GASTROSCHISIS
PENDAHULUAN
Kelainan dinding perut merupakan kecacatan yang relatif sering, muncul kira-kira 1
dalam 2.000 kelahiran hidup. Defek dinding abdomen kongenital merupakan penyakit dengan
spektrum yang luas, termasuk gastroskisis, omfalokel, prune belly syndrome, dan kelainan
ditimbulkan berbeda dengan omphalocele. Kedua kelainan tersebut dapat didiagnosa prenatal
dengan menggunakan USG dan mudah dibedakan melalui lokasi dari defek dan ada tidaknya
1,2
kantung yang membungkus usus yang eviserasi.
abdomen yang berada di sebelah kanan umbilikus, dimana otot rektus intak dan normal. Ukuran
defek bervariasi dari 2-4 cm, umumnya lebih kecil dari defek pada omphalocele. Gaster, usus
halus dan kolon dapat ditemukan berada diluar rongga abdomen. Jarang ditemukan hepar, testis
maupun ovarium yang herniasi. Tidak ditemukan kantong yang menutupi organ yang herniasi.1
Dalam spektrum yang luas dari defek pada dinding abdomen, gastroschisis harus dibedakan
dari omphalocele. Perbedaan pertama berkaitan dengan malformasi anatomi, dimana pada
gastroschisis adalah sebuah defek pada celah paraumbilical dan biasanya disebelah kanan
umbililkus sedangkan Omphalocele terjadinya defek pada garis tengah yang disertai
penonjolan bagian usus ke dalam dasar talipusat. Pada omphalocele pada bagian herniasi tidak
ditutupi oleh kulit, otot atau fasia, tetapi hanya oleh selaput tipis yang terdiri dari lapisan luar
amnion dan lapisan dalam peritoneum, dengan jaringan ikat mesenkimal diantaranya. Pada
gastroschisis, sebaliknya, bagian organ dalam bagian tidak selimuti oleh lapisan. Gastroschisis
mungkin disebabkan oleh defek pembuluh darah, berbeda dengan omphalocele yang masih
terdapat talipusat, di daerah yang biasanya ditempati oleh somatopleura. Penelitian terbaru
cairan yang secara terus menerus yang kemudian berkembang membentuk dinding abdomen.
Sebaliknya, penyebab gastroschisis mungkin cedera awal vaskular termasuk diantaranya arteri
omphalomesenterik.2, 3
Gastroschisis Omphalocele
1
DEFINISI
ditandai oleh herniasi organ viseral melalui defek di dinding abdomen, biasanya terletak
berdekatan atau pada sisi kanan insersi talipusat, dengan ditandai umbilikus yang intak dan
tidak diselimuti oleh membran.4,5 Hal ini menyebabkan herniasi dari isi abdomen ke dalam
kantung amnion, organ tersering biasanya usus halus, namun terkadang juga lambung, usus
besar, dan ovarium (Gambar 2). Gastroschisis tidak dilapisi oleh membrane dan tidak disertai
anomali lain. Hal ini yang membedakannya dari Omphalocele, yang biasanya dilapisi oleh
membrane dan lebih sering dikaitkan dengan anomali struktural dan kromosom lainnya.
Namun, gastroschisis juga dapat berhubungan dengan anomali gastrointestinal seperti atresia
2
SEJARAH
Kata "gastroschisis" berasal dari bahasa Yunani dari kata laproschisis yang berarti
belly cleft dengan awalan "gaster" = perut dan "schisis" = fissura.4,5 Meskipun istilah ini tidak
sepenuhnya tepat karena tidak menunjukkan gambaran dari keseluruhan, namun istilah tersebut
telah digunakan sejak abad 19 dan awal abad 20 oleh teratologist yang menunjuk kepada semua
defek dinding abdomen. Tidak ada perbedaan yang jelas antara defek dinding abdomen sejak
tahun 1953, namun Moore dan Stokes mengklasifikasikannya berdasarkan penampilan saat
lahir. Mereka mengatakan bahwa istilah gastroschisis ditujukkan kepada kasus-kasus dimana
terdapat defek berdekatan dengan tempat insersi umbilkus dan biasanya organ yang herniasi
tidak dilapisi oleh membrane. Kasus gastroschisis pertama kali ini dilaporkan pada tahun 1733,
sedangkan laporan kasus pertama mengenai penutupan defek kecil dinding abdomen secara
PREVALENSI
Prevalensi gastroschisis kira-kira 2.98 per 10.000 kelahiran hidup dan menunjukkan
