Anda di halaman 1dari 25

LI 1.

Memahami dan Menjelaskan Genitalia Wanita


LO 1.1. Memahami dan Menjelaskan Makroskopik Genitalia Wanita

GENITALIA EKSTERNA

Vulva

Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri dari mons pubis, labia
mayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum, orificium urethrae externum, kelenjar-
kelenjar pada dinding vagina.

Mons pubis / mons veneris

Lapisan lemak di bagian anterior symphisis os pubis. Pada masa pubertas daerah ini mulai
ditumbuhi rambut pubis.

Labia mayora

Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang, banyak mengandung pleksus
vena. Homolog embriologik dengan skrotum pada pria.
Ligamentum rotundum uteri berakhir pada batas atas labia mayora.
Di bagian bawah perineum, labia mayora menyatu (pada commisura posterior).

Labia minora

Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak mempunyai folikel rambut. Banyak terdapat
pembuluh darah, otot polos dan ujung serabut saraf.

Clitoris

Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior vulva, dan corpus clitoridis
yang tertanam di dalam dinding anterior vagina. Homolog embriologik dengan penis pada pria.
Terdapat juga reseptor androgen pada clitoris. Banyak pembuluh darah dan ujung serabut saraf,
sangat sensitif.

Vestibulum

Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral labia minora. Berasal dari
sinus urogenital. Terdapat 6 lubang/orificium, yaitu orificium urethrae externum, introitus
vaginae, ductus glandulae Bartholinii kanan-kiri dan duktus Skene kanan-kiri. Antara fourchet
dan vagina terdapat fossa navicularis.

Introitus / orificium vagina

Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup lapisan tipis bermukosa yaitu
selaput dara / hymen, utuh tanpa robekan. Hymen normal terdapat lubang kecil untuk aliran
darah menstruasi, dapat berbentuk bulan sabit, bulat, oval, cribiformis, septum atau fimbriae.
Akibat coitus atau trauma lain, hymen dapat robek dan bentuk lubang menjadi tidak beraturan
dengan robekan (misalnya berbentuk fimbriae). Bentuk himen postpartum disebut parous.
Corrunculae myrtiformis adalah sisa2 selaput dara yang robek yang tampak pada wanita pernah
melahirkan / partus. Hymen yang abnormal, misalnya primer tidak berlubang (hymen
imperforata) menutup total lubang vagina, dapat menyebabkan darah menstruasi terkumpul di
rongga genitalia interna.

Vagina

Rongga muskulo membranosa berbentuk tabung mulai dari tepi cervix uteri di bagian kranial
dorsal sampai ke vulva di bagian kaudal ventral. Daerah di sekitar cervix disebut fornix, dibagi
dalam 4 kuadran : fornix anterior, fornix posterior, dan fornix lateral kanan dan kiri. Vagina
memiliki dinding ventral dan dinding dorsal yang elastis. Dilapisi epitel skuamosa berlapis,
berubah mengikuti siklus haid.Fungsi vagina yaitu untuk mengeluarkan ekskresi uterus pada
haid, untuk jalan lahir dan untuk kopulasi (persetubuhan).

Bagian atas vagina terbentuk dari duktus Mulleri, bawah dari sinus urogenitalis. Batas dalam
secara klinis yaitu fornices anterior, posterior dan lateralis di sekitar cervix uteri.
Titik Grayenbergh (G-spot), merupakan titik daerah sensorik di sekitar 1/3 anterior dinding
vagina, sangat sensitif terhadap stimulasi orgasmus vaginal.

Perineum

Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-otot diafragma pelvis
(m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma urogenitalis (m.perinealis transversus profunda,
m.constrictor urethra). Perineal body adalah raphe median m.levator ani, antara anus dan
vagina.
Perineum meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomi) untuk memperbesar
jalan lahir dan mencegah ruptur.
GENITALIA INTERNA

Uterus

Suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi peritoneum (serosa).
Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat implatansi, retensi dan nutrisi konseptus.
Pada saat persalinan dengan adanya kontraksi dinding uterus dan pembukaan serviks uterus,
isi konsepsi dikeluarkan. Terdiri dari corpus, fundus, isthmus dan serviks uteri.

Serviks uteri

Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis (berbatasan / menembus dinding dalam
vagina) dan pars supravaginalis. Terdiri dari 3 komponen utama: otot polos, jalinan jaringan
ikat (kolagen dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar di dalam rongga vagina yaitu portio
cervicis uteri (dinding) dengan lubang ostium uteri externum (luar, arah vagina) dilapisi epitel
skuamokolumnar mukosa serviks, dan ostium uteri internum (dalam, arah cavum). Sebelum
melahirkan (nullipara/primigravida) lubang ostium externum bulat kecil, setelah
pernah/riwayat melahirkan (primipara/ multigravida) berbentuk garis melintang. Posisi serviks
mengarah ke kaudal-posterior, setinggi spina ischiadica. Kelenjar mukosa serviks
menghasilkan lendir getah serviks yang mengandung glikoprotein kaya karbohidrat (musin)
dan larutan berbagai garam, peptida dan air. Ketebalan mukosa dan viskositas lendir serviks
dipengaruhi siklus haid.

Corpus uteri

Terdiri dari, paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat pada ligamentum latum uteri
di intraabdomen, tengah lapisan muskular/miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari luar
ke dalam arah serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta dalam lapisan
endometrium yang melapisi dinding cavum uteri, menebal dan runtuh sesuai siklus haid akibat
pengaruh hormon-hormon ovarium. Posisi corpus intraabdomen mendatar dengan fleksi ke
anterior, fundus uteri berada di atas vesica urinaria. Proporsi ukuran corpus terhadap isthmus
dan serviks uterus bervariasi selama pertumbuhan dan perkembangan wanita

Ligamenta penyangga uterus

Ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum cardinale, ligamentum


ovarii, ligamentum sacrouterina propium, ligamentum infundibulopelvicum, ligamentum
vesicouterina, ligamentum rectouterina.

Vaskularisasi uterus

Terutama dari arteri uterina cabang arteri hypogastrica/illiaca interna, serta arteri ovarica
cabang aorta abdominalis.

Salping / Tuba Falopii

Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri. Sepasang tuba kiri-kanan, panjang 8-
14 cm, berfungsi sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai cavum uteri.
Dinding tuba terdiri tiga lapisan : serosa, muskular (longitudinal dan sirkular) serta mukosa
dengan epitel bersilia. Terdiri dari pars interstitialis, pars isthmica, pars ampularis, serta pars
infundibulum dengan fimbria, dengan karakteristik silia dan ketebalan dinding yang berbeda-
beda pada setiap bagiannya.

1. Pars isthmica (proksimal/isthmus) : Merupakan bagian dengan lumen tersempit,


terdapat sfingter uterotuba pengendali transfer gamet.
2. Pars ampularis (medial/ampula) : Tempat yang sering terjadi fertilisasi adalah daerah
ampula / infundibulum, dan pada hamil ektopik (patologik) sering juga terjadi
implantasi di dinding tuba bagian ini.
3. Pars infundibulum (distal) : Dilengkapi dengan fimbriae serta ostium tubae abdominale
pada ujungnya, melekat dengan permukaan ovarium. Fimbriae berfungsi menangkap
ovum yang keluar saat ovulasi dari permukaan ovarium, dan membawanya ke dalam
tuba.

Mesosalping : Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya mesenterium pada usus).

Ovarium

Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga peritoneum, sepasang kiri-kanan.
Dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat dan jalan pembuluh darah dan saraf. Terdiri dari
korteks dan medula.

Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum (dari sel epitel
germinal primordial di lapisan terluar epital ovarium di korteks), ovulasi (pengeluaran ovum),
sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid (estrogen oleh teka interna folikel, progesteron
oleh korpus luteum pascaovulasi). Berhubungan dengan pars infundibulum tuba Falopii
melalui perlekatan fimbriae. Fimbriae menangkap ovum yang dilepaskan pada saat ovulasi.
Ovarium terfiksasi oleh ligamentum ovarii proprium, ligamentum infundibulopelvicum dan
jaringan ikat mesovarium. Vaskularisasi dari cabang aorta abdominalis inferior terhadap arteri
renalis.
LO 1.2. Memahami dan Menjelaskan Mikroskopik Genitalia Wanita
Serviks
Serviks mempunyai serabut otot polos, namun terutama terdiri dari atas jaringan kolagen,
ditambah dengan elastin serta pembuluh darah. Peralihan serviks yang terutama yang berupa
jaringan kolagen ke korpus uteri yang terutama berupa jaringan muskuler, meskipun umumnya
mendadak namun bisa juga sedikit demi sedikit, sehingga terentang sepanjang 10 mm. Serviks
yang berbentuk silinder pada nullipara panjangnya sekitar 3 cm dan diameter 2,5 cm.
Mukosa kanalis servikalis meskipun secara embriologis merupakan kelanjutan dari
endometrium, namun setelah mengalami perubahan sedemikian rupa sehingga potongan
melintangnya menyerupai sarang tawon. Mukosanya terdiri dari satu lapisan epitel kolumnar
yang sangat tinggi, menempel pada membrana basalis yang tipis. Nukleus yang oval terletak
dekat dasar sel kolumner yang bagian atasnya terlihat agak jernih karena berisi mukus. Sel
sel ini mempunyai banyak silia. Terdapat banyak kelenjar servikalis yang memanjang dari
permukaan mukosa endoserviks langsung menuju jaringan ikat di sekitarnya, karena tidak
terdapat submukosa demikian, kelenjar inilah yang berfungsi mengeluarkan sekret yang kental
dan lengket
Vagina

Lapisan Vagina
Dinding vagina terdiri dari lapisan mukosa, muskularis, dan adventitia. Mukosa ini berada
didalam lipatan (rugae) yang terdiri dari lapisan permukaan epitel skuamosa berlapis tanpa
lapisan tanduk (nonkeratinized) diatas lamina propria. Sel-sel epitel mengandung glikogen
Lamina propria terdiri dari jaringan ikat, dibawah lapisan epitel, serabut elastis membentuk
jaringan padat. Jaringan limfatik menyebar dan nodular ditemukan sesekali, dan banyak
limfosit, bersama dengan leukosit granular, menginvasi epitel. Vagina tidak memiliki kelenjar,
dan epitel dijaga agar tetap lembab oleh sekresi dari leher rahim (servix). Muskularis terdiri
dari kumpulan sel-sel otot polos yang tersusun sirkuler di lapisan dalam dan longitudinal di
lapisan luar.
Para adventitia adalah lapisan luar yang tipis yang tersusun dari jaringan ikat dengan serat
elastis. Berfungsi untuk mempertahankan vagina tetap di tempat.Epitel skuamosa bertingkat
nonkeratinized yang melapisi vagina terdalam adalah lapisan basal (stratum germinativum),
diikuti oleh lapisan (spinosus) menengah dan lapisan dangkal (stratum korneum).

Labia
Labia mayor terdiri dari lipatan-lipatan kulit yang menutupi kumpulan jaringan adiposa. Pada
orang dewasa, permukaan luar ditutupi oleh rambut kasar dengan kelenjar keringat dan
sebasea. Labia majora adalah homolog dengan skrotum pada pria. Labia minora terdiri dari inti
yang sangat vaskular, jaringan ikat longgar tertutup oleh epitel skuamosa berlapis yang sangat
menjorok oleh papilla jaringan ikat. Kedua permukaan labia minora tidak terdapat rambut,
tetapi banyak terdapat kelenjar sebasea besar.

Klitoris
Klitoris adalah suatu badan yang terbentuk dari dua corpora cavernosa yang tertutup dalam
lapisan jaringan ikat fibrosa dan dipisahkan oleh septum yang tidak lengkap. Ujung bebas dari
klitoris berakhir dalam tuberkulum, kecil membulat,serta kelenjar clitoridis. Klitoris dibungkus
oleh lapisan tipis epitel skuamosa berlapis nonkeratinized , juga terkait dengan banyak ujung
saraf khusus. Klitoris tidak memiliki korpus spongiosum , oleh karena itu tidak dilalui oleh
uretra.
Kelenjar vestibular/ kelenjar Bartholin
Vestibulum adalah celah antara labia minora yang di dalamnya merupakan bukaan vagina dan
uretra. dibatasi oleh epitel skuamosa berlapis dan mengandung banyak kelenjar vestibular
kecil. Terdapat kelenjar lendir tubuloalveolar yang mengeluarkan cairan, pelumas jelas
berlendir. Kelenjar utama sesuai dengan kelenjar bulbourethral dari laki-laki.
LI 2. Memahami dan Menjelaskan Keputihan yang Patologis
LO 2.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Keputihan
Secara definisi keputihan adalah cairan tubuh (bukan darah) yang keluar dari organ reproduksi
wanita. Keadaan ini dapat bersifat fisiologis atau patologis. Keputihan yang fisiologis dapat
timbul saat terjadi perubahan siklus hormonal, seperti sebelum pubertas, stress psikologis,
sebelum dan setelah datang bulan, kehamilan, saat menggunakan kontrasepsi hormonal, atau
saat menopause (Moctar R, 1986).
Keputihan sudah menjadi masalah yang banyak ditemui para wanita. Penyebabnya mulai dari
bakteri, jamur, parasit, sampai dengan virus. Selain itu masuknya benda asing dalam vagina,
kanker dan menopause, juga dapat menjadi penyebab datangnya keputihan. Dari upaya
menghilangkan gejala, memberantas penyebab dan mencegah, pencegahan merupakan upaya
efektif (Moctar, 1986).
LO 2.2. Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Keputihan
Keputihan dapat dibedakan antara keputihan yang fisiologis dan patologis. Keputihan fisiologis
terdiri atas cairan yang terkadang berupa mucus yang mengandung banyak epitel dengan
leukosit yang jarang. Sedangkan pada keputihan yang patologis terdapat banyak leukosit.
Keputihan fisiologis ditemukan pada:
a. Bayi yang baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari; di sini sebabnya ialah pengaruh
estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
b. Waktu disekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen; leukore di sini
hilang sendiri, akan tetapi dapat menimbulkan keresahan pada orang tuanya.
c. Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan oleh
pengeluaran transudasi dari dinding vagina.
d. Waktu disekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar servik uteri menjadi lebih
encer.
e. Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelanjar servik uteri juga bertambah pada wanita
dengan penyakit menahun, dengan neurosis, dan pada wanita dengan ektropion
porsionis uteri.
Mansjoer, et al (2001) mengklasifikasikan keputihan sebagai berikut:
a. Jernih berlendir banyak dan tidak berbau. Keputihan jenis ini disebabkan oleh adanya
ovulasi, hiperesterogen, dan stress.
b. Berwarna seperti susu, kental, lengket, jumlanya sangat banyak dan tidak berbau.
Keputihan ini dapat disebabkan oleh karena adanya vaginitis
c. Berwarna coklat, encer seperti air, sangat banyak jumlahnya, dan lembab. Keputihan
ini terjadi akibat vaginitis, servisitis, stenosis serviks, endometeritis, dan neoplasma
pasca radiasi.
d. Berwarna abu-abu dengan garis darah, encer, jumlahnya sangat banyak dan berbau
busuk. Keputihan ini terjadi akibat adanya ulkus vagina, vaginitis, servisitis piogenik
(trauma pesarium), neoplasma ganas/jinak.
e. Jika hasil pemeriksaan fisik dan sediaan apus 2 kali berturut-turut negatif, kemungkinan
penyebabnya adalah vulvovaginitis psikosomatik.
f. Keputihan akibat adanya benda asing dengan infeksi sekunder misal tampon
penyebabnya adalah toxic shock syndrome.
g. Berwarna merah muda, terdapat serosa, banyak, dan tidak berbau. Keputihan ini terjadi
akibat infeksi bakteri non-spesifik, hiperesterogen hal ini dapat menyebabkan vaginitis
atrofi, dispareunia, gatal, vagina kering.
h. Putih, encer berbintik banyak, berbau apek disertai penyakit sistemik, saat buang air
kecil terasa panas, pruritus vulva, pseudohifa yang disebabkan oleh candida albicans.
i. Kuning kehijauan, berbusa, sangat banyak, gatal, berbau busuk, nyeri tekan di vulva
dan sekitar eritema vagina yang ptekie. Keputihan ini dapat terjadi disebabkan oleh
infeksi trichomonas vaginalis.
j. Kuning, kental, sangat banyak, terasa panas, gatal, nyeri tekan, sakit saat miksi dapat
abses atau menjalar endometrium/salping. Keputihan ini dapat terjadi disebabkan oleh
infeksi neisseria gonorrheae.
LO 2.3. Memahami dan Menjelaskan Etiologi Keputihan
Penyebab keputihan tergantung dari jenisnya yaitu penyebab dari keputihan yang fisiologik
dan patologik.
a. Keputihan fisiologik
Penyebab keputihan fisiologik adalah faktor hormonal, seperti bayi baru lahir sampai umur
kira-kira 10 hari disebabkan pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
Kemudian dijumpai pada waktu menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen.
Rangsangan birahi disebabkan oleh pengeluaran transudasi dari dingding vagina. Kelelahan
fisik dan kejiwaan juga merupakan penyebab keputihan.
Keputihan yang bersifat normal (fisiologis) pada perempuan normalnya hanya ditemukan pada
daerah porsio vagina. Sekret patologik biasanya terdapat pada dinding lateral dan anterior
vagina. Keputihan fisiologis terdiri atas cairan yang kadang-kadang berupa mukus yang
mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang. Sedangkan pada keputihan yang
patologik terdapat banyak leukosit. Keputihan yang fisiologis dapat ditemukan pada:
a. Waktu disekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen; keputihan ini dapat
menghilang sendiri akan tetapi dapat menimbulkan kecemasan pada orang tua.
b. Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan oleh
pengeluaran transudat dari dinding vagina.
c. Waktu disekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelanjar serviks uteri menjadi lebih
encer.
d. Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri juga bertambah pada wanita
dengan penyakit menahun, dengan neurosis, dan pada wanita dengan ektropion
porsionis uteri.

