Anda di halaman 1dari 7

Nama : Ni Luh Putri Ayuni

NIM : 220030047
Kelas : CA193
M.K : Manajemen dan Proses TI

Metode Dalam Pengembangan Perangkat Lunak

Perangkat lunak atau yang sering disebut dengan istilah software, merupakan serangkaian
program yang berisi instruksi dalam format digital yang dibuat dengan bahasa pemrograman
yang membuat perangkat keras atau hardware bisa berfungsi sehingga komputer dapat
dioperasikan. Ada tiga jenis perangkat lunak dalam komputer, yaitu sistem, program, dan
aplikasi.
Dalam penggunaannya, perangkat lunak dapat selalu dikembangkan seiring dengan
berjalannya waktu melalui berbagai cara atau metode. Lantas, apakah yang dimaksud dengan
metode pengembangan perangkat lunak?
Metode pengembangan perangkat lunak merupakan cara teratur yang dapat digunakan
untuk merancang dan atau meningkatkan fungsi dari suatu program atau sistem agar dapat
semakin mudah digunakan oleh pengguna.
Adapun beberapa metode yang sering digunakan dalam melakukan pengembangan
perangkat lunak diantaranya:
1. Metode Waterfall
Metode waterfall  merupakan metode pengembangan tradisional.
Metode waterfall memiliki lima tahapan proses, di antaranya menganalisa persyaratan,
membuat desain, menerapkan, pengujian, menggunakan pada proyek, dan
pemeliharaan. Konsep dari metode ini adalah pengerjaan yang dilakukan secara tertata,
berurutan, dan linear. Sederhananya, jika langkah satu belum dikerjakan, maka langkah
selanjutnya pun tidak bisa dikerjakan. Metode ini dianggap tidak fleksibel karena semua
proses dan fase harus dimulai kembali dari awal jika terjadi perubahan atau kesalahan pada
proyek.
Kelebihan dari metode waterfall yaitu melibatkan berbagai proses yang sistematis dan
komprehensif. Sumber daya dan tahapan pengerjaannya dikumpulkan secara lengkap
sehingga dapat mencapai hasil maksimal.
Kekurangan dari metode waterfall yaitu penggunaan proses yang baku, sehingga
pengembang sulit melakukan improvisasi dan membutuhkan waktu lama dalam proses
pengerjaan pengembangan suatu perangkat lunak. Itulah mengapa metode ini dianggap
kurang efektif dan seringkali hanya dipakai dalam pengembangan perangkat lunak atau
sistem yang berskala besar.

2. Metode Agile
Metode agile dirancang untuk memperbarui metode waterfall yang kurang fleksibel.
Meskipun sudah mengadopsi cara baru, tetapi alur kerja masih menggunakan pola
tradisional. Proyek yang menggunakan metode agile biasanya berlangsung pendek dan
bertahap. Hal ini karena metode ini dilakukan secara kolaboratif, terstruktur, dan terorganisir.
Dalam pengembangan software, metode ini memiliki beberapa prinsip utama. Misalnya,
memprioritaskan kepuasan pengguna, menyediakan fitur-fitur uji coba yang sangat baik,
dan memberikan lingkungan untuk memotivasi pengguna dan pengembang untuk bekerja
sama di semua proyek setiap hari.
Jika berorientasi pada kepuasan pengguna, metode agile menyediakan prosedur yang
tepat. Demikian halnya pada proyek besar yang membutuhkan pemeliharaan jangka panjang.
Metode agile menguntungkan dari segi efisiensi waktu dan tenaga. Keunggulan
metode agile juga terletak pada adaptasi dan kebebasan bagi pengembang untuk melakukan
improvisasi. Tidak ada batasan baku bagi pengembang ketika ingin menerapkan ide-ide
barunya dalam menjawab tantangan zaman.
Namun, bukan berarti metode ini tidak memiliki kelemahan. Tantangan terbesar akan
dihadapi pengembang yang terus dipacu untuk beradaptasi dengan perubahan zaman. Tim
pengembangan pun tidak boleh asal pilih, harus solid dan sama-sama berkomitmen kuat.

