PENDAHULUAN
utama dikalangan usia produktif. Hal ini diakibatkan mobilitas yang tinggi pada usia tersebut,
sedangkan kesadaran untuk menjaga keselamatan di jalan masih rendah disamping penanganan
pertama yang belum tepat dan rujukan yang terlambat (Japardi, 2004).
Cedera kepala adalah suatu trauma mekanik pada kepala baik secara kangsung atau tidak
langsung yang menyebabkan gangguan fungsi neurologis yaitu gangguan fisik, kognitif, fungsi
Insidensi tahunan dari cedera kepala yaitu sekitar 600 hingga 900 orang per 100.000
populasi. Terdapat 200 hingga 500 orang dirawat di unit gawat darurat, 150 hingga 250 orang
dirawat di rumah sakit dengan Traumatic Brain Injury, dan 20 hingga 30 orang meninggal (50%
di rumah sakit dan 50% di luar rumah sakit) per tahunnya (Bruns & Hauser, 2003).
Puncak insidensi dari Traumatic Brain Injury yaitu antara umur 15 - 24 tahun dan orang
yang berumur > 64 tahun. Laki-laki memiliki kemungkinan mengalami Traumatic Brain Injury
dua kali lipat lebih besar daripada wanita (Nicholl & LaFrance, 2009).
Setiap tahun di Amerika Serikat mencatat 1,7 juta kasus trauma atau cedera kepala,
52.000 pasien meninggal dan selebihnya dirawat inap. Trauma kepala juga merupakan penyebab
kematian ketiga dari semua jenis trauma yang dikaitkan dengan kematian (CDC, 2010). Menurut
penelitian yang dilakukan oleh National Trauma Project di Islamic Republic of Iran bahwa
diantara semua jenis trauma tertinggi yang dilaporkan yaitu sebanyak 78,7% trauma kepala dan
kematian paling banyak juga disebabkan oleh trauma kepala (Karbakhsh, Zandi, Rouzrokh &
Zarei, 2009).
Di Indonesia, cedera kepala menempati peringkat pertama pada urutan cedera yang
dialami oleh korban kecelakaan lalu lintas yaitu sebesar 33,2% (RISKESDAS, 2007).
Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab 48%-53% dari insiden cedera kepala, 20%-28%
lainnya karena jatuh dan 3%-9% lainnya disebabkan tindak kekerasan, kegiatan olahraga dan
rekreasi. Di Indonesia sendiri, cedera merupakan salah satu penyebab kematian utama setelah
Data epidemiologi dari salah satu rumah sakit di Jakarta, RS Cipto Mangunkusumo,
untuk penderita rawat inap, terdapat 60%-70% dengan CKR, 15%-20% CKS, dan sekitar 10%
dengan CKB. Angka kematian tertinggi sekitar 35%-50% akibat CKB, 5%-10% CKS, sedangkan
Pada tahun 2010 penderita cedera kepala di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit
Haji Adam Malik Medan adalah 1627 penderita, yang terdiri atas 1021 penderita cedera kepala
ringan (CKR), 444 penderita cedera kepala sedang (CKS), dan 162 penderita cedera kepala berat
(CKB). Dari jumlah ini yang dilakukan operasi untuk berbagai jenis cedera kepala adalah 274
Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sendiri diperoleh prevalensi cedera 7,3%, dimana
penyebab terbanyak adalah kecelakaan sepeda motor. Namun, belum ada data epidemiologi yang
pasti khususnya untuk cedera kepala di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (RISKESDAS,
2013).
Terdapat banyak cara untuk mengklasifikasikan keparahan dari Traumatic Brain Injury.
Glasgow Coma Scale adalah salah satu cara untuk menentukan keparahan dan paling sering
digunakan di klinis (Bruns & Hauser, 2003). Cedera kepala secara klinis diklasifikasikan
menjadi Cedera Kepala Ringan (CKR), Cedera Kepala Sedang (CKS), dan Cedera Kepala Berat
(CKB) yang ditentukan berdasarkan nilai Glasgow Coma Scale (GCS), ada atau tidaknya
kelainan pada CT-Scan otak serta defisit neurologis seseorang (Dewanto et al. 2007).
Beberapa pemeriksaan penunjang yang rutin dilakukan pada pasien cedera kepala yaitu
CT-Scan dan pemeriksaan laboratorium (Ginsberg 2008). Dari hasil penelitian Efrika (2008)
diperoleh peningkatan leukosit paling bermakna terjadi pada jenis cedera kepala berat dan
sedang. Namun, ada beberapa pasien yang mengalami cedera kepala ringan juga menunjukkan
peningkatan jumlah leukosit ringan. Hasil penelitian Ginanjar (2010) menyatakan bahwa dalam
pengelolaan pasien cedera kepala dapat timbul penyulit atau komplikasi yang akan memperburuk
prognosis. Leukositosis merupakan salah satu komplikasi cedera kepala. Epinefrin dan kortisol
dianggap sebagai salah satu yang berperan dalam terjadinya leukositosis.Kenaikan jumlah
leukosit tersebut akibat dari inflamasi nantinya berhubungan dengan outcome yang buruk pada
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana hubungan antara
derajat cedera kepala dengan peningkatan jumlah leukosit pada pasien Rumah Sakit Umum Cut
morbiditas dan mortalitas di dunia terutama individu pada kelompok usia produktif. Apabila
terjadi cedera jaringan, maka jaringan tersebut akan melepaskan berbagai zat yang menimbulkan
reaksi peradangan. Akibatnya jumlah leukosit darah akan meningkat yang disebut leukositosis.
Leukositosis umumnya terjadi pada jenis cedera kepala sedang dan berat, namun tidak menutup
kemungkinan jenis cedera kepala ringan dapat mengalami leukositosis pula. Leukositosis yang
terus berlanjut nantinya akan berhubungan dengan outcome yang buruk pada pasien cedera
kepala.
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka didapatkan pertanyaan penelitian sebagai
berikut :
1. Bagaimana gambaran angka kejadian cedera kepala di Rumah Sakit Umum Cut Meutia
2. Bagaimana gambaran jumlah leukosit darah pada pasien cedera kepala di Rumah Sakit
3. Apakah ada hubungan antara derajat cedera kepala dengan peningkatan jumlah leukosit
pada pasien Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara tahun 2013-2014?
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan derajat cedera kepala dengan
peningkatan jumlah leukosit pada pasien Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh
Utaratahun 2013-2014.
1. Mengetahui angka kejadian cedera kepala di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten
2. Mengetahui ada atau tidaknya peningkatan jumlah leukosit darah pada pasien cedera
kepala yang dapat berpengaruh pada prognosis pasien tersebut di Rumah Sakit Umum
1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman peneliti tentang
2. Sebagai data dasar dan sarana informasi bagi peneliti lain yang akan melakukan
penelitian lebih lanjut khususnya dalam mengetahui hubungan cedera kepala dengan
1. Sebagai bahan masukan bagi Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara tentang
2. Sebagai bahan masukan bagi Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara agar
senantiasa melakukan pemeriksaan leukosit darah secara dini pada pasien cedera kepala.