2.1.1.1 Epidemiologi
Sudah sejak lama permasalahan infeksi luka operasi sudah menjadi bagian
dari pembedahan sejak adanya tindakan operasi. ILO menjadi suatu bayangan gelap
dilakukan untuk mencegah terjadinya ILO. Mulai abad ke 19 hingga saat ini secara
bertahap para ahli mulai memahami penyebab dan dapat mencegah ILO secara
lebih baik sehingga menurunkan angka morbiditas dan mortalitas. Banyak faktor
yang mempengaruhi terjadinya ILO namun tiga faktor utama adalah : 10,11
1. Faktor bakterial
ILO,dipengaruhi oleh virulensi dan jumlah bakteri pada luka operasi. Proses
tedapat pada luka operasi lebih besar atau sama dengan 105 mikroorganisme.
5
6
mencegah terjadinya ILO, tetapi jika jumlah kuman terlalu banyak maka
mekanisme pertahanan tubuh akan kalah dan tidak dapat mencegah terjadinya
ILO.
Faktor lokal luka berhubungan dengan jenis invasif operasi, ukuran luka
teknik operasi yang baik, dengan penanganan jaringan yang halus, teknik dan
alat penjahitan yang baik, penggunaan drain yang tepat , dan membuang benda
3. Faktor pasien
merokok selama 4 minggu sebelum operasi elektif, pengaturan kadar gula darah
gawat darurat faktor pasien yang paling sulit untuk dikelola. Oleh karena itu
faktor pasien yang buruk pada kasus gawat darurat meningkatkan angka
antimikroba
Merokok
Oksigen
Suhu
Glukosa darah
yang dilakukan tetapi hingga saat ini masih sulit menunjukkan hubungan
Infeksi luka operasi (ILO) adalah infeksi pada luka operasi setelah prosedur
operasi. Pada tahun 1992 Central disease Control (CDC) mengeluarkan kriteria
8
ILO yang digunakan hingga saat ini, yaitu infeksi superfisial (superficial), dalam
(deep), dan infeksi pada organ atau rongga (organ/space).4,5 Kriteria tersebut:
Infeksi terjadi dalam waktu 30 hari setelah operasi, meliputi kulit atau jaringan
subkutan bekas sayatan operasi, dan minimal didapatkan salah satu kriteria
berikut:
superfisial
Terdapat minimal satu dari tanda atau gejala klinis infeksi : nyeri atau nyeri
dibuka kembali oleh dokter bedah, kecuali jika dari insisi didapatkan hasil
kultur negatif
superfisial
Infeksi terjadi dalam jangka waktu 30 hari setelah operasi jika tidak dipasang
implan, atau dalam jangka waktu 1 tahun jika dipasang implan dan infeksi yang
timbul berhubungan dengan operasi yang dilakukan, dan infeksi terjadi pada
9
jaringan lunak bagian dalam insisi (contoh: lapisan fasia dan otot), dan disertai
Cairan purulen dari luka insisi dalam tetapi bukan dari organ/rongga lokasi
operasi.
