Anda di halaman 1dari 5

Artikel Penelitian

Infeksi Parasit Usus


pada Anak Panti Asuhan, di
Pondok Gede, Bekasi

Darnely,* Saleha Sungkar**

*Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta


**Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta

Abstrak: Infeksi parasitik dapat mengakibatkan kurang gizi, gangguan pertumbuhan dan
menurunkan kecerdasan anak. Parasit usus banyak menginfeksi anak-anak terutama di daerah
miskin dengan sanitasi lingkungan yang buruk. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
prevalensi infeksi parasit usus pada anak panti asuhan di daerah Pondok Gede, Bekasi. Penelitian
ini menggunakan desain cross-sectional. Data diambil pada bulan Maret 2011 dan sejumlah
105 orang anak dijadikan subjek penelitian (total sampling). Diagnosis infeksi parasitik
ditetapkan dengan memeriksa feses yang telah dibuat sediaan langsung dengan pewarnaan
lugol 1% lalu diperiksa dengan mikroskop. Data diolah dengan program SPSS versi 11.5 lalu
dianalisis dengan uji chi square dan Fischers exact. Anak yang positif kecacingan atau terinfeksi
protozoa diberikan pengobatan yang sesuai. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi infeksi
parasit usus pada anak panti asuhan, di Pondok Gede Bekasi adalah 37% dengan rincian
Trichuris trichiura 4%, Blastocystis hominis 31%, Giardia lamblia 7% dan Eschereschia coli
3%. Infeksi campur Blastocystis hominis dan Trichuris trichiura 2%, Blastocystis hominis dan
G.lamblia 4%, Blastocystis hominis dan Eschereschia coli 2%. Disimpulkan bahwa infeksi
parasit usus pada anak panti asuhan, di Pondok Gede Bekasi tergolong tinggi terutama proto-
zoa sedangkan prevalensi cacingan tergolong rendah. Infeksi tersebut perlu diberantas dengan
mengobati penderita dilanjutkan dengan penyuluhan kesehatan mengenai perilaku hidup bersih
sehat untuk memutuskan daur hidup parasit. J Indon Med Assoc. 2011;61:347-351.
Kata kunci: parasit usus, Trichuris trichiura, Blastocystis hominis, Giardia lamblia

J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 9, September 2011 347


Infeksi Parasit Usus pada Anak Panti Asuhan, di Pondok Gede, Bekasi

Intestinal Parasitic Infections among Children in Orphanage


in Pondok Gede, Bekasi

Darnely,* Saleha Sungkar**

*Faculty of Biology Universitas Nasional, Jakarta


**Department of Parasitology Faculty of Medicine, Universitas Indonesia, Jakarta

Abstract: Intestinal parasitic infection may cause malnutrition, impaired childrens growth, devel-
opment and cognitive performance. Intestinal parasites are common in children living in poor
area with bad sanitation and hygiene. The aim of this study was to know the prevalence of
intestinal parasite among children in orphanage in Pondok Gede, Bekasi. This cross sectional
study was conducted in March 2011. The subject of this study was 105 children (total sampling).
Diagnosis of parasitic infection was made by examining the feces microscopically in wet mount
with 1% lugol. The data were processed by SPSS program ver. 11.5 and analyzed by chi square
and Fischer exact test. The children who were positive for intestinal parasites were treated. The
results showed that the prevalence of intestinal parasitic infection among children in orphanage in
Pondok Gede, Bekasi was 37% consisted of 4% Trichuris trichiura, 31% Blastocystis hominis,
7% G.lamblia and 3% E.coli. Mixed infections of Blastocystis hominis and Trichuris trichiura
was 2%, Blastocystis hominis and G.lamblia was 4%, Blastocystis hominis and E.coli was 2 %.
In conclusion, intestinal parasitic infection was high among the children in orphanage in Bekasi
particularly the protozoa but intestinal helminths was low; antiparasites and regular health
promotion are recommended to prevent transmission. J Indon Med Assoc. 2011;61:347-351.
Keywords: intestinal parasite, Trichuris trichiura, Blastocystis hominis, Giardia lamblia