3. Metode Scrum
Metode ini adalah turunan dari metode agile, yang nantinya akan dibahas secara
tersendiri. Scrum seringkali tidak digolongkan sebagai metodologi, melainkan suatu
kerangka kerja yang menggunakan pendekatan iteratif (perulangan) dan inkremental
(berangsur-angsur).
Pengembang menerapkan scrum ketika ingin membuat sistem yang kompleks. Pasalnya,
kerangka kerja ini memang ditujukan untuk menghasilkan produk bernilai tinggi, unik
sekaligus produktif. Kabarnya Google, Microsoft, hingga Spotify menerapkan sistem ini.
Berbeda dengan metode waterfall yang memakai pendekatan sistematis, scrum diaplikasikan
dengan lima tahapan yang bersifat imperatif dan inkremental. Oleh karena itu, kerangka
kerja scrum pasti melibatkan beberapa tim yang saling bersinergi.
Kerangka kerja scrum membagi proses pengembangan menjadi target-target kecil yang
dinyatakan dalam satuan sprint. Istilah ini mengacu pada kecepatan lari jarak pendek.
Sejumlah target kecil harus selesai dalam waktu singkat untuk tujuan akhir yang lebih besar.
Pengembangan dimulai dengan merumuskan target sprint prioritas dari setiap tim. Diikuti
dengan identifikasi pekerjaan spesifik serta proses pengerjaan sesuai target sprint yang telah
ditentukan. Sementara itu, evaluasi berkala dilakukan selama masa penggarapan tiap sprint.
Setiap sprint berakhir, tim yang terlibat selalu menyampaikan hasil pekerjaannya. Tahapan
ini juga mencakup evaluasi menyeluruh dan perumusan ide-ide baru yang mungkin bisa
diterapkan pada sprint berikutnya.
Kelebihan dari metode scrum terletak pada kemampuannya untuk menghasilkan
perangkat lunak bernilai tinggi. Pun dipandang lebih efektif karena mampu mengatasi
permasalahan kompleks dengan mendelegasikan tugas-tugas spesifik kepada beberapa tim
yang mandiri. Masalah baru muncul ketika terjadi kendala yang membuat salah satu tim
gagal mencapai target sprint-nya. Imbasnya akan memengaruhi ritme kerja tim yang lain.
Metode ini juga memungkinkan improvisasi bebas sehingga membutuhkan tim dengan
fleksibilitas tinggi.

4. Metode Prototype

Prototype dalam bahasa Indonesia diartikan dengan istilah purwarupa. Istilah tersebut


berarti model awal atau rancangan sementara yang masih membutuhkan berbagai
penyesuaian sebelum dinyatakan telah memenuhi hasil yang diinginkan.
Terdapat lima tahapan dalam pengembangan perangkat lunak menggunakan
metode prototype. Dimulai dengan pengumpulan informasi dari pelanggan ke tim
pengembang. Lalu, tim akan merencanakan sistem dan mengerjakan purwarupa perangkat
lunak.
Hasilnya kemudian diserahkan kepada pelanggan untuk dievaluasi. Jika terdapat
permasalahan, tim akan merevisi sistem tersebut hingga benar-benar sesuai dengan
kebutuhan pelanggan. Ketika revisi selesai dan telah diterima, berarti perangkat lunak telah
siap diterjemahkan ke dalam perangkat keras. Kemudian, dilanjutkan dengan proses uji coba
dan berbagai revisi sebelum mulai dapat digunakan.
Metode prototype digunakan apabila pemilik proyek tahu benar apa yang diinginkannya,
tetapi tidak mengetahui bagaimana cara mengaplikasikannya. Kuncinya terletak pada
komunikasi yang baik antara pelanggan dan pengembang.
Pelanggan harus menyampaikan kebutuhannya secara jelas. Sementara pengembang juga
diharapkan mampu menerjemahkan informasi tersebut agar dapat menghasilkan perangkat
lunak yang sesuai. Jika tidak, prototype ini tidak akan menjadi metode yang efektif.
Pengembang memperoleh tantangan besar dari pelanggan. Sebaliknya, pelanggan dapat
terpuaskan jika pengembang berhasil memenuhi kebutuhannya. Kerja sama kedua pihak akan
saling menguntungkan.