Luka insisi dalam secara spontan mengalami dehisensi atau dibuka oleh
dokter bedah ketika pasien mengalami minimal salah satu tanda atau gejala
berikut: demam (>38 oC), nyeri terlokalisir, atau nyeri tekan, kecuali jika
Terdapat abses atau bukti infeksi lainnya pada bekas insisi dalam pada
dalam
3. ILO Organ/Rongga
Infeksi terjadi dalam jangka waktu 30 hari setelah operasi jika tidak dipasang
implan, atau dalam jangka waktu 1 tahun jika dipasang implan dan infeksi yang
timbul berhubungan dengan operasi yang dilakukan, dan infeksi terjadi pada
bagian anatomi (contoh: organ atau rongga), selain dari insisi, dan disertai
Pada kultur ditemukan organisme penyebab pada cairan atau jaringan yang
organ/rongga
terjadinya ILO, diperkirakan jumlah minimal untuk menyebabkan ILO adalah lebih
dari 105 per gram jaringan.4,11,13 Dimana toksin dan substansi lainnya yang
hidup pada jaringan tubuh pasien. Endotoxin yang dihasilkan oleh bakteri gram
dan pelepasan kolagenase sehingga terjadi destruksi jaringan normal sekitar luka
Pada sebagian besar ILO bakteri penyebab berasal dari flora endogen
pasien, baik yang berasal dari kulit, membran mukosa, atau saluran cerna. Pada
operasi yang melibatkan organ gastrointestinal jika terjadi ILO maka pada kultur
dapat kita temukan bakteri patogen gram negatif (contoh: E. coli), gram positif
Tabel 2.2 Distribusi patogen yang disolasi dari ILO, National Nosocomial
Infection Surveillance System, 1986-19964
Persentasi bakteri yang disolasi
Patogen
1986-1989 1990-1996
Staphylococcus aureus 17 20
Coagulase-negative 12 14
staphylococci
Enterococcus spp 13 12
Escherichia coli 10 8
Pseudomonas aeruginosa 8 8
8Enterobacter spp 8 7
Proteus mirabilis 4 3
Klebsiella pneumoniae 3 3
Candida albicans 2 3
enterococci)
Bacteroides fragilis - 2
12
Tabel 2.3 Distribusi patogen yang disolasi dari spesimen cairan tubuh,
Patogen Jumlah %
Cukup banyak faktor risiko yang mempengaruhi ILO dimana yang dibahas
adalah variabel yang berhubungan secara mandiri terhadap timbulnya ILO setelah
operasi yang spesifik. Berikut adalah tabel dimana karakteristik pasien dan operasi
Teknik operasi
Traumatik jaringan
mengetahui faktor risiko sebelum operasi dapat menurunkan angka kejadian ILO.
Pada penderita Diabetes Melitus dengan nilai HbA1c yang tinggi dan
peningkatan glukosa darah lebih dari 200 mg/dL kurang dari 48 jam setelah operasi
14
juga meningkatkan angka kejadian ILO menunjukan adanya hubungan yang erat
imun terganggu.18
terjadinya ILO, hal ini diperkirakan bukan karena semakin lama perawatan
nutrisi yang tidak adekuat dalam jangka waktu lama sehingga menyebabkan
terjadinya malnutrisi.20
efek toksik yang dihasilkan oleh nikotin tersebut, diantaranya gangguan fungsi
dari penelitian yang telah dilakukan dikatakan bahwa tidak berpengaruh secara
signifikan.19
mikroba kulit, walaupun secara tidak langsung belum dapat menurunkan angka
kejadian ILO.4
kejadian ILO, hal ini disebabkan karena pada bekas cukuran secara mikroskopis
klorhexidine glukoronat.
Tim operasi yang berhubungan langsung dengan daerah steril baik lapang
antiseptik spektrum luas (scrubbing) sebelum menggunakan sarung tangan dan baju
tindakan ini bertujuan bukan untuk melakukan sterilisasi jaringan, melainkan untuk
Nosocomial Infection Surveilance (NNIS) indeks risiko, terdiri dari tiga komponen
Bernilai satu jika operasi pasien termasuk dalam janis kontaminasi atau kotor
2. Penilaian preoperasi
3. Lamanya operasi
Bernilai satu jika lamanya operasi melebihi 75% lamanya operasi (T-point)
ILO.
Pada tahun 1990 National Academy of Science and the National Research
Adalah luka operasi tidak terinfeksi, tidak ditemuka inflamasi dan luka ditutup
secara primer, serta tidak masuk ke dalam organ berongga (saluran nafas,
- 2,9%
Adalah luka operasi dimana organ berongga dimasuki dalam keadaan terkontrol
dan tanpa kontaminasi yang signifikan. Kemungkinan terjadinya ILO 2,4- 7,7%
Adalah luka yang terbuka, luka traumatik yang baru, terjadi kesalahan teknik
steril atau kontaminasi oleh isi organ berongga. Luka dengan inflamasi akut dan
Adalah luka trauma lama disertai adanya jaringan mati, benda asing,
kontaminasi feses, dan luka dengan infeksi klinis atau perforasi organ berongga.
