali masuk ke dalam plasma sel. Sehingga
menyebabkan lepasnya perlekatan aktin dan miosin yang menyebabkan otot menjadi lemas. Zona H akan
membuka dan memanjang lalu zona Z memendek dan otot kembali relaksasi.14

Gambar 3. Mekanisme kontraksi dan relaksasi otot

Sumber: http://3.bp.blogspot.com

Ekstremitas Superior (Lengan Bawah)

Ekstremitas superior dapat dianggap sebagai sebuah pengungkit bersendi banyak yang dapat
bergerak dengan bebas pada tubuh melalui articulation humeri. Terdapat organ yang penting pada ujung
distal ekstremitas superior yaitu tangan. Dimana tulang pada ekstremitas superior terdiri dari scapula,
clavicula, caput humerus yang membentuk gelang bahu, humerus yang membentuk lengan atas, radius,
ulnar yang membentuk lengan bawah, 8 tulang karpal, 5 tulang metacarpal, dan 14 phalanges.15

10
Gambar 4. Ekstremitas superior

Sumber: http://image.slidesharecdn.com

Ulna

Ulna merupakan tulang bagian lengan bawah yang terletak disisi medial pada posisi anatomis. Di
daerah proksimal, ulna berartikulasi dengan humerus melalui fossa olecreanon dibagian posterior dan
melalui procesuss coronoid dengan trochlea pada humerus. Artikulasi ini berbentuk sendi engsel yang
memungkinkan terjadinya gerak fleksi dan ekstensi. Ulna juga berartikulasi dengan radial disisi lateral. 16
Artikulasi ini berbentuk sendi kisar dan memungkinkan terjadinya gerak pronasi dan supinasi. Sedangkan
didaerah distal, ulna berartikulasi dengan radial dan juga terdapat suatu perosesus yang disebut prosesus
styloid.15,16

Radius
Radius merupakan bagian dari tulang lengan bawah yang terletak di sisi lateral pada posisi
anatomis. Didaerah proksimal, radius berartikulasi dengan ulna, sehingga memungkinkan terjadinya
gerak pronasi dan supinasi. Sedangkan pada daerah distal, terdapat prosesus styloid dan area untuk
perlekatan tulang-tulang karpal antara lain tulang scaphoid dan tulang lunatum.16

Otot Lengan Bawah17

Otot lengan bawah terdiri atas:

Otot-otot fleksor yang terdiri atas 3 lapisan:

Lapisan I:

M. pronator teres

M.flexor carpi radialis

11
M.palmaris longus

M. flexor carpi ulnaris

Lapisan II:

M. flexor digitorum sublimis

Lapisan III:

M. flexor digitorum profundus

M. flexor pollicis longus

M. pronator quadrates

Gambar 5. Otot lengan bawah fleksor

Sumber: http://higheredbcs.wiley.com

Otot-otot ekstensor lengan bawah terdiri atas:

Lapisan superfisial:

M.brachioradialis

12
M. ekstensor carpi radialis longus

M. ekstensor carpi radialis brevis

M. extensor digitorum

M. extensor digitiminimi

M. extensor carpi ulnaris

Lapisan profunda:

M. supinator

M. extensor indicis

M. abductor pollicis longus

M. extensor pollicis longus

M. extensor pollicis brevis

Gambar 6. Otot lengan bawah ekstensor

Sumber: http://higheredbcs.wiley.com

Macam-macam Refleks

13
Refleks adalah sebuah kejadian involunter dan tidak dapat dikendalikan oleh kemauan sendiri.
Tindakan refleks sendiri merupakan sebuah gerakan motorik involunter atau respons sekretorik yang
diperlihatkan jaringan terhadap stimulus sensorik, seperti refleks menarik diri, bersin, batuk, dan
mengedip.1 Dapat dijelaskan juga bahwa refleks adalah suatu perubahan lingkungan suatu respon yang
timbul ketika adanya suatu peningkatan kegiatan yang dilakukan. Terdapat reseptop SSP berupa efektor
aferen sebagai mekanisme rangsang dan eferen sebagai mekanisme otonom. Refleks sendiri dapat
digolongkan menjadi beberapa jenis yaitu:

Refleks Menurut Letak

Refleks menurut letak dibagi menjadi 3 refleks. Yang pertama adalah refleks eksteroseptif,
refleks ini reseptormua terletak dipermukaan tubuh. Yang kedua adalah refleks interoseptif / viseoreseptif,
refleks ini reseptornya terdapat pada alat dalam pembuluh darah. Dan yang terakhir adalah refleks
proprioreseptif, refleks ini reseptornya terletak pada otot rangka, tendo, dan sendi.18

Refleks Menurut SSP yang Terlibat

Refleks menurut SSP yang terlibat dibagi menjadi 3 yaitu: Refleks spinal adalah refleks yang jika
sistem saraf pusatnya berada di medulla spinalis, refleks bulbar adalah refleks yang jika sistem saraf
pusatnya berada di medulla oblongata, dan refleks kortikal adalah refleks yang jika sistem saraf pusatnya
berada di korteks serebri.18

Refleks Menurut Jenis Jawaban

Refleks menurut jenis jawaban dibagi menjadi 3 yaitu: Refleks motor adalah refleks yang terjadi
di otot dan mengakibatkan otot berkontraksi serta relaksasi, refleks sekretorik adalah refleks yang terjadi
di kelenjar, dan yang terakhir adalah refleks vasomotor yang terjadi di pembuluh darah dan menyebabkan
adanya kontraksi serta relaksasi.18

Refleks Menurut Waktu/Cara Terjadinya

Refleks menurut waktu / cara terjadinya dibagi menjadi 2 yaitu:Refleks tak bersyarat adalah
refleks yang sudah ada sejak lahir dan refleks bersyarat yang timbul selama perkembangan, hasil belajar,
dan bersifat individual.18

Refleks Menurut Jumlah Neuron yang Terlibat

Refleks menurut jumlah neuron yang terlibat dibagi menjadi 2 yaitu: Refleks monosinaps adalah
refleks yang terjadi karena adanya hubungan antar 2 neuron aferen dan eferen, contohnya adalah refleks

14
tendon. Yang kedua adalah refleks polisinaps yang terjadi karena adanya banyak sinaps yang terlibat
maka ada banyak pula stimulus yang terlibat, refleks ini berfungsi untuk menegakkan tubuh dan
bersyarat.18

Refleks Fisiologis dan Patologis

Refleks fisiologis adalah refleks yang terjadi secara normal contohnya adalah refleks tendon.
Sedangkan refleks patologis adalah refleks yang terjadi secara abnormal contohnya adalah babinski pada
dewasa.18

Waktu Refleks dan Kekuatan Refleks

Waktu refleks ditentukan oleh panjangnya akson, kecepatan hantar saraf, dan jumlah sinaps.
Sedangkan kekuatan refleks ditentukan oleh kekuatan rangsa serta lama pemberian rangsang.18

Proses Terjadinya Refleks

Refleks yang akan dibahas pada pembahasan ini adalah refleks otonom khususnya refleks akson.
Umumnya, urutan gerak refleks adalah dari reseptor menuju neuron sensoris, lalu ke sumsum tulang
belakang dilanjutkan ke neuron motoris yang pada akhirnya akan menghasilkan sebuah aksi. Urutan gerak
refleks ini juga berlaku pada proses refleks otonom yang dimulai dari reseptor yang menerima rangsang,
diteruskan melalui serabut aferen, menuju sistem saraf pusat kemudian ada serabut preganlionik yang
bersinap dengan ganglion otonom dan meneruskan refleks otonom ke efektor dimana efektor dari refleks
otonom adalah otot polos, otot jantung, dan sel kelenjar.

Sistem saraf otonom dikenal sebagai sistem saraf visceral atau tak sadar yang berfungsi untuk
mengendalikan gerakan otot dan yang paling penting untuk mempertahankan kehidupan. Jawaban dari
refleks otonom berupa gerakan tubuh dan kegiatan-kegiatan organ tubuh seperti kontraksi usus dan
sekresi kelenjar usus.19

Berdasarkan fungsi sistem saraf otonom, ada dua subsistem utama yang dikenal sebagai aferen
(sensorik) dan eferen (motorik).Kehadiran kedua sinaps rangsang dan penghambatan mengatur fungsi
yang tepat dari sistem saraf otonom dalam tubuh. Sistem saraf simpatik dan parasimpatik adalah dua
modul fungsional utama dalam sistem saraf otonom tersebut.Modul simpatik memiliki peranan penting
karena mendorong pasokan darah yang sangat tinggi untuk otot rangka, meningkatkan denyut jantung,
dan menghambat gerak peristaltik dan pencernaan. Salah satu hal yang dikelola oleh sistem saraf
parasimpatis adalah pelebaran pembuluh darah pada saluran pencernaan.

