Anda di halaman 1dari 3

Perlindungan mata selama tidur, pijatan pada otot yang lemah, dan belat untuk mencegah

terkulainya bagian bawah wajah adalah langkah-langkah yang umumnya digunakan dalam
pengelolaan kasus-kasus tersebut. Tidak ada bukti bahwa dekompresi bedah pada saraf wajah
efektif, dan mungkin berbahaya. Pemberian prednison (40 hingga 60 mg / hari, atau kortikosteroid
setara) selama minggu pertama hingga 10 hari setelah onset telah bermanfaat dalam sebagian besar
percobaan. Obat-obat ini dianggap mengurangi kemungkinan kelumpuhan permanen akibat
pembengkakan saraf di canalis facialis.
Temuan genom virus yang mengelilingi saraf ketujuh menunjukkan bahwa agen antivirus
mungkin berguna dalam pengelolaan Bell's palsy. Namun, beberapa uji coba kecil menunjukkan
bahwa asiklovir, yang digunakan sendiri, tidak lebih efektif daripada kortikosteroid (De Diego et
al). Penggunaan kedua obat tersebut bersama-sama masih dalam penelitian. Laporan retrospektif
menunjukkan bahwa hasilnya lebih baik pada 94 orang dengan Bell's palsy yang diobati dengan
asiklovir dan prednisolon dibandingkan dengan 386 yang diobati hanya dengan prednisolon
(Hato). Axelsson dan rekannya juga menemukan bahwa 56 pasien yang diobati dengan
valasiklovir dan prednison memiliki hasil yang agak lebih baik daripada pasien kontrol. Data ini
setuju secara luas dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan manfaat dari pengobatan
kombinasi antivirus dan steroid (Adour et al). Berdasarkan laporan-laporan ini, kesan kami adalah
bahwa pengobatan dengan steroid dan asiklovir mungkin disarankan, terutama pada awal penyakit.
Dalam keadaan yang tepat, pemeriksaan harus dilakukan untuk penyebab infeksi yang
membutuhkan terapi alternatif (mis., Lyme, HIV, dan mungkin mikoplasma).

A. Medikamentosa
1. Agen antiviral.
Meskipun pada penelitian yang pernah dilakukan masih kurang menunjukkan efektifitas
obat-obat antivirus pada Bell’s palsy, hampir semua ahli percaya pada etiologi virus. Penemuan
genom virus disekitar nervus fasialis memungkinkan digunakannya agen-agen antivirus pada
penatalaksanaan Bell’s palsy. Oleh karena itu, zat antiviral merupakan pilihan yang logis sebagai
penatalaksaan farmakologis dan sering dianjurkan pemberiannya. Acyclovir 400 mg selama 10
hari dapat digunakan dalam penatalaksanaan Bell’s palsy. Acyclovir akan berguna jika diberikan
pada 3 hari pertama dari onset penyakit untuk mencegah replikasi virus.1
Herpes simpleks tipe 1 dan Varicella zoster virus (VZV) merupakan dua virus yang
dipercaya bertanggung jawab pada kasus Bell’s palsy. Reaktivasi dari virus- virus ini dapat
menyebabkan inflamasi pada saraf fasialis. Pengobatan anti virus dengan asiklovir dan
valasiklovir telah digunakan pada beberapa studi, sering dengan kombinasi dengan prednisolon
dan hasilnya beragam. Asiklovir diberikan lima kali sehari. Valasiklovir, merupakan prodrug
asiklovir, hanya diberikan tiga kali sehari karena biovaibilitasnya lebih tinggi dari asiklovir.
Dijumpai keuntungan menggunakan valasiklovir dibandingkan asiklovir karena obat ini
digunakan dengan dosis yang kurang sering, dan menghasilkan konsentrasi yang lebih tinggi di
serum dan CSF (Marsk, 2012).
2. Kortikosteroid
Pengobatan Bell’s palsy dengan menggunakan steroid masih merpakan suatu kontroversi.
Berbagai artikel penelitian telah diterbitkan mengenai keuntungan dan kerugian pemberian steroid
pada Bell’s palsy. Para peneliti lebih cenderung memilih menggunakan steroid untuk memperoleh
hasil yang lebih baik. Bila telah diputuskan untuk menggunakan steroid, maka harus segera
dilakukan konsensus. Prednison dengan dosis 40-60 mg/ hari per oral atau 1 mg/ kgBB/ hari selama
3 hari, diturunkan perlahan-lahan selama 7 hari kemudian, dimana pemberiannya dimulai pada
hari kelima setelah onset penyakit, gunanya untuk meningkatkan peluang kesembuhan pasien.15
B. Non-Medikamentosa
1. Perawatan mata
Mata sering tidak terlindungi pada pasien-psien dengan Bell’s palsy. Sehingga pada mata
beresiko terjadinya kekeringan kornea dan terpapar benda asing. Atasi dengan pemberian air mata
pengganti dan pelindung mata.15
 Air mata pengganti: digunakan selama pasien terbangun untuk mengganti air mata
yang kurang atau tidak ada.
 Kaca mata atau pelindung yang dapat melindungi mata dari jejas dan mengurangi
kekeringan dengan menurunkan jumlah udara yang mengalami kontak langsung dengan kornea.15
2. Fisioterapi
Fisioterapi biasa dilakukan pada Bells palsy stadium akut atau bersamaan dengan pemberian
kortikosteroid. Tujuan fisioterapi adalah untuk mempertahankan tonus otot yang lumpuh. Caranya
yaitu dengan memberikan radiasi sinar infra red pada sisi yang lumpuh dengan jarak 2 ft (60 cm)
selama 10 menit. Terapi ini diberikan setiap hari sampai terdapat kontraksi aktif dari otot dan
sampai tercapainya penyembuhan yang komplit. Disamping itu dapat dilakukan massage pada otot
wajah selama 5 menit pagi dan sore hari.
3. Operatif
Terapi pembedahan seperti dekompresi saraf hanya dilakukan pada kelumpuhan yang
komplit atau hasil pemeriksaan elektroneurografi menunjukan penurunan amplitudo lebih dari
90%. Karena lokasi lesi saraf ini sering terdapat pada segmen labirin, maka pada pembedahan
dilakukan melalui pendekatan middle fossa subtemporal craniotomy sedangkan bila lesi terdapat
pada segmen mastoid dan timpani digunakan pendekatan transmastoid.

Anda mungkin juga menyukai