peningkatan sekitar 6% setiap dua tahun tanpa alasan yang diketahui.7 Penelitian epidemiologis
menunjukkan pada dua dekade terakhir ini, bahwa prevalensi gastroschisis yaitu rata-rata 1.76
: 10.000 kelahiran.1
Gastroschisis dapat terjadi sendiri atau dapat juga berhubungan dengan malformasi
lain, rasio laki-laki dibandingkan perempuan 1 : 1.3 dalam kasus yang terisolasi 4 : 1 pada
kasus nonisolasi.8 Sejak tahun 1980 telah terjadi peningkatan dengan frekuensi 10-20 kali di
seluruh dunia, tetapi penyebab spesifik dari kenaikan tersebut tidak diketahui.9,10 Malformasi
ini terjadi terutama pada anak-anak dari ibu berusia muda (<20 tahun).11 Di Meksiko, the
dilaporkan dalam The International Clearinghouse for Birth Defect Surveillance and Research
3
bahwa prevalensi 0,77 sejak tahun 1982-1986, 1,45 pada tahun 1987-1991, 2.09 pada tahun
1992-1996, 3,75 pada tahun 1997-2001 dan 5,34 pada tahun 2002-2006 (Gambar 1). Saat ini
gastrochisis merupakan penyebab utama keempat kematian pada anak-anak pada usia <5 tahun,
setelah malformasi jantung bawaan, neural tube closure defects (NTCD) dan sindrom Down.12,
13
Gambar 2. Dikutip dari Journal New embryological hypothesis, genetics and epidemiology of
gastroschisis5
EMBRIOLOGI
Traktus gastrointestinal berkembang dari saluran pencernaan primitif yang berasal dari
yolk sac. Pada awal usia gestasi, sebagian usus terbuka secara ventral kedalam yolk sac yang
merupakan mid gut. Pada usia gestasi 3,5 minggu, usus dapat dipisahkan dari yolk sac. Diskus
embrio dilipat menjadi sefalik, ekor, dan lipatan lateral, yang masing-masing kemudian
menyatu di umbilikus untuk menggantikan coelom, yang selanjutnya akan membentuk cavum
atau rongga peritoneal. Pada awal usia gestasi 6 minggu, mid gut memanjang lebih cepat dari
pada pemanjangan badan embrio. Secara fisiologis hal ini menyebabkan berkembangnya
hernia umbilikal. Pada usia gestasi 10 minggu, midgut kembali dengan cepat ke dalam rongga
abdomen embrio, dan lapisan sefalik, kaudal dan lipatan lateral bergabung untuk menutup
4
defek pada dinding abdomen. Keadaan reduksi normal dari herniasi midgut fisiologis ini
diikuti oleh penutupan dinding abdomen adalah merupakan kunci dari perkembangan normal.
Berbagai macam teori telah berkembang untuk menjelaskan bagaimana atau mengapa hal ini
tidak terjadi.4
Embrio dimulai dengan dua vena umbilical dan dua arteri omfalomesenterik. Antara
hari 28 dan 32 setelah konsepsi, vena umbilical mengalami involusi. Hal ini salah satu teori
involusi yang premature yang menyebabkan iskhemia sehingga menjadi titik lemah yang
selanjutnya akan mengalami rupture dan terjadi herniasi viseral. Arteri omfalomesenterik kiri
juga akan mengalami involusi dan kemudian akan berkembang menjadi arteri mesenterika
superior. Hal ini menunjukkan bahwa gangguan pada proses tersebut menyebabkan iskemia
Pada usia gestasi 21 hari, embrio merupakan sebuah diskus trilaminar yang terletak
antara rongga ketuban dan yolk sac. Ketika membentuk tabung saraf, tepi diskus dilipat
membentuk lipatan perut yang memanjang menurun. Selanjutnya, setelah 24 hari, lipatan
sefalik dan ekor terbentuk, dan lipat embrio mulai membentuk yolk stalk dan tubuh. Setelah
28 hari, lubang di sekitar batang ini membentuk cincin umbilikal, yang berisi duktus dan arteri
vitelline (yolk stalk), allantois, konektor batang dan saluran menghubungkan antara rongga
intra dan ekstra-embrio. Pada usia 29 hari, saluran usus membentuk sebuah loop di mana arteri
mesenterika superior ini dibentuk oleh penggabungan dari arteri vitelline. Pada usia 37 hari,
saluran vitelline dan konektor batang bersatu membentuk talipusat. Proses penggabungan ini
