Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS

KONJUNGTIVITIS OD

Oleh:
Fajar Maulidan Alamin, S.Ked
NIM : 70 2009 017

Pembimbing:
dr. H. Ibrahim, Sp.M

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA


FK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG/
RS. MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2013
BAB I
LAPORAN KASUS
1

ANAMNESIS Nama : Nn. RS Ruang : -


Autoanamnesis dan Alloanamnesis Umur : 17 tahun Kelas : -

Nama Lengkap : Nn.RS


Tempat dan Tanggal Lahir : Palembang, 13 September 1999
Umur : 17 tahun
Pekerjaan : Mahasiswi
Alamat : Jl. Jend. Ahmad Yani, Palembang
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA

Dokter yang Merawat :


Dokter Muda : Siska Sarwana, S.Ked

Tanggal Pemeriksaan : 26 April 2017

Keluhan Utama :
Benjolan pada kelopak mata kiri bagian bawah sejak 1 bulan yang lalu

Keluhan Tambahan :
Benjolan pada kelopak mata kiri bagian kiri terasa menganjal, nyeri, merah, dan saat
berkedip terasa mengganggu. Keluhan pandangan kabur, gatal, berair, belekan
disangkal.

1. Riwayat Penyakit Sekarang

Hasil autoanamnesis, pasien mengeluh ada benjolan pada mata kiri bagian
bawah sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya penderita mengeluh benjolan berukuran
kecil, terasa gatal dan nyeri. Benjolan dirasakan semakin lama semakin besar. 2
minggu yang lalu, penderita datang berobat ke puskesmas dan dikatakan
mengalami bintitan, penderita diberikan salep mata (lupa nama obatnya) dan
keluhan tidak berkurang. Penderita kemudian berobat ke dokter praktik umum 1
minggu yang lalu dan diberikan salep mata (penderita lupa) namun benjolan
dirasakan semakin besar dan nyeri.
Keluhan yang dirasakan pasien ini menggangu aktifitas hariannya dan
memutuskan untuk berobat ke poli mata Rumah Sakit Bari Palembang.
2

2. Riwayat Penyakit Dahulu

Hasil autoanamnesis, Pasien belum pernah menderita penyakit ini sebelumnya.


riwayat alergi makanan dan obat tidak ada, riwaya, riwayat trauma pada mata
tidak ada.
Riwayat penyakit darah tinggi disangkal
Riwayat kencing manis disangkal

3. Riwayat Penyakit Keluarga

Hasil autoanamnesis diketahui informasi mengenai riwayat penyakit keluarga,


tidak ada yang mengalami keluhan yang sama pada mata di keluarga pasien
3

Nama : Nn.RS Ruang : -


PEMERIKSAAN FISIK
Umur : 17 tahun Kelas : -

Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital :
- Tekanan Darah : 110/80 mmHg
- Nadi : 84x/menit
- Laju Napas : 19 x/menit
- Suhu : 37 C

Status Oftalmologis

OD OS

No. Pemeriksaan OD OS
1. Visus 6/6 6/6
2. Tekanan Intra Okuler Tidak diperiksa Tidak diperiksa
3. Kedudukan Bola Mata
Posisi Ortoforia Ortoforia
Eksoftalmus (-) (-)
Enoftalmus (-) (-)
4. Pergerakan Bola Mata
Atas (+) Baik (+) Baik
Bawah (+) Baik (+) Baik
Temporal (+) Baik (+) Baik
Temporal atas (+) Baik (+) Baik
Temporal bawah (+) Baik (+) Baik
Nasal (+) Baik (+) Baik
Nasal atas (+) Baik (+) Baik
Nasal bawah (+) Baik (+) Baik
Nistagmus
(-) (-)
4

