PENDAHULUAN
1. I. LATAR BELAKANG
Kanker laring adalah keganasan pada laring. Kanker laring banyak dijumpai pada usia lanjut
diatas 40 tahun. Kebanyakan pada orang laki-laki. Hal ini mungkin berkaitan dengan
kebiasaan merokok, bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia toksik atau serbuk, logam berat.
Kanker laring dapat menyebabkan kematian. Kematian dapat terjadi tergantung stadium dan
lokasinya. Pengangkatan kanker laring stadium IV membuat pasien bisa bertahan sampai 10
tahun, tetapi kalau sudah menyebar ke organ tubuh lain bisa menyebabkan kematian sebelum
10 tahun.
Menurut Meyer terdapat 12.000 kasus karsinoma laring setiap tahun di Amerika dan lebih
dari 50% berasal dari pita suara, tetapi di Finlandia dan beberapa negara Eropa 2/3 bagian
dari karsinoma laring merupakan karsinoma supraglotis sedang 113 bagiannya dari glotis.
Bailey mendapatkan 75% dari karsinoma laring berasal dari pita suara. Di Indonesia, tumor
laring di pita suara mencapai satu persen dari semua keganasan.
Di SMF THT RSUD Dr. Suetomo kami mendapatkan sebanyak 153 panderita (1991- 1995)
dan 77 penderita (2000-2001). Sedangkan menurut laporan dari Bambang dkk. di Semarang
(1972-1976), Empu dkk. diBandung (1975-1978), Sigit di Jakarta (1967-1979) dan
Abdurrachman di Jakarta (1980-1984) masing-masing mendapatkan kasus sebanyak
69,35,162 dan 118.
(Robinson,2007) Kasus Ca Laring banyak terdapat di Indonesia dan juga dapat menyebabkan
kematian, hal tersebutlah yang membuat penulis ingin mengangkat masalah tentang Ca laring
dalam makalah ini yang akan dibahas dalam Bab Bab berikut.L
1. II. TUJUAN
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. I. DEFENISI
Laring adalah organ suara yang terletak dibawah dan depan pharynx, serta ujung procsimal
trachea.
Carcinoma adalah pertumbuhan ganas yang berasal dari sel epitel atau pertumbuhan jaringan
yang abnormal (Kamus Keperawatan Edisi 17 Sre Itichlitt)
Ca. laring adalah adanya pertumbuhan ganas dijaringan epitel yang menggangu jaringan
suara yang terletak diantara larynx atau di ujung prixsimal trachea. (Kamus Kedokteran . Dr.
Heidra T. Kaksman)
Tracheostomy adalah fenetrasi (pembuatan lubang ) pada dinding anterior trachea dengan
mengangkat kartilago dari cincin traghea katiga dan keempat sehingga terbentuk saluran
nafas yang aman dengan bantuan pipe trakeostomi (Kamus Keparawatan, Edisi 17 Sre
Itichlitt hal 440)
Ca. laring merupakan tumor yang ketiga menurut jumlah tumor ganas dibidang THT dan
lebih bannyak terjadi pada pria berusia 50-70 tahun. Yang sering adalah jenis karsinoma sel
skuamosa. (Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3. Hal : 136)
Karsinoma laring adalah keganasan pada pita suara, kotak suara ( laring ) atau daerah lain di
tenggorokan. (K.D Jayanto, 2008)
Karsinoma laring adalah keganasan pada laring yang meliputi bagian supraglotik, glotis, dan
subglotis. (Suddart and Brunner)
Jadi dapat disimpulkan bahwa karsinoma laring adalah suatu keganasan yang menyerang
bagian leher tepatnya pada kotak suara (laring).