Pendahuluan Seribu prevalensi A. lumbricoides pada anak SD adalah 68,8%,


Infeksi parasit usus yaitu cacing dan protozoa meru- cacing tambang 2,9%, Blastocystis hominis 36% dan G.
pakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Cacing lamblia 30%.3
usus yang banyak ditemukan adalah soil transmitted hel- Terdapat panti asuhan asuhan dengan kondisi padat
minths (cacing yang ditularkan melalui tanah) yaitu Ascaris penghuni dengan kondisi sosial ekonomi rendah. Di sekitar
lumbricoides, Trichuris trichiura, dan cacing tambang panti asuhan terdapat rawa dan kolam pemancingan ikan yang
sedangkan protozoa adalah Giardia lamblia dan Blasto- juga digunakan masyarakat sekitar untuk buang air besar.
cystis hominis.1 Anak-anak panti asuhan, sering bermain di daerah tersebut
Prevalensi parasit usus di Indonesia masih tergolong sehingga dikhawatirkan terinfeksi parasit usus. Oleh karena
tinggi terutama pada penduduk miskin dan hidup di itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui prevalensi
lingkungan padat penghuni dengan sanitasi yang buruk, infeksi parasit usus pada anak panti asuhan di Pondok Gede,
tidak mempunyai jamban dan fasilitas air bersih tidak Bekasi yang dilanjutkan dengan pengobatan dan penyuluhan
mencukupi.1 Di daerah tersebut, warga terutama anak-anak, kesehatan.
defekasi di halaman rumah atau di got sehingga tanah dapat
Metode
tercemar telur cacing dan kista protozoa. Di daerah kumuh di
Jakarta sebanyak 37,5% pekarangan rumah tercemar telur Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional
cacing yang ditularkan melalui tanah. Pencemaran semakin dengan subjek penelitian anak panti asuhan di daerah Pondok
luas pada musim hujan karena telur cacing terbawa arus air.2 Gede, Bekasi. Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret
Kecacingan banyak terdapat pada anak-anak karena 2011. Semua anak (105 orang) dan pengelola panti asuhan
mereka sering bermain di tanah dan perilaku dalam menjaga dikumpulkan lalu diberi penjelasan mengenai kegiatan yang
kebersihan kurang baik.1 Pada penelitian yang dilakukan di akan dilakukan dan dimintakan persetujuannya untuk
daerah kumuh di Jakarta Utara tahun 2008, prevalensi diikutsertakan dalam penelitian. Pada anak yang belum dapat
askariasis pada anak sekolah dasar (SD) adalah 80% dan menerima informasi, penjelasan diberikan kepada pengurus
trikuriasis 68,4%. Di Jakarta Barat prevalensi askariasis pada panti. Selanjutnya, karakteristik demografi anak dicatat
anak SD adalah 74,70% dan trikuriasis 25,30%.2 Di Kepulauan menggunakan kuesioner lalu dijelaskan kepada anak-anak

