Anda di halaman 1dari 24

METODE PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK

ANALISIS DAN DESAIN SISTEM INFORMASI

Oleh:
Firman Wahid Maulana E31231883
Muhammad Iqbal Murobbi E31232210
Muhammad Fikri Arifandi E31232381
Ryan Pratama Putra E31232406

PROGRAM STUDI MANAJEMEN INFORMATIKA


JURUSAN TEKNOLOGI INFORMASI
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2024
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pengembangan perangkat lunak dapat diartikan sebagai proses membuat suatu peran
gkat lunak baru untuk menggantikan perangkat lunak lama secara keseluruhan atau memp
erbaiki perangkat lunak yang telah ada. Supaya lebih cepat dan tepat dalam mengembangk
an perangkat lunak serta hasilnya mudah dikembangkan dan dipelihara, maka pengembang
an perangkat lunak memerlukan suatu metodologi khusus.

Metode pengembangan perangkat lunak adalah metode merancang dan meningkatka


n fungsi suatu program atau sistem agar semakin mudah digunakan oleh pengguna. Denga
n pemilihan metode pengembangan yang tepat, proyek yang dikerjakan akan terorganisir d
an terstruktur dengan baik. Tujuan utama dari setiap metode pengembangan perangkat lun
ak adalah untuk memberikan pendekatan sistematis terhadap pengembangan suatu perangk
at lunak serta menghasilkan solusi perangkat lunak yang efektif, efisien, dan sesuai dengan
kebutuhan pengguna.

2. SDLC (Systems Development Life Cycle)

Systems Development Life Cycle atau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai siklu
s hidup pengembangan sistem. SDLC adalah siklus yang digunakan dalam pembuatan atau
pengembangan sistem informasi yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah secara efekt
if. Dalam pengertian lain, SDLC adalah proses yang digunakan untuk membangun suatu si
stem informasi agar dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. SDLC menjadi ker
angka yang berisi langkah-langkah yang harus dilakukan untuk memproses pengembangan
suatu perangkat lunak. Sistem ini berisi rencana lengkap untuk mengembangkan, memelih
ara, dan menggantikan perangkat lunak tertentu.

Dalam rekayasa sistem dan rekayasa perangkat lunak, SDLC adalah proses pembuat
an dan pengubahan sistem serta model dan metodologi yang digunakan untuk mengemban
gkan sistem-sistem tersebut. Konsep ini umumnya merujuk pada sistem komputer atau inf
ormasi. SDLC juga merupakan pola yang diambil untuk mengembangkan sistem perangka
t lunak, yang terdiri dari tahap-tahap, rencana (planning), analisis (analysis), desain (desig
n), implementasi (implementation), uji coba (testing) dan pengelolaan (maintenance).
PEMBAHASAN

Perangkat lunak atau software menjadi komponen penting dalam dunia teknologi saa
t ini. Proses pengembangannya melibatkan metode dan pendekatan tertentu yang memung
kinkan pengembang untuk merancang, membangun, dan menguji solusi perangkat lunak y
ang handal. Dalam laporan ini, kami akan menjelaskan beberapa metode pengembangan p
erangkat lunak yang umum digunakan.

1. Metode Waterfall
Metode Waterfall atau Air Terjun adalah salah satu pendekatan linear yang paling tua dala
m pengembangan perangkat lunak. Dalam metode ini, pengembangan perangkat lunak ter
bagi menjadi fase-fase terpisah seperti analisis kebutuhan, desain, implementasi, pengujian,
dan pemeliharaan. Setiap fase dimulai setelah fase sebelumnya selesai. Metode ini membe
rikan pemahaman menyeluruh tentang kebutuhan proyek sebelum proses pengembangan d
imulai. Metode Waterfall memberikan kejelasan yang tinggi dalam hal perencanaan, namu
n kurang fleksibel terhadap perubahan.

 Proses life cycle metode waterfall

Dalam metode ini, proses pengembangan dilakukan secara berurutan dan sistematis, sepe
rti aliran air terjun. Tahapan utama dalam metode Waterfall antara lain:
 Requirements Analysis and Definition
Pada tahap ini pengembang harus mengetahui seluruh informasi mengenai kebutu
han pengguna terhadap software. Misalnya seperti kegunaan software yang diingi
nkan oleh pengguna dan batasan software.
Informasi ini biasanya diperoleh dari wawancara, survey, ataupun diskusi. Setelah
itu informasi dianalisis dan diolah sehingga mendapatkan data-data yang lengkap
mengenai detail kebutuhan pengguna akan software yang akan dikembangkan.