5. Palpebrae
Hematom (-) (-)
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (+)
Benjolan (-) (+)
Ulkus (-) (-)
Fistel (-) (-)
Hordeolum (-) (-)
Kalazion (-) (+)
Ptosis (-) (-)
Ektropion (-) (-)
Entropion (-) (-)
Sekret (-) (-)
Trikiasis (-) (-)
Madarosis (-) (-)
6. Punctum Lakrimalis
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Benjolan (-) (-)
Fistel (-) (-)
7. Konjungtiva Tarsal Superior
Edema (-) (-)
Hiperemis (+) (-)
Sekret (+) (-)
Epikantus (-) (-)
8. Konjungtiva Tarsalis Inferior
Kemosis (-) (-)
Hiperemis (+) (+)
Anemis (-) (-)
Folikel (-) (-)
Papil (-) (-)
Lithiasis (+) (-)
Simblefaron (-) (-)
9. Konjungtiva Bulbi
Kemosis (-) (-)
Pterigium (-) (-)
Pinguekula (-) (-)
Flikten (-) (-)
Simblefaron (-) (-)
Injeksi konjungtiva (+) (-)
Injeksi siliar (-) (-)
Injeksi episklera (-) (-)
Perdarahan subkonjungtiva (-) (-)
10. Kornea
5

Kejernihan Jernih Jernih


Edema (-) (-)
Ulkus (-) (-)
Erosi (-) (-)
Infiltrat (-) (-)
Flikten (-) (-)
Keratik presipitat (-) (-)
Macula (-) (-)
Nebula (-) (-)
Leukoma (-) (-)
Leukoma adherens (-) (-)
Stafiloma (-) (-)
Neovaskularisasi (-) (-)
Imbibisi (-) (-)
Pigmen iris (-) (-)
Bekas jahitan (-) (-)
Tes sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan

11. Limbus kornea


Arkus senilis (-) (-)
Bekas jahitan (-) (-)
12. Sklera
Sklera biru (-) (-)
Episkleritis (-) (-)
Skleritis (-) (-)
13. Kamera Okuli Anterior
Kedalaman sedang sedang
Kejernihan Jernih Jernih
Flare (-) (-)
Sel (-) (-)
Hipopion (-) (-)
Hifema (-) (-)
14. Iris
Warna Coklat Coklat
Gambaran radier Baik Baik
Eksudat (-) (-)
Atrofi (-) (-)
Sinekia posterior (-) (-)
Sinekia anterior (-) (-)
Iris bombe (-) (-)
Iris tremulans (-) (-)
15. Pupil
Bentuk Bulat Bulat
6

Besar 3 mm 3 mm
Regularitas Reguler Reguler
Isokoria (+) (+)
Letak Sentral Sentral
Refleks cahaya langsung (+) (+)
Seklusio pupil (-) (-)
Oklusi pupil (-) (-)
Leukokoria (-) (-)
16. Lensa
Kejernihan Jernih Jernih
Shadow test (-) (-)
Refleks kaca (-) (-)
Luksasi (-) (-)
Subluksasi (-) (-)
Pseudofakia (-) (-)
Afakia (-) (-)

17. Funduskopi
Refleks fundus Tidak dinilai Tidak dinilai
Papil Tidak dinilai Tidak dinilai
- warna papil
- bentuk
- batas
Retina Tidak dinilai Tidak dinilai
- warna
- perdarahan
- eksudat
Makula lutea Tidak dinilai Tidak dinilai

Pemeriksaan Anjuran:
-
7

RINGKASAN ANAMNESIS DAN Nama : Nn. RS Ruang : -


PEMERIKSAAN JASMANI Umur : 17 tahun Kelas : -

Benjolan pada kelopak mata kiri bagian bawah dirasakan sejak 1 bulan yang
lalu. Benjolan dirasakan semakin membesar disertai nyeri dan kemerahan. Gatal,
mata berair disangkal. Penderita mengaku sudah berobat 2x sebelum datang ke poli
mata RSUD Palembang Bari dan diberikan salep mata namun keluhan tidak
berkurang.
Pasien belum pernah menderita penyakit ini sebelumnya. riwayat alergi
makanan dan obat tidak ada, riwayat mata kemasukan serangga tidak ada, riwayat
trauma pada mata tidak ada. Ketajaman pengelihatan tidak terganggu