348 J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 9, September 2011


Infeksi Parasit Usus pada Anak Panti Asuhan, di Pondok Gede, Bekasi

mengenai cara mengambil feses dan penyimpanannya di Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa infeksi protozoa lebih
dalam pot khusus untuk dikumpulkan keesokan harinya. banyak dibandingkan infeksi cacing. Berdasarkan uji Fischers
Feses dibawa ke Departemen Parasitologi FKUI untuk exact diperoleh bahwa jenis infeksi berhubungan dengan
dibuat sediaan langsung. Sebanyak 1-2 mm3 feses diletakkan usia (p=0,046) tetapi tidak berhubungan dengan jenis kelamin
di atas kaca objek lalu dicampur dengan reagen lugol 1% (p=0,190).
hingga menjadi suspensi homogen. Setelah itu, sediaan
ditutup dengan kaca tutup lalu diperiksa dengan mikroskop.4 Tabel 3. Prevalensi Infeksi Cacing dan Protozoa pada Anak
Panti Asuhan di Pondok Gede Bekasi
Anak yang terinfeksi cacingan atau protozoa diberikan
pengobatan yang sesuai. Setelah pemberian obat, pengelola Variabel Cacing Protozoa Jumlah
panti dan semua anak baik terinfeksi atau tidak diberikan
penyuluhan kesehatan. Usia 6-12 tahun 5 (17,2%) 24 (82,8%) 29 (100%)
Usia 13-15 tahun 0 (0%) 23 (100%) 23 (100%)
Setelah pemeriksaan selesai data diolah dengan pro-
gram SPSS versi 11.5 lalu dianalisis dengan uji chi square Laki 2 (5,7%) 33 (94,3%) 35 (100%)
dan uji Fischers exact untuk mengetahui hubungan antar Perempuan 3 (17,6%) 14 (82,4%) 17 (100%)
variabel yang diteliti yaitu umur dan jenis kelamin.
Tabel 4 menunjukkan bahwa spesies cacing usus yang
Hasil Penelitian
menginfeksi anak panti asuhan adalah T. trichiura dan tidak
Pada Tabel 1, tampak bahwa berdasarkan hasil didapatkan spesies cacing lainnya. T. trichiura hanya
pemeriksaan feses, anak panti asuhan yang positif terinfeksi ditemukan pada anak usia 6-12 tahun dan tidak ditemukan
adalah 43 orang sehingga prevalensi infeksi parasit usus pada anak usia 13-15 tahun.
adalah 37%. Prevalensi pada anak usia 6-12 tahun (usia SD) Spesies protozoa usus yang didapatkan adalah B.
adalah 58% dan anak 13-15 tahun (usia SMP) adalah 27%. hominis, G. lamblia, dan E. coli dengan frekuensi tertinggi
Pada uji chi square didapatkan hubungan bermakna antara B. hominis. Protozoa tersebut didapatkan baik pada anak usia
usia dengan prevalensi infeksi parasit usus (p=0,001). 6-12 tahun maupun 13-15 tahun dan juga pada anak laki-laki
Berdasarkan jenis kelamin anak, didapatkan prevalensi maupun perempuan. B. hominis didapatkan sebagai infeksi
infeksi parasit usus pada anak laki-laki adalah 42% dan pada tunggal dan infeksi campur yaitu dengan T. trichiura, G.
anak perempuan 43%. Pada uji chi square (p=0,208) tidak lamblia, dan E. coli. Infeksi campur lebih banyak ditemukan
didapatkan hubungan antara jenis kelamin dengan prevalensi pada anak usia 6-12 tahun dan pada anak laki-laki.
infeksi parasit usus. Jumlah anak yang terinfeksi T. trichiura adalah 5 orang
(4%), B. hominis 36 orang (31%), G. lamblia 8 orang (7%) dan
Tabel 1. Distribusi Infeksi Parasit Usus pada Anak Panti E. coli 3 orang (3%). Infeksi campur B. hominis dan T.
Asuhan, di Pondok Gede, Bekasi trichiura ditemukan pada 2 orang (2%), B. hominis dan G.
Variabel Positif Negatif Jumlah Prevalensi
lamblia pada 5 orang (5%), B. hominis dan E. coli 2 orang
(2%).
Usia 6-12 tahun 22 16 38 58%
Usia 13-15 tahun 21 56 77 27% Tabel 4. Distribusi Spesies Parasit pada Anak Panti Asuhan di
Pondok Gede, Bekasi
Laki 29 40 69 42%
Perempuan 14 32 46 43% Variabel T.t B . h G. l E.c B.h+T.t B.h+G.l B.h+E.c

