JUDUL
1.1.Judul Penelitian
PENERAPAN METODOLOGI WATERFALL DALAM
PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI AKADEMIK UNIVERSITAS
NEGERI SURABAYA (Studi Kasus PT Sentra Vidya Utama Surabaya) .
1.2.Peneliti
Nama : M.Nur Hidayatullah
NIM : 04213027
Program Studi : Sistem Informasi
2. ABSTRAKSI
1
interaktif. Oleh sebab itu, rasanya perlu juga adanya pengembangan dalam
SIAKAD UNESA untuk memudahakan pengguna dalam memanfaatkan sistem
sekaligus menambahkan fitur fitur baru yang dulunya belum ada dan dibutuhkan
oleh pihak pengguna sistem.
4. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, didapatkan beberapa permasalahan yang
diantaranya adalah :
- Bagaimanakah penerpan metodologi waterfall dalam pengembangan
SIAKAD UNESA.
- Bagaimanakah efektifitas metedologi waterfall.
- Apa hasil akhir yang didapat setelah sistem dikembangkan dengan
metodologi waterfall.
5. TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka ini menjelaskan tentang teori-teori dasar untuk
memecahkan persoalan yang dibahas pada penelitian.
5.1.Metodologi Waterfall
Waterfall Model adalah sebuah metode pengembangan software yang
bersifat sekuensial.Metode ini dikenalkan oleh Royce pada tahun 1970 dan
pada saat itu disebut sebaga isi klus klasik dan sekarang ini lebih dikenal
dengan sekuensial linier.Selain itu Model ini merupakan model yang
paling banyak dipakai oleh para pengembang software.Inti dari
metodewaterfall adalah pengerjaan dari suatu system dilakukan secara
berurutan atau secara linear.Jadi jika langkah satu belum dikerjakan maka
2
tidak akan bisa melakukan pengerjaan langkah 2, 3 dan seterusnya. Secara
otomatis tahapan ke-3 akan bisa dilakukan jika tahap ke-1 dan ke-2 sudah
dilakukan. Ada dua gambaran dari Waterfall Model, biarpun berbeda
dalam menggunakan fase tapi intinya sama.
Keterkaitan dan pengaruh antar tahap ini ada karena output sebuah tahap
dalam Waterfall Model merupakan input bagi tahap berikutnya, dengan
demikian ketidak sempurnaan hasil pelaksanaan tahap sebelumnya adalah
awal ketidak sempurnaan tahap berikutnya. Memperhatikan karakteristik
ini, sangat penting bagi tim pengembang dan perusahaan untuk secara
bersama-sama melakukan analisa kebutuhan dan desain system
sesempurna mungkin sebelum masuk kedalam tahap penulisan kode
program. Secara garis besar
Berikut penjelasan mengenai fase fase dalam waterfall.
3
2. Design sistem (System Design)
KeuntunganMetode Waterfall
Kualitas dari sistem yang dihasilkan akan baik. Ini dikarenakan oleh
pelaksanaannya secara bertahap. Sehingga tidak terfokus pada tahapan
tertentu.
Document pengembangan system sangat terorganisir, karena setiap
fase harus terselesaikan dengan lengkap sebelum melangkah ke fase
berikutnya. Jadi setiap fase atau tahapan akan mempunyai dokumen
tertentu.
Metode ini masih lebih baik digunakan walaupun sudah tergolong
kuno, daripada menggunakan pendekatan asal-asalan. Selain itu,
metode ini juga masih masuk akal jika kebutuhan sudah diketahui
dengan baik.
Kelemahan waterfall
Diperlukan majemen yang baik, karena proses pengembangan tidak
dapat dilakukan secara berulang sebelum terjadinya suatu produk.
Kesalahan kecil akan menjadi masalah besar jika tidak diketahui sejak
awal pengembangan yang berakibat pada tahapan selanjutnya.
Pelanggan sulit menyatakan kebutuhan secara eksplisit sehingga tidak
dapat mengakomodasi ketidak pastian pada saat awal pengembangan.
4
Pelanggan harus sabar, karena pembuatan perangkat lunak akan
dimulai ketika tahap desain sudah selesai. Sedangkan pada tahap
sebelum desain bisa memakan waktu yang lama.
Pada kenyataannya, jarang mengikuti urutan sekuensial seperti pada
teori. Iterasi sering terjadi menyebabkan masalah baru.