 System Design
Tahap metode waterfall selanjutnya yaitu desain. Tahap ini secara umum mencak
up kepentingan desain teknis seperti bahasa pemrograman, lapisan data, layanan,
dan sebagainya. Spesifikasi desain biasanya akan dibuat untuk menguraikan bagai
mana logika bisnis yang tercakup dalam analisis akan diimplementasikan secara t
eknis.
bertujuan untuk memberikan gambaran lengkap tentang apa yang harus dikerjaka
n dan bagaimana tampilan dari sebuah sistem yang diinginkan.
Sehingga membantu kebutuhan hardware dan sistem agar lebih spesifik serta men
definisikan arsitektur sistem yang akan dibuat secara keseluruhan.

 Implementation (Coding)
Tahap implementation and unit testing merupakan tahap pemrograman. Jadi prose
s penulisan code (coding) ada di tahap ini. Pembuatan perangkat lunak dibagi me
njadi modul-modul kecil yang nantinya akan digabungkan dalam tahap selanjutny
a. Pada fase ini juga dilakukan pemeriksaan terhadap fungsionalitas modul yang s
udah dibuat. Apakah sudah memenuhi kriteria yang diinginkan atau belum.

 Testing/Verification
Pada tahap keempat ini akan dilakukan penggabungan modul-modul yang sudah
dibuat sebelumnya dan mengintegrasikannya dalam sistem secara keseluruhan.
Setelah proses integrasi selesai, selanjutnya dilakukan pemeriksaan dan pengujian
sistem secara keseluruhan untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya kegagala
n dan kesalahan pada software.

 Maintenance
Operation & Maintenance merupakan tahapan terakhir dari metode waterfall. Pad
a tahap ini software yang sudah jadi akan dijalankan atau dioperasikan oleh peng
gunanya. Disamping itu dilakukan pula perbaikan kesalahan, perbaikan impleme
ntasi unit system dan peningkatan sistem sesuai kebutuhan.

 Penggunaan metode waterfall pada proyek ideal

Penggunaan metode waterfall pada proyek yang ideal harus memiliki kriteria sebagai
berikut:
 Dokumentasi tersusun dengan baik, jelas, dan tetap.
 Definisi produk sudah jelas dan tidak berubah.
 Teknologi yang digunakan telah dipahami dan tidak dinamis.
 Tidak ada requirement yang ambigu.
 Memiliki banyak SDM dengan keahlian yang dibutuhkan.
 Proyeknya singkat

Salah satu contoh penggunaan metode waterfall pada proyek yang ideal adalah pada p
engembangan sistem perangkat lunak yang memiliki kebutuhan yang jelas, resiko keci
l, dan ketegasan dalam rencana dan jadwal. Misalnya, pengembangan sistem informas
i yang memiliki spesifikasi yang tetap dan tidak akan berubah secara signifikan selam
a proses pengembangan.

 Kelebihan & kekurangan metode waterfall


Metode waterfall memiliki beberapa kelebihan dalam penggunaanya antara lain:

1. Workflow yang jelas


Model waterfall mempunyai rangkaian alur kerja sistem yang jelas dan terukur. Tia
p tim, memiliki tugas dan tanggung jawab sesuai dengan keahlian masing-masing.
Selain itu, pekerjaan dapat diselesaikan sesuai dengan alokasi waktu yang telah dit
entukan sebelumnya.
2. Hasil dokumentasi yang baik
Waterfall merupakan pendekatan yang sangat metodis, dimana setiap informasi ak
an tercatat dengan baik dan terdistribusi kepada setiap anggota tim secara akurat da
n cepat. Dengan adanya catatan ini, maka pekerjaan dari setiap tim akan menjadi le
bih mudah, serta mengikuti setiap arahan sesuai catatan tersebut.
3. Dapat menghemat biaya
Kelebihan yang selanjutnya yakni dari segi resource dan biaya yang dikeluarkan ol
eh suatu perusahaan dengan menggunakan model ini. Metode waterfall membuat p
engeluaran biaya menjadi lebih sedikit. Pasalnya pada metode waterfall ini klien ti
dak dapat mencampuri urusan dari tim pengembang aplikasi.
Berbeda dengan metode Agile, yang mana klien dapat memberikan masukan dan fe
edback kepada tim developer terkait perubahan atau penambahan fitur. Menyebabk
an perusahaan mengeluarkan biaya yang lebih besar daripada Waterfall.
4. Digunakan untuk pengembangan software berskala besar
Selain dapat digunakan untuk proyek berskala kecil dan menengah, metode waterfa
ll juga dinilai cocok untuk menjalankan pembuatan software berskala besar yang
melibatkan banyak sumber daya manusia dan prosedur kerja yang kompleks. Tapi
kembali lagi, semua disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan proyek yang diamb
il.