Menurut Wijayanti (2009, p.51) keputihan normal ciricirinya ialah : warnanya kuning, kadang-
kadang putih kental, tidak berbau tanpa disertai keluhan (misalnya gatal, nyeri, rasa terbakar,
dsb), keluar pada saat menjelang dan sesudah menstruasi atau pada saat stres dan kelelahan.
Keputihan tidak selalu mendatangkan kerugian, jika keputihan ini wajar dan tidak menunjukan
bahaya lain. Sebenarnya, cairan yang disebut keputihan ini berfungsi sebagai sistem pelindung
alami saat terjadi gesekan di dinding vagina saat anda berjalan dan saat anda meakukan
hubungan seksual.
Keputihan ini merupakan salah satu mekanisme pertahanan tubuh dari bakteri yang menjaga
kadar keasaman pH wanita. Cairan ini selalu berada di dalam alat genital tersebut. Keasaman
pada vagina wanita harus berkisar antara 3,8 sampai 4,2, maka sebagian besar bakteri yang ada
adalah bakteri menguntungkan. Bakteri menguntungkan ini hampir mencapai 95% sedangkan
yang lain adalah bakteri merugikan dan menimbulkan penyakit (patogen).
Jika keadaan ekosistem seimbang, artinya wanita tidak mengalami keadaan yang membuat
keasaman tersebut bertambah dan berkurang, maka bakteri yang menimbulkan penyakit
tersebut tidak akan mengganggu (Iswati, 2010, pp.134-135).

b. Faktor konstitusi
Faktor konstitusi misalnya karena kelelahan, stres emosional, karena ada masalah dalam
keluarga atau pekerjaan, bisa juga karena penyakit yang melelahkan seperti gizi yang rendah
ataupun diabetes. Bisa juga disebabkan oleh status imunologis yang menurun maupun obat
obatan. Diet yang tidak seimbang juga dapat menyebabkan keputihan terutama diet dengan
jumlah gula yang berlebihan, karena merupakan faktor yang sangat memperburuk terjadinya
keputihan Diet memegang peranan penting untuk mengendalikan infeksi jamur. Dengan
makanan yang cukup gizi kita bisa membantu tubuh kita memerangi infeksi dan mencegah
keputihan vagina yang berlebihan. Hindari makanan yang banyak mengandung karbohidrat
dengan kadar gula tinggi seperti tepung, sereal, dan roti. Makanan dengan jumlah gula yang
berlebihan dapat menimbulkan efek negatif pada bakteri yang bermanfaat yang tinggal di
dalam vagina. Selaput lendir dinding vagina mengeluarkan glikogen, suatu senyawa gula.
Bakteri yang hidup di vagina disebut lactobacillus (bakteri baik) meragikan gula ini menjadi
asam laktat. Proses ini menghambat pertumbuhan jamur dan menahan perkembangan infeksi
vagina. Gula yang dikonsumsi berlebihan dapat menyebabkan bakteri lactobacillus tidak dapat
meragikan semua gula ke dalam asam laktat dan tidak dapat menahan pertumbuhan penyakit,
maka jumlah menjadi meningkat dan jamur atau bakteri perusak akan bertambah banyak.

c. Faktor iritasi
Faktor iritasi sebagai penyebab keputihan meliputi, penggunaan sabun untuk mencuci organ
intim, iritasi terhadap pelicin, pembilas atau pengharum vagina, ataupun bisa teriritasi oleh
celana. penyebab dari keputihan, antara lain:
1. Penggunaan celana dalam yang tidak menyerap keringat
Jamur tumbuh subur pada keadaan yang hangat dan lembab. Celana dalam yang terbuat
dari nilon tidak dapat menyerap keringat sehingga menyebabkan kelembaban.
Campuran keringat dan sekresi alamiah vagina sendiri mulai bertimbun, sehingga
membuat selangkangan terasa panas dan lembab. Keadaan ini menjadi tempat yang
cocok untuk pertumbuhan jamur candida dan bakteri lain yang merugikan.
2. Penggunaan celana panjang yang ketat
Celana panjang yang ketat juga dapat menyebabkan keputihan yang merupakan
penghalang terhadap udara yang berada disekitar daerah genetalia dan merupakan
perangkap keringat pada daerah selangkangan. Bila pemakaian jeans digabungkan
dengan celana nilon di bawahnya, efeknya sangat membahayakan.
3. Penggunaan deodorant vagina
Deodorant vagina sebenarnya tidak perlu karena dapat mengiritasi membran mukosa
dan mungkin menimbulkan keputihan. Deodorant tidak dapat bekerja semestinya
karena deodorant tidak mempengaruhi kuman- kuman di dalam vagina. Deodorant
membuat vagina menjadi lebih kering dan gatal serta dapat menyebabkan reaksi alergi.
Mandi dengan busa sabun dan antiseptik sebaiknya dihindari karena alasan yang sama.
Keduanya dapat mematikan bakteri alamiah dalam vagina dengan cara yang mirip
dengan antibiotika
d. Keputihan Patologik
Keputihan patologik disebabkan oleh karena kelainan pada organ reproduksi wanita dapat
berupa Infeksi, Adanya benda asing, dan penyakit lain pada organ reproduksi.
1) Infeksi
Infeksi adalah masuknya bibit penyakit kedalam tubuh. Salah satu gejalanya adalah keputihan.
Infeksi yang sering terjadi pada organ kewanitaan yaitu vaginitis, candidiasis, trichomoniasis.
a) Vaginitis
Penyebabnya adalah pertumbuhan bakteri normal yang berlebihan pada vagina. Dengan
gejala cairan vagina encer, berwana kuning kehijauan, berbusa dan bebau busuk, vulva
agak bengkak dan kemerahan, gatal, terasa tidak nyaman serta nyeri saat berhubungan
seksual dan saat kencing. Vaginosis bakterialis merupakan sindrom klinik akibat
pergantian Bacillus Duoderlin yang merupakan flora normal vagina dengan bakteri
anaerob dalam konsentrasi tinggi seperti Bacteroides Spp, Mobiluncus Sp,
Peptostreptococcus Sp dan Gardnerella vaginalis bakterialis dapat dijumpai duh tubuh
vagina yang banyak, Homogen dengan bau yang khas seperti bau ikan, terutama waktu
berhubungan seksual. Bau tersebut disebabkan adanya amino yang menguap bila cairan
vagina menjadi basa. Cairan seminal yang basa menimbulkan terlepasnya amino dari
perlekatannya pada protein dan vitamin yang menguap menimbulkan bau yang khas.