ke dalam luka operasi kelas II memiliki tingkat ILO yang tinggi, antara 9-25%.6
18
Temuan mikrobiologi pada ILO menunjukkan pada luka kelas I kuman yang
terlibat ada pada daerah kulit yang mengalami operasi tersebut, sedangkan pada
luka kelas II dengan reseksi kolon maka kuman yang terlibat dapat berasal dari
Tabel 2.5 Jenis luka, contoh tindakan, dan kemungkinan terjadinya ILO5
pasien. Nilai ASA berhubungan dengan komplikasi operasi dan hasil dari operasi.
Sistem penilaian ini dianggap sebagai alat penting dalam memperkirakan hasil
jangka pendek dan jangka panjang setelah operasi, serta bermanfaat dalam
Nilai Keterangan
V Pasien sekarat yang diperkirakan tidak akan hidup jika tidak dilakukan
operasi
VI Pasien yang telah dinyatakan mati otak, dimana organ akan diambil
Survaillance) dibuat suatu standar lamanya suatu operasi (T), dimana akan berbeda
bagi tiap lokasi dan organ yang dioperasi, dihitung mulai dari dilakukannya insisi
Kraniotomi 4
Operasi kolon 3
Operasi vaskuler 3
Ventrikuler shunt 2
Herniorraphy 2
Appendektomi 1
Amputasi tungkai 1
Cesarean section 1
Proses penyembuhan luka dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase
inflamasi, proliferasi, dan remodelling. Ketiga fase ini dapat terjadi secara
bersamaan dan pada proses masing-masing fase dapat saling tumpang tindih.
Pada fase ini jaringan berusaha membatasi kerusakan yang mungkin terjadi
menghancurkan jaringan mati, benda asing, atau bakteri. Fase inflamasi ditandai
growth factors ke dalam luka, serta aktivasi sel-sel yang bermigrasi. Jaringan akan
memberikan respon yang cepat terhadap trauma berupa hemostasis dan inflamasi.
Setelah respon dari fase inflamasi mengalami resolusi maka jaringan akan
makrofag dan platelet. Proses ini dimulai jika terjadi gangguan sel dan hipoksia
Pada fase ini luka luka akan mengalami kontraksi, pergerakan sentripetal
yang menarik kulit dan mengurangi ukuran luka. Pada proses kontraksi, di mana
terjadi jaringan parut yang lebih besar dari proses kontraksi, maka akan timbul
gangguan fungsi.
Cara penutupan luka dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu penutupan
penutupan luka secara primer, di mana luka yang dibuat langsung diaproksimasi,
luka operasi bekas sayatan dengan menggunakan NaCl 0,9% yang mengalir pada
daerah subkutis sebelum dilakukan penjahitan hal ini rutin dilakukan oleh bagian
bedah digestif RSHS. Beberapa ahli bedah dan penelitian melakukan pencucian
daerah luka operasi bekas sayatan dengan menggunakan antibiotik walaupun hal
pada luka operasi bekas sayatan dapat berkurang dan mengurangi risiko terjadinya
sitotoksisitasnya untuk sel manusia, dan potensi untuk memilih strain resistennya.28
pilihan harus didasarkan pada penilaian komprehensif terhadap pasien dan kondisi
luka. Ketika kemampuan host untuk melawan infeksi berkurang dan jumlah bakteri
arah infeksi.27
proteolitik bakteri, sehingga membuat suasana pH permukaan luka lebih asam dan
aktivitas bakterisida terhadap gram positif dan gram negatif. Gentamicin bekerja
dengan mendirikan ikatan reseptor yang ireversibel pada ribosom 30S bakteri.