melibatkan gerakan dan fusi dari sisi luar menuju garis tengah. Mekanisme lain yang terlibat
dalam proses tersebut seperti apoptosis, interaksi sel-sel dan migrasi seluler.14
5
Gambar 3. Dikutip dari Journal of Clinical Genetica Escape of the yolk sac: a hypothesis to explain the
embryogenesis of gastroschisis15
PATHOGENESIS
kontroversi. Namun diperkirakan merupakan hasil dari kombinasi faktor genetik dan non
genetik dan tidak ada penyebab genetik atau lingkungan satu pun yang pasti telah
diidentifikasi.1
1. Faktor Genetik
Peran komponen genetik secara spesifik sebagai etiologi gastroschisis sampai saat ini
masih belum jelas. Gastroschisis merupakan sebuah defek yang dapat berdiri sendiri, terjadi
secara sporadik dan memiliki etiologi yang multifaktorial. Adanya bukti kelompok familial
dan terjadi pada anak kembar, hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat peran herediter dan
gambaran autosomal yang diwariskan dengan berbagai macam ekspresi. Tingkat rekurensi
pada saudara kandung berkisar 3-5%.4, 16 Penelitian eksperimen telah menunjukkan bahwa
6
Torfs et al telah melakukan analisis pada 32 polimorfisme nukleotida tunggal (SNPs)
pada gen penderita yang mempunyai risiko berkembangnya gastroschisis. Penelitian ini
mengidentifikasi hubungan positif pada gen NOS3 (Nitrit oksid sintase 3), ANP ( Atrial
natriuretic Peptide), ADD1 ( alfa adduksin 1) dan ICAM1 ( Adesi molekul sel 1).17 Gen-gen
tersebut berhubungan pada mekanismen angiogenesis, resistensi dermal dan epidermal serta
integritas pembuluh darah, dimana hal tersebut mendukung hipotesis mengenai vascular
Peneliti yang sama juga telah meneliti interaksi yang kuat antara varian allelik pada
gen-gen tersebut dengan ibu perokok karena hal tersebut terjadi peningkatan risiko sebanyak
lima kali pada satu gen varian (heterozygote) atau dua gen varian (homozygote) : NOS3, ANP,
ADD1 Dan ICAM1. Sedangkan Odds ratio (OR) setiap gen untuk ibu peroko heterozygote dan
Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Cadmium dan CO2 yang terkandung
dalam rokok seperti TNF dan NFK-, mengaktifasi NOS3 dan ICAM1, dimana hal ini termasuk
dalam patofisiologi gastroschisis.18 Gen NOS3 untuk mengkode sintase nitrit oksida 3, sebuah
protein membrane yang meliputi jalur signal tranduksi dan second messenger. Ketika
menjadi nitrit oksida (NO) dan berperan sebagai sebuah mediator tonus vascular yang
meregulasi migrasi sel endothelial pada proses angiogenesis dan remodeling vascular.19
Pada tahun 1998, sebuah penelitian pada tikus menunjukkan bahwa kromosom 7 yang
Sedikitnya bukti bahwa genetik merupakan faktor predisposisi sehingga diperlukan penekanan
7
2. Faktor Lingkungan
selama jangka waktu tertentu dengan distribusi geografis yang luas, hal ini menunjukkan
menunjukkan bahwa peningkatan risiko gastroschisis pada ibu yang mengkonsumsi obat-
dan asetaminofen. Aspirin telah terbukti dapat meningkatkan risiko untuk menderita
gastroschisis pada kedua peneltian baik pada binatang maupun pada manusia.4
Selain itu, ibu dengan riwayat merokok terbukti sebagai sebuah faktor risiko untuk
peningkatan risiko sebanyak dua kali lipat. Peningkatan risiko gastroschisis pada janin dan
atresia usus halus, hal tersebut mendukung pathogenesis vaskular. Penggunaan medikamentosa
vasoaktif di kalangan perokok sebanyak 20 atau lebih batang per hari dapat meningkatkan
risiko gastroschisis sebesar 3.6 kali lipat dan risiko untuk mendapat atresia usus halus sebesar
4.2 kali lipat.4 Merokok dan penyalahgunaan narkoba, kedua zat tersebut diketahui dapat
Ibu usia muda dan primigravida telah dikaitkan memiliki hubungan meningkatkan
prevalensi gastroschisis. Namun, usia ayah muda tidak memiliki faktor risiko yang signifikan.
