Anda di halaman 1dari 8

STRONGILOIDES

Indah Widyaningsih
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Abstrak
Strongyloidiasis adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh cacing gelang stercoralis Strongyloides.
Gelang ini dapat ditemukan di tanah yang terkontaminasi oleh tinja yang mengandung cacing, yang
kemudian liang melalui kulit dan memasuki aliran darah. Mereka kemudian masuk ke paru-paru dan
liang melalui jaringan memisahkan saluran udara dari esophafus dan masukkan saluran pencernaan, di
mana mereka bertelur dan bereproduksi.
Banyak orang yang terinfeksi dengan cacing gelang tidak memiliki gejala penyakit.
Strongyloides infeksi lebih sering terjadi pada iklim tropis dan subtropis dari daerah beriklim dingin.
Stercoralis Strongyloides adalah parasit yang memiliki siklus hidup baik yang hidup bebas dan parasit.
Dalam siklus hidup parasit, cacing betina ditemukan dalam jaringan dangkal dari usus kecil manusia.
Tidak ada laki-laki parasit.
STRONGYLOIDES
Indah Widyaningsih
Lecturer Faculty of Medicine, University of Wijaya Kusuma Surabaya
Abstract
Strongyloidiasis is a parasitic disease caused by the roundworm Strongyloides stercoralis. The
roundworm is found in soil contaminated by feces containing the worm, which then burrow through the
skin and enter the bloodstream. They then enter the lungs and burrow through the tissue separating the
airways from the esophafus and enter the digestive tract, where they lay eggs and reproduce.
Many people who are infected with the roundworm have no symptoms of the disease.
Strongyloides infections are more common in tropical and subtropical climates than in cooler
temperate areas. Strongyloides stercoralis is a parasite that has both free-living and parasitic life cycles.
In the parasitic life cycle, female worms are found in the superficial tissues of the human small
intestine. There are no parasitic males.

BAB I dapat hidup di daerah beriklim dingin.


PENDAHULUAN Daerah geografisnya lebih sering tumpang
Strongiloides stercoralis pertama tindih dengan infeksi cacing tambang. ( 1,
kali ditemukan pada tahun 1876 di dalam 2, 3 )
tinja tentara Perancis yang mengalami Frekuensi di Amerika Serikat masih
diare dan baru kembali dari Indo Cina. jauh dari dari data sebenarnya disebabkan
Strongiloides terutama ditemukan di oleh gejalanya yang asimptomatis. Data
daerah beriklim tropik dan subtropik terbaru iduga 100 200 juta orang
dimana pada daerah tersebut terdapat terinfeksi oleh parasit ini dan ini tersebar
kelembaban yang tinggi, sedangkan kurang lebih di 70 negara. ( 6, 7 , 8 , 9 )
didaerah beriklim dingin jarang ditemukan
tetapi dapat bertahan didalam iklim yang BAB II
dingin ( 1 ) TINJAUAN PUSTAKA
Penyakit diare yang disebabkan oleh II. 1. EPIDEMIOLOGI
Strongyloides stercoralis disebut Lebih dari I milyar penduduk di
Strongyloidiasis ( diare Cochin China ). ( dunia terinfeksi oleh satu atau lebih
2) nematoda usus salah satunya adalah
Beberapa peneliti menyelidiki Strongiloides stercoralis dimana infeksi
klasifikasi perbedaan siklus hidup dan cacing ini merupakan urutan kelima
mungkin patogenesisnya dari cacing ini setelah Ascaris ( cacing bulat ), Necator
selama awal tahun 1900. Nigishori ( 1928 americanus ( cacing tambang ), Trichuris
) dan Faust De Groat ( 1940 ) menjelaskan triciuria ( cacing cambuk ) dan Enterebius
terjadinya autoinfeksi interna yang vermicularis ( cacing kremi ).
merupakan bagian penting dalam siklus Menurut literature yang ada
hidupnya, terutama bila berhubungan srongyloides terdiri dari 52 spesies
dengan pasien yang rentan. Stongyloides kebanyakan dari spesies tersebut dapat
terutama ditemukan di daerah panas tetapi mengakibatkan infeksi pada manusia
Penyebaran infeksi Strongyloides merupakan salah satu spesies yang dapat
seiring dengan infeksi cacing tambang menginfeksi pada manusia
tetapi frekuensinya lebih rendah pada Strongyloides endemik pada negara
daerah dengan iklim dingin. Infeksi Amerika terutama Tennessee, Kemtucky
erutama terjadi pada daerah dengan iklim dan Virginia bagian barat. Populasi yang
tropic dan subtropik dimana panas, sering terserang adlah mereka yang sering
kelembaban dan tidak adanya sanitasi bepergian atau imigran dari daerah
yang baik memungkinkan terjadinya endemik dan para veteran perang dunia II
infeksi strongyloides ini. Infeksi serta perang di Vietnam. Epidemiologi di
Srongyloides ini terdistribusi khususnya di Kanada menemukan bahwa para imigran
kawasan Asia Tenggara, sub Sahara dari Asia terutama dari Vietnam teinfeksi
Afrika dan Brazil. Di Amerika Serikat oleh parasit ini. Prevalensi di dunia di
strongyloidiasis merupakan endemik pada duga 2 20 % berada pada daerah endemik.
daerah di bagian selatan dan ditemukan di ( 8, 9, 10 )
antara penghuni panti asuhan mental yang Strongilidiasis ini dapat menyerang
memiliki sanitasi dan hygiene yang buruk segala usia dan semua jejins kelamin. Jika
dan diantara imigran serta veteran militer pada anak anak basanya mereka yang
yang pernah tinggal di daerah endemik di kontak dengan tanah yang mengandung
luar negri. Stongyloides stercoralis parasit jni.