5.2.Jquery Ajax
DOM yang diakses dengan client side scripting language, seperti VBScript
dan implementasi ECMAScript seperti JavaScript dan JScript, untuk
menampilkan secara dinamis dan berinteraksi dengan informasi yang
ditampilkan
Objek XMLHTTP dari Microsoft atau XMLHttpRequest yang lebih umum di
implementasikan pada beberapa browser. Objek ini berguna sebagai
kendaraan pertukaran data asinkronus denganweb server. Pada
beberapa framework AJAX, element HTML IFrame lebih dipilih daripada
XMLHTTP atau XMLHttpRequest untuk melakukan pertukaran data
dengan web server.
XML umumnya digunakan sebagai dokumen transfer, walaupun format lain
juga memungkinkan, seperti HTML, plain text. XML dianjurkan dalam
pemakaian teknik AJaX karena kemudahan akses penanganannya dengan
memakai DOM
JSON dapat menjadi pilihan alternatif sebagai dokumen transfer, mengingat
JSON adalah JavaScript itu sendiri sehingga penanganannya lebih mudah
Seperti halnya DHTML, LAMP, atau SPA, Ajax bukanlah teknologi spesifik,
melainkan merupakan gabungan dari teknologi yang dipakai bersamaan.
Bahkan, teknologi turunan/komposit yang berdasarkan Ajax,
seperti AFLAX sudah mulai bermunculan.
6. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari penjelasan pada poin sebelumnya telah dijelaskan bebrapa tahap
dari metodologi waterfall atau yang disebut juga skuensial linear sebagai salah
satu strategi dalam mengembangkan sistem informasi akademik UNESA. Namun
dalam prakteknya, tidak semua tahap dari waterfall diterapkan dalam project
5
tersebut. Hal itu dikarenakan proses yang terjadi hanyalah pengembangan sistem
berdasarkan sistem yang usdah jadi, sehingga tidak diperlukan lagi untuk
mendesain ulang kerangka sistem. Hanya perlu menambahkan beberapa hal pada
basis data dan beberapa fitur tambahan pada sistem yang ada. Berikut detail
langkahnya berdasarkan analisis yang dilakukan penulis.
Dalam prakteknya, terdapat satu orang pimpinan proyek (pimpro)dan
dua anggota yang bekerja dimana selain kontrol terhadapa pengerjaan, pimpro
juga bertugas untuk melakukan analisis ke pihak client. Proyek memang
dikerjakan secara tim dengan pertimbangan mempersingkat waktu pengerjaan dan
fungsionalitas sistem.
Secara detail, berikut langkah fase fase pengerjaan proyek
pengembangan Sistem Informasi Akademik UNESA :
1. Analisis kebutuhan
Pada tahap ini, pihak sevima melalui pimpinan proyek mengajukan form
request kepada client tentang apa saja point tambahan yang diperlukan
dalam sistem yang sudah berjalan sebelumnya. Melalui form tersebut
client memasukkan semua permintaan baik dari segi perubahan bais data
maupun perubahan dari segi aplikasi.
Perubahan yang ada akan dianalisa oleh pimpro untuk dikordinasikan
kembali dengan pihak client terkait perubahan yang dibutuhkan dan
relevansi permintaan dari pihak client. Jika semua poin perubahan telah
jelas dan relevan, maka poin tersebut selanjutnya dipetakan dalam sebuah
dokumen untuk menentukan jadwal dan target penyelesaian, sekaligus
pebagian tugas masing-maing anggota team.
2. Coding / penulisan program
Dalam tahap ini, setiap anggota tim (programmer) akan mengerjakan poin
yang telah menjadi tanggung jawabnya. Tidak hanya penulisan program,
setiap programmer juga mempunyai tanggung jawab untuk melalukan test
pada hasil kerjanya sendiri. Test yang dimaksud adalah pencarian eror dan
efektifitas dari poin tersebut. Dengan tes tersebut, maka poin tersebut siap
untuk dites pada tahap berikutnya dengan cara di integrasikan dengan poin
poin yang lain.
6
3. Penerapan program (tes dan implementasi)
Tahap ini adalah tahap dimana proyek yang dibuat akan dipasang pada
server milik client untuk menggantikan aplikasi sebelumnya. Sebelum
diimplementasikan, biasanya sistem akan diuji coba terlebih dahulu
dengan data asli yang diambil dari server milik client. Hal tersebut untuk
memastikan program berjalan dengan baik dan efektif. Jika proses ini
berjalan lancar, maka barulah dilakukan pemasangan di sisi server milik
client. Setelah dilakukan pemasangan, sistem akan dites sekali lagi untuk
memastikan tidak ada masalah yang muncul. Setelah semua tes selesai,
barulah sistem siap untuk digunakan dalam kondisi yang sebenarnya.