Tidak hanya memiliki bebarapa kelebihan. metode waterfall memiliki beberapa kekura
ngan dalam penggunaanya antara lain:

1. Membutuhkan tim yang solid


Untuk menggunakan model waterfall dibutuhkan dukungan dari setiap stak
eholders yang ada. Setiap tim harus mempunyai kerja sama dan koordinasi
yang baik agar terbentuk tim yang solid. Dikarenakan, apabila salah satu ti
m tidak dapat menjalankan tugasnya, maka akan sangat berpengaruh terhad
ap alur kerja tim yang lain.
2. Masih kurangnya fleksibilitas
Semua tim harus bekerja sesuai dengan arahan dan petunjuk yang telah dite
tapkan di awal. Selain itu, klien tidak dapat mengeluarkan pendapat dan me
mberikan feedback kepada tim pengembang di setiap tahap. Klien hanya bi
sa memberikan masukan pada tahap awal perancangan sistem perangkat lun
ak saja.
3. Tidak dapat melihat gambaran sistem dengan jelas
Dengan model waterfall, klien tidak dapat melihat gambaran sistem secara j
elas. Hal ini berbeda dengan model agile yang memungkinkan sistem dapat
terlihat dengan baik meskipun masih dalam proses pengembangan.
4. Butuh waktu yang lebih lama
Proses pengerjaan dengan menggunakan metode waterfall terbilang cukup l
ama jika dibandingkan dengan model SDLC yang lain. Pasalnya tahapan pe
ngerjaan aplikasi yang dilakukan satu per satu, tanpa bisa dilompati. Misaln
ya, tim developer tidak akan bisa melakukan proses coding jika tim designe
r belum menampilkan tampilan desain dari aplikasi. Ini menyebabkan adan
ya waktu kosong bagi pengembang karena harus menunggu anggota tim me
nyelesaikan tiap tahap. Pada akhirnya membuat waktu yang dibutuhkan jadi
lebih lama.

2. Metode Spiral
Metode Spiral memadukan aspek linear dari metode Waterfall dengan iterasi dari metode
Prototype. Pendekatan ini melibatkan siklus berulang di mana setiap siklus terdiri dari emp
at tahap yaitu perencanaan, analisis risiko, pengembangan, dan evaluasi. Metode ini memu
ngkinkan pengembang untuk menguji dan mengevaluasi solusi perangkat lunak pada setia
p tahap dengan fokus pada mitigasi risiko. Metode Spiral memiliki pendekatan yang lebih
berisiko, tetapi memungkinkan identifikasi dini dan mitigasi risiko.

