GENITALIA EKSTERNA
Vulva
Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri dari mons pubis, labia
mayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum, orificium urethrae externum, kelenjar-
kelenjar pada dinding vagina.
Lapisan lemak di bagian anterior symphisis os pubis. Pada masa pubertas daerah ini mulai
ditumbuhi rambut pubis.
Labia mayora
Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang, banyak mengandung pleksus
vena. Homolog embriologik dengan skrotum pada pria.
Ligamentum rotundum uteri berakhir pada batas atas labia mayora.
Di bagian bawah perineum, labia mayora menyatu (pada commisura posterior).
Labia minora
Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak mempunyai folikel rambut. Banyak terdapat
pembuluh darah, otot polos dan ujung serabut saraf.
Clitoris
Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior vulva, dan corpus clitoridis
yang tertanam di dalam dinding anterior vagina. Homolog embriologik dengan penis pada pria.
Terdapat juga reseptor androgen pada clitoris. Banyak pembuluh darah dan ujung serabut saraf,
sangat sensitif.
Vestibulum
Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral labia minora. Berasal dari
sinus urogenital. Terdapat 6 lubang/orificium, yaitu orificium urethrae externum, introitus
vaginae, ductus glandulae Bartholinii kanan-kiri dan duktus Skene kanan-kiri. Antara fourchet
dan vagina terdapat fossa navicularis.
Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup lapisan tipis bermukosa yaitu
selaput dara / hymen, utuh tanpa robekan. Hymen normal terdapat lubang kecil untuk aliran
darah menstruasi, dapat berbentuk bulan sabit, bulat, oval, cribiformis, septum atau fimbriae.
Akibat coitus atau trauma lain, hymen dapat robek dan bentuk lubang menjadi tidak beraturan
dengan robekan (misalnya berbentuk fimbriae). Bentuk himen postpartum disebut parous.
Corrunculae myrtiformis adalah sisa2 selaput dara yang robek yang tampak pada wanita pernah
melahirkan / partus. Hymen yang abnormal, misalnya primer tidak berlubang (hymen
imperforata) menutup total lubang vagina, dapat menyebabkan darah menstruasi terkumpul di
rongga genitalia interna.
Vagina
Rongga muskulo membranosa berbentuk tabung mulai dari tepi cervix uteri di bagian kranial
dorsal sampai ke vulva di bagian kaudal ventral. Daerah di sekitar cervix disebut fornix, dibagi
dalam 4 kuadran : fornix anterior, fornix posterior, dan fornix lateral kanan dan kiri. Vagina
memiliki dinding ventral dan dinding dorsal yang elastis. Dilapisi epitel skuamosa berlapis,
berubah mengikuti siklus haid.Fungsi vagina yaitu untuk mengeluarkan ekskresi uterus pada
haid, untuk jalan lahir dan untuk kopulasi (persetubuhan).
Bagian atas vagina terbentuk dari duktus Mulleri, bawah dari sinus urogenitalis. Batas dalam
secara klinis yaitu fornices anterior, posterior dan lateralis di sekitar cervix uteri.
Titik Grayenbergh (G-spot), merupakan titik daerah sensorik di sekitar 1/3 anterior dinding
vagina, sangat sensitif terhadap stimulasi orgasmus vaginal.
Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-otot diafragma pelvis
(m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma urogenitalis (m.perinealis transversus profunda,
m.constrictor urethra). Perineal body adalah raphe median m.levator ani, antara anus dan
vagina.
Perineum meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomi) untuk memperbesar
jalan lahir dan mencegah ruptur.
GENITALIA INTERNA
Uterus
Suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi peritoneum (serosa).
Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat implatansi, retensi dan nutrisi konseptus.
Pada saat persalinan dengan adanya kontraksi dinding uterus dan pembukaan serviks uterus,
isi konsepsi dikeluarkan. Terdiri dari corpus, fundus, isthmus dan serviks uteri.
Serviks uteri
Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis (berbatasan / menembus dinding dalam
vagina) dan pars supravaginalis. Terdiri dari 3 komponen utama: otot polos, jalinan jaringan
ikat (kolagen dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar di dalam rongga vagina yaitu portio
cervicis uteri (dinding) dengan lubang ostium uteri externum (luar, arah vagina) dilapisi epitel
skuamokolumnar mukosa serviks, dan ostium uteri internum (dalam, arah cavum). Sebelum
melahirkan (nullipara/primigravida) lubang ostium externum bulat kecil, setelah
pernah/riwayat melahirkan (primipara/ multigravida) berbentuk garis melintang. Posisi serviks
mengarah ke kaudal-posterior, setinggi spina ischiadica. Kelenjar mukosa serviks
menghasilkan lendir getah serviks yang mengandung glikoprotein kaya karbohidrat (musin)
dan larutan berbagai garam, peptida dan air. Ketebalan mukosa dan viskositas lendir serviks
dipengaruhi siklus haid.
Corpus uteri
Terdiri dari, paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat pada ligamentum latum uteri
di intraabdomen, tengah lapisan muskular/miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari luar
ke dalam arah serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta dalam lapisan
endometrium yang melapisi dinding cavum uteri, menebal dan runtuh sesuai siklus haid akibat
pengaruh hormon-hormon ovarium. Posisi corpus intraabdomen mendatar dengan fleksi ke
anterior, fundus uteri berada di atas vesica urinaria. Proporsi ukuran corpus terhadap isthmus
dan serviks uterus bervariasi selama pertumbuhan dan perkembangan wanita
Vaskularisasi uterus
Terutama dari arteri uterina cabang arteri hypogastrica/illiaca interna, serta arteri ovarica
cabang aorta abdominalis.
Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri. Sepasang tuba kiri-kanan, panjang 8-
14 cm, berfungsi sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai cavum uteri.
Dinding tuba terdiri tiga lapisan : serosa, muskular (longitudinal dan sirkular) serta mukosa
dengan epitel bersilia. Terdiri dari pars interstitialis, pars isthmica, pars ampularis, serta pars
infundibulum dengan fimbria, dengan karakteristik silia dan ketebalan dinding yang berbeda-
beda pada setiap bagiannya.
Mesosalping : Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya mesenterium pada usus).
Ovarium
Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga peritoneum, sepasang kiri-kanan.
Dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat dan jalan pembuluh darah dan saraf. Terdiri dari
korteks dan medula.
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum (dari sel epitel
germinal primordial di lapisan terluar epital ovarium di korteks), ovulasi (pengeluaran ovum),
sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid (estrogen oleh teka interna folikel, progesteron
oleh korpus luteum pascaovulasi). Berhubungan dengan pars infundibulum tuba Falopii
melalui perlekatan fimbriae. Fimbriae menangkap ovum yang dilepaskan pada saat ovulasi.
Ovarium terfiksasi oleh ligamentum ovarii proprium, ligamentum infundibulopelvicum dan
jaringan ikat mesovarium. Vaskularisasi dari cabang aorta abdominalis inferior terhadap arteri
renalis.
LO 1.2. Memahami dan Menjelaskan Mikroskopik Genitalia Wanita
Serviks
Serviks mempunyai serabut otot polos, namun terutama terdiri dari atas jaringan kolagen,
ditambah dengan elastin serta pembuluh darah. Peralihan serviks yang terutama yang berupa
jaringan kolagen ke korpus uteri yang terutama berupa jaringan muskuler, meskipun umumnya
mendadak namun bisa juga sedikit demi sedikit, sehingga terentang sepanjang 10 mm. Serviks
yang berbentuk silinder pada nullipara panjangnya sekitar 3 cm dan diameter 2,5 cm.
Mukosa kanalis servikalis meskipun secara embriologis merupakan kelanjutan dari
endometrium, namun setelah mengalami perubahan sedemikian rupa sehingga potongan
melintangnya menyerupai sarang tawon. Mukosanya terdiri dari satu lapisan epitel kolumnar
yang sangat tinggi, menempel pada membrana basalis yang tipis. Nukleus yang oval terletak
dekat dasar sel kolumner yang bagian atasnya terlihat agak jernih karena berisi mukus. Sel
sel ini mempunyai banyak silia. Terdapat banyak kelenjar servikalis yang memanjang dari
permukaan mukosa endoserviks langsung menuju jaringan ikat di sekitarnya, karena tidak
terdapat submukosa demikian, kelenjar inilah yang berfungsi mengeluarkan sekret yang kental
dan lengket
Vagina
Lapisan Vagina
Dinding vagina terdiri dari lapisan mukosa, muskularis, dan adventitia. Mukosa ini berada
didalam lipatan (rugae) yang terdiri dari lapisan permukaan epitel skuamosa berlapis tanpa
lapisan tanduk (nonkeratinized) diatas lamina propria. Sel-sel epitel mengandung glikogen
Lamina propria terdiri dari jaringan ikat, dibawah lapisan epitel, serabut elastis membentuk
jaringan padat. Jaringan limfatik menyebar dan nodular ditemukan sesekali, dan banyak
limfosit, bersama dengan leukosit granular, menginvasi epitel. Vagina tidak memiliki kelenjar,
dan epitel dijaga agar tetap lembab oleh sekresi dari leher rahim (servix). Muskularis terdiri
dari kumpulan sel-sel otot polos yang tersusun sirkuler di lapisan dalam dan longitudinal di
lapisan luar.
Para adventitia adalah lapisan luar yang tipis yang tersusun dari jaringan ikat dengan serat
elastis. Berfungsi untuk mempertahankan vagina tetap di tempat.Epitel skuamosa bertingkat
nonkeratinized yang melapisi vagina terdalam adalah lapisan basal (stratum germinativum),
diikuti oleh lapisan (spinosus) menengah dan lapisan dangkal (stratum korneum).
Labia
Labia mayor terdiri dari lipatan-lipatan kulit yang menutupi kumpulan jaringan adiposa. Pada
orang dewasa, permukaan luar ditutupi oleh rambut kasar dengan kelenjar keringat dan
sebasea. Labia majora adalah homolog dengan skrotum pada pria. Labia minora terdiri dari inti
yang sangat vaskular, jaringan ikat longgar tertutup oleh epitel skuamosa berlapis yang sangat
menjorok oleh papilla jaringan ikat. Kedua permukaan labia minora tidak terdapat rambut,
tetapi banyak terdapat kelenjar sebasea besar.
Klitoris
Klitoris adalah suatu badan yang terbentuk dari dua corpora cavernosa yang tertutup dalam
lapisan jaringan ikat fibrosa dan dipisahkan oleh septum yang tidak lengkap. Ujung bebas dari
klitoris berakhir dalam tuberkulum, kecil membulat,serta kelenjar clitoridis. Klitoris dibungkus
oleh lapisan tipis epitel skuamosa berlapis nonkeratinized , juga terkait dengan banyak ujung
saraf khusus. Klitoris tidak memiliki korpus spongiosum , oleh karena itu tidak dilalui oleh
uretra.