Hubungan gastroshisis dengan wanita usia muda yang mempunyai riwayat penggunaan obat-
obatan terlarang, alkohol dan merokok dapat meningkatkan faktor potensial yang berkaitan
dengan gaya hidup. Faktor lain yang berkaitan dengan peningkatan risiko adalah kehamilan
dengan indeks massa tubuh yang rendah dan diet ibu hamil. Diet pada remaja mungkin
8
memiliki kadar alfa karotin dan glutation total yang rendah juga memiliki kadar nitrosamine
(dikutip dari An Official Journal Of The American Academy Of the Pediatrics Neoreviews
gastrointestinal disorders gastroschisis 20054)
Semua teori yang disebutkan sebelumnya telah dibantah. Saat ini, Stevenson et al
mengusulkan bahwa gastroschisis disebabkan oleh kegagalan pada kantung dan Yolk duct serta
pembuluh vitelline diatas yang pada awalnya menggabungkan ke allantois dan kemudian
terhadap batang tubuh. Hal tersebut menunjukkan bahwa perforasi kedua pada dinding
abdomen juga pada cincin umbilikal, melalui titik tengah (Meckel point) yang dihubungkan
pada struktur vitelline eksternal. Ini melekat pada usus yang abnormal, yang memisahkan dari
batang tubuh, hal tersebut yang menyebabkan kegagalan penggabungan pada tangkai
umbilikal. Akibatnya, usus mengalami ekstruksi kedalam rongga amnion tanpa sisa yolk sac
atau amnion sehingga titik tengah dari usus selalu eksternal dan tidak adanya sisa vitelline pada
umbilikus.15
9
Lokasi defek pada sisi kanan dapat dijelaskan bahwa kecenderungan yolk stalk bergerak
pada sisi kanan yang mengakibatkan adanya jantung dan pertumbuhan yang cepat pada dinding
lateral kiri.15, 20
GAMBARAN KLINIS
Gastroschisis merupakan defek paramedian yang umumnya terletak pada sisi sebelah
kanan umbilikus, walaupun jarang namun dapat terjadi pada sisi kiri dengan disertai
menonjolnya organ visceral dapat berupa ileum distal, gaster (48%), liver (23%) atau organ
lainnya (31%).21-24 Umbilikus biasanya ditemukan intak dan lateral dari defek dengan jembatan
kulit normal. Ukuran biasanya berkisar 2-8 cm (sangat jarang defek kecil yang <2 cm) dan
hypogastrium. Loop usus hampir selalu ditemukan edema dan diliputi oleh matriks gelatin
tebal, akibat peritonitis kimia yang disebabkan oleh pajanan usus janin terhadap urin setelah
usia gestasi 30 minggu. Berat badan saat lahir rata-rata 2400-2500 gram dan usia gestasional
mortalitas serta morbiditas mungkin berkaitan dengan malabsorbsi atau hilangnya asam amino
Janin dengan gastroschisis juga memilki peningkatan risiko prematuritas (22-30%), IUGR
10
EPIDEMIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO
gastroschisis (tidak termasuk Omphalocele) pertama kali diamati pada tahun 1970 di Finlandia
sedangkan pada tahun 1980 peningkatan tersebut diamati di Strasbourg, Paris, Israel, dan
1. Usia Maternal
Usia maternal kurang dari 20 tahun telah diidentifikasi sebagai faktor risiko yang
ini masih belum jelas, meskipun spekulasi dari teratogen tidak dapat mengidentifikasi
hubungan gen terhadap faktor gaya hidup modern, termasuk hobbi, perkerjaan, dan diet.
Keterkaitan nullipara dan penggunaan kontrasepsi oral selama konsepsi dapat mempunyai efek
teratogenik.4
2. Ras Maternal
Gastroschisis telah dilaporkan terjadi peningkatan frekuensi pada ras Hispanik. Pada
tahun 1998 sebuah penelitian retrospektif dari Meksiko menunjukkan terjadi peningkatan
frekuensi gastroschisis 4.93 per 10.000 pada penduduk asli Meksiko. Di New York, terjadi
peningkatan tingkat mortalitas pada janin berkulit hitam yang menderita gastroschisis
dibandingkan pada bayi berkulit putih dan penelitian terbaru yang dilakukan di Atlanta
menunjukkan bahwa bayi lahir dari ibu berusia muda dan ibu dengan usia 20-24 tahun kurang
mungkin lahir dari ibu berkulit hitam dibandingkan ibu berkulit putih.4
11
3. Distribusi Geografi
gastroschisis mungkin bervariasi diantara wilayah urban dan rural, walaupun informasi pada
4. Faktor lainnya
Meskipun saat ini terjadi peningkatan secara cepat angka prevalensi gastroschisis yang
secara primer mempunyai hubungan langsung terhadap faktor lingkungan, beberapa teori
hipotesis telah ditetapkan. Sebagai contoh, kurangnya diferensiasi antara gambaran klinis defek
dinding abdomen disebabkan oleh bias, defek yang sebelumnnya tidak dilaporkan, atau
12
DIAGNOSIS
masa gestasi karena sebelum usia 14 minggu, proses fisiologis herniasi mid gut terjadi belum
lengkap. Akan terlihat hernia free-floating tanpa kantong dengan insersi korda umbilikalis
yang normal. Visera seringkali edema dan tebal sehingga terlihat gambaran hiperekogenik
berbentuk seperti kembang kol atau terdapat tepi yang kasar. Gambaran ini dapat dibedakan