b) Candidiasis
Penyebab berasal dari jamur kandida albican. Gejalanya adalah keputihan berwarna
putih susu, begumpal seperti susu basi, disertai rasa gatal dan kemerahan pada kelamin
dan disekitarnya. Infeksi jamur pada vagina paling sering disebabkan oleh Candida,spp,
terutama Candida albicans. Gejala yang muncul adalah kemerahan pada vulva,
bengkak, iritasi, dan rasa panas. Tanda klinis yang tampak adalah eritema, fissuring,
sekret menggumpal seperti keju, lesi satelit dan edema. Usaha pencegahan terhadap
timbulnya kandidiasis vagina meliputi penanggulangan faktor predisposisi dan
penanggulangan sumber infeksi yang ada. Penanggulangan faktor predisposisi
misalnya tidak menggunakan antibiotika atau steroid yang berlebihan, tidak
menggunakan pakaian ketat, mengganti kontrasepsi dengan kontrasepsi lain yang
sesuai, memperhatikan hygiene. Penanggulangan sumber infeksi yaitu dengan mencari
dan mengatasi sumber infeksi yang ada, baik dalam
tubuhnya sendiri atau diluarnya.

c) Trichomoniasis
Berasal dari parasit yang disebut Trichomonas vaginalis. Gejalanya keputihan berwarna
kuning atau kehijauan, berbau dan berbusa,kecoklatan seperti susu ovaltin, biasanya
disertai dengan gejala gatal dibagian labia mayora, nyeri saat kencing dan terkadang
sakit pinggang. Trichomoniasis merupakan penyakit infeksi protozoa yang disebabkan
oleh Trichomonas vaginalis, biasanya ditularkan melalui hubungan seksual dan sering
menyerang traktus urogenitalis bagian bawah. Pada wanita sering tidak menunjukan
keluhan, bila ada biasanya berupa duh tubuh vagina yang banyak, berwarna kehijauan
dan berbusa yang patognomonic (bersifat khas) untuk penyakit ini. Pada pemeriksaan
dengan kolposkopi tampak gambaran Strawberry cervix yang dianggap khas untuk
trichomoniasis. Salah satu fungsi vagina adalah untuk melakukan hubungan seksual.
Terkadang mengalami pelecetan pada saat melakukan senggama. Vagina juga
menampung air mani, dengan adanya pelecetan dan kontak mukosa (selapu lendir)
vagina dengan air mani merupakan pintu masuk (Port dentre) mikro organisme
penyebab infeksi PHS.

d) Chlamydia trachomatis
Chlamydia trachomatis merupakan salah satu dari empat spesies genus chlamydia yang
merupakan bakteri khusus yang hidup sebagai parasit intrasel. Chlamydia trachomatis
adalah infeksi bakteri menular seksual yang ditemukan diseluruh dunia. Chlamydia
trachomatis bersifat dimorfik yaitu organisme ini terdapat dalam dua bentuk, dalam
bentuk infeksiosa, Chlamydia trachomatis merupakan sferoid berukuran kecil, tidak
aktif secara metabolis, dan mengandung DNA dan RNA serta di sebut badan elementer.
Sferoid-sferoid ini memperoleh akses ke sel penjamu melalui endositosis dan setelah
berada didalam berubah menjadi organisme yang secara metabolis aktif yang bersaing
dengan sel penjamu memperebutkan nutrien. Organisme ini memicu timbulnya siklus
replikasi dan setelah kembali memadat menjadi EB sampai sel penjamu pecah, terjadi
ratusan EB untuk menginfeksi sel-sel sekitarnya. Chlamydia trachomatis memiliki
afinitas terhadap epitel uretra, serviks, dan konjungtiva mata. Pada laki-laki
uretritis,epididimitis dan prostatitis adalah manifestasi infeksi tersering. Pada
perempuan yang tersering adalah servisitis, diikuti oleh uretritis, bartolinitis dan
akhirnya penyakit radang panggul.dapat juga menginfeksi faring dan rektum orang
yang melakukan hubungan seks oral atau anal reseptif. Bayi dapat terinfeksi sewaktu
dilahirkan dan mengalami konjungtivitis dan pneumonia. Infeksi oleh Chlamydia
trachomatis tidak menimbulkan imunitas terhadap infeksi di kemudian hari.

Chlamydia trachomatis
e) Gardnerella vaginalis
Gardnerella vaginalis pada keadaan normal ditemukan dalam saluran pernapasan.
Namun, bakteri ini terdapat pada kira-kira 30% flora normal vagina wanita normal.
Organisme ini merupakan basil gram negatif yang biasanya ditemukan bersamaan
dengan keberadaan bakteri anaerob. Mungkin terjadi penularan melalui hubungan
seksual, karena 90% laki-laki terinfeksi.

Gardnerella vaginalis
f) Human papillomavirus
Salah satu anggota grup papilovirus, dapat menyebabkan kondiloma akuminata. Virus
ini ditularkan secara seksual umumnya mengenai kedua pasangan dan menyerang
kelompok umur yang sama dengan penyakit lainnya. HPV diketahui sebagai penyebab
kanker kongenital, termasuk karsinoma serviks. Papillomavirus menggambarkan konsep
bahwa strain virus alamiah bisa berbeda dalam potensi onkogenik. Yang paling sering di
temukan HPV-16 atau HPV-18, walaupun beberapa kanker mengandung DNA dari HPV
tipe 31 atau tipe 45.

Human papillomavirus

g) Herpes simplek virus


Terdapat dua tipe virus herpes yang berbeda tipe 1 dan tipe 2. Susunan genom mereka
sama dan menunjukan kesesuaian urutan substansi. Tetapi mereka dapat dibedakan
melalui analisis pembatasan enzim dari DNA virus. Keduanya secara serologis bereaksi
silang, tetapi terdapat beberapa protein unik pada setiap tipe. Cara penularan mereka
berbeda, HSV-1 menyebar melalui kontak, biasanya melibatkan air liur yang terinfeksi
sementara HSV-2 ditularkan secara seksual atau melalui infeksi genitalia maternal
kepada bayi yang baru lahir. Ini menimbulkan gambaran klinis yang berbeda pada infeksi
manusia.

Herpes simplek virus


h) Molluscum contagiosum
Molluscum contagiosum adalah virus yang autoinokulasi (masuknya virus dari tubuh
pasien sendiri) dengan masa tunas 1-4 minggu. Umumnya timbul tumor kulit epitel
berwarna merah muda hingga abu-abu, tanpa gejal, menyebar, dan berukuran kurang dari
1 cm di vulva. Gambaran histologik menunjukan sejumlah badan inklusi dalam
sitoplasma sel
2) Adanya benda asing dan penyebab lain

a. Infeksi ini timbul jika penyebab infeksi (bakteri atau organisme lain ) Masuk melalui
prosedur medis, saperti; haid, abortus yang disengaja, insersi IUD, saat melahirkan,
infeksi pada saluran reproduksi bagian bawah yang terdorong sampai ke serviks atau
sampai pada saluran reproduksi bagian atas.
b. Keganasan/Neoplasia
Kanker merupakan penyebab keputihan hal ini karena meningkatanya proliferasi sel-
sel genital yang cepat dan mudah rusak. Sehingga timbul nekrosis sel yang
menyebabkan ikut pecahnya pembulu darah. Pada kasus seperti ini maka akan keluar
cairan bercampur darah yang berbau busuk.
c. Menopouse
Pada wanita yang telah mengalami menopouse terjadi penurunan aktivitas hormonal
seperti estrogen yang berdampak pada penurunan aktivitas organ genital. Seperti vagina
menjadi lebih keras, menipisnya epitel dan kurangnya degenerasi sel epitel. Hal ini
dapat mempermudah terjadinya infeksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan
keputihan
d. Penggunaan obat-obatan
Penggunaan obat-obat imunosupresan seperti kortikosteroid dan penggunaan antiseptik
genital secara berlebihan dapat menurunkan kemampuan imunitas organ genital dan
juga menyebabkan kematian flora normal organ genital. Hal ini menyebabkan
mudahnya terjadi infeksi daerah vagina yang dapat menimbulkan keputihan.

