Anda di halaman 1dari 8

SOLUSIO PLASENTA

A. PENGERTIAN
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan maternal plasentadari
tempat implantasinya yang normal pada lapisan desidua endometrium sebelum
waktunyayakni sebelum anak lahir.
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada fundus uteri/korpus
uteri sebelum janin lahir (PB POGI,1991).
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada
uterus sebelum janin dilahirkan. Yang terjadi pada kehamilan 22 minggu atau berat janin di
atas 500 gr (Rustam 2002 ).
Solusio plasenta adalah sebagian atau seluruh plasenta yang normal implantasinya antara
minggu 22 dan lahirnya anak (menurut buku obstetric patologi 2002).
Solusio plasenta atau abrupsion plasenta adalah pelepasan sebagian atau keseluruhan plasenta
dari uterus selama hamil dan persalinan (Chapman V,2003)
Solusio plasenta adalah suatu keadaan dalam kehamilan viable,dimana plaesnta yang tempat
implantasinya normal (pada fundus atau korfus) terkelupas atau terlepas sebelum kala III
(Achadiat,2004). Sinonim dari solusio plasenta adalah Abrupsion plasenta.
Solusio plasenta adalah : terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal dari
uterus,sebelum janin dilahirkan.defenisi ini berlaku pada kehamilan dengan usia kehamilan
(masa gestasi ) di atas 22 minggu atau berat janin diatas 500 gr. Proses solusio plasenta
dimulai dengan terjadinya perdarahan dalam desidua basalis yang menyebabkan hematoma
retroplasenter (Saefuddin AB,2006)
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari tempat implantasinya pada korpus uteri
sebelum bayi lahir. Dapat terjadi pada setiap saat dalam kehamilan. Terlepasnya plasenta
dapat sebagian (parsialis),atau seluruhnya(totalis) atau hanya rupture pada tepinya (rupture
sinus marginalis) (dr.Handayo,dkk)
B. KLASIFIKASI
Plasenta dapat terlepas hanya pada pinggirnya saja (ruptura sinus marginalis), dapat pula
terlepas lebih luas (solusio parsialis), atau bisa seluruh permukaan maternal plasenta terlepas
(solusio plasenta totalis). Perdarahan yang terjadi dalam banyak kejadian akan merembes
anatara plasenta dan miometrium untuk seterusnya menyelinap di bawah selaput ketuban dan
akhirnya memperoleh jalan ke kanalis servikalis dan keluar melalui vagina (revealed
hemorrhage).
Akan tetapi, ada kalanya, walaupun jarang, perdarahan tersebut tidak keluar melalui vagina
(concealed hemorrhage) jika
Bagian plasenta sekitar perdarahan masih melekat pada dinding rahim
Selaput ketuban masih melekat pada dinding rahim
Perdarahan masuk ke dalam kantong ketuban setelah ketuban pecah karenanya
Bagian terbawah janin, umumnya kepala, menempel ketat pada segmen bawah rahim.

Dalam klinis solusio plasenta dibagi ke dalam berat ringannya gambaran klinik sesuai dengan
luasnya permukaan plasenta yang terlepas, yaitu solusio plasenta ringan, solusio plasenta
sedang dan solusio plasenta berat.
Yang ringan biasanya baru di ketahui setelah plasenta lahir dengan adanya hematoma yang
tidak luas pada permukaan maternal atau adanya ruptura sinus marginalis. Pembagian secara
klinik ini baru definitif bila ditinjau retrospektif karena solusio plasenta sifatnya berlangsung
progresif yang berarti solusio plasenta yang ringan bisa berkembang mejadi lebih berat dari
wktu ke wktu. Keadaan umum penderita bisa menjadi buruk apabila perdarahannya cukup
banyak pada kategori concealed hemorrhage.