Gambaran prevalensi S stercoralis di dunia dibandingkan dengan kasus infeksi


cacing lain.
Gambaran daerah Endemis S. Stercoralis.

II. 2. TAXONOMI DAN MORFLOGI 2. Nematoda jaringan yang hidup di


jaringan tubuh
Kingdom : Animalia Strongyloides stercoralis merupakan
Filum : Nematoda cacing nematode yang hidup dalam lumen
Klas : Secementea usus duodenum dan yeyunum.
Ordo : Rhabditidia Pada umumnya hanya cacing betina yang
Famili : Strongyloididae hidup parasitik pada manusia. Cacing
Genus : Strongyloides betina berbentuk benang halus, tidak
Spesies : S. stercoralis berwarna dengan panjang badan sekitar
2.2 mm ( coklat ).
Helmint dibagi menjadi : Stadium dari Strongyloides stercoralis
1. Nemathelminthes ( cacing gilik ) ( adalah :
nema = benang ) 1. Telur :
2. Platyhelminthes ( cacing pipih ) Berbentuk telur lonjong mirip
Stadium dewasa cacing yang termasuk telur cacing tambang berukuran 55
Nemathelmynthes ( kelas Nematoda ) x 30 mikron, mempunyai dinding
berbentuk bulat memenjang dan pda tipis yang tembus sinar. Telur
potongan rnsversal terlihat rongga badan dikeluarkan didalam mukosa usus
dan organ dalamnya. Cacing ini dan menjadi larva sehingga di
mempunyai alat kelamin yang terpisah. dalam feses tidak ditemukan
Nematoda dibagi menjadi : adanya telur.
1. Nematoda yang hidup pada
rongga usus

Gambar telur
2. Larva : pembesaran oesefagus yang khas.
Bentukan larva ada dua macam Larva filariform ukurannya lebih
yaitu : larva Rabditiform dan larva panjang kurang lebih 700 mikron,
filariform ( bentuk infektif ). langsing dan mempunyai mulut
Larva rabditiform berukuran 200 pendek oesofagus larva ini
dan 250 mikron, mempunyai bebrbentk silindris.
mulut pendek denagan dua