Pada pemeriksaan :
Visus OD : 6/6
Visus OS : 6/6
Pada palpebra inferior sinistra didapatkan benjolan ukuran 6x4 mm, hiperemis,
konsistensi kenyal, berbatas tegas, permukaan rata, nyeri tekan (+)
Konjungtiva Tarsalis Inferior Sinistra : Hiperemis (+)

Daftar Masalah:
1. Benjolan pada kelopak mata kiri sejak 1 bulan yang lalu
2. Benjolan dirasakan nyeri
3. Konjungtiva Tarsalis Inferior
OS = Hiperemis (+)

Diagnosis Banding :
Kalazion
Hordeolum

Diagnosis :
Kalazion OS
8

Nama : Nn. RS Ruang : -


RENCANA PENGELOLAAN
Umur : 17 tahun Kelas : -

1. Pengobatan
a. Pemberian salep mata ( Gentamycin 2-4x/ hari)
b. Pemberian analgetika (Paracetamol 3x500 mg k/p)
c. Pemberian steroid topikal / injeksi
d. Pembedahan jika kalazion semakin berat dan terapi medikamentosa
tidak mengalami perbaikan
2. Edukasi
a. Sebelum dan sesudah membersihkan atau mengoleskan obat, penderita
harus mencuci tanganya dengan bersih
b. Kompres hangat dengan cara menempelkan handuk basah oleh air
hangat selama 15 menit 4x sehari untuk mengurangi pembengkakan
dan drainase kelenjar
c. Jangan menekan/nekan atau menusuk benjolan

Nama dan tanda tangan dokter muda : Siska Sarwana

Diperiksa dan disahkan oleh:


Dokter Pembimbing : dr. Septiani Nadra Indawaty, Sp.M

Tanggal : 26 April 2017

Tanda tangan

( )
9

KALAZION

ANATOMI

Kelopak atau palpebra merupakan alat meutup mata yang mempunyai fungsi
melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar, dan pengeringan bola mata,
serta mengeluarkan sekresi kelenjar yang membentuk film air mata di depan kornea.
Gangguan penutupan bola mata akan mengakibatkan keringnya permukaan mata
sehingga terjadinya keratitis et lagoftalmus. Kelopak mata mempunyai lapis kulit
yang tipis pada bagian depan sedangkan di bagian belakang ditutupi selaput lendir
tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.

Pada kelopak terdapat bagian-bagian :

Kelenjar seperti:

Kelenjar Moll atau Kelenjar Keringat


Kelenjar Zeis pada pangkal rambut, berhubungan dengan folikel rambut
dan juga menghasilkan sebum
Kelenjar Meibom (Kelenjar Tarsalis) terdapat di dalam tarsus. Kelenjar
ini menghasilkan sebum (minyak)

Otot seperti :

M. Orbikularis Okuli

Berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan bawah, dan terletak di


bawah kulit kelopak. Pada dekat tepi margo palpebra terdapat otot
orbikularis okuli yang disebut sebagai M. Rioland. M. Orbikularis
berfungsi menutup bola mata yang dipersarafi N. Fasialis (VII).
10

M. Levator Palpebra

Bererigo pada Anulus Foramen Orbita dan berinsersi pada Tarsus Atas
dengan sebagian menembus M. Orbikularis Okuli menuju kulit kelopak
bagian tengah. Otot ini dipersarafi oleh N. III yang berfungsi untuk
mengangkat kelopak mata atau membuka mata.