I. Solusio placenta ringan


Luas plasenta yang terlepas tidak sampai 25% tetapi atau ada yang menyebutkan kurang dari
1/6 bagian. Jumlah darah yang keluar biasanya kurang dari 250 ml. Tumpahkan darah yang
keluar terlihat seperti pada haid bervariasi dari sedikit sampai seperti menstruasi yang
banyak. Gejala-gejala perdarahan sukar dibedakan dari plasenta previa kecuali warba darah
yang kehitaman. Komplikasi terhadap ibu dan janin belum ada.

II. Solusio placenta sedang


Luas plasenta yang terlepas telah melebihi 25%, tetapi belum mencapai separuhnya (50%).
Jumlah darah yang keluar biasanya kurang dari 250 ml tetapi belum mencapai 1.000 ml.
Umumnya pertumpahan darah terjadi ke luar dan ke dalam bersama-sama. Gejala-gejala dan
tanda-tanda sudah jelas seperti rasa nyeri pada perut yang terus menerus, denyut jantung janin
menjadi cepat, hipotensi dan takikardia.

III. Solusio placenta berat


Luas plasenta yang terlepas telah melebihi 50%, dan jumlah darah yang keluar telah
mencapai 1.000 ml atau lebih. Pertumpahan darah bisa terjadi ke luar dan kedalam bersama-
sama. Gejala-gejala dan tanda-tanda klinik jelas, keadaan umum penderita buruk disertai
syok, dan hampir semua janinnya telah meninggal. Komplikasi koagulopati dan gagal ginjal
yang ditandai pada oliguri biasanya telah ada.
Klasifikasi ini dibuat berdasarkan tanda-tanda klinisnya, sesuai derajat terlepasnya plasenta.
Pada solusio placenta, darah dari tempat pelepasan mencari jalan keluar antara selaput janin
dan dinding rahim dan akhirnya keluar dari serviks dan terjadi solusio placenta dengan
pendarahan keluar / tampak. Kadang-kadang darah tidak keluar tapi berkumpul di belakang
placenta membentuk hematom retroplasenta. Perdarahan ini disebut perdarahan ke
dalam/tersembunyi. Kadang-kadang darah masuk ke dalam ruang amnion sehingga
perdarahan teteap bersembunyi.

C. INSIDEN
1) Berkisar 1% 2% dari seluruh kehamilan (AAFP,2001)
2) Diperkirakan resiko kematian ibu 0,5% 5% dan kematian janin 50 80%
(Mansjoer,2001)

D. ETIOLOGI
Penyebab utama dari solusio plasenta masih belum diketahui dengan jelas. Meskipun
demikian,beberapa hal di bawah ini di duga merupakan factor-faktor yang berpengaruh pada
kejadiannya,antara lain sebagai berikut :
1) Hipertensi esensial atau preeklampsi.
2) Tali pusat yang pendek karena pergerakan janin yang banyak atau bebas.
3) Trauma abdomen seperti terjatuh terkelungkup,tendangan anak yang sedang di gendong.
4) Tekanan rahim yang membesar pada vena cava inferior.
5) Uterus yang sangat kecil.
6) Umur ibu (< 20 tahun atau > 35 tahun
7) Ketuban pecah sebelum waktunya.
8) Mioma uteri.
9) Defisiensi asam folat.
10) Merokok,alcohol,dan kokain.
11) Perdarahan retroplasenta.
12) Kekuatan rahim ibu berkurang pada multiparitas.
13) Peredaran darah ibu terganggu sehingga suplay darah ke janin tidak ada.
14) Pengecilan yang tiba-tiba pada hidromnion dan gamely.