Rabditiform larva

Filariform larva

II. 3. SIKLUS HIDUP yang betina dan mempunyai ekor yang


Dalam siklus hidup s. stercoralis melingkar.
tidak diperlukan hospes perantara. Cara berkembang biak dari s.
Sebagai hospes definitif adalah manusia. stercoralis yaitu telur diletakkan di
Telur cacing dikeluarkan oleh cacing mukosa usus duodenum dan jeyunum
betina didalam mukosa usus duodenum kemudian menetas menjadi larva
dan jeyunum yang lalu menetas menjadi rabditiform yang dapat masuk kedalam ke
larva rabditiform. Cacing betina hidup rongga usus serta dikeluarkan bersama
sebagai parasit dengan ukuran 2,20 x 0, 04 tinja.
mm, adalah berbentuk filariform, tidak Strongyloides stercoralis mempunyai 3
berwarna, semitransparan dengan macam daur hidup :
kutikulum yang bergaris halus. Cacing ini 1. Siklus langsung
mempunyai ruang mulut dan oesofagus Sesudah 2 sampai 3 hari di tanah,
panjang, langsing dan silindrik. Sepasang larva rabditiform yang berukuran kira
uterus berisi sebaris telur yang berdinding kira 225 x 16 mikron berubah bentuk
tipis, jernih dan bersegmen. Cacing betina menjadi filariform dengan bentuk langsing
yang hidup bebas ukurannya lebih kecil dan merupakan bentuk infektif,
dibanding dengan yang parasit. Cacing panjangnya kurang lebih 700 mikron. Bila
jantan yang hidup bebas lebih kecil dari larva filariform ini menembus kulit
manusia kemudian masuk kedalam cacing jantan dan cacing betina bentuk
peredaran darah vena dan kemudian bebas. Bentuk bebas ini lebih gemuk dari
melalui jantung kanan sampai ke paru bentuk parasitik. Cacing betina berukuran
paru. Dari paru paru parasit . menjadi 1 mm x 0,06 mm, yang jantan 0,75 mm x
dewasa menembus alveolus masuk ke 0,04 mm, mempunyai ekor melengkung
trakea lalu terjadi reflek batuk, sehinnga dengan 2 buah spikulum. Sesudah
parasit dapat masuk kedalam usus halus. pembuahan, cacing betina menghasilkan
Cacing betina dapat bertelur ditemukan telur yang dapat menetas menjadi larva
kira kira 28 hari sesudah infeksi. Siklus rabditiform. Larva rabditiform dalam
langsung sering terjadi di negara negara beberapa hari dapat menjadi larva
yang lebih dingin dengan keadaan yang filariform dan masuk kedalam hospes
kurang menguntungkan untuk parasit baru, atau larva rabditoform dapat juga
tersebut. ( 4, 5 ) megulangi fase hidup bebas. Siklus tidak
langsung ini terjadi bila keadaan
2. Siklus tidak langsung lingkungan sekitar optimum yaitu iklim
Pada siklus tidak langsung, larva tropik dan subtropik ( 4, 5 )
rabditiform di tanah berubah menjadi

Gambar siklus hidup S. stercorlaris


3. Autoinfeksi Bila larva filariform menembus
Larva rabditiform kadang kadang mukosa usus atau kulit maka akan terjadi
menjadi larva filariform di dalam usus suatu daur perkembangan di dalam hospes.
atau didaerah sekitar anus ( perianal ), Adanya autoinfeksi dapat menyebabkan
misalnya pada pasien dengan obstipasi strongyloidiasis menahun pada penderita
lama sehinnga bentuk rabditiform sempat yang hidup pada daerah non endemik.
berubah menajdi filariform didalam usus. Patogenesis
Pada penderita diare yang lama dimana Infeksi dari strongyloides adalah
kebersihan kurang diperhatikan, bentuk melalui kontak kulita dengan tanah yang
rabditiform akan menjadi bentuk sudah terinfeksi oleh larva rabditiform,
filariform pada tinja yang melekat pada dimana larva ini memasuki kulit dan
dubur. masuk kedalam organ organ tubuh
melalui pembuluh darah atau melalui Saraf
limfogen. ( 8, 9, 10 ) Gejala gejala meningitis sering di
jumpai. ( 8 )
II. 4. GEJALA KLINIS
Kelainan pada strongyloidiasis dapat Reproduksi
bervariasi tergantung dari berat ringannya Ada kasus yang dilaporkan bahwa
penyakit dan organ tubuh yang terkena. ditemukannya larva strongyloides pada
Pada beberapa orang tidak menunjukkan sperma sesorang yang menderita infertile.
gejala sama sekali dan secara klinis hanya (8 )
dijumpai eosinofilia .
Berdasarkan siklus hidupnya maka II. 5. DIAGNOSIS
organ tubuh yang dapat terkena adalah : Pada diagnosis klinis tidak pasti karena
kulit, paru paru dan usus. strongyloidiasis tidak memberikan gejala
klinis yang nyata. Diagnosis pasti adlah
Kulit ditemukannya larva di dalam feses, dalam
Pada penetrasi kulit reaksi yang biakkan atau dalam aspirsi duodenum.
timbul adalah rasa gatal dan eritema, jika Biakkkan tinja selama kurang lebih 2 x 24
larva yangmenembus kulit jumlahnya jam menghasilkan larva filariform dan
banyak maka akan menimbulkan creeping cacing dewasa yang hidup bebas.
eruption dan rasa gatal yang sangat hebat. Bebarapa laporan mengatakan bahwa
(8) pemeriksaan bahan dari duodenum dapat
menemukan larva apabila di dalam tinja
negative ( Jones, 1950 ). Suatu teknik
khusus yang telah dianjurkan untuk
pemeriksaan bahan duodenum yaitu
dengan kapsul Entero test, teknik
konsentrasi khusus ( Baermann ) dan
metode kultur larva ( Harada Mori, cawan
Petri ). ( 6 )