Kelenjar vestibular/ kelenjar Bartholin
Vestibulum adalah celah antara labia minora yang di dalamnya merupakan bukaan vagina dan
uretra. dibatasi oleh epitel skuamosa berlapis dan mengandung banyak kelenjar vestibular
kecil. Terdapat kelenjar lendir tubuloalveolar yang mengeluarkan cairan, pelumas jelas
berlendir. Kelenjar utama sesuai dengan kelenjar bulbourethral dari laki-laki.
LI 2. Memahami dan Menjelaskan Keputihan yang Patologis
LO 2.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Keputihan
Secara definisi keputihan adalah cairan tubuh (bukan darah) yang keluar dari organ reproduksi
wanita. Keadaan ini dapat bersifat fisiologis atau patologis. Keputihan yang fisiologis dapat
timbul saat terjadi perubahan siklus hormonal, seperti sebelum pubertas, stress psikologis,
sebelum dan setelah datang bulan, kehamilan, saat menggunakan kontrasepsi hormonal, atau
saat menopause (Moctar R, 1986).
Keputihan sudah menjadi masalah yang banyak ditemui para wanita. Penyebabnya mulai dari
bakteri, jamur, parasit, sampai dengan virus. Selain itu masuknya benda asing dalam vagina,
kanker dan menopause, juga dapat menjadi penyebab datangnya keputihan. Dari upaya
menghilangkan gejala, memberantas penyebab dan mencegah, pencegahan merupakan upaya
efektif (Moctar, 1986).
LO 2.2. Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Keputihan
Keputihan dapat dibedakan antara keputihan yang fisiologis dan patologis. Keputihan fisiologis
terdiri atas cairan yang terkadang berupa mucus yang mengandung banyak epitel dengan
leukosit yang jarang. Sedangkan pada keputihan yang patologis terdapat banyak leukosit.
Keputihan fisiologis ditemukan pada:
a. Bayi yang baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari; di sini sebabnya ialah pengaruh
estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
b. Waktu disekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen; leukore di sini
hilang sendiri, akan tetapi dapat menimbulkan keresahan pada orang tuanya.
c. Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan oleh
pengeluaran transudasi dari dinding vagina.
d. Waktu disekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar servik uteri menjadi lebih
encer.
e. Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelanjar servik uteri juga bertambah pada wanita
dengan penyakit menahun, dengan neurosis, dan pada wanita dengan ektropion
porsionis uteri.
Mansjoer, et al (2001) mengklasifikasikan keputihan sebagai berikut:
a. Jernih berlendir banyak dan tidak berbau. Keputihan jenis ini disebabkan oleh adanya
ovulasi, hiperesterogen, dan stress.
b. Berwarna seperti susu, kental, lengket, jumlanya sangat banyak dan tidak berbau.
Keputihan ini dapat disebabkan oleh karena adanya vaginitis
c. Berwarna coklat, encer seperti air, sangat banyak jumlahnya, dan lembab. Keputihan
ini terjadi akibat vaginitis, servisitis, stenosis serviks, endometeritis, dan neoplasma
pasca radiasi.
d. Berwarna abu-abu dengan garis darah, encer, jumlahnya sangat banyak dan berbau
busuk. Keputihan ini terjadi akibat adanya ulkus vagina, vaginitis, servisitis piogenik
(trauma pesarium), neoplasma ganas/jinak.
e. Jika hasil pemeriksaan fisik dan sediaan apus 2 kali berturut-turut negatif, kemungkinan
penyebabnya adalah vulvovaginitis psikosomatik.
f. Keputihan akibat adanya benda asing dengan infeksi sekunder misal tampon
penyebabnya adalah toxic shock syndrome.
g. Berwarna merah muda, terdapat serosa, banyak, dan tidak berbau. Keputihan ini terjadi
akibat infeksi bakteri non-spesifik, hiperesterogen hal ini dapat menyebabkan vaginitis
atrofi, dispareunia, gatal, vagina kering.
h. Putih, encer berbintik banyak, berbau apek disertai penyakit sistemik, saat buang air
kecil terasa panas, pruritus vulva, pseudohifa yang disebabkan oleh candida albicans.
i. Kuning kehijauan, berbusa, sangat banyak, gatal, berbau busuk, nyeri tekan di vulva
dan sekitar eritema vagina yang ptekie. Keputihan ini dapat terjadi disebabkan oleh
infeksi trichomonas vaginalis.
j. Kuning, kental, sangat banyak, terasa panas, gatal, nyeri tekan, sakit saat miksi dapat
abses atau menjalar endometrium/salping. Keputihan ini dapat terjadi disebabkan oleh
infeksi neisseria gonorrheae.
LO 2.3. Memahami dan Menjelaskan Etiologi Keputihan
Penyebab keputihan tergantung dari jenisnya yaitu penyebab dari keputihan yang fisiologik
dan patologik.
a. Keputihan fisiologik
Penyebab keputihan fisiologik adalah faktor hormonal, seperti bayi baru lahir sampai umur
kira-kira 10 hari disebabkan pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
Kemudian dijumpai pada waktu menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen.
Rangsangan birahi disebabkan oleh pengeluaran transudasi dari dingding vagina. Kelelahan
fisik dan kejiwaan juga merupakan penyebab keputihan.
Keputihan yang bersifat normal (fisiologis) pada perempuan normalnya hanya ditemukan pada
daerah porsio vagina. Sekret patologik biasanya terdapat pada dinding lateral dan anterior
vagina. Keputihan fisiologis terdiri atas cairan yang kadang-kadang berupa mukus yang
mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang. Sedangkan pada keputihan yang
patologik terdapat banyak leukosit. Keputihan yang fisiologis dapat ditemukan pada:
a. Waktu disekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen; keputihan ini dapat
menghilang sendiri akan tetapi dapat menimbulkan kecemasan pada orang tua.
b. Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan oleh
pengeluaran transudat dari dinding vagina.
c. Waktu disekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelanjar serviks uteri menjadi lebih
encer.
d. Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri juga bertambah pada wanita
dengan penyakit menahun, dengan neurosis, dan pada wanita dengan ektropion
porsionis uteri.