E. PATOFISIOLOGI
Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang membentuk
hematoma pada desidua,sehingga plasenta terdesak dan akhirnya terlepas. Apabila
perdarahan sedikit,hematoma yang kecil itu hanya akan mendesak jaringan
plasenta,pedarahan darah antara uterus dan plasenta belum terganggu,dan tanda serta gejala
pun belum jelas. Kejadian baru diketahui setelah plasenta lahir,yang pada pemeriksaan di
dapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah yang berwarna
kehitam-hitaman.
Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-menerus karena otot uterus yang telah meregang
oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih berkontraksi menghentikan perdarahannya.
Akibatnya hematoma retroplasenter akan bertambah besar,sehingga sebagian dan seluruh
plasenta lepas dari dinding uterus. Sebagian darah akan menyeludup di bawah selaput
ketuban keluar dari vagina atau menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong ketuban
atau mengadakan ektravasasi di antara serabut-serabut otot uterus.
Apabila ektravasasinya berlangsung hebat,maka seluruh permukaan uterus akan berbercak
biru atau ungu. Hal ini di sebut uterus Couvelaire (Perut terasa sangat tegang dan nyeri).
Akibat kerusakan jaringan miometrium dan pembekuan retroplasenter,maka banyak
trombosit akan masuk ke dalam peredaran darah ibu,sehinga terjadi pembekuan intravaskuler
dimana-mana,yang akan menghabiskan sebagian besar persediaan fibrinogen. Akibatnya
terjadi hipofibrinogenemi yang menyebabkan gangguan pembekuan darah tidak hanya di
uterus tetapi juga pada alat-alat tubuh yang lainnya.
Keadaan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus. Apabila
sebagian besar atau seluruhnya terlepas,akan terjadi anoksia sehingga mengakibatkan
kematian janin. Apabila sebagian kecil yang terlepas,mungkin tidak berpengaruh sama
sekali,atau juga akan mengakibatkan gawat janin. Waktu sangat menentukan beratnyaa
gangguan pembekuan darah,kelainan ginjal,dan keadaan janin. Makin lama penanganan
solusio plasenta sampai persalinan selesai,umumnya makin hebat komplikasinya.

Terjadinya solusio plasenta dipicu oleh perdarahan ke dalam desidua basalis yang kemudian
terbelah dan meningkatkan lapisan tipis yang melekat pada mometrium sehingga terbentuk
hematoma desidual yang menyebabkan pelepasan, kompresi dan akhirnya penghancuran
plasenta yang berdekatan dengan bagian tersebut.
Ruptur pembuluh arteri spiralis desidua menyebabkan hematoma retro plasenta yang akan
memutuskan lebih banyak pembuluh darah, hingga pelepasan plasenta makin luas dan
mencapai tepi plasenta, karena uterus tetap berdistensi dengan adanya janin, uterus tidak
mampu berkontraksi optimal untuk menekan pembuluh darah tersebut.
Selanjutnya darah yang mengalir keluar dapat melepaskan selaput ketuban.Sesungguhnya
solusio plasentra merupakan hasil akhir dari suatu proses yang bermula dari suatu keadan
yang mampu memisahkan vili-vili korialis plasenta dari tempat implantasinya pada desidua
basalis sehingga terjadi perdarahan. Oleh karena itu patosiologinya bergantung pada etilogi.
Pada trauma abdomen etiologinya jelas karena robeknya pembuluh darah desidua.
Dalam banyak kejadian perdarahan berasal dari kematian sel (apoptosis) yang disebabkan
oleh iskemia dan hipoksia. Semua penyakit ibu yang dapat meneyebabkan pembekuan
trombosis dalam pembuluh darah desidua atau dalam vaskular vili dapat berujung kepada
iskemia dan hipoksia setempat yang menyebabkan kematian sejumlah sel dan mengakibatkan
perdarahan sebagai hasil akhir. Perdarahan tersebut menyebabkan desidua basalis terlepas
kecuali selapisan tipis yang tetap melekat pada miometrium.