LO 2.4. Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Keputihan


Di dalam vagina terdapat berbagai bakteri, 95% adalah bakteri lactobacillus dan selebihnya
bakteri patogen (bakteri yang menyebabkan penyakit). Dalam keadaan ekosistem vagina yang
seimbang, bakteri patogen tidak akan mengganggu. Peran penting dari bakteri dalam flora
normal vagina adalah untuk menjaga derajat keasaman (pH) agar tetap pada level normal.
Dengan tingkat keasaman tersebut, lactobacillus akan tumbuh subur dan bakteri patogen akan
mati. Pada kondisi tertentu, pH bisa berubah menjadi lebih tinggi atau lebih rendah dari normal.
Jika pH wanita naik menjadi 4,2 (kurang asam), maka jamur akan tumbuh dan berkembang.
Akibatnya lactobacillus akan kalah dari bakteri patogen. Meskipun banyak variasi warna,
konsistensi, dan jumlah dari sekret vagina bisa dikatakan suatu yang normal, tetapi perubahan
itu selalu diinterpretasikan penderita sebagai suatu infeksi, khususnya disebabkan oleh jamur.
Beberapa perempuan pun mempunyai sekret vagina yang banyak sekali.
Dalam kondisi normal, cairan yang keluar dari vagina mengandung sekret vagina, sel-sel
vagina yang terlepas dan mukus serviks, yang akan bervariasi karena umur, siklus menstruasi,
kehamilan, dan atau penggunaan pil KB. Lingkungan vagina yang normal ditandai adanya
suatu hubungan yang dinamis antara lactobacillus acidophilus dengan flora endogen lain,
estrogen, glikogen, dan hasil metabolit lain. lactobacillus acidophilus menghasilkan endogen
peroksida yang toksik terhadap bakteri patogen. Karena aksi dari estrogen pada epitel vagina,
produksi glikogen, lactobacillus (Doderlein) dan produksi asam laktat yang menghasilkan pH
vagina yang rendah sampai 3,8-4,5 dan pada level ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri
lain.
Kandidiasis vaginalis merupakan infeksi vagina yang disebabkan oleh candida sp. terutama C.
albicans. Infeksi Candida terjadi karena perubahan kondisi vagina. Sel ragi akan berkompetisi
dengan flora normal sehingga terjadi kandidiasis. Hal-hal yang mempermudah pertumbuhan
ragi adalah penggunaan antibiotik yang berspektrum luas, penggunaan kontrasepsi, kadar
estrogen yang tinggi, kehamilan, diabetes yang tidak terkontrol, pemakaian pakaian ketat,
pasangan seksual baru dan frekuensi seksual yang tinggi.
Perubahan lingkungan vagina seperti peningkatan produksi glikogen saat kehamilan atau
peningkatan hormon esterogen dan progesteron karena kontrasepsi oral menyebabkan
perlekatan candida albicans pada sel epitel vagina dan merupakan media bagi pertumbuhan
jamur. candida albicans berkembang dengan baik pada lingkungan pH 5-6,5. Perubahan ini
bisa asimtomatis atau sampai menimbulkan gejala infeksi. Penggunaan obat immunosupresan
juga menjadi faktor predisposisi kandidiasis vaginalis.
Pada penderita dengan Trikomoniasis, perubahan kadar estrogen dan progesteron
menyebabkan peningkatan pH vagina dan kadar glikogen sehingga berpotensi bagi
pertumbuhan dan virulensi dari trichomonas vaginalis. Vaginitis sering disebabkan karena flora
normal vagina berubah karena pengaruh bakteri patogen atau adanya perubahan dari
lingkungan vagina sehingga bakteri patogen itu mengalami proliferasi. Antibiotik kontrasepsi,
hubungan seksual, stres dan hormon dapat merubah lingkungan vagina tersebut dan memacu
pertumbuhan bakteri pathogen. Pada vaginosis bakterial, diyakini bahwa faktor-faktor itu dapat
menurunkan jumlah hidrogen peroksida yang dihasilkan oleh lactobacillus acidophilus
sehingga terjadi perubahan pH dan memacu pertumbuhan gardnerella vaginalis, mycoplasma
hominis dan mobiluncus yang normalnya dapat dihambat. Organisme ini menghasilkan produk
metabolit misalnya amin, yang menaikkan pH vagina dan menyebabkan pelepasan sel-sel
vagina. Amin juga merupakan penyebab timbulnya bau pada fluor albus pada vaginosis
bacterial. Fluor albus mungkin juga didapati pada perempuan yang menderita tuberculosis,
anemia, menstruasi, infestasi cacing yang berulang, juga pada perempuan dengan keadaan
umum yang jelek, higiene yang buruk dan pada perempuan yang sering menggunakan
pembersih vagina, disinfektan yang kuat.
Stress
Stressor dapat merangsang sekresi adenokorteks yang berakibat meningkatkan glukokortikoid
dan aktivitas saraf simpatis, diikuti pelepasan katekolamin. Hipotalamus bereaksi mengontrol
sekresi Adrenocorticopin (ACTH) yang berhubungan dengan sekresi hormon peptida termasuk
vasopresin, oksitosin, dan Corticotropin Releasing Factor (CRF). Hormon peptida ini berperan
mengatur fungsi imun. Dalam keadaan stres, sekresi Growth Hormone (GH) juga meningkat,
stress yang lama dapat menekan fungsi gonad. Reseptor spesifik yang terdapat pada
neuroendokrin dapat mempengaruhi aktifitas sel. Sel makrofag yang telah aktif akan
melepaskan suatu mediator yaitu interleukin 1 (IL-1). Mediator ini sangat bermanfaat bagi
limfosit lain sehingga dapat membunuh sel-sel asing.
Penelitian dari Dasgupta (2003) melaporkan bahwa ada impuls langsung dari stressor yang
mengenai hipokampus yang diteruskan ke resptor estrogen di vagina melalu Nerve Pathway
khusus sehingga terjadi supresi estrogen yang berakibat pergeseran pH vagina.

LO 2.5. Memahami dan Menejelaskan Manifestasi Klinis Keputihan


Segala perubahan yang menyangkut warna dan jumlah dari sekret vagina meerupakan suatu
tanda infeksi vagina. Infeksi vagina adalah sesuatu yang sering kali muncul dan sebagian besar
perempuan pernah mengalaminya dan akan memberikan beberapa gejala fluor albus:
a. Keputihan yang disertai rasa gatal, ruam kulit dan nyeri.
b. Sekret vagina yang bertambah banyak
c. Rasa panas saat kencing
d. Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal
e. Berwarna putih kerabu-abuan atau kuning dengan bau yang menusuk
Vaginosis bacterial Sekret vagina yang keruh, encer, putih abu-abu hingga kekuning-kuningan
dengan bau busuk atau amis. Bau semakin bertambah setelah hubungan seksual. Trikomoniasis
Sekret vagina biasanya sangat banyak kuning kehijauan, berbusa dan berbau amis. Kandidiasis
Sekret vagina menggumpal putih kental. Gatal dari sedang hingga berat dan rasa terbakar
kemerahan dan bengkak didaerah genital tidak ada komplikasi yang serius. Infeksi klamidia
Biasanya tidak bergejala. Sekret vagina yang berwarna kuning seperti pus. Sering kencing dan
terdapat perdarahan vagina yang abnormal
Manifestasi Klinis berdasarkan etiologi :

A. Keputihan Fisiologis : Cairan vagina jernih, tidak berwarna, tidak gatal, sekret bisa sedikit
atau cukup banyak

B. Patologis
a. Bakteri
1. Chlamydia trachomatis : Sekret serviks mukopulen dan ektopi, edema, rapuhnya
serviks
2. Gardnerella vaginalis : Banyak sekali discharge berwarna abu-abu, berbau amis, rasa
gatal atau terbakar biasanya minimal
3. Neisseria gonorheae : Infeksi daerah serviks (pada dewasa), vaginitis (pada masa
pubertas)
b. Jamur
Candida Albicans : Seperti keju lembut, tidak berbau, pengumpulan eksudat seperti dadih
berwarna keputihan dan sebagian agak melekat pada serviks dan mukosa vagina, eritema
dan edema vulva dan vagina

c. Protozoa
Trichomonas vaginalis : Lendir tipis, warna hijau kuning, kadang berbusa dan berbau
busuk

d. Virus
1. HPV (human papiloma virus) : Lesi papilomatosa yang meninggi, mudah dilihat pada
vulva, lesi jauh lebih merah pada: diabetes, hamil, kontrasepsi oral, imunosupresi
2. herpes simplex virus : Leukore disertai dengan demam, malaise, anorexia, nyeri pada
genitalia, dysuria, perdarahan pervaginaan

LO 2.6. Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding Keputihan


Diagnosis fluor albus ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan penunjang.

Anamnesis
Ditanyakan mengenai usia, metode kontrasepsi yang dipakai oleh akseptor KB kontak seksual,
perilaku, jumlah, bau dan warna leukore, masa inkubasi, penyakit yang diderita, penggunaan
obat antibiotik atau kortikosteroid dan keluhan-keluhan lain.