dengan omfalokel, dimana terlihat hernia terbungkus kantong dengan korda umbilikalis pada
bagian puncak kantong.4,5,6 Diagnosis pascanatal cukup jelas dengan inspeksi defek. 2,7
Pengukuran AFP ( Alfa-fetoprotein) pada serum maternal antara 16-18 minggu usia
gestasi adalah berguna untuk mendeteksi defek dinding abdomen dan indeks asetilkolinesterase
Jika bayi meninggal, penting untuk dilakukan nekropsi untuk menilai ukuran dan lokasi
dari defek, pada kedua cincin umbilikus dan ada atau tidaknya anomali primer atau sekunder
serta untuk mengevaluasi struktur dan integritas dinding abdomen dan untuk menilai epitelium
amnion untuk mencari vakuol lipid. Yang terakhir ditandai oleh trigliserida dan ester kolesterol
dengan gambaran asam lemak yang tidak seperti biasanya karena kaya akan asam palmitat dan
palmitoleik serta kurangnya asam lemak esensial. Hal tersebut menujukkan bahwa vakuol
13
mungkin akibat dari faktor makanan yang berbeda yang terlibat dalam pathogenesis
penutupan defek dinding abdomen lainnya seperti omphalocele. Analisis sitogenik dan atau
KELAINAN PENYERTA
dengan kelainan di midgut. Atresia intestinal/stenosis terjadi sekitar 10-15% kasus. Perforasi
usus ditemukan pada 5% pasien. Kelainan lain yang jarang termasuk undesensus testis,
tahun pertama kehidupan bayi dengan gastroschisis sering ditemukan gastroesophageal reflux
koreksi pembedahan yang tepat dan perawatan intensif neonatal. Walaupun sampai saat ini
masih kontroversi mengenai waktu dan rute persalinan yang tepat untuk mengakhiri persalinan.
Namun, kita ketahui bahwa terminasi elektif melalui section caesaria setelah 36-37 minggu
gestasi dan sebelum awal persalinan mencegah perjalanan melalui jalan lahir yang dapat
menurunkan risiko kontaminasi flora bakteri dan kerusakan organ visera. Penatalaksanaan
perkembangan yang signifikan selama dua dekade terakhir. Manajemen gastroschisis secara
bertahap berkembang dan terus mengalami perbaikan selama bertahun-tahun namun prinsip
14
penanganan tetap sama yaitu pertama, untuk mengurangi organ visceral dengan aman, kedua
untuk menutup defek dinding abdomen, dan ketiga dukungan nutrisi yang tepat, selain itu untuk
Intervensi operasi pertama kali dilakukan pada tahun 1878 dengan penutupan secara
manual dengan hasil yang fatal. Pada tahun 1943, Watskins pertama kali dilaporkan berhasil
melakukan penutupan secara primer pada pasien gastroschisis. Pada tahun 1953, Moor dan
Stokes dilaporkan menggunakan tekhnik skin flap untuk menutup abdomen. Namun dua pasien
abdominal.35
Pada tahun 1967, Schuster melakukan kemajuan yang nyata dalam penanganan operasi
pada pasien gastroschisis yaitu dengan melakukan reduksi secara bertahap dengan
menggunakan lembar Teflon sebagai penutup sementara pada pasien herniasi usus. Allen dan
Wrenn melakukan modifikasi tekhnik Schusters dengan menggunakan silastik bukan Teflon.35
15
Penatalaksanaan Awal
Penanganan pertama pada bayi baru lahir dengan gastroschisis dilakukan sesuai prinsip
ABC kemudian meliputi resusitasi cairan, NGT dekompresi, mencegah hipotermia untuk
mencegah panas dan kehilangan cairan, timbulnya infeksi, iskemik atau cedera traumatik
terhadap usus.. Pada gastroschisis perlu diperhatikan keadaan usus untuk memastikan aliran
darah tidak tertekan oleh puntiran mesenterium atau jepitan defek dinding abdomen. Perlu
dilakukan penilaian pada dasar pedikel vaskular mesenterik usus yang mengalami herniasi,
cegah puntiran dengan mereduksi visera dalam posisi vertikal dan cegah strangulasi akibat
ukuran defek yang terlalu kecil.1,2 Oklusi vena mesenterik akan menyebabkan edema usus yang
usus sehingga dapat terjadi translokasi bakteri dan sepsis.1,9 Jika ukuran defek dinding
perfusi jaringan dan koreksi asidosis metabolik (jika ada). Semua bayi dengan kelainan defek
Neonatus dengan gastroschisis akan kehilangan air evaporasi secara nyata dari rongga
abdomen yang terbuka dan usus yang terpapar. Akses intravena yang memadai harus diberikan
dan resusitasi cairan harus dimulai sejak awal kelahiran. Pemberian cairan pada bayi dengan
gastroschisis sekitar 175 ml/kgbb/hari. Sedangkan pada bayi prematur pemberian cairan 90-
125ml/kgbb/hari. Pemasangan NGT penting untuk mencegah distensi lambung dan intestinal
kehilangan panas dan evaporasi dari visera yang terekspos dengan kontrol suhu lingkungan
dan pemasangan bag menutupi defek. Usus yang herniasi harus dibungkus dalam kasa yang
16
dibasahi saline hangat, dan ditempatkan di tengah dari abdomen. Usus harus dibungkus dalam
kantung kedap air untuk mengurangi kehilangan evaporasi dan menjaga hemostasis suhu.