Dengan demikian, pada tingkat permulaan sekali dari proses terdiri ataspembentukab
hematom yang bisa menyebabkan pelepasan yang lebih luas, kompresi dan kerusakan pada
bagian plasenta kecuali terdapat hematom pada bagian belakang plasenta yang baru lahir.
Dalam beberapa kejadian pembentukan hematom retroplasenta disebabkan oleh putusnya
arteria spiralis dalam desidua. Hematoma retroplasenta mempengaruhi penyampaian nutrisi
dan oksigen dari sirkulasi maternal/plasenta ke sirkulasi janin. Hematoma yang terbentuk
dengan cepat meluas dan melepaskan plasenta lebih luas/banyak sampai ke pinggirnya
sehingga darah yang keluar merembes antara selaput ketuban dan miometrium untuk
selanjutnya keluar melalui serviks ke vagina (revealed hemorrhage). Perdarahan tidak bisa
berhenti karena uterus yang lagi mengandung tidak mampu berkontraksi untuk menjepit
pembuluh arteria spiralis yang terputus.
Walaupun jarang, terdapat perdarahan tinggal terperangkap di dalam uterus (concealed
hemorrhage).Pada solusio plasenta,darah dari tempat pelepasan akan mencari jalan keluar
antara selaput janin dan dinding rahim hingga akhirnya keluar dari serviks hingga terjadilah
perdarahan keluar atau perdarahan terbuka.
Terkadang darah tidak keluar,tetapi berkumpul di belakang plasenta membentuk hematom
retroplasenta. Perdarahan semacam ini disebut perdarahan ke dalam atau perdarahan
tersembunyi.
Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi menimbulkan tanda yang lebih khas karena
seluruh perdarahan tertahan di dalam dan menambah volume uterus. Umumnya lebih
berbahaya karena jumlah perdarahan yang keluar tidak sesuai dengan beratnya syok.
Perdarahan pada solusio plasenta terutama berasal dari ibu,namun dapat juga berasal dari
anak.
Perdarahan keluar Perdarahan tersembunyi
1.
2..
3..

1. Keadaan penderita jauh lebih jelek.


2. Plasenta terlepas luas,uterus keras/tegang.
3. Sering berkaitan dengan hipertensi.

Terlepasnya plasenta sebelum waktunya menyebabkan timbunan darah antara plasenta dan
dinding uterus yang menimbulkan gangguan penyulit terhadap ibu dan janin.

Penyulit terhadap ibu Penyulit terhadap janin


1. Berkurangnya darah dalam sirkulasi darah umum
2. Terjadi penurunan tekanan darah,peningkatan nadi dan pernapasan
3. Ibu tampak anemis
4. Dapat timbul gangguan pembekuan darah,karena terjadi pembekuan intravaskuler diikuti
hemolisis darah sehingga fibrinogen makin berkurang dan memudahkan terjadinya
perdarahan (hipofibrinogenemia)
5. Dapat timbul perdarahan packapartum setelah persalinan karena atonia uteri atau gangguan
pembekuan darah
6. Dapat timbul gangguan fungsi ginjal dan terjadi emboli yang menimbulkan komplikasi
sekunder
7. Timbunan darah yang meningkat dibelakang plasenta dapat menyebabkan uterus menjadi
keras,padat dan kaku. 1. Tergantung pada luasnya plasenta yang lepas dapat menimbulkan
asfiksia ringan sampai kematian dalam uterus.

