Anda di halaman 1dari 11

1.

JUDUL

1.1.Judul Penelitian

PENERAPAN METODOLOGI WATERFALL DALAM


PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI AKADEMIK UNIVERSITAS
BSI PONTIANAK (Studi Kasus AMIK BSI Pontianak) “.

2. ABSTRAKSI

. Seiring semakin berkembangnya teknologi web, diperlukan adanya


perubahan pula terhadap suatu sistem yang dibuat pada beberapa tahun yang lalu
untuk mengikuti perkembangan yang ada dan menyesuaikan kebutuhan pengguna
yang semakin kompleks. Hal ini terjadi pula pada Sistem Informasi ( SISFO )
Akademik Universitas BSI PONTIANAK. Dalam pengembangan sistem tersebut
digunakan sebuah starategi yang disebut dengan istilah waterfall dimana
pengerjaan dari sistem dilakukan secara berurutan atau secara linear, mulai dari
requirement hinggga implementation.

Kata kunci : SISFO AKADEMIK MAHASISWA BSI PONTIANAK, waterfall.

3. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

Sistem informasi akademik merupakan salah satu sistem berbasis komputer


yang sangat membantu dalam proses pengolahan data proses akademik dalam
suuatu instansi pendidikan. Salah satunya pada Universitas BSI PONTIANAK
dengan jumlah mahasiswa yang cukup banyak dan pengolahan data yang sangat
kompleks sehingga dibutuhkan suatu sistem yang mampu menangani pengolahan
data dengan jumlah besar yang melibatkan puluhan proses.

1
Disamping itu, perkembangan dunia IT yang semakin pesat menuntut
perkembangan pula dalam hal sistem berbasis web. Saat ini telah banyak
ditemukan teknologi – teknologi baru sebagai pengembangan dari teknologi
sebelumnya untuk menjawab tantangan dan kebutuhan pengguna yang semakin

2
interaktif. Oleh sebab itu, rasanya perlu juga adanya pengembangan dalam SISFO
AKADEMIK MAHASISWA BSI PONTIANAK untuk memudahakan pengguna
dalam memanfaatkan sistem sekaligus menambahkan fitur – fitur baru yang
dulunya belum ada dan dibutuhkan oleh pihak pengguna sistem.

Dalam pengembangan tersebut, tim developer menggunakan suatu strategi


yang merupakan metodologi yang dirasa cukup efektif dalam pengembangan
SISFO tersebut. Model yang dipilih adalah waterfall dimana pengerjaan dari
sistem dilakukan secara berurutan atau secara linear, mulai dari requirement
hinggga implementation. Walaupun waterfall merupakan model lama, namun
dianggap cukup efektif ketika melihat kondisi dari segi sistem maupun dari segi
interaksi antara developer dengan client.

4. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, didapatkan beberapa permasalahan yang


diantaranya adalah :
- Bagaimanakah penerpan metodologi waterfall dalam pengembangan

SISFO AKADEMIK MAHASISWA BSI PONTIANAK .

- Bagaimanakah efektifitas metedologi waterfall.

- Apa hasil akhir yang didapat setelah sistem dikembangkan dengan


metodologi waterfall.

5. TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka ini menjelaskan tentang teori-teori dasar untuk


memecahkan persoalan yang dibahas pada penelitian.
5.1.Metodologi Waterfall

Waterfall Model adalah sebuah metode pengembangan software yang


bersifat sekuensial.Metode ini dikenalkan oleh Winston Royce pada tahun
1970 dan pada saat itu disebut sebagai siklus klasik dan sekarang ini lebih
dikenal dengan sekuensial linier. Selain itu Model ini merupakan
3
model yang paling banyak dipakai oleh para pengembang software.Inti
dari metode waterfall adalah pengerjaan dari suatu system dilakukan
secara berurutan atau secara linear.Jadi jika langkah satu belum
dikerjakan maka

4
tidak akan bisa melakukan pengerjaan langkah 2, 3 dan seterusnya. Secara
otomatis tahapan ke-3 akan bisa dilakukan jika tahap ke-1 dan ke-2 sudah
dilakukan. Ada dua gambaran dari Waterfall Model, biarpun berbeda
dalam menggunakan fase tapi intinya sama.

Keterkaitan dan pengaruh antar tahap ini ada karena output sebuah tahap
dalam Waterfall Model merupakan input bagi tahap berikutnya, dengan
demikian ketidak sempurnaan hasil pelaksanaan tahap sebelumnya adalah
awal ketidak sempurnaan tahap berikutnya. Memperhatikan karakteristik
ini, sangat penting bagi tim pengembang dan perusahaan untuk secara
bersama-sama melakukan analisa kebutuhan dan desain system
sesempurna mungkin sebelum masuk kedalam tahap penulisan kode
program. Secara garis besar
Berikut penjelasan mengenai fase fase dalam waterfall.