Usia 6-12 tahun 5 19 4 1 2 4 1


Tabel 2 menunjukkan bahwa infeksi parasit tunggal Usia 13-15 tahun 0 17 4 2 0 1 1
lebih banyak dibandingkan infeksi campur baik pada anak Laki 2 24 7 2 0 5 1
usia SD maupun SMP. Pada uji fischer exact tidak didapatkan Perempuan 3 12 1 1 2 0 1
hubungan antara prevalensi infeksi parasit usus dengan usia
Keterangan: A.l = A. lumbricoides G.l = G. lamblia
(p=0,076) dan jenis kelamin (p=0,624).
T.t = T. trichiura E.c = E. Coli
B.h = B. hominis
Tabel 2. Prevalensi Jenis Infeksi Parasit pada Anak Panti
Asuhan di Pondok Gede, Bekasi Diskusi
Variabel Tunggal Campur Jumlah Pada penelitian ini, prevalensi infeksi parasit usus
tergolong tinggi yaitu 37%. Spesies yang banyak didapat
Usia 6-12 tahun 15 (68%) 7 (32%) 22 (100%) adalah B. hominis yang merupakan protozoa oportunis dan
Usia 13-15 tahun 19 (90%) 2 (10%) 21 (100%)
sering ditemukan di feses manusia, baik pada orang sehat
Laki 23 (79%) 6 (21%) 29 (100%) maupun individu immunocompromised. Di Indonesia
Perempuan 11 (78%) 3 (22%) 14 (100%) prevalensi B. hominis mencapai 60% dengan prevalensi