1. II. ETIOLOGI
1. Belum diketahui pasti
2. Faktor predisposisi merokok, alcohol, dan paparan sinar radio aktif (Kapita
Selelcta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1, hal : 136)
3. Seseorang yang mengalami kanker dikepala dan dileher sering kali adalah
seseorang yang menggunakan alcohol dan tembakau sebelum pembedahan. (
Buku Ajar. Keperawatan Medikal Bedah. Vol 2 hal. 1015)
1. III. PATOFISIOLOGI
Karsinoma laring banyak dijumpai pada usia lanjut diatas 40 tahun. Kebanyakan pada orang
laki-laki.Hal ini mungkin berkaitan dengan kebiasaan merokok, bekerja dengan debu serbuk
kayu, kimia toksik atau serbuk, logam berat. Bagaimana terjadinya belum diketahui secara
pasti oleh para ahli.
Kanker kepala dan leher menyebabkan 5,5% dari semua penyakit keganasan.Terutama
neoplasma laringeal 95% adalah karsinoma sel skuamosa.
Bila kanker terbatas pada pita suara (intrinsik) menyebar dengan lambat.Pita suara miskin
akan pembuluh limfe sehingga tidak terjadi metastase kearah kelenjar limfe.Bila kanker
melibatkan epiglotis (ekstrinsik) metastase lebih umum terjadi.
Tumor supraglotis dan subglotis harus cukup besar, sebelum mengenai pita suara sehingga
mengakibatkan suara serak.Tumor pita suara yang sejati terjadi lebih dini biasanya pada
waktu pita suara masih dapat digerakan
Nyeri tenggorok
Sulit menelan
Suara Serak
Hemoptisis dan batuk
Sesak nafas
Berat Badan turun
1. V. KLASIFIKASI
1. Glotis
1. T1 Tumor mengenai satu atau dua sisi pita suara, tetapi gerakan pita suara masih baik,
atau tumor sudah terdapat pada komisura anterior atau posterior.
2. T2 Tumor meluas ke daerah supraglotis atau subglotis, pita suara masih dapat bergerak
atau sudah terfiksir (impaired mobility).
3. T3 Tumor meliputi laring dan pira suara sudah terfiksir.
4. T4 Tumor sangat luas dengan kerusakan tulang rawan tiroid atau sudah keluar dari
laring.
b. Subglotis
2. T2 Tumor sudah meluas ke pita, pita suara masih dapat bergerak atau sudah terfiksir.
4. T4 Tumor yang luas dengan destruksi tulang rawan atau perluasan ke luar laring atau
dua-duanya.
Stadium
1. ST1 T1 N0 M0
Tumor mengenai satu atau dua sisi pita suara, tetapi gerakan pita suara masih baik, atau
tumor sudah terdapat pada komisura anterior atau posterior. Tumor terbatas pada daerah
subglotis. Tidak ada metastasis jauh
1. ST II T2 N0 M0
Tumor meluas ke daerah supraglotis atau subglotis, pita suara masih dapat bergerak atau
sudah terfiksir (impaired mobility). Tumor sudah meluas ke pita, pita suara masih dapat
bergerak atau sudah terfiksir. Tidak ada metastasis jauh
Tumor meliputi laring dan pira suara sudah terfiksir. Tidak ada metastasis jauh
1. STIV T4 N0/N1 M0
Tumor sangat luas dengan kerusakan tulang rawan tiroid atau sudah keluar dari laring.
Tumor yang luas dengan destruksi tulang rawan atau perluasan ke luar laring atau dua-
duanya.
1. T1/T2/T3/T4 N2/N3
2. T1/T2/T3/T4 N1/N2/N3 M1
1. VI. KOMPLIKASI
Berdasarkan pada data pengkajian. potensial komplikasi yang mungkin terjadi termasuk:
1. Distres pernapasan (hipoksia, obstruksi jalan napas, edema trakea)
2. Hemoragi
3. Infeksi
1. VII. PENATALAKSANAAN
Pada kasus karsinoma laring dapat dilakukan pengobatan dengan radiasi dan pengangkatan
laring (Laringektomi).