Di dalam kelopak terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan


kelenjar di dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada margo
palpebra. Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita
pada seluruh lingkaran pembukaan rongga orbita. Tarsus (terdiri atas jaringan
ikat yang merupakan jaringan penyokong kelopak dengan kelenjar Meibom
(40 bush di kelopak atas dan 20 pada kelopak bawah)).
Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita
merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan. Pembuluh darah yang
memperdarahinya adalah a. palpebra.
Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal N.V,
sedang kelopak bawah oleh cabang ke II saraf ke V.
Konjungtiva tarsal yang terletak di belakang kelopak hanya dapat dilihat
dengan melakukan eversi kelopak. Konjungtiva tarsal melalui forniks menutup
bulbus okuli. Konjungtiva merupakan membran mukosa yang mempunyai sel Goblet
yang menghasilkan musin.1,2

Panjang tepian palpebra adalah 25-30mm dan lebar 2mm. ia dipisahkan oleh
garis kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian anterior dan posterior, pada tepian
anterior, terdapat:

Bulu mata. Bulu mata muncul dari tepian palpebra dan tersusun tidak teratur.
Bulu mata atas lebih panjang dan lebih banyak dari yang dibawah dan
melengkung ke atas. Bulu mata bawah melengkung ke bawah.
Glandula Zeis. Adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara ke
dalam folikel rambut pada dasar bulu mata.
11

Glandula Moll. Adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara kedalam


satu bari deka bulu mata.6
Tepian palpebra posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang tepian ini
terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasea yang telah dimodifikasi (glandula
meibom atau tarsal). Pada ujung medial dari tepian posterior palpebra terdapat elevasi
kecil dengan lubang kecil di pusat yang terlihat pada palpebra superior dan inferior.
Punktum ini berfungsi menghantar air mata ke bawah melalui kanalikulus terkait kie
sakus lakrimalis.6

Gambar 1. Anatomi palpebra2

DEFINISI
Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar Meibom yang
tersumbat. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar Meibom dengan infeksi
ringan yang mengakibatkan peradangan kronis tersebut. Biasanya kelainan ini
dimulai penyumbatan kelenjar oleh infeksi dan jaringan parut lainnya.

Kalazion adalah radang granulomatosa menahun steril dan idiopatik pada kelenjar
meibom, umumnya ditandai pembengkakan terbatas yang tidak terasa sakit dan
berkembang dalam beberapa minggu.
12

Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kronik kelenjar meibom yang


terjadi setelah timbulnya hordeulum internal. Kalazion akan terus tumbuh dan
diperlukan eksisi atau suntikan steroid untuk alasan kosmetik atau jika penglihatan
terganggu.

Kalazion merupakan peradangan lipogranulomatosa yang berlokasi di kelenjar


Meibom atau kelenjar Zeiss. Kalazion biasanya berkembang secara spontan sebagai
hasil dari penyumbatan satu atau lebih kelenjar bersifat tidak nyeri. Nodulnya
berkembang secara lambat dan biasanya tidak sakit dan eritematosa. Lesinya biasanya
hilang dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan saat lesinya di drainase baik
secara eksternal melalui kulit kelopak mata atau secara internal melalui tarsus, atau
saat lipid yang tertekan difagosit dan granuloma menghilang. Sebagian kecil daripada
jaringan parut nungkin akan tetap ada. Kadang-kadang pasien dengan kalazion
mungkin mengalami pengelihatan kabur yang sekunder sampai astigmatisma karena
tekanan dari kalazion terhadap bola mata.

Kalazion terjadi pada semua umur, sementara pada umur yang ekstrim sangat
jarang, kasus pediatrik mungkin dapat dijumpai. Pengaruh hormonal terhadap sekresi
sabaseous dan viskositas mungkin menjelaskan terjadinya penumpukan pada masa
pubertas dan selama kehamilan.
13

ETIOLOGI
Kalazion disebabkan oleh minyak dalam kelenjar meibom terlalu pekat untuk
mengalir keluar kelenjar atau saluran kelenjar minyak yang tersumbat. Oleh karena
tidak dapat mengalir keluar, produksi minyak tertimbun di dalam kelenjar dan
membentuk tembel di palpebra. Kelenjar dapat pecah, mengeluarkan minyak ke
jaringan palpebra sehingga menyebabkan inflamasi dan kadang-kadang jaringan
parut. Kalazion lebih sering timbul pada palpebra superior, di mana jumlah kelenjar
Meibom terdapat lebih banyak daripada palpebra inferior.