Walaupun gastroschisis seringnya merupakan kelainan yang tersendiri tapi pemeriksaan bayi
yang seksama harus dilakukan untuk menyingkirkan kelainan bawaan yang mungkin
menyertai. Sebagai tambahan pemeriksaan intestinal yang cermat dilakukan untuk mencari
1. Manajemen Perinatal
Manajemen perinatal diperlukan untuk menentukan metode, lokasi dan waktu kelahiran
untuk meminimalisasi komplikasi. Dari data yang didapat, persalinan per vaginam dan seksio
Waktu kelahiran juga masih menjadi perdebatan. Beberapa pusat pendidikan memilih
untuk melahirkan dini untuk mengurangi inflamasi pada permukaan usus. Hal ini didukung
oleh data sitokin cairan amnion dan mediator proinflamatori ( IL-6 dan IL-8) yang merusak
plexus nervus myenterik dan sel interstitial Cajal. Edema usus dan pembentukan kulit berjalan
sesuai dengan perkembangan kehamilan. Tetapi dari data diperoleh kelahiran pada usia
kehamilan 36-37 minggu menunjukkan bahwa janin yang dilahirkan memiliki waktu yang
lebih singkat untuk mencapai full enteral feeding, waktu pemakaian ventilator dan durasi total
parenteral nutrisi.6, 40 Jika ditemukan adanya dilatasi usus janin, penebalan usus,fetal distress
dari hasil ultrasonografi maka beberapa pusat pendidikan memilih untuk melahirkannya secara
dini.6, 41, 42 Walter-Nicolet merekomendasikan untuk minimal early feeding dimulai dengan
24ml/kg/hari dan kemudian dinaikkan secara bertahap pada bayi prematur mengurangi masa
perawatan.43
Kelahiran dipilih rumah sakit tersier sehingga terdapat akses untuk mendapatkan
penanganan dari neonatologis dan dokter bedah anak, serta terdapat NICU yang menurunkan
angka morbiditas,.6, 42
17
2. Manajemen Resusitasi Neonatus
yang terpapar. Setelah dilahirkan, segera diberikan akses intravena dan dilakukan resusitasi
cairan. Dekompresi untuk mengurangi distensi dan dilakukan penutupan herniasi usus dengan
kasa basah hangat dan dibungkus dengan pembungkus plastik, kemudian diletakkan di midline
dan bayi diposisikan kearah kanan untuk mencegah kinking mesenterium. Pemeriksaan
menyeluruh diperlukan untuk mencari kelainan kongenital yang menyertai dengan perhatian
Penatalaksanaan Pembedahan
visera yang mengalami herniasi masuk kembali ke dalam abdomen dan untuk menutup
fasia serta kulit untuk menciptakan dinding abdomen yang solid dengan umbilikus yang relatif
normal. Tindakan yang dapat dilakukan bervariasi tergantung pada ukuran dan jenis defek,
Waktu dan tekhnik untuk penutupan operasi ini tergantung pada derajat inflamasi usus,
besarnya defek, kondisi umum janin. Penutupan operasi primer sebelum 24 jam setelah
kelahiran (kehidupan ektrauterin, EUL) lebih dipilih, tetapi jika terjadi ketidak seimbangan
visero abdominal ( terdapat 20-49% kasus) reduksi secara bertahap dengan silo penting untuk
menghindari komplikasi. Repair operasi harus dilakukan antara 6 dan 10 hari kehidupan
ekstrauterin.5
dinding anterior abdomen, mengurangi herniasi organ visceral dalam rongga abdomen.
Schuster pertama kali menggambarkan pembuatan silo untuk pasien yang memiliki disporporsi
organ abdomen, dengan tujuan untuk mengembalikkan organ visera kedalam abdomen secara
18
bertahap dan mendilatasi dinding abdomen satu atau dua hari secara alami. Hal ini penting
untuk memantau tekanan intra-abdominal yang terjadi selama operasi. Tekanan intra-abdomen
yang tinggi mungkin berperan pada perubahan hemodinamik, seperti pada kasus yang
menyebabkan kompresi vena cava inferior dengan penurunan aliran balik vena ke jantung dan
gagal jantung kanan. Setelah repair defek pada dinding abdomen seringkali diperlukan
1. Tindakan bedah
Penanganan bedah untuk gastroskisis berbeda setiap pusat pendidikan. Tujuan utama
dari tindakan bedah adalah untuk mengembalikan organ visera ke kavum abdomen dengan
memperhatikan resiko kerusakan akibat trauma langsung atau peningkatan tekanan intra-
Waktu dan lokasi tindakan bedah masih kontroversial dari penutupan langsung di ruang
persalinan, reduksi dan penutupan fasia di NICU sampai di ruang operasi. Perlu diperhatikan
adanya band obstruction, perforasi, hipomotilitas dan atresia sebelum dilakukan tindakan.