Oleh karena itu radioterapi sebaiknya dipergunakan untuk penderita dengan lesi yang kecil
saja tanpa pembesaran kelenjar leher. Kasus yang ideal adalah pada tumor yang terbatas pada
satu pita suara, dan masih mudah digerakkan. Sembilan dari sepuluh penderita dengan
keadaan yang demikian dapat sembuh sempurna dengan radioterapi serta dapat
dipertahankannya suara yang normal.
Fiksasi pita suara menunjukkan penyebaran sudah mencapai lapisan otot. Jika tumor belum
menyebar kedaerah supraglotik atau subglotik, lesi ini masih dapat diobati dengan
radioterapi, tetapi dengan prognosis yang lebih buruk.
Penderita dengan tumor laring yang besar disertai dengan pembesaran kelenjar limfe leher,
pengobatan terbaik adalah laringektomi total dan diseksi radikal kelenjar leher.Dalam hal ini
masuk stadium 2 dan 3. Ini dilakukan pada jenis tumor supra dan subglotik.Pada penderita ini
kemungkinan sembuh tidak begitu besar, hanya satu diantara tiga penderita akan sembuh
sempurna.
1. Laringektomi parsial. Tumor yang terbatas pada pengangkatan hanya satu pita suara
dan trakeotomi sementara yang di lakukan untuk mempertahankan jalan napas.
Setelah sembuh dari pembedahan suara pasien akan parau.
2. Hemilaringektomi atau vertikal. Bila ada kemungkinan kanker termasuk pita suara
satu benar dan satu salah.Bagian ini diangkat sepanjang kartilago aritenoid dan
setengah kartilago tiroid.Trakeostomi sementara dilakukan dan suara pasien akan
parau setelah pembedahan.
3. Laringektomi supraglotis atau horisontal. Bila tumor berada pada epiglotis atau pita
suara yang salah, dilakukan diseksi leher radikal dan trakeotomi. Suara pasien masih
utuh atau tetap normal.Karena epiglotis diangkat maka resiko aspirasi akibat makanan
peroral meningkat.
4. Laringektomi total. Kanker tahap lanjut yang melibatkan sebagian besar laring,
memerlukan pengangkatan laring, tulang hihoid, kartilago krikoid,2-3 cincin trakea,
dan otot penghubung ke laring.Mengakibatkan kehilangan suara dan sebuah lubang (
stoma ) trakeostomi yang permanen. Dalam hal ini tidak ada bahaya aspirasi makanan
peroral, dikarenakan trakea tidak lagi berhubungan dengan saluran udara
pencernaan.Suatu sayatan radikal telah dilakukan dileher pada jenis laringektomi ini.
Hal ini meliputi pengangkatan pembuluh limfatik, kelenjar limfe di leher, otot
sternokleidomastoideus, vena jugularis interna, saraf spinal asesorius, kelenjar salifa
submandibular dan sebagian kecil kelenjar parotis (Sawyer, 1990).
Operasi ini akan membuat penderita tidak dapat bersuara atau berbicara. Tetapi kasus yang
dermikian dapat diatasi dengan mengajarkan pada mereka berbicara menggunakan esofagus
(Esofageal speech), meskipun kualitasnya tidak sebaik bila penderita berbicara dengan
menggunakan organ laring.Untuk latihan berbicara dengan esofagus perlu bantuan seorang
binawicara.
BAB II
ASKEP TEORITIS
1. I. PENGKAJIAN
2. Identitas Diri
Identitas yang harus diketahui perawat meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat,
kepercayaan, status pendidikan dan pekerjaan klien.
Identitas yang harus diketahui perawat meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat,
kepercayaan, status pendidikan dan pekerjaan penanggung jawab dan hubungan dengan klien.
1. Keluhan Utama
Keluhan utama pada klien ca. Laring meliputi nyeri tenggorok. sulit menelan,sulit
bernapas,suara serak,hemoptisis dan batuk ,penurunan berat badan, nyeri tenggorok, lemah.