 Proses life cycle metode waterfall

Pada proses life cycle, metode spiral ini memiliki beberapa tahapan antara lain:
Tahap Liason: pada taha
p ini membangun komu
nikasi yang efektif di a
ntara
pengembangan dan pelan
ggan.
2. Tahap Planning (pere
ncanaan): pada tahap ini
ditentukan sumber-sumb
er
informasi, batas waktu da
n informasi-informasi yan
g dapat menjelaskan proy
ek.
3. Tahap Analisis Resiko: m
endefinisikan resiko, mene
ntukan apa saja yang menj
adi
resiko baik teknis maupun
manajemen.
4. Tahap Rekayasa (engine
ering): pembuatan prototi
pe atau pembangunan sat
u atau
lebih representasi dari apli
kasi tersebut
5. Tahap Konstruksi dan
Pelepasan (release): pada
tahap ini dilakukan
pembangunan perangkat
lunak yang dimaksud, d
iuji, diinstal dan diberik
an sokongan-
sokongan tambahan untu
k keberhasilan proyek.
6. Tahap Evaluasi: Pelang
gan/pemakai/pengguna
biasanya memberikan m
asukan
berdasarkan hasil yang did
apat dari tahap engineerin
g dan instalasi.
Tahap Liason: pada taha
p ini membangun komu
nikasi yang efektif di a
ntara
pengembangan dan pelan
ggan.
2. Tahap Planning (pere
ncanaan): pada tahap ini
ditentukan sumber-sumb
er
informasi, batas waktu da
n informasi-informasi yan
g dapat menjelaskan proy
ek.
3. Tahap Analisis Resiko: m
endefinisikan resiko, mene
ntukan apa saja yang menj
adi
resiko baik teknis maupun
manajemen.
4. Tahap Rekayasa (engine
ering): pembuatan prototi
pe atau pembangunan sat
u atau
lebih representasi dari apli
kasi tersebut
5. Tahap Konstruksi dan
Pelepasan (release): pada
tahap ini dilakukan
pembangunan perangkat
lunak yang dimaksud, d
iuji, diinstal dan diberik
an sokongan-
sokongan tambahan untu
k keberhasilan proyek.
6. Tahap Evaluasi: Pelang
gan/pemakai/pengguna
biasanya memberikan m
asukan
berdasarkan hasil yang did
apat dari tahap engineerin
g dan instalasi.
Tahap Liason: pada taha
p ini membangun komu
nikasi yang efektif di a
ntara
pengembangan dan pelan
ggan.
2. Tahap Planning (pere
ncanaan): pada tahap ini
ditentukan sumber-sumb
er
informasi, batas waktu da
n informasi-informasi yan
g dapat menjelaskan proy
ek.
3. Tahap Analisis Resiko: m
endefinisikan resiko, mene
ntukan apa saja yang menj
adi
resiko baik teknis maupun
manajemen.
4. Tahap Rekayasa (engine
ering): pembuatan prototi
pe atau pembangunan sat
u atau
lebih representasi dari apli
kasi tersebut
5. Tahap Konstruksi dan
Pelepasan (release): pada
tahap ini dilakukan
pembangunan perangkat
lunak yang dimaksud, d
iuji, diinstal dan diberik
an sokongan-
sokongan tambahan untu
k keberhasilan proyek.
6. Tahap Evaluasi: Pelang
gan/pemakai/pengguna
biasanya memberikan m
asukan
berdasarkan hasil yang did
apat dari tahap engineerin
g dan instalasi.
 Tahap liason
 Pada tahap ini membangun komunikatif yanag efektif di antara pengembangan da
n pelanggan.
 Tahap planning (perencanaan)
 Pada tahap ini ditentukan sumber-sumber informs, batas waktu dan informasi-inf
ormasi yang menjelaskan proyek.
 Tahap analisis resiko
 Mendefinisikan resiko ,menentukan apa aja yang menjadi resiko baik teknis maup
un manajemen.
 Tahap rekayasa (engineering)
 Pembuatan prototype atau Pembangunan satu atau lebih reprentasi dari pembangu
nan tersebut.
 Tahap kontruksi dan pelepasan (release)
 Pada tahap ini dilakukan Pembangunan perangkat lunak yang dimaksud diuji, dii
nstal dan diberikan sokongan-sokongan tambahan untuk keberhasilan proyek.
 Tahap evaluasi
 Pelanggan/pemakai/pengguna biasanya memakai masukan berdasarkan hasil yang
di dapat dari tahap engineering dan instalasi.

 Penggunaan metode waterfall pada proyek ideal


Penerapan metode waterfall pada proyek yang ideal harus memiliki karaktersitik se
bagai berikut:
 Perencanaan: Memperkirakan biaya, jadwal, dan sumber daya untuk seti
ap iterasi, serta memahami persyaratan sistem.
 Analisis Risiko: Identifikasi potensi risiko yang terkait dengan proyek.
 Rekayasa: Membangun representasi teknis dari aplikasi, termasuk penge
mbangan prototipe.
 Konstruksi & Rilis: Pengembangan perangkat lunak, pengujian, dan inst
alasi.
Contoh penggunaan metode Spiral pada proyek ideal dapat dilihat dalam seb
uah proyek pengembangan sistem kesehatan untuk Puskesmas. Dalam proyek ini, m
etode Spiral digunakan untuk mengembangkan sistem yang memenuhi kebutuhan da
n Metode Spiral di dalam proyek ini memungkinkan pengembangan yang fleksibel d
an beradaptasi, serta memungkinkan perubahan dan penyesuaian secara bertahap ber
dasarkan umpan balik pelanggan.