Adanya band perlu dibebaskan sebelum pemasangan silo atau penutupan primer untuk
a. Penutupan primer
Penutupan primer biasanya segera dilakukan karena pada beberapa penelitian, outcome
yang diperoleh akan lebih baik. Tetapi data ini bias, karena hanya pasien yang tidak stabil atau
memiliki kelainan usus dan defek besar yang menjalani penutupan secara bertahap. Menurut
penelitian Canadian Pediatric Surgeon Network (CAPSNet) , pasien yang dapat dilakukan
19
reduksi atau penutupan primer menurunkan lama pemakaian parenteral nutrisi dan lama
perawatan.42
b. Penutupan bertahap
abdomen. Tetapi metode ini sudah tergantikan dengan pemasangan silo pada defek abdomen
Usus kemudian akan dilakukan reduksi satu atau dua kali dalam sehari ke kavum
abdomen dengan memperpendek kantung Silo dengan ligasi. Ketika bagian yang mengalami
eviserasi sudah tereduksi, penutupan secara primer dapat dilakukan. Proses ini biasanya
membutuhkan waktu 1-14 hari tergantung dari keadaan usus dan bayi. Pada beberapa kasus
preformed silo dapat dilakukan di bed pasien, dan penutupan dapat dilakukan segera tanpa
serial ligasi. 42
20
Gambar 7. Gastroschisis dengan edem usus (A). Tekhnik reduksi bertahap menggunakan
spring loaded silo (B)
Dikutip dari Evolution management of gastroschisis. Annals of pediatric surgery 36
Gambar 8. Gastroschisis tanpa komplikasi (A)Tekhnik menggunakan Spring loaded Silo (B)
Dikutip dari Evolution management of gastroschisis. Annals of pediatric surgery36
2. Teknik penutupan
Penutupan di ruang operasi meliputi flap ke defek fasial untuk memfasilitasi penutupan
fasial secara berahap. Penutupan kulit secara linear akan memberkan gambaran keyhole
dengan skar horizontal pada bagian kanan umbilikus. Beberapa ahli menyarankan untuk
menggunakan penjahitan purse string pada kulit sekitar umbilikus sehingga skar yang
Penggunaan adhesive dressing untuk menutup defek banyak digunakan jika talipusat
tidak terlalu maserasi atau kering. Teknik ini baik untuk defek kecil karena tidak menyebabkan
skar linear. Jika talipusat tidak dapat diselamatkan, maka usus dapat ditutup segera dengan
dressing non permeable yang kemudian diganti setiap 5-7 hari sambil diperiksa lukanya,
21
granulasi dan epitelialisasi. Dengan cara ini , pasien tidak perlu dilakukan operasi. Residual
Banyak cara penutupan lain yang dapat dilakukan jika penutupan primer tak dapat
dilakukan seperti penggunaan umbilikus sebagai allograft. Penggunaan prostetik seperti mesh
absorbable dan patch absorbable biosintetik seperti dura atau submucosa usus halus porcine(
surgisis, Cook Inc). Pilihan lain adalah dengan mereduksi dengan pemasangan Silo untuk
mencegah eviserasi. Pilihan ini baik jika tekanan intraabdomen yang dapat menyebabkan
penurunan fungsi paru pada saat melakukan penutupan fasia dan kulit. Biasanya silo dilepaskan
parameter selama reduksi. Tekanan > 20 mmHg menurunkan fungsi ginjal dan paru. Demikian
juga pada peningkatan CVP > 4 mm Hg berkorelasi dengan pemakaian Silo. Saat dilakukan
reduksi perlu diperhatikan urine output, perfusi ekstremitas sebagai salah satu tanda adanya
sindrom kompartemen abdomen.42 Berikut ini adalah bagan metode penanganan gastroskisis
sederhana dan kompleks di Inggris. Dari gambar ini diperoleh data bahwa penangan
gastroskisis dengan delayed closure, pemakaian preformed silo sudah banyak digunakan di
Inggris menggantikan penutupan primer dengan hasil penurunan durasi penggunaan ventilator
dengan yang tersering adalah jejunum atau ileum. Atresia ini dapat dilakukan penanganan saat
penutupan dinding abdomen dengan reseksi atau anastomosis primer jika inflamasi usus
minimal. Jika kondisi usus tidak memungkinan, maka anastomosis primer dapat ditunda 4-6