Pemeriksaan Fisis dan Genital


Inspeksi Kulit perut bawah, rambut pubis, terutama perineum, dan anus. Inspeksi dan palpasi
genitalia eksterna. Pemeriksaan spekulum untuk vagina dan serviks, pemeriksaan bimanual
pelvis, palpasi kelenjar getah bening dan femoral.
Laboratorium
Hasil pengukuran pH cairan vagina dapat ditentukan dengan kertas pengukur pH dan pH diatas
4,5 sering disebabkan oleh trichomoniasis tetapi tidak cukup spesifik. Cairan juga dapat
diperiksa dengan melarutkan sampel dengan 2 tetes larutan normal saline 0,9% diatas objek
glass dan sampel kedua di larutkan dalam KOH 10%. Penutup objek glass ditutup dan diperiksa
dibawah mikroskop. Sel ragi atau pseudohyphae dari candida lebih mudah didapatkan pada
preparat KOH. Namun kultur T. vaginalis lebih sensitive dibanding pemeriksaan mikroskopik.
Secara klinik, untuk menegakkan diagnosis vaginosis bakterial harus ada tiga dari empat
kriteria sebagai berikut, yaitu: (1) adanya sel clue pada pemeriksaan mikroskopik sediaan
basah, (2) adanya bau amis setelah penetesan KOH 10% pada cairan vagina, (3) duh yang
homogen, kental, tipis, dan berwarna seperti susu, (4) pH vagina lebih dari 4.5 dengan
menggunakan nitrazine paper.

Test PAP,Smear
Tes ini merupakan penapisan untuk mendeteksi infeksi HPV (human papiloma virus) dan
prakanker serviks. Ketepatan sitologinya kurang lebih 90% pada dysplasia keras (karsinoma in
situ) dan 76% pada dysplasia ringan/sedang.Pap Smear merupakan tes skrining untuk
mendeteksi dini perubahan atau abnormalitas dalam serviks sebelum sel-sel tersebut menjadi
kanker.
Kanker leher rahim merupakan jenis kanker yang sering terjadi pada wanita, juga merupakan
penyebab kematian nomor satu dari jenis kanker yang menyerang wanita. Penyebabnya yaitu
adanya perubahan gen mikroba seperti; virus HPV (human papilloma virus), radiasi atau
pencemaran bahan kimia. Kanker leher rahim stadium dini yang cepat ditangani dapat sembuh
100%.
Alat yang dibutuhkan:

a. Formulir konsultasi sitologi


b. Spatula Ayre yang dimodifikasi atau cytobrush
c. Kaca benda atau gelas objek yang pada satu sisinya telah diberikan label
d. Speculum cocor bebek kering
e. Tabung berisi larutan fiksasi sediaan di kaca benda yaitu alkohol 95%

Cara pengambilan sediaan


a. Tuliskanlah data klinis pasien yang jelas pada lembar pemintaan konsultasi
b. Pasang speculum cocor bebek agar dapat melihat kedalam vagina sehingga tampak
terlihat serviks
c. Spatula dengan ujung pendek diusap 360 derajat pada permukaan serviks
d. Geserkan spatula pada kaca benda yang telah diberikan label dengan pinsil gelas pada
sisi kirinya sepanjang setengah panjang gelas dan geserkan sekali saja agar tidak
terjadi kerusakan sel.
e. Spatula Ayre yang telah dimodifikasi dengan ujung yang panjang agar bisa mencapai
sambungan skuamokolumner atau kapas lidi diusap 360 derajat pada permukaan
endoserviks, kemudian digeserkan pada setengah bagian sisanya.
f. Masukan dalam larutan fiksasi alhokol 95%, lalu dikeringkan.

Klasifikasi Pap Smear

1. Negative: tidak ditemukan sel ganas.


2. Klasifikasi menurut Papanicolau adalah sebagai berikut :
3. Kelas I : Hanya ditemukan sel-sel normal.
4. Kelas II : Ditemukan beberapa sel atipik, akan tetapi tidak ada bukti keganasan.
5. Kelas III : Gambaran sitologi mengesankan ,tetapi tidak konklusif keganasan.
6. Kelas IV : Gambaran sitologi yang mencurigakan keganasan.
7. Kelas V : Gambaran sitologi yang menunjukkan keganasan.
Interpretasi hasil pap test menurut Papanicolaou:
1. Kelas I : Identik dengan normal smear pemeriksaan ulang 1 tahun lagi.
2. Kelas II : Menunjukkan adanya infeksi ringan non spesifik, kadang disertai:
a. Kuman atau virus tertentu
b. Sel dengan kariotik ringan.
Pemeriksaan ulang 1 tahun lagi, pengobatan yang sesuai dengan kausalnya. Bila ada
erosi atau radang bernanah, pemeriksaan ulang 1 bulan setelah pengobatan.
3. Kelas III : Ditemukannya sel diaknostik sedang dengan keradangan berat. Periksa ulang
1 bulan sesudah pengobatan
4. Kelas IV : Ditemukannya sel-sel yang mencurigakan ganas dalam hal demikian dapat
ditempuh 3 jalan, yaitu:
a. Dilakukan biopsy
b. Dilakukan pap test ulang segera, dengan skreping lebih dalam diambil 3 sediaan
c. Rujuk untuk biopsi konfirmasi.
5. Kelas V : Ditemukannya sel-sel ganas. Dalam hal ini seperti ditempuh 3 jalan seperti
pada hasil kelas IV untuk konfirmasi.
Interpretasi dan Rekomendasi dari Jawaban Sitologi
a. Negatif. Tidak ditemukan sel ganas. Ulangi pemeriksaan sitologi dalam 1 tahun lagi
b. Inkonklusif. Sediaan tidak memuaskan. Bisa disebabkan fiksasi tidak baik, tidak
ditemukan sel endoserviks, gambaran sel radang yang menutupi. Ulang pemeriksaan
setelah diberikn pengobatan radang
c. Dysplasia. Terdapat sel-sel diskariotik pada pemeriksaan mikroskopik. Derajat
ringan, sedang sampai karsinoma in situ. Diperlukan konfirmasi denagn kolposkopi
dan biopsy. Lakukan penanganan lebih lanjut dan harus diamati minimal 6 bulan
berikutnya.
d. Positif. Terdapat sel-sel ganas pada pengamatan mikroskopik. Harus dilakukan
biopsy untuk memastika diagnosis. Penanganan harus dilakukan di rumah sakit
rujukan dengan orang ahli onkologi.
e. HPV. Pada infeksi virus ini dapat ditemukan sediaan negatif atau dysplasia.
Dilakukan pemantauan ketat dengan konfirmasi kolposkopi dan ulangi pap smear.

Alasan Harus melakukan Pap smear :


1. Menikah pada usia muda (dibawah 20 tahun)
2. Pernah melakukan senggama sebelum usia 20 tahun
3. Pernah melahirkan lebih dari 3 kali
4. Pemakaian alat kontrasepsi lebih dari 5 tahun, terutama IUD atau kontrsepsi hormonal
5. Mengalami perdarahan setiap hubungan seksual
6. Mengalami keputihan atau gatal pada vagina
7. Sudah menopause dan mengeluarkan darah pervagina
8. Berganti-ganti pasangan dalam senggama

Persiapan PAP'smear :
1. Menghindari persetubuhan, penggunaan tampon, pil vagina, ataupun mandi berendam
dalam bath tub, selama 24 jam sebelum pemeriksaan, untuk menghindari kontaminasi ke
dalam vagina yang dapat mengacaukan hasil pemeriksaan.
2 Tidak sedang menstruasi , karena darah dan sel dari dalam rahim dapat mengganggu
keakuratan hasil pap smear
Diagnosis Banding
1. Ca Cervix
2. infeksi Chlamydia
3. atropik vaginitis
4. gonorrhea