 Kelebihan & kekurangan metode waterfall


Metode spiral memiliki kelebihan dalam penggunanya antara lain:
1. Pembangunan dan perubahan perangkat lunak yang terjadi dapat diselesaikan s
ecara sistematis.
2. Mudah dalam mengestimasi biaya karena proses pembuatan prototype yang jel
as dan terencana dalam tahapan yang sistematis.
3. Manajemen dan analisa risiko yang lebih cepat dan mudah.
4. Perubahan kebutuhan dan dokumentasi lebih mudah.
5. Penyelesaian proyek perangkat lunak mulai dari pembuatan hingga perubahan
lebih sistematis.

Penggunaan metode spiral juga memiliki beberapa kekurangan antara lain:


1. Tidak cocok dan sulit diimplementasikan dalam projek kecil.
2. Memakan waktu yang cukup lama.
3. Membutuhkan best practice atau pengalaman sebelumnya karena proses yan
g sangat kompleks.
4. Resiko dalam tahap planning cukup besar.

3. Metode Agile
Metode Agile menekankan kolaborasi tim, komunikasi yang intensif, dan adaptabilitas ter
hadap perubahan yang mungkin terjadi selama proses pengembangan. Agile melibatkan si
klus pengembangan yang berulang, dikenal sebagai sprint, di mana setiap sprint berfokus
pada pengembangan dan pengujian fitur-fitur tertentu. Metode Agile termasuk Scrum, Kan
ban, dan Extreme Programming (XP). Pendekatan ini membantu tim untuk merespon kebu
tuhan bisnis yang berubah dengan cepat. Metode Agile memungkinkan adaptasi yang cepa
t terhadap perubahan, tetapi memerlukan komunikasi yang intensif.

 Proses life cycle metode Agile

Metode Agile memiliki proses life cycle yang terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:
 Perencanaan
Tahap ini meliputi pengumpulan kebutuhan dan persyaratan dari pelanggan,
serta perencanaan untuk mengembangkan produk secara iteratif.
 Analisis
Tahap ini meliputi analisis kebutuhan dan persyaratan yang telah dikumpul
kan, serta identifikasi risiko dan kendala yang mungkin terjadi.
 Desain
Tahap ini meliputi perancangan arsitektur dan desain produk yang akan dike
mbangkan.
 Implementasi
Tahap ini meliputi pengembangan produk secara iteratif, serta pengujian dan
integrasi produk.

 Evaluasi
Tahap ini meliputi evaluasi produk yang telah dikembangkan, serta umpan
balik dari pelanggan dan pengguna.

 Penerapan metode Agile pada proyek ideal


Metode Agile ideal untuk proyek yang memiliki karakteristik berikut:

 Proyek yang memerlukan fleksibilitas dan kemampuan beradaptasi.


 Proyek yang memiliki perubahan secara bertahap.
 Proyek yang memerlukan umpan balik dari pelanggan atau pengguna akhir.
 Proyek yang memiliki persyaratan yang belum terdefinisi dengan baik.

Contoh penggunaan metode Agile pada proyek ideal dapat dilihat dalam berbagai bi
dang, seperti pengembangan aplikasi, sistem informasi, dan perangkat lunak. Berikut adalah
beberapa contoh penggunaan metode Agile pada proyek ideal:

 Pengembangan aplikasi programming interface (API) system pada PT XYZ


 Pengembangan E-Musrenbang Kelurahan Benoa Bali
 Pengembangan sistem aplikasi penjualan
 Pengembangan aplikasi untuk bengkel motor
 Pengembangan perangkat lunak untuk berbagai keperluan, seperti manajeme
n
 proyek, manajemen tugas, dan manajemen sumber daya manusia

Dalam setiap proyek tersebut, metode Agile digunakan untuk mengembangkan pera
ngkat lunak secara bertahap dan adaptif, serta memungkinkan perubahan dan penyesuaian ber
dasarkan umpan balik pelanggan. Metode Agile juga memungkinkan tim untuk mengembang
kan perangkat lunak yang lebih efisien dan efektif dengan mengurangi biaya perubahan dan k
etidakpastian

 Kelebihan & kekurangan metode Agile


Berikut ini merupakan beberapa kelebihan dari metode Agile:
1. Proses pengembangan perangkat lunak membutuhkan waktu yang relatif cepa
t dan tidak membutuhkan resources yang besar.
2. Perubahan dapat ditangani dengan cepat sesuai dengan kebutuhan client.
3. Client dapat memberikan feedback kepada tim pengembang dalam proses pe
mbuatan program.
Berikut ini merupakan beberapa kekurangan dari metode Agile:
1. Agile tidak cocok apabila dikerjakan oleh tim yang tidak memiliki komitme
n untuk menyelesaikan proyek bersama – sama.
2. Metode Agile ini kurang tepat apabila dikerjakan dengan jumlah skala tim y
ang besar (>20 orang).
3. Tim pengembang harus selalu bersiap karena perubahan dapat terjadi sewak
tu – waktu.