Tanyakan pada klien apakah ada keluarga yang pernah mengalami penyakit yang sama. Atau
adakah keluarga yang meninggal akibat penyakit ini
Pemeriksaan Fisik
1. System pencernaan
Tanda : Kesulitan menelan, mudah tersedak, sakit menelan, sakit tenggorok yang
menetap.Bengkak, luka. Inflamasi atau drainase oral, kebersihan gigi buruk. Pembengkakan
lidah dan gangguan reflek.
1. Neurosensori
Tanda : Hemiparesis wajah (keterlibatan parotid dan submandibular). Parau menetap atau
kehilangan suara (gejala dominan dan dini kanker laring intrinsik). Kesulitan menelan.
Kerusakan membran mukosa
1. System Pernapasan
1. Adanya benjolan di leher
2. Asimetri leher
3. Nyeri tekan pada leher
4. Adanya pembesaran kelenjar limfe
5. Dipsnoe
6. sakit tenggorokan
7. suara tidak ada
1. Pemeriksaan Penunjang
1. Laringoskop
1. Foto thoraks
Untuk menilai keadaan paru, ada atau tidaknya proses spesifik dan metastasis di paru.
1. CT-Scan
Memperlihatkan keadaan tumor/penjalaran tumor pada tulang rawan tiroid dan daerah pre-
epiglotis serta metastasis kelenjar getah bening leher.
1. Biopsi laring
Untuk pemeriksaan patologi anatomik dan dari hasil patologi anatomik yang terbanyak
adalah karsinoma sel skuamosa
1. II. DIAGNOSA
1. 1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan pengangkatan
sebagian atau seluruh glotis, gangguan kemampuan untuk bernapas, batuk dan
menelan, serta sekresi banyak dan kental.
2. 2. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan defisit anatomi
(pengangkatan batang suara).
3. 3. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan penekanan serabut
syaraf oleh sel-sel tumor
4. 4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan saluran pencernaan.(disfagia)
5. 5. Gangguan citra diri berhubungan dengan kehilangan suara,perubahan
anatomi wajah dan leher.
1. III. INTERVENSI
c. membantu meningkatkan
keberhasilan nutrisi dan mempertahankan
c. Ajarkan pasien atau orang terdekat martabat orang dewasa yang saat ini
teknik makan sendiri, contoh ujung spuit, terpaksa tergantung pada orang lain untuk
kantong dan metode corong, kebutuhan sangat mendasar pada
menghancurkan makanan bila pasien penyediaan makanan.
akan pulang dengan selang makanan.
Yakinkan pasien dan orang terdekat
mampu melakukan prosedur ini sebelum
pulang dan bahwa makanan tepat dan alat
tersedia di rumah
BAB IV
PENUTUP
1. I. KESIMPULAN
Kanker merupakan massa jaringan abnormal tumbuh terus menerus, tidak pernah mati.
Tumbuh dan tidak terkoordinasi dengan jaringan lain, akibatnya merugikan tubuh dimana ia
tumbuh. Kanker Laring adalah keganasan pada pita suara, kotak suara (laring) atau daerah
lainnya di tenggorokan.
Penyebab utama dari kanker laring tidak diketahui. Kanker laring mewakili 1% dari semua
kanker dan terjadi lebih sering pada pria, faktor-faktor penyebabnya adalah Tembakau,
Alkohol dan efek kombinasinya, Ketegangan vocal, Laringitis kronis, Pemajanan industrial
terhadap karsinogen, Defisiensi nutrisi (riboflavin) dan, Predisposisi keluarga
1. II. SARAN
2. Untuk Instansi
Untuk pencapaian kualitas keperawatan secara optimal secara optimal sebaiknya proses
keperawatan selalu dilaksanakan secara berkesinambungan
Brunner & Suddart. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta : EGC