J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 9, September 2011 349


Infeksi Parasit Usus pada Anak Panti Asuhan, di Pondok Gede, Bekasi

tertinggi terdapat pada anak di bawah 6 tahun (25%), Jika anak bermain di tanah atau orang dewasa mengolah tanah
masyarakat dengan sosioekonomi rendah dengan higiene maka telur yang terdapat di tanah akan menempel di tangan
dan sanitasi yang buruk.5 dan jika orang tersebut tidak mencuci tangan sebelum makan
Meskipun B. hominis jarang menimbulkan gejala, parasit maka telur cacing akan tertelan dan menetas di usus.
tersebut perlu diwaspadai karena jika imunitas menurun, Prevalensi trikuriasis pada penelitian ini tergolong
infeksi dapat menjadi berat. Pada infeksi berat, B. homi- rendah karena panti asuhan mempunyai jamban dan air bersih
nis dapat menimbulkan gejala kembung, nyeri perut, mual yang cukup. Pengelola panti juga mengajarkan dan melatih
dan flatulens, dan diare ringan sampai sedang. Infeksi kronis anak-anak untuk defekasi di jamban serta menjaga keber-
dapat menyebabkan malnutrisi dan gangguan pertumbuhan sihannya. Meskipun prevalensi trikuriasis tergolong rendah,
anak.5 penderita harus diobati karena T. trichiura menimbulkan
Protozoa usus lainnya yang didapat pada penelitian ini perdarahan usus dan mengisap darah sehingga meng-
adalah G. lamblia dan E.coli (parasit komensal). Infeksi akibatkan anemia. Cacing tersebut juga menimbulkan diare
berhubungan dengan usia yaitu lebih banyak pada anak usia persisten, tenesmus dan sindrom disentri yang dapat meng-
SD dibandingkan pada anak usia SMP karena anak SMP akibatkan prolapsus rekti. Trikuriasis kronis mengakibatkan
lebih mengerti dan lebih menjaga kebersihan dibandingkan gangguan pertumbuhan, perkembangan dan kecerdasan
anak SD. Anak laki-laki lebih banyak yang terinfeksi karena anak.7 Penderita trikuriasis dapat menjadi sumber infeksi bagi
mereka lebih sering bermain di tanah dan di sekitar kolam lingkungannya sehingga perlu diberantas.
ikan yang tercemar feses manusia sedangkan anak perempuan Pada penelitian ini anak-anak panti asuhan yang
lebih sering berada di panti dan membantu pekerjaan rumah terinfeksi diobati dengan antiparasit. Untuk trikuriasis,8 obat
tangga pengelola panti. yang diberikan adalah mebendazol 500 mg dosis tunggal
Di lingkungan panti asuhan terdapat penjaja makanan sedangkan untuk giardiasis dan blastokistosis diberikan
yang tidak menutup makanan yang dijualnya sehingga metronidazol. Dosis metronidazol untuk giardiasis adalah 3 x
meningkatkan risiko infeksi parasit usus bagi anak-anak yang 250 mg/hari selama 7 hari sedangkan untuk blastokistosis
makan makanan tersebut. Anak laki-laki lebih sering jajan adalah 3x750 mg selama 10 hari.5
dibandingkan anak perempuan sehingga risiko terinfeksi Setelah pengobatan, anak-anak dan pengelola panti
parasit usus pada anak laki-laki lebih tinggi. Dengan demikian, diberikan penyuluhan mengenai jenis parasit usus, cara
penjaja makanan perlu diberikan penyuluhan karena mereka penularan, gejala klinis, dan pemberantasannya karena jika
dapat berperan sebagai pembawa kista protozoa (carrier) anak-anak hanya diobati sedangkan daur hidup parasit tidak
dan menjadi sumber infeksi bagi lingkungannya. diputus maka reinfeksi akan terjadi dalam waktu singkat.9,10
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi giar- Pengobatan dengan mebendazol memberikan angka
diasis tergolong rendah. Meskipun demikian, giardiasis perlu penyembuhan 100%, namun reinfeksi T. trichiura sangat
diobati karena pengandung kista dapat menjadi sumber tinggi sehingga dalam 7 bulan setelah pengobatan, prevalensi
infeksi bagi lingkungannya. Giardia dapat menyebar dari satu akan kembali seperti sebelum pengobatan. Oleh karena itu
orang ke orang lain melalui makanan, minuman serta sumber pengobatan harus diikuti dengan pemutusan daur hidup
air yang tercemar kista G. lamblia. Jika anak tertelan kista G. parasit dengan cara buang air besar di jamban dan tidak
lamblia, maka akan terjadi ekskistasi di duodenum dan mengalirkan limbahnya ke got/kali.
terbentuk trofozoit yang akan menempel di dinding usus. Upaya pencegahan lainnya adalah air minum dimasak
Selanjutnya trofozoit menimbulkan peradangan, menghambat sampai mendidih, makanan dan minuman harus ditutup rapat
absorpsi lemak dan nutrisi lain. Bila jumlah kista yang tertelan untuk menghindari lalat hinggap yang dapat membawa telur
hanya sedikit biasanya tidak timbul gejala klinis, namun pada cacing atau kista protozoa. Kebersihan pribadi yang harus
infeksi berat dapat terjadi diare dengan feses yang mengan- dilakukan adalah memotong kuku, mencuci tangan sesudah
dung banyak lemak (steatore), dehidrasi, nyeri perut, dan buang air besar, sebelum makan dan sebelum menjamah/
ikterus. Jika infeksi berlangsung kronis, penderita menjadi mengolah makanan dan minuman. Nirmala11 melaporkan, cuci
anemia, lemah, berat badan menurun yang berakibat pada tangan memakai sabun sebelum makan dan sesudah kontak
kegagalan pertumbuhan anak.6 dengan tanah, mutlak penting dalam pencegahan cacingan,
Pada penelitian ini, spesies cacing usus yang didapat namun pada kenyataannya rumah tangga Indonesia yang
adalah T. trichiura (4%) sedangkan spesies cacing lainnya telah menerapkan cuci tangan memakai sabun dengan benar
tidak ditemukan. Telur T. trichiura didapatkan pada anak hanya 24,5%.11
panti asuhan berusia 6-12 tahun karena anak-anak tersebut Penularan parasit usus juga dapat terjadi melalui sayuran
lebih sering bermain/kontak dengan tanah dibandingkan anak mentah yang dimakan sebagai lalap. Oleh karena itu bagian
usia SMP. T. trichiura memerlukan tanah liat untuk sayuran yang dekat dengan tanah (bonggol) harus dipotong
perkembangan telurnya agar menjadi bentuk infektif.7 Daerah dan dibuang lalu sayuran dicuci bersih dengan air mengalir.12
Pondok gede Bekasi mempunyai tanah yang jenisnya tanah Telur cacing dapat pula ditemukan pada sayuran yang
liat sehingga sesuai untuk perkembangan cacing tersebut. disiram dengan air yang sudah terkontaminasi telur cacing