Faktor predisposisi pada kalazion yaitu:

Belum diketahui dengan pasti faktor resiko apa yang menyebabkan terjadinya
kalazion
Hygiene palpebra yang buruk mungkin dapat dihubungkan dengan kalazion
meskipun perannya masih perlu dibuktikan.
Stress juga sering dihubungkan dengan kalazion namun stress belum
dibuktikan sebagai penyebab dan mekanisme stress dalam menyebabkan
kalazion belum diketahui.

EPIDEMIOLOGI
Kalazion terjadi pada semua umur.1 Laki-laki dan wanita mempunyai potensi yang
sama dengan kecenderungan lebih sering didapati pada usia dewasa akibat pengaruh
hormon androgen yang berperan dalam produksi sebum. Pengaruh hormonal pada
sekresi dan viskositas sebaseus dapat menjelaskan terjadinya kalazion pada pubertas
dan kehamilan. Namun, sejumlah pasien tanpa bukti perubahan hormonal
menunjukkan bahwa terdapat mekanisme lain yang ikut berperan.

PATOFISIOLOGI
Kalazion merupakan radang granulomatosa kelenjar Meibom. Nodul terlihat
atas sel imun yang responsif terhadap steroid termasuk jaringan ikat makrofag seperti
histiosit, sel raksasa multinucleate plasma, sepolimorfonuklear, leukosit dan eosinofil.
14

Produk-produk hasil pemecahan lipid (lemak), mungkin dari enzim-enzim


bakteri yang berupa asam lemak bebas, mengalami kebocoran dari jalur sekresinya
memasuki jaringan di sekitarnya dan merangsang terbentuknya respon inflamasi.
Massa yang terbentuk dari jaringan granulasi dan sel-sel radang ini membentuk
kalazion. Proses granulomatous ini yang membedakan antara kalazion dengan
hordeolum internal atau eksternal (terutama proses piogenik yang menimbulkan
pustul), walaupun kalazion dapat menyebabkan hordeolum, begitupun sebaliknya.
Secara klinik, nodul tunggal (jarang multipel) yang agak keras berlokasi jauh di
dalam palpebra atau pada tarsal. Eversi palpebra mungkin menampakkan kelenjar
meibom yang berdilatasi.

MANIFESTASI KLINIK

lokasi kelenjar meibom Kalazion pada Palpebra Superior

Benjolan pada kelopak mata yang terjadi > 2 minggu dan biasanya tidak ada
nyeri tekan.
Pseudoptosis (ptosis palsu/kulit kelopak atas mata agak berlebih sehingga
menggantung menutupi tepinya bila mata dibuka),
tidak kemerahan, Kelenjar preurikel tidak membesar.
Kadang-kadang mengakibatkan perubahan bentuk bola mata akibat
tekanannya sehingga terjadi kelainan refraksi pada mata tersebut.1
15

Awalnya, gejala kalazion mungkin menyerupai hordeolum. Setelah beberapa


hari, gejala-gejala awal hilang, tanpa rasa sakit, tumbuh lambat, benjolan
tegas dalam kelopak mata. Kulit di atas benjolan dapat digerakkan secara
longgar.
Gejala yang mungkin dirasakan pasien dengan kalazion adalah sebagai
berikut:

Pembengkakan di kelopak mata


Kekakuan pada kelopak mata
Sensitivitas terhadap cahaya
Peningkatan keluarnya air mata
Berat dari kelopak mata
Rasa seperti mengantuk.