Menurut Wijayanti (2009, p.51) keputihan normal ciricirinya ialah : warnanya kuning, kadang-
kadang putih kental, tidak berbau tanpa disertai keluhan (misalnya gatal, nyeri, rasa terbakar,
dsb), keluar pada saat menjelang dan sesudah menstruasi atau pada saat stres dan kelelahan.
Keputihan tidak selalu mendatangkan kerugian, jika keputihan ini wajar dan tidak menunjukan
bahaya lain. Sebenarnya, cairan yang disebut keputihan ini berfungsi sebagai sistem pelindung
alami saat terjadi gesekan di dinding vagina saat anda berjalan dan saat anda meakukan
hubungan seksual.
Keputihan ini merupakan salah satu mekanisme pertahanan tubuh dari bakteri yang menjaga
kadar keasaman pH wanita. Cairan ini selalu berada di dalam alat genital tersebut. Keasaman
pada vagina wanita harus berkisar antara 3,8 sampai 4,2, maka sebagian besar bakteri yang ada
adalah bakteri menguntungkan. Bakteri menguntungkan ini hampir mencapai 95% sedangkan
yang lain adalah bakteri merugikan dan menimbulkan penyakit (patogen).
Jika keadaan ekosistem seimbang, artinya wanita tidak mengalami keadaan yang membuat
keasaman tersebut bertambah dan berkurang, maka bakteri yang menimbulkan penyakit
tersebut tidak akan mengganggu (Iswati, 2010, pp.134-135).
b. Faktor konstitusi
Faktor konstitusi misalnya karena kelelahan, stres emosional, karena ada masalah dalam
keluarga atau pekerjaan, bisa juga karena penyakit yang melelahkan seperti gizi yang rendah
ataupun diabetes. Bisa juga disebabkan oleh status imunologis yang menurun maupun obat
obatan. Diet yang tidak seimbang juga dapat menyebabkan keputihan terutama diet dengan
jumlah gula yang berlebihan, karena merupakan faktor yang sangat memperburuk terjadinya
keputihan Diet memegang peranan penting untuk mengendalikan infeksi jamur. Dengan
makanan yang cukup gizi kita bisa membantu tubuh kita memerangi infeksi dan mencegah
keputihan vagina yang berlebihan. Hindari makanan yang banyak mengandung karbohidrat
dengan kadar gula tinggi seperti tepung, sereal, dan roti. Makanan dengan jumlah gula yang
berlebihan dapat menimbulkan efek negatif pada bakteri yang bermanfaat yang tinggal di
dalam vagina. Selaput lendir dinding vagina mengeluarkan glikogen, suatu senyawa gula.
Bakteri yang hidup di vagina disebut lactobacillus (bakteri baik) meragikan gula ini menjadi
asam laktat. Proses ini menghambat pertumbuhan jamur dan menahan perkembangan infeksi
vagina. Gula yang dikonsumsi berlebihan dapat menyebabkan bakteri lactobacillus tidak dapat
meragikan semua gula ke dalam asam laktat dan tidak dapat menahan pertumbuhan penyakit,
maka jumlah menjadi meningkat dan jamur atau bakteri perusak akan bertambah banyak.
c. Faktor iritasi
Faktor iritasi sebagai penyebab keputihan meliputi, penggunaan sabun untuk mencuci organ
intim, iritasi terhadap pelicin, pembilas atau pengharum vagina, ataupun bisa teriritasi oleh
celana. penyebab dari keputihan, antara lain:
1. Penggunaan celana dalam yang tidak menyerap keringat
Jamur tumbuh subur pada keadaan yang hangat dan lembab. Celana dalam yang terbuat
dari nilon tidak dapat menyerap keringat sehingga menyebabkan kelembaban.
Campuran keringat dan sekresi alamiah vagina sendiri mulai bertimbun, sehingga
membuat selangkangan terasa panas dan lembab. Keadaan ini menjadi tempat yang
cocok untuk pertumbuhan jamur candida dan bakteri lain yang merugikan.
2. Penggunaan celana panjang yang ketat
Celana panjang yang ketat juga dapat menyebabkan keputihan yang merupakan
penghalang terhadap udara yang berada disekitar daerah genetalia dan merupakan
perangkap keringat pada daerah selangkangan. Bila pemakaian jeans digabungkan
dengan celana nilon di bawahnya, efeknya sangat membahayakan.
3. Penggunaan deodorant vagina
Deodorant vagina sebenarnya tidak perlu karena dapat mengiritasi membran mukosa
dan mungkin menimbulkan keputihan. Deodorant tidak dapat bekerja semestinya
karena deodorant tidak mempengaruhi kuman- kuman di dalam vagina. Deodorant
membuat vagina menjadi lebih kering dan gatal serta dapat menyebabkan reaksi alergi.
Mandi dengan busa sabun dan antiseptik sebaiknya dihindari karena alasan yang sama.
Keduanya dapat mematikan bakteri alamiah dalam vagina dengan cara yang mirip
dengan antibiotika
d. Keputihan Patologik
Keputihan patologik disebabkan oleh karena kelainan pada organ reproduksi wanita dapat
berupa Infeksi, Adanya benda asing, dan penyakit lain pada organ reproduksi.