1. Analisa kebutuhan (Requirement Analysis)/(Requirements analysis


and definition)

Langkah ini merupakan analisa terhadap kebutuhan sistem.Pengumpulan


data dalam tahap ini bisa malakukan sebuah penelitian, wawancara atau
study literatur.Seorang system analis akan menggali informasi sebanyak-
banyaknya dari pelanggan sehingga akan tercipta sebuah system
bisa melakukan tugas-tugas yang diinginkan oleh pelanggan tersebut.
ini akan menghasilkan dokumen pelanggan requirement atau bisa
sebagai data yang berhubungan dengan keinginan pelanggan dalam
dikatakan
sistem. Dokumen inilah yang akan menjadi acuan system analis untuk
menterjemahkan kedalam bahasa pemprogram.

5
2. Design sistem (System Design)

Proses desain akan menerjemahkan syarat kebutuhan kesebuah


perancangan perangkat lunak yang dapat diperkirakan sebelum dibuat
coding. Proses ini berfokus pada :struktur data, arsitektur perangkat lunak,
representasi interface, dan detail (algoritma) prosedural. Tahapan ini akan
menghasilkan dokumen yang disebut software requirment. Dokumen
inilah yang akan digunakan programmer untuk melakukan aktivitas
pembuatan sistemnya.

3. Coding / penulisankode Program (Implementation)

Coding merupakan penerjemahan design dalam bahasa yang bisa dikenali


oleh komputer.Dilakukan oleh programmer yang akan meterjemahkan
transaksi yang diminta olehpelanggan. Tahapan inilah yang merupakan
secara nyata dalam mengerjakan suatu sistem.Dalam artian penggunaan
computer akan dimaksimalkan dalam tahapan ini. Setelah pengkodean
selesai maka akan dilakukan testing terhadap sistem yang telah dibuat tadi.
Tujuan testing adalah menemukan kesalahan-kesalahan terhadap system
tersebut dan kemudian bisa diperbaiki.

4. Penerapan / pengujian program (Integration & Testing)

Tahapan ini bisa dikatakan final dalam pembuatan sebuah sistem.Setelah


melakukan analisa, design dan pengkodean maka sistem yang sudah
jadiakan digunakan oleh pelanggan.

Keuntungan Metode Waterfall


 Kualitas dari sistem yang dihasilkan akan baik. Ini dikarenakan oleh
pelaksanaannya secara bertahap. Sehingga tidak terfokus pada tahapan
tertentu.
 Document pengembangan system sangat terorganisir, karena setiap
fase harus terselesaikan dengan lengkap sebelum melangkah ke fase
berikutnya. Jadi setiap fase atau tahapan akan mempunyai dokumen
tertentu.
 Metode ini masih lebih baik digunakan walaupun sudah tergolong
kuno, daripada menggunakan pendekatan asal-asalan. Selain itu,
metode ini juga masih masuk akal jika kebutuhan sudah diketahui
dengan baik.

Kelemahan waterfall
 Diperlukan majemen yang baik, karena proses pengembangan tidak
dapat dilakukan secara berulang sebelum terjadinya suatu produk.
 Kesalahan kecil akan menjadi masalah besar jika tidak diketahui sejak
awal pengembangan yang berakibat pada tahapan selanjutnya.
 Pelanggan sulit menyatakan kebutuhan secara eksplisit sehingga tidak
dapat mengakomodasi ketidak pastian pada saat awal pengembangan.

4
 Pelanggan harus sabar, karena pembuatan perangkat lunak akan
dimulai ketika tahap desain sudah selesai. Sedangkan pada tahap
sebelum desain bisa memakan waktu yang lama.
 Pada kenyataannya, jarang mengikuti urutan sekuensial seperti pada
teori. Iterasi sering terjadi menyebabkan masalah baru.

5.2.Jquery Ajax

Asynchronous JavaScript and XMLHTTP, atau disingkat AJaX, adalah


suatu teknik pemrograman berbasis web untuk menciptakan aplikasi
web interaktif. Tujuannya adalah untuk memindahkan sebagian besar interaksi
pada komputer web surfer, melakukan pertukaran data dengan server di belakang
layar, sehingga halaman web tidak harus dibaca ulang secara keseluruhan setiap
kali seorang pengguna melakukan perubahan. Hal ini akan meningkatkan
interaktivitas, kecepatan, dan usability. Ajax merupakan kombinasi dari:

 DOM yang diakses dengan client side scripting language, seperti VBScript
dan implem6entasi ECMAScript seperti JavaScript dan JScript,
menampilkan secara dinamis dan berinteraksi dengan informasi yang
untuk
Ditampilkan
 Objek XMLHTTP dari Microsoft atau XMLHttpRequest yang lebih umum di
implementasikan pada beberapa browser. Objek ini berguna sebagai
kendaraan pertukaran data asinkronus denganweb server. Pada
beberapa framework AJAX, element HTML IFrame lebih dipilih daripada
XMLHTTP atau XMLHttpRequest untuk melakukan pertukaran data
dengan web server.
 XML umumnya digunakan sebagai dokumen transfer, walaupun format lain
juga memungkinkan, seperti HTML, plain text. XML dianjurkan dalam
pemakaian teknik AJaX karena kemudahan akses penanganannya dengan
memakai DOM
 JSON dapat menjadi pilihan alternatif sebagai dokumen transfer, mengingat
JSON adalah JavaScript itu sendiri sehingga penanganannya lebih mudah
Seperti halnya DHTML, LAMP, atau SPA, Ajax bukanlah teknologi
melainkan
spesifik, merupakan gabungan dari teknologi yang dipakai bersamaan.
Bahkan, teknologi turunan/komposit yang berdasarkan Ajax,
seperti AFLAX sudah mulai bermunculan.
6. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari penjelasan pada poin sebelumnya telah dijelaskan bebrapa tahap


dari metodologi waterfall atau yang disebut juga skuensial linear sebagai salah

5
satu strategi dalam mengembangkan sistem informasi akademik mahasiswa BSI
PONTIANAK. Namun dalam prakteknya, tidak semua tahap dari waterfall
diterapkan dalam project

6
tersebut. Hal itu dikarenakan proses yang terjadi hanyalah pengembangan sistem
berdasarkan sistem yang usdah jadi, sehingga tidak diperlukan lagi untuk
mendesain ulang kerangka sistem. Hanya perlu menambahkan beberapa hal pada
basis data dan beberapa fitur tambahan pada sistem yang ada. Berikut detail
langkahnya berdasarkan analisis yang dilakukan penulis.
Dalam prakteknya, terdapat satu orang pimpinan proyek (pimpro)dan
dua anggota yang bekerja dimana selain kontrol terhadapa pengerjaan, pimpro
juga bertugas untuk melakukan analisis ke pihak client. Proyek memang
dikerjakan secara tim dengan pertimbangan mempersingkat waktu pengerjaan dan
fungsionalitas sistem.
Secara detail, berikut langkah fase – fase pengerjaan proyek
pengembangan Sistem Informasi AMIK BSI Pontianak :
1. Analisis kebutuhan

Pada tahap ini, pihak AMIK BSI Pontianak melalui pimpinan proyek
mengajukan form request kepada Pelanggan tentang apa saja point
tambahan yang diperlukan dalam sistem yang sudah berjalan
sebelumnya. Melalui form tersebut Pelanggan memasukkan semua
permintaan baik dari segi perubahan bais data maupun perubahan dari segi
aplikasi.
Perubahan yang ada akan dianalisa oleh Pimpro untuk dikordinasikan
kembali dengan pihak Pelanggan terkait perubahan yang dibutuhkan dan
relevansi permintaan dari pihak Pelanggan. Jika semua poin perubahan
telah jelas dan relevan, maka poin tersebut selanjutnya dipetakan dalam
sebuah dokumen untuk menentukan jadwal dan target penyelesaian,
sekaligus pebagian tugas masing-masing anggota tim.
2. Coding / penulisan program

Dalam tahap ini, setiap anggota tim (programmer) akan mengerjakan poin
yang telah menjadi tanggung jawabnya. Tidak hanya penulisan program,
setiap programmer juga mempunyai tanggung jawab untuk melalukan test
pada hasil kerjanya sendiri. Test yang dimaksud adalah pencarian eror dan
efektifitas dari poin tersebut. Dengan tes tersebut, maka poin tersebut siap
untuk dites pada tahap berikutnya dengan cara di integrasikan dengan poin

7
– poin yang lain.

8
3. Penerapan program (tes dan implementasi)

Tahap ini adalah tahap dimana proyek yang dibuat akan dipasang pada
server milik pelanggan untuk menggantikan aplikasi sebelumnya. Sebelum
diimplementasikan, biasanya sistem akan diuji coba terlebih dahulu
dengan data asli yang diambil dari server milik pelanggan. Hal tersebut
untuk memastikan program berjalan dengan baik dan efektif. Jika
proses ini berjalan lancar, maka barulah dilakukan pemasangan di sisi
server milik pelanggan. Setelah dilakukan pemasangan, sistem akan dites
sekali lagi untuk memastikan tidak ada masalah yang muncul. Setelah
semua tes selesai, barulah sistem siap untuk digunakan dalam kondisi yang
sebenarnya.

Anda mungkin juga menyukai