4. Metode DevOps
Metode DevOps mengintegrasikan pengembangan perangkat lunak (Development) dengan
operasi (Operation). DevOps berfokus pada kolaborasi antara pengembang perangkat luna
k dan administrator sistem untuk mempercepat pengiriman perangkat lunak dan meningkat
kan stabilitas serta keandalannya. Pendekatan ini melibatkan otomatisasi, pengujian berkel
anjutan, dan penerapan kontinu (Continuous Deployment) untuk menghasilkan perangkat l
unak yang lebih efisien. Metode DevOps meningkatkan efisiensi pengiriman perangkat lun
ak, namun memerlukan keahlian yang kuat dalam otomatisasi dan integrasi.

 Proses life cycle metode

Proses life cycle dalam metode DevOps melibatkan beberapa tahap, termasuk:

 Plan (Perencanaan): Identifikasi kebutuhan, perencanaan pengembangan, dan penetapan t


ujuan proyek.
 Code (Kode): Pengembangan dan penulisan kode sumber untuk memenuhi kebutuhan ya
ng telah direncanakan.

 Build (Pembangunan): Membangun (compile) kode ke dalam bentuk yang dapat dijalank
an dan diuji.

 Test (Uji Coba): Menguji kode untuk memastikan bahwa tidak ada bug atau masalah yan
g dapat mempengaruhi kinerja aplikasi.

 Deploy (Implementasi): Menempatkan aplikasi atau layanan ke dalam lingkungan produ


ksi.

 Operate (Operasional): Menjaga dan mengelola operasional aplikasi atau layanan yang te
lah diimplementasikan.

 Monitor (Pemantauan): Memantau kinerja aplikasi dan infrastruktur untuk mendeteksi m


asalah atau peluang perbaikan.

 Feedback (Umpan Balik): Mengumpulkan umpan balik dari pengguna dan tim pengemba
ngan untuk meningkatkan kualitas dan fungsionalitas produk

 Contoh Penggunaan metode DevOps

-Contoh Penggunaan DevOps. Netflix merupakan salah satu perusahaan yang telah mencapai
kesuksesan dengan menggunakan DevOps.

 Kelebihan & kekurangan Metode DevOps


Keuntungan

 Pengembangan dan penerapan aplikasi lebih cepat.


 Respon yang lebih cepat terhadap perubahan pasar untuk meningkatkan pertumbuhan
bisnis.
 Keuntungan bisnis meningkat seiring dengan penurunan waktu pengiriman perangkat
lunak dan biaya transportasi.
 Meningkatkan pengalaman dan kepuasan pelanggan.
 Menyederhanakan kolaborasi karena semua alat ditempatkan di cloud untuk diakses
pelanggan.
 Menghasilkan keterlibatan tim dan produktivitas yang lebih baik karena tanggung jawab
kolektif.
Kekurangan

 Kurangnya ketersediaan profesional DevOps.


 Biaya infrastruktur tinggi untuk pengaturan oleh lingkungan DevOps.
 Kurangnya pengetahuan DevOps dapat menyebabkan masalah dalam integrasi
berkelanjutan proyek otomasi.

5. Metode Rapid Application Development (RAD)


Metode RAD menekankan kecepatan dalam pengembangan perangkat lunak dengan meng
gunakan prototype dan pemodelan visual. Dalam metode ini, pengembang dan pemangku
kepentingan terlibat dalam sesi perancangan yang intensif untuk mengidentifikasi kebutuh
an utama dan membangun prototipe solusi perangkat lunak yang cepat. Metode RAD coco
k untuk proyek dengan batasan waktu yang ketat. Metode RAD memberikan kecepatan dal
am pengembangan, tetapi dapat mengorbankan aspek keamanan dan kualitas.