Gbr creping euption II. 6. PENGOBATAN


Paru - paru Tiabendazol merupakan obat pilihan
Migrasi larva ke paru paru dapat dengan dosis 25 mg per kg berat badan,
merangsang timbulnya gejala tergantung satu atau dua kali sehari selama 3 hari.
dari banyaknya larva yang ada dan Menebdazol dapat juga digunaka dengan
intensitas respon imunnya. Ada yang dosis 100 mg tiga kali sehari selama dua
asimptomatis ada yang sampai pneumonia. atau empat minggu dapat memberikan
(8) hasil yang baik. Mengobati penderita
strongyloidiasis harus memperhatikan
Usus ( Gastrointestinal symptom ) terhadap kebersihan sekitar anus dan
Gejala pada saluran pencernaan mencegah terjadinya konstipasi. ( 2,3 )
antara lain : anoreksia, berat badan
menurung, muntah, diare kronik, BAB III
konstpasi, terkadang terjadi obstruksi pada KESIMPULAN
usus.
Pada infeksi yang berat akan terjadi 1. Strongyloides stercoralis
kerusakkan mukosa usus, gejala dapat ditemukan di daerah tropik
berupa ulkus peptikum. Dari infeksi yang dan subtropik
kronik bebeapa kasus dapat berlangsung 2. Siklus hidup ada dua :
hingga 30 tahun sebagai akibat parasitik dan hidup bebas
kemampuan larvanya untuk melakukan
autoinfeksi. ( 8 )
3. Manusia dapat terinfeksi oleh Gastrointest Endosc 2004 May ;
S. stercoralis melalui 59(6): 738 741
penetrasi melalui kulit atau 9. Ly MN, Bethel SL : Cutaneus
membran mukosa yang kontak strongyloidiasis infection. An
dengan tanah yang usual presentation. J Am Acad
mengandung larva filariform Deramtol 2003 Augt ; 49.
yang infeksius 10. Moon TD, Oberhelm RA:
4. Proses auto infeksi dapat Antiparasitic therapy in child.
terjadi karena cacing ini dapat Pediadtric Journal 2005 Jun ; 52
hidup bertahun tahun setelah (3): 917 - 948
manusia terinfeksi dari daerah
endemis
5. Diagnosis dari
Strongyloidiasis ditegakkan
dengan ditemukannya larva
dalam feses atau cairan tubuh
yang lain
6. Gejala klinis dari infeksi
strongyloides asimptomatis,
antara lain adanya gangguan
GIT seperti nyeri pada
abdomen, diare. Dapat juga
menimbulkan gejala pada paru
paru jika sudah menginfeksi
paru paru.
7. Pada pasien pasien dengan
imunokompromise dapat juga
terinfeksi oleh strongyloidiasis

DAFTAR PUSTAKA

1. Lynne S Garcia. Diagnostik


Parasitologi Kedokteran. EGC
Jakarta. 1996. Hal : 155 161
2. Soedarto. Helmintologi
Kedokteran. EGC Jakarta 1995.
Hal : 91 93
3. Harison. Prinsip Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi 13. Hal : 1040
1041
4. Srisari Gandahusada. Parasitologi
Kedokteran. FKUI. Jakarta. Edisi
3. 2004. Hal : 20 23
5. Harold W Brown. Dasar
Parasitologi Klinis. Gramedia.
Jakarta. 1979. Hal : 183 189
6. Emily Carpenter. Strongyloides
stercoralis. 1996. Last up date
March, 27 2006
7. Cohen, Powderly : infectious
Disease. 2nd ed. 2004 : 503 515,
1186 1187
8. Goh SK, Chow PK, Chung AY, et
all : Strongyloides colitis in
patient with Cushing Syndrom.

Anda mungkin juga menyukai