1) Infeksi
Infeksi adalah masuknya bibit penyakit kedalam tubuh. Salah satu gejalanya adalah keputihan.
Infeksi yang sering terjadi pada organ kewanitaan yaitu vaginitis, candidiasis, trichomoniasis.
a) Vaginitis
Penyebabnya adalah pertumbuhan bakteri normal yang berlebihan pada vagina. Dengan
gejala cairan vagina encer, berwana kuning kehijauan, berbusa dan bebau busuk, vulva
agak bengkak dan kemerahan, gatal, terasa tidak nyaman serta nyeri saat berhubungan
seksual dan saat kencing. Vaginosis bakterialis merupakan sindrom klinik akibat
pergantian Bacillus Duoderlin yang merupakan flora normal vagina dengan bakteri
anaerob dalam konsentrasi tinggi seperti Bacteroides Spp, Mobiluncus Sp,
Peptostreptococcus Sp dan Gardnerella vaginalis bakterialis dapat dijumpai duh tubuh
vagina yang banyak, Homogen dengan bau yang khas seperti bau ikan, terutama waktu
berhubungan seksual. Bau tersebut disebabkan adanya amino yang menguap bila cairan
vagina menjadi basa. Cairan seminal yang basa menimbulkan terlepasnya amino dari
perlekatannya pada protein dan vitamin yang menguap menimbulkan bau yang khas.
b) Candidiasis
Penyebab berasal dari jamur kandida albican. Gejalanya adalah keputihan berwarna
putih susu, begumpal seperti susu basi, disertai rasa gatal dan kemerahan pada kelamin
dan disekitarnya. Infeksi jamur pada vagina paling sering disebabkan oleh Candida,spp,
terutama Candida albicans. Gejala yang muncul adalah kemerahan pada vulva,
bengkak, iritasi, dan rasa panas. Tanda klinis yang tampak adalah eritema, fissuring,
sekret menggumpal seperti keju, lesi satelit dan edema. Usaha pencegahan terhadap
timbulnya kandidiasis vagina meliputi penanggulangan faktor predisposisi dan
penanggulangan sumber infeksi yang ada. Penanggulangan faktor predisposisi
misalnya tidak menggunakan antibiotika atau steroid yang berlebihan, tidak
menggunakan pakaian ketat, mengganti kontrasepsi dengan kontrasepsi lain yang
sesuai, memperhatikan hygiene. Penanggulangan sumber infeksi yaitu dengan mencari
dan mengatasi sumber infeksi yang ada, baik dalam
tubuhnya sendiri atau diluarnya.
c) Trichomoniasis
Berasal dari parasit yang disebut Trichomonas vaginalis. Gejalanya keputihan berwarna
kuning atau kehijauan, berbau dan berbusa,kecoklatan seperti susu ovaltin, biasanya
disertai dengan gejala gatal dibagian labia mayora, nyeri saat kencing dan terkadang
sakit pinggang. Trichomoniasis merupakan penyakit infeksi protozoa yang disebabkan
oleh Trichomonas vaginalis, biasanya ditularkan melalui hubungan seksual dan sering
menyerang traktus urogenitalis bagian bawah. Pada wanita sering tidak menunjukan
keluhan, bila ada biasanya berupa duh tubuh vagina yang banyak, berwarna kehijauan
dan berbusa yang patognomonic (bersifat khas) untuk penyakit ini. Pada pemeriksaan
dengan kolposkopi tampak gambaran Strawberry cervix yang dianggap khas untuk
trichomoniasis. Salah satu fungsi vagina adalah untuk melakukan hubungan seksual.
Terkadang mengalami pelecetan pada saat melakukan senggama. Vagina juga
menampung air mani, dengan adanya pelecetan dan kontak mukosa (selapu lendir)
vagina dengan air mani merupakan pintu masuk (Port dentre) mikro organisme
penyebab infeksi PHS.
d) Chlamydia trachomatis
Chlamydia trachomatis merupakan salah satu dari empat spesies genus chlamydia yang
merupakan bakteri khusus yang hidup sebagai parasit intrasel. Chlamydia trachomatis
adalah infeksi bakteri menular seksual yang ditemukan diseluruh dunia. Chlamydia
trachomatis bersifat dimorfik yaitu organisme ini terdapat dalam dua bentuk, dalam
bentuk infeksiosa, Chlamydia trachomatis merupakan sferoid berukuran kecil, tidak
aktif secara metabolis, dan mengandung DNA dan RNA serta di sebut badan elementer.
Sferoid-sferoid ini memperoleh akses ke sel penjamu melalui endositosis dan setelah
berada didalam berubah menjadi organisme yang secara metabolis aktif yang bersaing
dengan sel penjamu memperebutkan nutrien. Organisme ini memicu timbulnya siklus
replikasi dan setelah kembali memadat menjadi EB sampai sel penjamu pecah, terjadi
ratusan EB untuk menginfeksi sel-sel sekitarnya. Chlamydia trachomatis memiliki
afinitas terhadap epitel uretra, serviks, dan konjungtiva mata. Pada laki-laki
uretritis,epididimitis dan prostatitis adalah manifestasi infeksi tersering. Pada
perempuan yang tersering adalah servisitis, diikuti oleh uretritis, bartolinitis dan
akhirnya penyakit radang panggul.dapat juga menginfeksi faring dan rektum orang
yang melakukan hubungan seks oral atau anal reseptif. Bayi dapat terinfeksi sewaktu
dilahirkan dan mengalami konjungtivitis dan pneumonia. Infeksi oleh Chlamydia
trachomatis tidak menimbulkan imunitas terhadap infeksi di kemudian hari.