Ikatan ini mencegah inisiasi kompleks antara RNA bakteri dan subunit ribosom
Dari penelitian yang dilakukan oleh Henrik Lorentzen tahun 1996 didapatkan
bahwa kadar 240 mg gentamicin setara dengan gentamicin 160 mg dalam 250 ml
NaCl 0,9%, mereka melakukan pencucian luka subkutis sebelum penutupan luka
2.1.3 Peritonitis
menjadi peritonitis primer, sekunder, dan tersier. Secara umum bentuk peritonitis
diakibatkan oleh asites tanpa adanya sumber infeksi yang jelas. Peritonitis sekunder
adalah peradangan yang disebabkan kontaminasi oleh bakteri saluran cerna atau
bedah di mana terdapat keadaan patologi yang mendasarinya atau adanya trauma
pada usus yang berakibat pada hilangnya integritas saluran cerna. Peritonitis tersier
adalah tahap lanjut dari peritonitis sekunder, di mana gejala klinis peritonitis dan
25
tanda-tanda sepsis masih tetap ada setelah dilakukan terapi terhadap peritonitis
sekunder, serta tidak ditemukannya bakteri atau patogen pada pemeriksaan cairan
eksudat peritonitis.33
pasien pascaoperasi saluran cerna dengan kontaminasi derajat III atau IV. Pada
awalnya ILO menyebabkan tingkat morbiditas yang tinggi dan dapat menyebabkan
namun sampai saat ini ILO tetap menjadi masalah pascaoperasi, meningkatnya
Dari ketiganya yang paling sering menjadi permasalah pascaoperasi adalah ILO
organisme penyebab dari kultur cairan atau jaringan yang berasal dari insisi
superfisial, terdapat minimal satu dari tanda atau gejala klinis infeksi: nyeri atau
nyeri tekan; bengkak kemerahan terlokalisir, atau panas. Banyak hal yang
tiga faktor penyebab, yaitu faktor bakteri, faktor pasien, dan faktor lokal luka
Penyembuhan luka terdiri dari tiga fase, yaitu fase inflamasi, proliferasi dan
maturasi.
26
derajatnya semakin tinggi kemungkinan terjadi ILO. Pada kontaminasi derajat III
dan IV luka operasi dapat terkontaminasi dengan nanah, isi saluran cerna, ataupun
operasi yang terjadi akan mengalami kontaminasi derajat III atau IV. Kontaminasi
luka operasi yang terjadi dapat menyebabkan fase inflamasi memanjang, akibatnya
terjadi gangguan pada fase maturasi. Luka operasi yang dibuat mengakibatkan
pada luka operasi, bakteri yang sebelumnya sudah menginfeksi luka operasi dapat
tumbuh lebih banyak karena mendapat media yang baik untuk berkembang biak,
akibatnya ILO yang terjadi akan semakin berat. Fase inflamasi yang memanjang
Patofisiologi ILO adalah adanya bakteri sejumlah 105 atau lebih sehingga
menimbulkan infeksi pada luka operasi. Bakteri-bakteri ini mengeluarkan toxin dan
saat dilakukan dengan pencucian luka menggunakan cairan steril koloni bakteri
diyakini masih banyak terdapat pada daerah luka operasi, sehingga menganggu
proses penyembuhan luka, akibatnya timbul ILO. Pencucian daerah luka operasi
dengan antibiotik dalam hal ini gentamicin diyakini dapat mengurangi koloni
Pencucian luka operasi peritonitis dapat dilakukan dengan cairan steril atau
dengan gentamicin. Pada pencucian luka operasi dengan cairan steril luka yang
dengan luka terkontaminasi atau kotor pencucian luka dengan gentamicin dapat
Operasi laparotomi
Luka operasi
mempengaruhi
1.Faktor bakterial
2.Faktor lokal luka
Memanjang 3.Faktor pasien
Sembuh
28
2.3 Premis
Premis 1: Pada pasien peritonitis sekunder sifat luka operasi dapat terkontaminasi
Premis 2: ILO superfisial potensial terjadi pada jenis luka kelas III atau IV25
luka pascalaparotomi11
2.4 Hipotesis
berikut:
Kejadian ILO superfisial pada pencucian luka dengan cairan gentamicin lebih