15
Berdasarkan skenario yang ada, lengan kanan bawah laki-laki tersebut tergores kawat sehingga
timbul garis merah. Garis merah itu merupakan salah satu contoh dari refleks akson. Refleks akson
merupakan suatu refleks otonom, dimana mekanisme akan terjadi apabila pada kulit tangan terkena
goresan, maka akan timbul triple respon: yang pertama berupa garis merah, kemudian transplantasi
jaringan akan menimbulkan edema, dan respon terakhirnya akan timbul gambaran api.20 Sifat refleks
akson sendiri adalah antidromik, yang artinya sifatnya berlawanan.Refleksnya tidak menuju ke arah pusat
tapi kembali ke arah kulit ke pembuluh darah.

Kesimpulan

Kulit merupakan lapisan yang berfungsi untuk melindungi semua bagian dalam tubuh dari
berbagai macam gangguan ataupun rangsangan dari luar. Dilihat dari skenario 6, seorang laki-laki
tergores pada permukaan kulitnya dan hanya menyebabkan garis kemerahan. Hal ini menunjukkan bahwa
goresan kawat tersebut hanya mengenai pada bagian epidermis kulit saja sehingga kulit tidak
mengeluarkan darah dan timbulnya garis kemerahan itu terjadi karena adanya refleks akson. Refleks
akson sendiri memiliki triple respons yang salah satu responnya adalah berupa garis merah.

Daftar Pustaka

1. Tranggono RI, Ltifah F. Buku pegangan ilmu pengetahuan kosmetik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama; 2007. h. 11-3.
2. Ferdinand FP, Ariebowo M. Praktis belajar biologi. Jakarta: Visindo Media Persada; 2007. h. 136.
3. Ellis LH. Berpacu melawan usia.Yogyakarta: CV Andi Offset; 2010. h. 7.
4. Graham RB, Burns T. Dermatologi. Jakarta: Erlangga; 2006.h. 1-3
5. Harahap AB. Jendela IPTEK: Tubuh manusia. Jakarta : Balai Pustaka Jakarta; 2000. h. 18-9.
6. Perace EC. Anatomi Fisiologi untuk paramedis. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama ; 2009. h. 87-91.
7. Tim Biologi. Makhluk hidup dan proses kehidupan. Jakarta: Grasindo; 2006. h.72-4.
8. Bloom F. Buku ajar histologi. Jakarta: EGC; 2002. h. 177.
9. Abdullah M, Saktiyono, Lutfi. Ipa terpadu. Jakarta: ESIS; 2009. h. 50-1.
10. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004. h. 12-
8.
11. Suratun, Heryati, Manurung S, Raenah E. Klien gangguan sistem muskulokeletal: Seri asuhan
keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2006. h.12-3.
12. Johnson KE. Biologi dan histologi sel. Edisi 1. Jakarta: Binarupa Aksara; 2006. h.197-205.
13. Hartono H. Buku ajar histologi. Edisi 12. Jakarta: EGC; 2006. h. 124-8.

16
14. Firmansyah R, Mawardi AH, Riandi MU. Mudah dan aktif belajar biologi. Jakarta: Setia Purna; 2007.
h. 52-3.
15. Watson R. Anatomi & fisiologi. Jakarta : EGC, 2008.h.165-6.
16. Paulsen F, Waschke J. Sobotta atlas anatomi manusia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2014.
17. Wibowo DS. Anatomi tubuh manusia. Jakarta: Grasindo; 2007. h. 145.
18. Setiabudi MI. Muskuloskeletal 1. Jakarta: Fakultas Kedokteran Ukrida; 2016. h. 35-6.
19. Muttaqin A. Buku ajaran asuhan keperawatan dengan gangguan sistem persarafan. Jakarta: Salemba
Medika; 2008.h.45.
20. Wahab AS. Ilmu kesehatan anak nelson. Ed 15. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2002.h.
762.

17

Anda mungkin juga menyukai