Chlamydia trachomatis
e) Gardnerella vaginalis
Gardnerella vaginalis pada keadaan normal ditemukan dalam saluran pernapasan.
Namun, bakteri ini terdapat pada kira-kira 30% flora normal vagina wanita normal.
Organisme ini merupakan basil gram negatif yang biasanya ditemukan bersamaan
dengan keberadaan bakteri anaerob. Mungkin terjadi penularan melalui hubungan
seksual, karena 90% laki-laki terinfeksi.
Gardnerella vaginalis
f) Human papillomavirus
Salah satu anggota grup papilovirus, dapat menyebabkan kondiloma akuminata. Virus
ini ditularkan secara seksual umumnya mengenai kedua pasangan dan menyerang
kelompok umur yang sama dengan penyakit lainnya. HPV diketahui sebagai penyebab
kanker kongenital, termasuk karsinoma serviks. Papillomavirus menggambarkan konsep
bahwa strain virus alamiah bisa berbeda dalam potensi onkogenik. Yang paling sering di
temukan HPV-16 atau HPV-18, walaupun beberapa kanker mengandung DNA dari HPV
tipe 31 atau tipe 45.
Human papillomavirus
a. Infeksi ini timbul jika penyebab infeksi (bakteri atau organisme lain ) Masuk melalui
prosedur medis, saperti; haid, abortus yang disengaja, insersi IUD, saat melahirkan,
infeksi pada saluran reproduksi bagian bawah yang terdorong sampai ke serviks atau
sampai pada saluran reproduksi bagian atas.
b. Keganasan/Neoplasia
Kanker merupakan penyebab keputihan hal ini karena meningkatanya proliferasi sel-
sel genital yang cepat dan mudah rusak. Sehingga timbul nekrosis sel yang
menyebabkan ikut pecahnya pembulu darah. Pada kasus seperti ini maka akan keluar
cairan bercampur darah yang berbau busuk.
c. Menopouse
Pada wanita yang telah mengalami menopouse terjadi penurunan aktivitas hormonal
seperti estrogen yang berdampak pada penurunan aktivitas organ genital. Seperti vagina
menjadi lebih keras, menipisnya epitel dan kurangnya degenerasi sel epitel. Hal ini
dapat mempermudah terjadinya infeksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan
keputihan
d. Penggunaan obat-obatan
Penggunaan obat-obat imunosupresan seperti kortikosteroid dan penggunaan antiseptik
genital secara berlebihan dapat menurunkan kemampuan imunitas organ genital dan
juga menyebabkan kematian flora normal organ genital. Hal ini menyebabkan
mudahnya terjadi infeksi daerah vagina yang dapat menimbulkan keputihan.
A. Keputihan Fisiologis : Cairan vagina jernih, tidak berwarna, tidak gatal, sekret bisa sedikit
atau cukup banyak
B. Patologis
a. Bakteri
1. Chlamydia trachomatis : Sekret serviks mukopulen dan ektopi, edema, rapuhnya
serviks
2. Gardnerella vaginalis : Banyak sekali discharge berwarna abu-abu, berbau amis, rasa
gatal atau terbakar biasanya minimal
3. Neisseria gonorheae : Infeksi daerah serviks (pada dewasa), vaginitis (pada masa
pubertas)
b. Jamur
Candida Albicans : Seperti keju lembut, tidak berbau, pengumpulan eksudat seperti dadih
berwarna keputihan dan sebagian agak melekat pada serviks dan mukosa vagina, eritema
dan edema vulva dan vagina
c. Protozoa
Trichomonas vaginalis : Lendir tipis, warna hijau kuning, kadang berbusa dan berbau
busuk
d. Virus
1. HPV (human papiloma virus) : Lesi papilomatosa yang meninggi, mudah dilihat pada
vulva, lesi jauh lebih merah pada: diabetes, hamil, kontrasepsi oral, imunosupresi
2. herpes simplex virus : Leukore disertai dengan demam, malaise, anorexia, nyeri pada
genitalia, dysuria, perdarahan pervaginaan
Anamnesis
Ditanyakan mengenai usia, metode kontrasepsi yang dipakai oleh akseptor KB kontak seksual,
perilaku, jumlah, bau dan warna leukore, masa inkubasi, penyakit yang diderita, penggunaan
obat antibiotik atau kortikosteroid dan keluhan-keluhan lain.
Test PAP,Smear
Tes ini merupakan penapisan untuk mendeteksi infeksi HPV (human papiloma virus) dan
prakanker serviks. Ketepatan sitologinya kurang lebih 90% pada dysplasia keras (karsinoma in
situ) dan 76% pada dysplasia ringan/sedang.Pap Smear merupakan tes skrining untuk
mendeteksi dini perubahan atau abnormalitas dalam serviks sebelum sel-sel tersebut menjadi
kanker.
Kanker leher rahim merupakan jenis kanker yang sering terjadi pada wanita, juga merupakan
penyebab kematian nomor satu dari jenis kanker yang menyerang wanita. Penyebabnya yaitu
adanya perubahan gen mikroba seperti; virus HPV (human papilloma virus), radiasi atau
pencemaran bahan kimia. Kanker leher rahim stadium dini yang cepat ditangani dapat sembuh
100%.
Alat yang dibutuhkan:
Persiapan PAP'smear :
1. Menghindari persetubuhan, penggunaan tampon, pil vagina, ataupun mandi berendam
dalam bath tub, selama 24 jam sebelum pemeriksaan, untuk menghindari kontaminasi ke
dalam vagina yang dapat mengacaukan hasil pemeriksaan.