LO 2.7. Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana Keputihan


Penatalaksanaan keputihan meliputi usaha pencegahan dan pengobatan yang bertujuan untuk
menyembuhkan seorang penderita dari penyakitnya, tidak hanya untuk sementara tetapi untuk
seterusnya dengan mencegah infeksi berulang (Endang, 2003).
Apabila keputihan yang dialami adalah yang fisiologik tidak perlu pengobatan, cukup hanya
menjaga kebersihan pada bagian kemaluan. Apabila keputihan yang patologik, sebaiknya
segera memeriksakan kedokter, tujuannya menentukan letak bagian yang sakit dan dari mana
keputihan itu berasal. Melakukan pemeriksaan dengan menggunakan alat tertentu akan lebih
memperjelas. Kemudian merencanakan pengobatan setelah melihat kelainan yang ditemukan.
Keputihan yang patologik yang paling sering dijumpai yaitu keputihan yang disebabkan
Vaginitis, Candidiasis, dan Trichomoniasis. Penatalaksanaan yang adekuat dengan
menggabungkan terapi farmakologi dan terapi nonfarmakologi.
a. Terapi farmakologi
Pengobatan keputihan yang disebabkan oleh Candidiasis dapat diobati dengan anti
jamur atau krim. Biasanya jenis obat anti jamur yang sering digunakan adalah Imidazol
yang disemprotkan dalam vagina sebanyak 1 atau 3 ml. Ada juga obat oral anti jamur
yaitu ketocinazole dengan dosis 2x1 hari selama 5 hari. Apabila ada keluhan gatal dapat
dioleskan salep anti jamur (Jones, 2005).
Pengobatan Fluor albus yang disebabkan oleh Trichomoniasis mudah dan efektif yaitu
setelah dilakukan pemeriksaan dapat diberikan tablet metronidazol (Flagy) atau tablet
besar Tinidazol (fasigin) dengan dosis 3x1 hari selama 7-10 hari.
Pengobatan keputihan (Fluor albus) yang disebabkan oleh vaginitis sama dengan
pengobatan infeksi Trichomoniasis. yaitu dengan memberikan metronidazol atau
Tinidazol dengan dosis 3x1 selama 7- 10 hari. Pengobatan kandidiasis vagina dapat
dilakukan secara topikal maupun sistemik. Obat anti jamur tersedia dalam berbagai
bentuk yaitu: gel, krim, losion, tablet vagina, suppositoria dan tablet oral. Nama obat
adalah sebagai berikut: (1) Derivat Rosanillin, Gentian violet 1-2 % dalam bentuk
larutan atau gel, selama 10 hari. (2) Povidone iodine, Merupakan bahan aktif yang
bersifat antibakteri maupun anti jamur. (3) Derivat Polien; Nistatin 100.000 unit
krim/tablet vagina selama 14 hari. Nistatin 100.000 unit tablet oral selama 14 hari. (4)
Drivat Imidazole: Topical( Mikonazol : 2% krim vaginal selama 7 hari, 100 mg tablet
vaginal selama 7 hari, 200 mg tablet vaginal selama 3 hari, 1200 mg tablet vaginal dosis
tunggal. Ekonazol 150 mg tablet vaginal selama 3 hari. Fentikonazol 2% krim vaginal
selama 7 hari, 200 mg tablet vaginal selama 3 hari, 600 mg tablet vaginal dosis tunggal.
Tiokonazol 2% krim vaginal selama 3 hari, 6,5 % krim vaginal dosis tunggal.
Klotrimazol 1% krim vaginal selama 7 14 hari, 10% krim vaginal sekali aplikasi, 100
mg tablet vaginal selama 7 hari, 500 mg tablet vaginal dosis tunggal. Butokonazol 2%
krim vaginal selama 3 hari. Terkonazol 2% krim vaginal selama 3 hari).
Sistemik ( Ketokanazol 400 mg selama 5 hari. Trakanazol 200 mg selama 3 hari atau
400 mg dosis tunggal. Flukonazol 150 mg dosis tunggal. (Endang, 2003)

b. Terapi Nonfarmakologi
1) Perubahan Tingkah Laku
Keputihan (Fluor albus) yang disebabkan oleh jamur lebih cepat berkembang di
lingkungan yang hangat dan basah maka untuk membantu penyembuhan menjaga
kebersihan alat kelamin dan sebaiknya menggunakan pakaian dalam yang terbuat dari
katun serta tidak menggunakan pakaian dalam yang ketat (Jones,2005). Keputihan bisa
ditularkan melalui hubungan seksual dari pasangan yang terinfeksi oleh karena itu
sebaiknya pasangan harus mendapat pengobatan juga.
2)Personal Hygiene
Memperhatikan personal hygiene terutama pada bagian alat kelamin sangat membantu
penyembuhan, dan menjaga tetap bersih dan kering, seperti penggunaan tisu basah atau produk
panty liner harus betul-betul steril. Bahkan, kemasannya pun harus diperhatikan. Jangan
sampai menyimpan sembarangan, misalnya tanpa kemasan ditaruh dalam tas bercampur
dengan barang lainnya. Karena bila dalam keadaan terbuka, bisa saja panty liner atau tisu basah
tersebut sudah terkontaminasi. Memperhatikan kebersihan setelah buang air besar atau kecil.
Setelah bersih, mengeringkan dengan tisu kering atau handuk khusus. Alat kelamin jangan
dibiarkan dalam keadaan lembab.
3) Pengobatan Psikologis
Pendekatan psikologik penting dalam pengobatan keputihan. Tidak jarang keputihan yang
mengganggu, pada wanita kadang kala pemeriksaan di laboratorium gagal menunjukkan
infeksi, semua pemgujian telah dilakukan tetapi hasilnya negatif namun masalah atau
keluhan tetap ada. Keputihan tersebut tidak disebabakan oleh infeksi melainkan karena
gangguan fsikologi seperti kecemasan, depresi, hubungan yang buruk, atau beberapa
masalah psikologi yang lain yang menyebabkan emosional. Pengobatan yang dilakukan
yaitu dengan konsultasi dengan ahli psikologi. Selain itu perlu dukungan keluarga agar
tidak terjadi depresi.
1. Farmakologi
Untuk menghindari komplikasi yang serius dari keputihan (fluor albus), sebaiknya
penatalaksanaan dilakukan sedini mungkin.
Penatalaksanan keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur, bakteri atau
parasit. Umumnya diberikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan menghentikan
proses infeksi sesuai dengan penyebabnya. Tujuan pengobatan yaitu:
1. Menghilangkan gejala
2. Memberantas penyebabnya
3. Mencegah terjadinya infeksi ulang
4. Pasangan diikutkan dalam pengobatan
Keputihan fisiologis : tidak ada pengobatan khusus, penderita diberi penerangan untuk
menghilangkan kecemasannya. Keputihan Patologis : Tergantung penyebabnya
Obat obatan untuk keputihan Patologis :

1. Antiseptik : Povidone Iodin

Sediaan ini berbentuk larutan 10% povidon iodin dan ada yang diperlengkapi dengan
alat douche-nya sebagai aplikator larutan ini. Selain sebagai antiinfeksi yang
disebabkan jamur Kandida, Trikomonas, bakteri atau infeksi campuran, juga sebagai
pembersih.

Tidak boleh digunakan pada ibu hamil dan menyusui. Bila terjadi iritasi atau sensitif
pemakaian harus dihentikan.

2. Anti biotik

Clotrimazole : Memiliki aktivitas antijamur dan antibakteri. Untuk infeksi kulit dan
vulvovaginitis yang disebabkan oleh Candida albicans. Efek samping: pemakaian
topikal dapat terjadi rasa terbakar,eritema, edema ,gatal dan urtikaria

Sediaan dan posologi : Tersedia dalam bentuk krim dan larutan dengan kadar 1%
dioleskan 2 kali sehari . Krim vagina 1% untuk tablet vagina 100 mg digunakan sekali
sehari pada malam hari selama 7 hari atau tablet vagina; 500 mg, dosis tunggal.

Tinidazole : Tinidazole adalah obat antiparasit yang digunakan untuk membrantas


infeksi Protozoa, Amuba.

Efek samping obat ini sama seperti Metronidazole tetapi dengan kelebihan tidak perlu
minum dengan waktu yang panjang sehingga mengurangi efek sampingnya. Tinidazole
sebagai preparat vaginal digunakan untuk infeksi Trichomonas. Biasa dikombinasi
dengan Nystatin sebagai anti jamurnya. Bentuk sediaan yang ada adalah vaginal tablet.
Metronidazole

Diberikan peroral ( 2 gram sebagai dosis tunggal , 1gr setiap 12 jam x 2 atau 250 mg
3xsehari selama 5-7 hari) untuk infeksi Trichomonas vaginalis. Diberikan 500 mg
2xsehari selama seminggu dan lebih baik secara mitraseksual. Untuk infeksi
Gardnerella vaginalis Efek samping : mual kadang kadang muntah, rasa seperti logam
dan intoleransi terhadap alkohol. Metronidazol tidak boleh diberikan pada trimester
pertama kehamilan.