350 J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 9, September 2011


Infeksi Parasit Usus pada Anak Panti Asuhan, di Pondok Gede, Bekasi

dari feses. Sehingga sumber air harus dilindungi dari Diunduh pada tanggal 12 April 2011 dari http://www.digilib.ui.ac.id/
pencemaran feses dan masyarakat harus diberikan informasi .pdf
6. Lima AAM, Soares AM, Lima NL, Mota RMS, Macial BLL,
agar tidak buang air besar di rawa, kolam, sawah dan sumber Kvalsun MP, et al. Effects of vitamin A supplementation on
air lainnya.12 intestinal barrier function, growth, total parasitic and specific
Giardia spp infections in Brazillian children: a prospeftive ran-
Kesimpulan domized, double-blind, placebo-controlled trial. JPGN.
2010;50:309-15.
Prevalensi infeksi parasit usus pada anak panti asuhan 7. Bethony J, Brooker S, Albonico M, Geiger SM, Loukas A, Diemert
di Pondok Gede, Bekasi adalah 37% dengan rincian T. D. Soil-transmitted helminth infections: ascariasis, trichuriasis,
trichiura 4%, B. hominis 31%, G. lamblia 7% dan E. coli 3%. and hookworm. Lancet 2006;367:1521-37.
8. Widjana DP, Sutisna P. Prevalence of soil-transmitted helminth
Infeksi campur B. hominis dan T. trichiura 2%, B. hominis
infections in the rural population of Bali, Indonesia. Southeast
dan G. lamblia 4%, B. hominis dan E. coli 2%. Infeksi tersebut Asian J Trop Med Public Health. 2000;31:454-9.
perlu diberantas dengan melakukan pengobatan dan 9. Amri Z, Rivai A. The case of decreasing prevalence of soil trans-
penyuluhan kesehatan mengenai perilaku hidup bersih sehat. mitted helminthes on workers performance in a tea plantation
in West Java. Presented at 21st APOSHO annual meeting and
conference, Denpasar, 2005.
Daftar Pustaka
10. Kanoa B, Al-Hindi A. Evaluation of the relationship between
1. Pedoman pengendalian cacingan. Keputusan Menteri Kesehatan intestinal parasitic infection and health education among school
Indonesia No. 424/MENKES/SK/VI/2006. Jakarta: Departemen children in Gaza City, Beit-Lahia Village and Jabalia Refugee
Kesehatan RI; 2006. Camp, Gaza Strip, Palestine; 2006. Diunduh pada tanggal 10
2. Mardiana, Djarismawati. Prevalensi cacing usus pada murid sekolah May 2011 dari http://www.iugaza.edu.ps/ar// periodical/articles-
dasar wajib belajar pelayanan gerakan terpadu pengentasan 2006.pdf.
kemiskinan daerah kumuh di Wilayah DKI Jakarta. Jurnal Ekologi 11. Nirmala A. Gerakan 21 hari untuk kebiasaan sehat. Cuci tangan
Kesehatan. 2008;7:769-74. pakai sabun di 5 saat penting. Rapat koordinasi nasional sanitasi
3. Margono SS, Sasongko A, Mahaswiati M. School-based control total berbasis masyarakat, Jakarta 15 Oktober 2011.
of soil-transmitted helminthiases in Kepulauan Seribu, Jakarta. 12. Mardiana L, Agustina, Riris N, Djarismawati, Sukijo. Telur A.
Dipresentasikan pada Simposium Parasitologi dan Penyakit Lumbricoides pada tinja dan kuku anak balita serta tanah di
Tropis, Denpasar, 25-26 August 2007. Kecamatan Paseh, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Maj Parasitol
4. World Health Organization. The evidence is in: deworming helps Indon.
meet the Milennium Development Goals. Geneva: WHO; 2005.
5. Agustini R. Blastocystis hominis infection among preschool chil- YY
dren in Jatinegara District: in association with nutritional status.

J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 9, September 2011 351

Anda mungkin juga menyukai