minggu setelah penutupan dinding abdomen. Pembuatan stoma merupakan salah satu alternatif
22
pilihan terutama pada atresia di distal. Atresia intestinal harus dibedakan dengan vanishing
gastroschisis ( gambar 4). Kasus ini adalah visera ekstra abdominal dengan gambaran nekrosis
Kasus ini jarang dan menyebabkan short bowel syndrome. Perforasi dapat dilakukan
kardiovaskular dan respirasi. Karakteristik bayi yang baru lahir dengan gastroschisis adalah
aspek bagian dada "lonceng", akibat penonjolan organ abdomen keluar rongga abdomen
selama kehamilan. Selanjutnya kesulitan bernafas atau perubahan antara otot perut dan
diafragma yang dinamis, membuat sulit untuk mensuplai pasien, yang membutuhkan dukungan
nutrisi parenteral. Karakteristik lain dari bayi dengan gastroschisis adalah kegagalan fungsi
pencernaan , biasanya multifaktorial, berasal dari gangguan motilitas, anomali usus yang
terkait dan kehilangan panjang usus akibat nekrosis atau reseksi bedah1
Secara umum, prognosis nya baik dengan tingkat kelangsungan hidup 90%, namun
di Negara berkembang risiko kematian mungkin masih tinggi 50-60%. Penyebab utama
kematian yang terkait diantaranya prematuritas, sepsis neonatal, gagal ginjal akut atau gagal
multipel organ. Pasien yang didiagnosis sebelum lahir, angka mortalitas pada tahap ini sebesar
10% dan terminasi kehamilan secara elektif ditemukan pada 26.5% kasus.46
DIAGNOSA BANDING
kandung kemih, limb body complex, amniotic band syndrome, jantung ektopia dan pentalogi.16
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Klein MD. Congenital defects of the abdominal wall. In: Coran AG, Caldamone A, Adzick NS,
Krummel TM, Laberge JM, Shamberger R (eds). Pediatric surgery. 7th ed. Philadelphia: Mosby;
2012.
2. Wilson RD, Johnson MP. Congenital abdominal wall defects: an update. Fetal Diagn Ther
2014;19:385-98.
3. Kumar P. Gastrochisis. In: Kumar P, Burton BK (eds). Congenital Malformations. Chicago:
McGraw-Hill; 2008.
4. Ragarwal. 2005. Prenatal diagnosis of anterior abdominal wall defect: Pictorial essay. Ind J
Radiol Imag;15:3:361-372
5. Blazer S, Zimmer EZ, Gover A, Bronshtein M. Fetal omphalocele detected early in pregnancy:
associated anomalies and outcomes. RSNA. 2004;232:191-5.
6. Grigore M, Iliev G, Gafiteanu D, Cojocaru C. The fetal abdominal wall defects using 2D and 3D
ultrasound: Pictorial essay. Med Ultrason. 2012;14(4):341-7.
7. Hunter A, Soothill P. Gastroschisisan overview. Prenat Diagn 2002;22(10):86973.
8. Ledbetter DJ. Gastroschisis and omphalocele. Surg Clin N Am 2006;86:24960.
9. Moore-Olufemi SD, Padalecki J, Olufemi SE, Xue H, Oliver DH, Radhakrishnan RS, et al.
Intestinal edema: effect of enteral feeding on motility and gene expression. J Surg Res. 2009
Aug;155(2):283-92.
10. Chaplunik S, Suk P, Vlcek P, Korbicka J, Veverkova L, Masek M, et al. Intraabdominal pressure
and perfusion of splanchnic organs following major surgeries in the abdominal cavity. Scripta
Medica. 2006 June;79(2):85-92.
11. McGuiden RM, Mullenix PS, Vegunta R, Pearl RH, Sawin R, Azarow KS. Splanchnic perfusion
pressure: a better predictor of safe primary closure than intraabdominal pressure in neonatal
gastroschisis. J Pediatr Surg. 2006 May;41(5):901-4.
12. Gross RE. A new method for surgical treatment of large omphaloceles. Surgery. 1948;24:277-
92.
13. Blazer S, Zimmer EZ, Gover A, Bronshtein M. Fetal omphalocele detected early in pregnancy:
Associated anomalies and outcomes. 2004. RSNA;232:191-195.
14. Baerg J, Kaban G, Tonita J, Pahwa P, Reid D. Gastroschisis: a sixteen-year review. J Pediatr
Surg. 2003;38(5):7714.
15. Swartz KR, Harrison MW, Campbell JR, Campbell TJ. Ventral hernia in the treatment of
omphalocele and gastroschisis. Ann Surg. 1985 Mar;201(3):347-50
24