DIAGNOSIS

Dari anamnesa diriwayatkan pembesaran dari waktu ke waktu, dan mungkin


ada riwayat infeksipada kelopak mata yg nyeri sebelum terbentuk kalazion,
tapi ini tidak selalu terjadi
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi tes penglihatan masing-masing mata
dan inspeksi muka,palpebra, dan mata itu sendiri. Sebagai tambahan dalam
memeriksa kulit palpebra, dokter mata juga akan melihat bagian dalam
palpebra superior jika tembel ada di palpebra superior
Temuan klinis dan respon terhadap terapi pada pasien kalazion biasanya
spesifik. Materi yangdiperoleh dari kalazion menunjukkan campuran sel-sel
inflamasi akut dan kronik.
Analisis lipid memberikan hasil asam lemak dengan rantai karbon panjang.
Kultur bakteri biasanya negatif, tapi Staphylococcus aureus, Staphylococcus
albus, atau organisme komensal kulit lainnya bisa ditemukan.
Propionibacterium acnes mungkin ada didalam isi kelenjar
16

Pencitraan fotografik infra merah dari kelenjar Meibom dapat menunjukkan


dilatasi abnormal yang tampak pada permukaan tarsal palpebra yang dieversi.
Kadang saluran kelenjar Meibom bisa tersumbat oleh suatu kanker kulit,
untuk memastikan halini maka perlu dilakukan pemeriksaan
biopsy/histopatologis.

DIAGNOSIS BANDING
1. Hordeoulum.
Hordeolum adalah benjolan berwarna merah di dekat tepi kelopak mata yang
disebabkan oleh infeksi kelenjar bulu mata. Infeksi disebabkan oleh
Staphylococcus aureus.

Gejala

Pembengkakan
Rasa nyeri pada kelopak mata
Perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar pada kelopak mata
Riwayat penyakit yang sama

Tanda

Eritema
Edema
Nyeri bila ditekan di dekat pangkal bulu mata
Seperti gambaran absces kecil

Kalazion cenderung membesar lebih jauh dari tepi kelopak mata daripada
hordeolum. Selain itu, kalazion berbeda dengan hordeolum dimana biasanya
tidak menimbulkan rasa sakit meskipun terasa kekakuan akibat pembengkakan,
serta berbeda dari segi ukurannya. Kalazion cenderung lebih besar dari
hordeolum. Pada hordeolum, peradangan bersifat akut. Sedangkan pada kalazion,
17

peradangan bersifat kronis, dan kadang merupakan kelanjutan hordeolum yang


tidak membaik.

Gambar 4. Hordeolum

2. karsinoma sel sebasea


Kelenjar sebasea biasanya terdapat disamping akar rambut dan muaranya
terdapat pada lumen akar rambut (folikel rambut). Karsinoma sel sebasea paling
sering terjadi pada perempuan dibandingkan lelaki, terutama pada usia 70 tahun
keatas.
Karsinoma sel sebasea sering terdapat pada kulit kelopak mata dibandingkan
bagian kulit lain dari tubuh. Lokasi tersering pada kelopak mata adalah pada
kelenjar meibom. Biasanya berbentuk nodul kecil, keras.

3. Molluscum Contagiosum
Lesi berumbilikus ini ditemukan pada tepi kelopak mata dan disebabkan oleh
virus pox. Molluscum Contagiosum adalah Infeksi kulit yang berupa papul
(benjolan licin dan sewarna kulit), tidak nyeri dan dapat hilang dengan
sendirinya tanpa pengobatan dalam waktu setahun. Penyakit ini mudah menular,
namun hanya menyerang kulit, tidak menyerang organ-organ dalam. Cara
penularan yang biasa terjadi adalah lewat kontak langsung maupun kontak dengan
benda lain yang terkontaminasi.
Lebih sering ditemukan pada anak-anak, anak laki-laki lebih banyak
frekuensinya dibanding anak perempuan.
18