5. Metode Spiral

Metode spiral menggabungkan dua metode pengembangan yang telah dibahas


sebelumnya, yaitu prototype dan waterfall. Pengembang melaksanakan prototyping dengan
cara sistematis khas metode waterfall. Umumnya metode spiral diterapkan dalam
pengembangan perangkat lunak berskala besar, sekaligus membutuhkan sistem yang
kompleks. Setiap prosesnya selalu disertai dengan analisis mendalam mengenai tingkat risiko
dan keberhasilan pengembangan.
Pelaksanaan metode spiral dilakukan dalam lima langkah. Pertama adalah komunikasi,
yaitu pemilik proyek menyampaikan kebutuhannya kepada pengembang perangkat runak.
Dilanjutkan dengan perencanaan mendetail tentang proyek yang digarap. Langkah
perencanaan diikuti dengan analisis untuk mengidentifikasi berbagai kemungkinan yang bisa
terjadi selama pengembangan. Kemudian, pengembangan perangkat lunak mulai dijalankan
dan setelah jadi akan mendapatkan evaluasi dari pelanggan. Kelima langkah tersebut
dilakukan secara berulang-ulang pada setiap tahapan pengembangan. Sejak dari
pengembangan konsep, pengembangan prototype, perbaikan, perubahan, hingga
pemeliharaan sistem yang telah jadi.
Metode spiral menerapkan alur kerja yang kompleks, panjang, dan memakan waktu lama.
Metode ini tidak cocok untuk proyek kecil-kecilan, apalagi yang berbujet rendah. Sebaliknya,
proyek berskala besar dapat dikerjakan dengan mudah menggunakan metode ini.
Selain itu, metode spiral juga kurang tepat jika dilakukan oleh pengembang perangkat
lunak yang belum berpengalaman. Prosesnya bisa menjadi terlalu kompleks bagi pemula
yang masih memerlukan banyak latihan.

6. Metode RAD
RAD merupakan singkatan dari Rapid Application Development. Metode ini juga
menggunakan pendekatan iteratif dan inkremental, tetapi lebih menekankan pada tenggat
waktu dan efisiensi biaya yang sesuai dengan kebutuhan. Proses pengembangan dengan
Metode RAD dianggap lebih singkat. Pasalnya, semua pihak, baik pelanggan maupun
pengembang, terus terlibat secara aktif dalam setiap proses hingga hasil dapat tercapai. Di
samping itu, tahapan kerja pada metode ini juga lebih sedikit.
Alur kerja hanya dibagi menjadi tiga tahap yang semuanya padat. Identifikasi tujuan yang
langsung diiringi dengan komunikasi dan perancangan, di mana seluruh pihak terlibat aktif
dalam setiap perumusannya. Proses ini menjadi tahap awal dari Metode RAD. Tahap kedua
masih melibatkan semua pihak, yaitu proses mendesain sistem atau perangkat lunak sesuai
kebutuhan. Pelanggan atau pengguna ikut terjun dalam menguji coba perangkat lunak.
Perbaikan pun langsung diterapkan jika pengguna menemukan kesalahan. Ketika pengguna
terpuaskan dengan desain perangkat lunak, setelah melalui berbagai perbaikan, barulah
proses kerja menginjak pada tahap terakhir, yaitu implementasi. Desain perangkat lunak
mulai diterjemahkan dalam bahasa mesin dan bisa digunakan.
Beberapa kekurangan dari metode RAD, antara lain dilihat dari segi konsistensi dan
kemampuan personel. Metode ini membutuhkan pengembang ahli, sekaligus kerjasama yang
aktif dan konsisten antara pemilik proyek beserta semua tim. Tanpa kedua hal tersebut,
mustahil menerapkan metode RAD dalam pengembangan perangkat lunak, apalagi yang
berskala besar. Namun jika kedua hal itu terakomodasi dengan baik, metode RAD adalah
cara paling efektif untuk menghemat waktu dan biaya.  

Anda mungkin juga menyukai