Selain itu, ada juga beberapa metode atau pendekatan lain seperti metode Incrementa
l, Prototype, dan Lean yang berfokus pada eliminasi limbah dalam pengembangan perangk
at lunak. Sangat penting untuk memilih metode yang sesuai dengan kebutuhan proyek dan
karakteristik tim pengembangan. Namun, masing-masing metode pengembangan perangka
t lunak memiliki kelebihan dan kekurangan tertentu.

 Proses life cycle metode Rapid Application Development (RAD)

Metode RAD memiliki proses life cycle yang terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:

1. Pencanaan Persyaratan: Tentukan ruang lingkup, tujuan, dan persyaratan proyek melalui
umpan balik dan kolaborasi pengguna.

2. Desain Pengguna: Melibatkan pengguna akhir dalam merancang sistem, membuat prototi
pe, dan mendapatkan umpan balik di awal proses pengembangan.

3. Konstruksi: Kembangkan sistem aktual menggunakan pembuatan prototipe berulang, yan


g memungkinkan penyesuaian cepat berdasarkan umpan balik pengguna.
4. Cutover: Transisi dari sistem lama ke sistem baru, memastikan penerapan lancar dengan
gangguan minimal.

5. Umpan Balik dan Evaluasi: Kumpulkan umpan balik dari pengguna, evaluasi kinerja sist
em, dan buat penyesuaian yang diperlukan untuk perbaikan berkelanjutan.

Contoh penggunakan metode RAD

 Penerapan Rapid Application Development Dalam Sistem Perniagaan Elektronik


Furniture
 Penerapan Metode Rapid Application Development (RAD) Dalam Pengembangan
Sistem Informasi Data Toko.

Kelebihan & Kekurangan

 Kelebihan Metode RAD

 Peningkatan Produktivitas: Metode RAD memungkinkan pengembang untuk


mengembangkan aplikasi dengan cepat dan efisien. Dalam proses RAD, pengembang
bekerja dalam tim dan berfokus pada pembuatan prototipe yang dapat disempurnakan,
sehingga mempercepat proses pengembangan aplikasi.
 Kolaborasi Tim: Dalam metode RAD, pengembang, pengguna, dan manajer proyek
bekerja sama dalam satu tim. Hal ini memungkinkan tim untuk berkolaborasi dalam
setiap tahap pengembangan, sehingga meminimalkan kesalahan dan mempercepat proses
pengembangan.
 Mengurangi Risiko: Dalam metode RAD, pengembang membuat prototipe aplikasi
terlebih dahulu dan menguji fungsionalitasnya sebelum diluncurkan. Hal ini membantu
pengembang mengidentifikasi masalah dan kesalahan sejak awal dan mengurangi risiko
aplikasi tidak berjalan dengan baik saat digunakan.
 Meningkatkan Kualitas: Dalam metode RAD, pengguna aktif terlibat dalam proses
pengembangan, sehingga pengembang dapat memastikan aplikasi yang dibuat sesuai
dengan kebutuhan dan ekspektasi pengguna. Hal ini meningkatkan kualitas aplikasi dan
memastikan kepuasan pengguna.

 Kekurangan Metode RAD

 Ketergantungan pada Tim: Dalam metode RAD, kolaborasi tim sangat penting. Jika
salah satu anggota tim tidak bisa mengikuti jadwal atau tidak dapat berkontribusi dengan
baik, proses pengembangan dapat terhambat dan mempengaruhi waktu penyelesaian
proyek.
 Tidak Cocok untuk Proyek Besar: Metode RAD lebih cocok untuk proyek kecil dan
menengah. Proyek besar dengan banyak fitur dan fungsi membutuhkan waktu dan
sumber daya yang lebih banyak, sehingga metode RAD tidak efektif untuk proyek skala
besar.
 Tidak Cocok untuk Aplikasi Kritis: Metode RAD tidak cocok untuk pengembangan
aplikasi yang kritis seperti sistem keamanan dan keuangan. Karena proses
pengembangan RAD yang cepat, tidak ada cukup waktu untuk menguji semua skenario
dan risiko yang terkait.
 Ketergantungan pada Pengguna: Dalam metode RAD, pengguna aktif terlibat dalam
proses pengembangan. Namun, jika pengguna tidak dapat memberikan masukan yang
tepat atau tidak memahami kebutuhan mereka sendiri, aplikasi yang dibuat mungkin
tidak sesuai dengan kebutuhan pengguna.

Anda mungkin juga menyukai