Gejala:
Terbentuknya papul yang cukup banyak.
Papul merupakan benjolan yang berbatas tegas, licin, berbentuk kubah dan
sewarna dengan kulit. Ukuran dari papul ini bervariasi, biasanya antara 2-6
milimeter.
Di bagian tengah benjolan seringkali terdapat lekukan (delle) kecil yang berisi
bahan sepertinasi dan berwarna putih, yang merupakan ciri khas untuk
moluskum kontagiosum.
Benjolan biasanya tidak terasa gatal ataupun nyeri dan bisa ditemukan secara
tidak sengaja ketika penderita sedang menjalani pemeriksaan fisik.
Papul ini dapat meradang secara spontan ataupun karena trauma akibat
garukan.
Papul yang meradang memberikan gambaran benjolan yang merah, dan
hangat.

Gambar 5. Molluscum Contagiosum


19

4. Dermoid Cyst.

5. Tear Gland Adenoma.

PENATALAKSANAAN

Kalazion yang kecil dan tanpa disertai nyeri dapat diabaikan. Pengobatan
secara konservatif seperti pemijatan pada palpebra, kompres hangat, dan steroid
topikal ringan biasanya dapat berhasil dengan baik. Pada sebagian besar kasus,
pembedahan hanya dilakukan bila pengobatan selama berminggu-minggu tidak
membuahkan hasil.
20

Sebagian besar kalazion berhubungan dengan kalazion lain yang berlokasi di


bagian yang lebih dalam dari palpebra. Isi dari kalazion marginalis murni akan
menyatu bila 2 buah kapas didorong ke arah tepi palpebra dari kedua sisinya. Jika isi
kalazion tidak dapat dikeluarkan, lakukan insisi distal kalazion dan isinya dikerok.

Penatalaksanaan dari kalazion terinfeksi (misalnya hordeolum interna)


meliputi pemanasan, serta antibiotik topikal dan atau sistemik. Pada beberapa kasus
mungkin diperlukan insisi dan drainase. Yang dikeluarkan hanyalah pus, kuretase
atau kerokan yang berlebihan dapat memperluas infeksi dengan rusaknya jaringan.
Steriod topikal diperlukan untuk mencegah terjadinya reaksi peradangan kronis yang
dapat menimbulkan sikatrik.

Mengingat kalazion adalah peradangan, maka terapinya bersifat anti peradangan.

1. Menggunakan kompres hangat selama kira-kira 15 menit, 2-4 kali sehari


Penanganan konservatif kalazion adalah dengan kompres air hangat 15 menit (4
kali sehari). lebih dari 50% kalazion sembuh dengan pengobatan konservatif.
Obat tetes mata atau salep mata jika infeksi diperkirakan sebagai penyebabnya.
2. Injeksi steroid/ steroid topikal untuk mengurangi inflamasi
3. Injeksi steroid ke dalam kalazion untuk mengurangi inflamasi. Steroid
menghentikan inflamasi dan sering menyebabkan regresi dari kalazion dalam
beberapa minggu kemudian. Injeksi 0,2 2 ml triamsinolon 5 mg/ml secara
langsung ke pusat kalazion, injeksi kedua mungkin diperlukan. Komplikasi dari
penyuntikan steroid meliputi hipopigmentasion, atropi, dan potensial infeksi.
4. Tindakan bedah jika gumpalan tersebut tidak dapat hilang.
Eksisi kalazion
Jika perlu, buatlah insisi vertikal pada permukaan konjungtiva palpebra.
Untuk kalazion yang kecil, lakukan kuretase pada granuloma inflamasi pada
kelopak mata. Untuk kalazion yang besar, iris granuloma untuk dibuang
seluruhnya Cauter atau pembuangan kelenjar meibom (yang biasa dilakukan).
Untuk kalazion yang menonjol ke kulit, insisi permukaan kulit secara
21