2 Tidak sedang menstruasi , karena darah dan sel dari dalam rahim dapat mengganggu
keakuratan hasil pap smear
Diagnosis Banding
1. Ca Cervix
2. infeksi Chlamydia
3. atropik vaginitis
4. gonorrhea
b. Terapi Nonfarmakologi
1) Perubahan Tingkah Laku
Keputihan (Fluor albus) yang disebabkan oleh jamur lebih cepat berkembang di
lingkungan yang hangat dan basah maka untuk membantu penyembuhan menjaga
kebersihan alat kelamin dan sebaiknya menggunakan pakaian dalam yang terbuat dari
katun serta tidak menggunakan pakaian dalam yang ketat (Jones,2005). Keputihan bisa
ditularkan melalui hubungan seksual dari pasangan yang terinfeksi oleh karena itu
sebaiknya pasangan harus mendapat pengobatan juga.
2)Personal Hygiene
Memperhatikan personal hygiene terutama pada bagian alat kelamin sangat membantu
penyembuhan, dan menjaga tetap bersih dan kering, seperti penggunaan tisu basah atau produk
panty liner harus betul-betul steril. Bahkan, kemasannya pun harus diperhatikan. Jangan
sampai menyimpan sembarangan, misalnya tanpa kemasan ditaruh dalam tas bercampur
dengan barang lainnya. Karena bila dalam keadaan terbuka, bisa saja panty liner atau tisu basah
tersebut sudah terkontaminasi. Memperhatikan kebersihan setelah buang air besar atau kecil.
Setelah bersih, mengeringkan dengan tisu kering atau handuk khusus. Alat kelamin jangan
dibiarkan dalam keadaan lembab.
3) Pengobatan Psikologis
Pendekatan psikologik penting dalam pengobatan keputihan. Tidak jarang keputihan yang
mengganggu, pada wanita kadang kala pemeriksaan di laboratorium gagal menunjukkan
infeksi, semua pemgujian telah dilakukan tetapi hasilnya negatif namun masalah atau
keluhan tetap ada. Keputihan tersebut tidak disebabakan oleh infeksi melainkan karena
gangguan fsikologi seperti kecemasan, depresi, hubungan yang buruk, atau beberapa
masalah psikologi yang lain yang menyebabkan emosional. Pengobatan yang dilakukan
yaitu dengan konsultasi dengan ahli psikologi. Selain itu perlu dukungan keluarga agar
tidak terjadi depresi.
1. Farmakologi
Untuk menghindari komplikasi yang serius dari keputihan (fluor albus), sebaiknya
penatalaksanaan dilakukan sedini mungkin.
Penatalaksanan keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur, bakteri atau
parasit. Umumnya diberikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan menghentikan
proses infeksi sesuai dengan penyebabnya. Tujuan pengobatan yaitu:
1. Menghilangkan gejala
2. Memberantas penyebabnya
3. Mencegah terjadinya infeksi ulang
4. Pasangan diikutkan dalam pengobatan
Keputihan fisiologis : tidak ada pengobatan khusus, penderita diberi penerangan untuk
menghilangkan kecemasannya. Keputihan Patologis : Tergantung penyebabnya
Obat obatan untuk keputihan Patologis :
Sediaan ini berbentuk larutan 10% povidon iodin dan ada yang diperlengkapi dengan
alat douche-nya sebagai aplikator larutan ini. Selain sebagai antiinfeksi yang
disebabkan jamur Kandida, Trikomonas, bakteri atau infeksi campuran, juga sebagai
pembersih.
Tidak boleh digunakan pada ibu hamil dan menyusui. Bila terjadi iritasi atau sensitif
pemakaian harus dihentikan.
2. Anti biotik
Clotrimazole : Memiliki aktivitas antijamur dan antibakteri. Untuk infeksi kulit dan
vulvovaginitis yang disebabkan oleh Candida albicans. Efek samping: pemakaian
topikal dapat terjadi rasa terbakar,eritema, edema ,gatal dan urtikaria
Sediaan dan posologi : Tersedia dalam bentuk krim dan larutan dengan kadar 1%
dioleskan 2 kali sehari . Krim vagina 1% untuk tablet vagina 100 mg digunakan sekali
sehari pada malam hari selama 7 hari atau tablet vagina; 500 mg, dosis tunggal.
Efek samping obat ini sama seperti Metronidazole tetapi dengan kelebihan tidak perlu
minum dengan waktu yang panjang sehingga mengurangi efek sampingnya. Tinidazole
sebagai preparat vaginal digunakan untuk infeksi Trichomonas. Biasa dikombinasi
dengan Nystatin sebagai anti jamurnya. Bentuk sediaan yang ada adalah vaginal tablet.
Metronidazole
Diberikan peroral ( 2 gram sebagai dosis tunggal , 1gr setiap 12 jam x 2 atau 250 mg
3xsehari selama 5-7 hari) untuk infeksi Trichomonas vaginalis. Diberikan 500 mg
2xsehari selama seminggu dan lebih baik secara mitraseksual. Untuk infeksi
Gardnerella vaginalis Efek samping : mual kadang kadang muntah, rasa seperti logam
dan intoleransi terhadap alkohol. Metronidazol tidak boleh diberikan pada trimester
pertama kehamilan.
Nimorazole
Nimorazole merupakan antibiotika golongan Azol yang terbaru. Selain dalam sediaan
tunggal dalam bentuk tablet oral (diminum) juga ada kombinasinya (Chloramphenicol
dan Nystatin) dalam bentuk vaginal tablet.