Nimorazole

Nimorazole merupakan antibiotika golongan Azol yang terbaru. Selain dalam sediaan
tunggal dalam bentuk tablet oral (diminum) juga ada kombinasinya (Chloramphenicol
dan Nystatin) dalam bentuk vaginal tablet.

Penisilin

1. Ampisilin pada pemberian oral dipengaruhi besarnya dosis dan ada tidaknya
makanan dalam saluran cerna
2. Amoksisilin lebih baik diberikan oral ketimbang ampisilin karena tidak terhambat
makanan dalam absorbsinya.
Efek samping : Reaksi alergi , nefropati, syok anafilaksis, efek toksik penisilin
terhadap susunan saraf menimbulkan gejala epilepsi karena pemberian IV dosis
besar

Sediaan dan posologi :

Ampisilin : - Tersedia dalam bentuk tablet atau kapsul 125mg, 250mg, 500mg

- Dalam suntikan 0,1 ; 0,25 ; 0,5 dan 1 gram pervial


Amoksisilin : Dalam bentuk kapsul atau tablet ukuran 125, 250, 500 gram dan
sirup125mg/5mL dosis diberikan 3 kali 250-500 mg sehari

3. Anti jamur : Nystatin

Nystatin adalah obat antijamur polien untuk jamur dan ragi yang sensitif terhadap
obat ini termasuk Candida sp. Di dalam darah sangat berbahaya bagi tubuh, tetapi
dengan sifatnya yang tidak bisa melewati membran kulit sangat baik untuk
digunakan sebagai obat pemakaian luar saja. Tetapi dalam penggunaannya harus
hati-hati jangan digunakan pada luka terbuka.

4. Anti Virus : Asiklovir


Hambat enzim DNA polimerase virus. Sediaan dalam bentuk oral, injeksi dan krim
untuk mengobati herpes dilabia. Efek samping :
Oral : pusing, mual, diare,sakit kepala
Topikal : Kulit kering dan rasa terbakar dikulit.
Kontraindikasi : tidak boleh digunakan pada ibu hamil
Berikut ini adalah pengobatan dari penyebab paling sering :
1. Candida albicans
Topikal
a. Nistatin tablet vagina 2 x sehari selama 2 minggu
b. Klotrimazol 1% vaginal krim 1 x sehari selama 7 hari
c. Mikonazol nitrat 2% 1 x ssehari selama 7 14 hari

Sistemik
a. Nistatin tablet 4 x 1 tablet selama 14 hari
b. Ketokonazol oral 2 x 200 mg selama 7 hari- Nimorazol 2 gram dosis tunggal
c. Ornidazol 1,5 gram dosis tunggal

2. Chlamidia trachomatis
a. Metronidazole 600 mg/hari 4-7 hari (Illustrated of textbook gynecology)
b. Tetrasiklin 4 x 500mg selama 10-14 hari oral
c. Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 10-14 hari bila
d. Minosiklin dosis 1200mg di lanjutkan 2 x 100 mg/hari selama 14hari
e. Doksisiklin 2 x 200 mg/hari selama 14 hari
f. Kotrimoksazole sama dengan dosis minosiklin 2 x 2 tablet/hari selama 10 hari

3. Gardnerella vaginalis
a. Metronidazole 2 x 500 mg
b. Metronidazole 2 gram dosis tunggal
c. Ampisillin 4 x 500 mg oral sehari selama 7 hari

4. Neisseria gonorhoeae
a. Penicillin prokain 4,8 juta unit im atau
b. Amoksisiklin 3 gr im atau
c. Ampisiillin 3,5 gram im
Ditambah :
a. Doksisiklin 2 x 100mg oral selama 7 hari atau Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
b. Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
c. Tiamfenikol 3,5 gram oral
d. Kanamisin 2 gram im
e. Ofloksasin 400 mg/oral
Untuk Neisseria gonorhoeae penghasil Penisilinase
a. Seftriaxon 250 mg im atau
b. Spektinomisin 2 mg im atau
c. Ciprofloksasin 500 mg oral
Ditambah
a. Doksisiklin 2 x 100 mg selama 7 hari atau
b. Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
c. Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari

5. Virus herpeks simpleks


Belum ada obat yang dapat memberikan kesembuhan secara tuntas
a. Asiklovir krim dioleskan 4 x sehari
b. Asiklovir 5 x 200 mg oral selama 5 hari
c. Povidone iododine bisa digunakan untuk mencegah timbulnya infeksi sekunder
2. Non Farmakologi
Tindakan pencegahan keputihan yaitu dengan :
A. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olahraga rutin, istirahat cukup, hindari
rokok, dan alkohol serta dihindari stress berkepanjangan
B. Setia pada pasangan, hindari promiskuitas atau gunakan kondom untuk mencegah
penularan penyakit menular seksual.
C. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi, dengan menjaganya agar tetap kering dan
tidak lembab, misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap
keringat, hindari pemakaina celana terlalu ketat, biasakan untuk mengganti oembalut
pantyliner pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak
D. Biasakan membasuh dengan cairan yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan
ke belakang
E. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat
mematikan flora normal vagina
F. Hindari penggunaan bedak fakum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah
vagina.
G. Hindari pemakaian barang-barang yang memdahkan penularan seperti meminjam
perlengkapan mandi.

LO 2.8. Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Keputihan

Keputihan (Fluor albus) yang pisiologis tidak memberi dampak pada wanita. keputihan yang
memberi dampak pada ibu yaitu keputihan yang patologis. Dengan adanya keputihan ibu
merasa tidak nyaman karena menunjukkan keluhan berbau busuk, gatal, vulva terasa seperti
terbakar. Apabila keputihan tidak diobati maka infeksi dapat menjalar ke rongga rahim
kemudian sampai ke indung telur dan akhirnya sampai kerongga panggul. Banyak ditemukan
wanita yang menderita keputihan yang kronik menjadi mandul (Jones, 2005).
Biasanya komplikasi yang terjadi pada wanita adalah terinfeksinya kelenjar yang ada di dalam
bibir vagina. Bisul kelenjar tersebut harus disedot keluar karena tidak dapat disembukan
dengan obat. Komplikasi pada wanita sering menimbulkan radang saluran telur. Infeksi
nonspesifik pada wanita sering tanpa keluhan maupun gejala. Itu sebabnya tidak mudah
mendiagnosis hal itu. Kadang seorang wanita merasa tidak punya penyakit kelamin, tetapi
ketika lendir keputihannya diperiksa maka ditemukan bibit penyakit. Biasanya wanita hanya
merasa tidak enak kalau buang air kecil, kemudian jumlah Universitas Sumatera Utara 11
lendirnya hanya sedikit. Terkadang merasa tidak enak di panggul dan mungkin akan merasa
nyeri kalau melakukan hubungan seks. Oleh karena itu komplikasi sering terjadi apabila tidk
dilakukan pemeriksaan sedini munggkin (Rahma, 2006).
Komplikasi yang sering adalah bila kuman telah menaiki panggul sehingga terjadi penyakit
yang dikenal dengan radang panggul. Komplikasi jangka panjang yang lenih mengerikan, yaitu
kemungkinan wanita tersebut akan mandul akibat rusak dan lengketnya organ-organ dalam
kemaluan terutama tuba falopi dan juga dapat menyebabkan infertilitas.Komplikasi juga dapat
terdapat pada pria yaitu komplikasi non spesifikndapat menjalar ke prostat dan menimbulkan
infeksi buah zakar dan saluran kemih
Terinfeksinya kelenjar yang ada di dalam bibir vagina. Bisul kelenjar tersebut harus disedot
keluar karena tidak dapat disembukan dengan obat. Komplikasi pada wanita sering
menimbulkan radang saluran telur. Infeksi nonspesifik pada wanita sering tanpa keluhan
maupun gejala
LO 2.9. Memahami dan Menjelaskan Prognosis Keputihan
Biasanya kondisi-kondisi yang menyebabkan fluor albus memberikan respon terhadap
pengobatan dalam beberapa hari. Kadang-kadang infeksi akan berulang. Dengan perawatan
kesehatan akan menentukan pengobatan yang lebih efektif

Anda mungkin juga menyukai