horisontal lebih sering dilakukan daripada lewat konjungtiva untuk


pembuangan seluruh jaringan yang mengalami inflamasi.
- Jika perlu, buatlah insisi vertikal pada permukaan konjungtiva palpebra.
- Untuk kalazion yang kecil, lakukan kuretase pada granuloma inflamasi
pada kelopak mata.
- Untuk kalazion yang besar, iris granuloma untuk dibuang seluruhnya
- Cauter atau pembuangan kelenjar meibom (yang biasa dilakukan
- Untuk kalazion yang menonjol ke kulit, insisi permukaan kulit secara
horisontal lebih sering dilakukan daripada lewat konjungtiva untuk
pembuangan seluruh jaringan yang mengalami inflamasi
Langkah Insisi dan kuretase :
Langkah 1: Setelah prepping kulit, disuntikkan lokal anastesi
menggunakan campuran Xylocaine volume kecil dan Adrenalin
(1:100.000). Adrenalin meminimalkan perdarahan pasca-operasi.
Langkah 2: lokalisasi lesi pada permukaan konjungtiva sebelum dijepit
dengan penjepit kalazion ukuran yang sesuai
Langkah 3: Jepit dan pastikan bahwa lesi berada dalam penjepit
sehingga massa kalazion berpusat pada cincin penjepit terbuka pada
permukaan konjungtiva
Langkah 4: Sebuah sayatan vertikal dibuat dengan pisau No.15 Bard
Parker. Alasan untuk pemotongan vertikal adalah bahwa kelenjar
meibom ditempatkan secara vertikal berarti bahwa pemotongan
vertikal tidak akan merusak kelenjar yang normal yang berdekatan
meibom
Langkah 5: Isi kalazion tebal akan keluar segera setelah sayatan
ditempatkan di tempat yang benar dan kedalaman yang benar
dari massa
Langkah 6: Lalu sendok isi kalazion dengan bantuan kuret berukuran
terbesar yang mungkin
Langkah 7: Setelah yakin bahwa kista telah sepenuhnya dikosongkan
dari isinya, bersihkan massa yang ada dengan menggunakan lidi
22

kapas. Jika pasien ini merupakan pasien kalazion berulang maka


massa akan dikirim ke laboratorium Patologi Anatomi untuk
dilakukan pemeriksaan histopatologi untuk mengetahui kemungkinan
suatu keganasan. Sebagai efek hemostat penjepit dilepas akan mulai
terjadi perdarahan, Bersihkan perdarahan dan beri salep antibiotik
untuk mencegah infeksi. Salep antibiotik diberikan dua kali untuk 3-5
hari .

Gambar 7. Eksisi

Eskokleasi Kalazion. Terlebih dahulu mata ditetes dengan anestesi topikal


pentokain. Obat anestesia infiltratif disuntikkan dibawah kulit di depan
kalazion. Kalazion dijepit dengan kelem kalazion dan kemudian klem dibalik
sehingga konjungitva tarsal dan kalazion terlihat. Dilakukan insisi tegak lurus
margo palpebra dan kemudian isi kalazion dikuret sampai bersih. Klem
kalazion dilepas dan diberi salep mata.
23

KOMPLIKASI

Rusaknya sistem drainase pada kalazion dapat menyebabkan trichiasis, dan


kehilangan bulu mata. Kalazion yang rekuren atau tampat atipik perlu dibiopsi untuk
menyingkirkan adanya keganasan. Astigmatisma dapat terjadi jika massa pada
palpebra sudah mengubah kontur kornea. Kalazion yang drainasenya hanya sebagian
dapat menyebabkan massa jaringan granulasi prolapsus diatas konjungtiva atau kulit.

PROGNOSIS

Pasien yang memperoleh perawatan biasanya memperoleh hasil yang baik.


Seringkali timbul lesi baru, dan rekuren dapat terjadi pada lokasi yang sama akibat
drainase yang kurang baik. Kalazion yang tidak memperoleh perawatan dapat
mengering dengan sendirinya, namun sering terjadi peradangan akut intermiten.

Anda mungkin juga menyukai