Penisilin
1. Ampisilin pada pemberian oral dipengaruhi besarnya dosis dan ada tidaknya
makanan dalam saluran cerna
2. Amoksisilin lebih baik diberikan oral ketimbang ampisilin karena tidak terhambat
makanan dalam absorbsinya.
Efek samping : Reaksi alergi , nefropati, syok anafilaksis, efek toksik penisilin
terhadap susunan saraf menimbulkan gejala epilepsi karena pemberian IV dosis
besar
Ampisilin : - Tersedia dalam bentuk tablet atau kapsul 125mg, 250mg, 500mg
Nystatin adalah obat antijamur polien untuk jamur dan ragi yang sensitif terhadap
obat ini termasuk Candida sp. Di dalam darah sangat berbahaya bagi tubuh, tetapi
dengan sifatnya yang tidak bisa melewati membran kulit sangat baik untuk
digunakan sebagai obat pemakaian luar saja. Tetapi dalam penggunaannya harus
hati-hati jangan digunakan pada luka terbuka.
Sistemik
a. Nistatin tablet 4 x 1 tablet selama 14 hari
b. Ketokonazol oral 2 x 200 mg selama 7 hari- Nimorazol 2 gram dosis tunggal
c. Ornidazol 1,5 gram dosis tunggal
2. Chlamidia trachomatis
a. Metronidazole 600 mg/hari 4-7 hari (Illustrated of textbook gynecology)
b. Tetrasiklin 4 x 500mg selama 10-14 hari oral
c. Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 10-14 hari bila
d. Minosiklin dosis 1200mg di lanjutkan 2 x 100 mg/hari selama 14hari
e. Doksisiklin 2 x 200 mg/hari selama 14 hari
f. Kotrimoksazole sama dengan dosis minosiklin 2 x 2 tablet/hari selama 10 hari
3. Gardnerella vaginalis
a. Metronidazole 2 x 500 mg
b. Metronidazole 2 gram dosis tunggal
c. Ampisillin 4 x 500 mg oral sehari selama 7 hari
4. Neisseria gonorhoeae
a. Penicillin prokain 4,8 juta unit im atau
b. Amoksisiklin 3 gr im atau
c. Ampisiillin 3,5 gram im
Ditambah :
a. Doksisiklin 2 x 100mg oral selama 7 hari atau Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
b. Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
c. Tiamfenikol 3,5 gram oral
d. Kanamisin 2 gram im
e. Ofloksasin 400 mg/oral
Untuk Neisseria gonorhoeae penghasil Penisilinase
a. Seftriaxon 250 mg im atau
b. Spektinomisin 2 mg im atau
c. Ciprofloksasin 500 mg oral
Ditambah
a. Doksisiklin 2 x 100 mg selama 7 hari atau
b. Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
c. Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
Keputihan (Fluor albus) yang pisiologis tidak memberi dampak pada wanita. keputihan yang
memberi dampak pada ibu yaitu keputihan yang patologis. Dengan adanya keputihan ibu
merasa tidak nyaman karena menunjukkan keluhan berbau busuk, gatal, vulva terasa seperti
terbakar. Apabila keputihan tidak diobati maka infeksi dapat menjalar ke rongga rahim
kemudian sampai ke indung telur dan akhirnya sampai kerongga panggul. Banyak ditemukan
wanita yang menderita keputihan yang kronik menjadi mandul (Jones, 2005).
Biasanya komplikasi yang terjadi pada wanita adalah terinfeksinya kelenjar yang ada di dalam
bibir vagina. Bisul kelenjar tersebut harus disedot keluar karena tidak dapat disembukan
dengan obat. Komplikasi pada wanita sering menimbulkan radang saluran telur. Infeksi
nonspesifik pada wanita sering tanpa keluhan maupun gejala. Itu sebabnya tidak mudah
mendiagnosis hal itu. Kadang seorang wanita merasa tidak punya penyakit kelamin, tetapi
ketika lendir keputihannya diperiksa maka ditemukan bibit penyakit. Biasanya wanita hanya
merasa tidak enak kalau buang air kecil, kemudian jumlah Universitas Sumatera Utara 11
lendirnya hanya sedikit. Terkadang merasa tidak enak di panggul dan mungkin akan merasa
nyeri kalau melakukan hubungan seks. Oleh karena itu komplikasi sering terjadi apabila tidk
dilakukan pemeriksaan sedini munggkin (Rahma, 2006).
Komplikasi yang sering adalah bila kuman telah menaiki panggul sehingga terjadi penyakit
yang dikenal dengan radang panggul. Komplikasi jangka panjang yang lenih mengerikan, yaitu
kemungkinan wanita tersebut akan mandul akibat rusak dan lengketnya organ-organ dalam
kemaluan terutama tuba falopi dan juga dapat menyebabkan infertilitas.Komplikasi juga dapat
terdapat pada pria yaitu komplikasi non spesifikndapat menjalar ke prostat dan menimbulkan
infeksi buah zakar dan saluran kemih
Terinfeksinya kelenjar yang ada di dalam bibir vagina. Bisul kelenjar tersebut harus disedot
keluar karena tidak dapat disembukan dengan obat. Komplikasi pada wanita sering
menimbulkan radang saluran telur. Infeksi nonspesifik pada wanita sering tanpa keluhan
maupun gejala
LO 2.9. Memahami dan Menjelaskan Prognosis Keputihan
Biasanya kondisi-kondisi yang menyebabkan fluor albus memberikan respon terhadap
pengobatan dalam beberapa hari. Kadang-kadang infeksi akan berulang. Dengan perawatan
kesehatan akan menentukan pengobatan yang lebih efektif