F. GAMBARAN KLINIK
Gambaran klinik penderita solusio plasenta bervariasi sesuai dengan berat ringannya atau
luas permukaan maternal plasenta yang terlepas. Belum ada uji coba yang khas untuk
menentukan diagnosisnya. Gejala dan tanda klinisnya yang klasik dari solusio plasenta adalah
terjadinya perdarahan yang berwarna tua keluar melalui vagina (80% kasus), rasa nyeri perut
dan uterus tegang terus-menerus mirip his partus prematurus. Sejumlah penderita bahkan
tidak menunjukkan tanda atau gejala klasik, gejala yang lahir mirip tanda persalinan prematur
saja.
Oleh karena itu, kewaspadaan atau kecurigaan yang tinggi diperlukan dari pihak pemeriksa
G. GEJALA
Solusio plasenta ringan
Solusio plasenta ringan ini disebut juga ruptura sinus marginalis, dimana terdapat pelepasan
sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak. Apabila terjadi perdarahan pervaginam,
warnanya akan kehitam-hitaman dan sedikit sakit. Perut terasa agak sakit, atau terasa agak
tegang yang sifatnya terus menerus. Walaupun demikian, bagian-bagian janin masih mudah
diraba. Uterus yang agak tegang ini harus selalu diawasi, karena dapat saja menjadi semakin
tegang karena perdarahan yang berlangsung.
Solusio plasenta sedang
Dalam hal ini plasenta terlepas lebih dari 1/4 bagian, tetapi belum 2/3 luas permukaan Tanda
dan gejala dapat timbul perlahan-lahan seperti solusio plasenta ringan, tetapi dapat juga
secara mendadak dengan gejala sakit perut terus menerus, yang tidak lama kemudian disusul
dengan perdarahan pervaginam. Walaupun perdarahan pervaginam dapat sedikit, tetapi
perdarahan sebenarnya mungkin telah mencapai 1000 ml. Ibu mungkin telah jatuh ke dalam
syok, demikian pula janinnya yang jika masih hidup mungkin telah berada dalam keadaan
gawat. Dinding uterus teraba tegang terus-menerus dan nyeri tekan sehingga bagian-bagian
janin sukar untuk diraba. Jika janin masih hidup, bunyi jantung sukar didengar. Kelainan
pembekuan darah dan kelainan ginjal mungkin telah terjadi,walaupun hal tersebut lebih
sering terjadi pada solusio plasenta berat.
Solusio plasenta berat
Plasenta telah terlepas lebih dari 2/3 permukaannnya. Terjadi sangat tiba-tiba. Biasanya ibu
telah jatuh dalam keadaan syok dan janinnya telah meninggal. Uterus sangat tegang seperti
papan dan sangat nyeri. Perdarahan pervaginam tampak tidak sesuai dengan keadaan syok
ibu, terkadang perdarahan pervaginam mungkin saja belum sempat terjadi. Pada keadaan-
keadaan di atas besar kemungkinan telah terjadi kelainan pada pembekuan darah dan
kelainan/gangguan fungsi ginjal

H. DIAGNOSIS
1) Diagnosis solusio plasenta kadang sukar ditegakkan.
2) Penderita biasanya datang dengan gejala klinis :
a) Perdarahan pervaginam (80%)
b) Nyeri abdomen atau pinggang dan nyeri tekan uterus (70%)
c) Gawat janin (60 %)
d) Kelainan kontraksi uterus (35%)
e) Kelainan premature idiopatik (25%)
f) Dan kematian janin (15%)
3) Syok yang terjadi kadang tidak sesuai dengan banyak perdarahan
4) Pemeriksaan laboratorium untuk menyingkirkan diagnosis banding solusio plasenta antara
lain :Hitung sel darah lengkap
a. Fibrinogen
b. Waktu prothrombin/waktu tromboplastin parsial teraktifasi untuk mengetahui terjadinya
DIC
c. Nitrogen urea/kreatinin dalam darah
d. Kleithauer-Betke test untuk mendeteksi adanya sel darah merah janin di dalam sirkulasi
ibu
5) Pemeriksaan penunjang ultrasonografi (USG) membantu menentukan lokasi plasenta
(untuk menyingkirkan kemungkinan plasenta previa). Saat ini lebih dari 50% pasien yang
diduga mengalami solusio plasenta dapat teridentifikasi melalui USG.
6) Hematom retroplasenter dapat dikenali sekitar 2-15% dari semua solusio plasenta.
Pengenalan hematoma tergantung pada derajat hematoma (besar dan lamanya) serta keahlian
operator.
7) Pemeriksaan histologik setelah plasenta dikeluarkan dapat memperlihatkan hematoma
retroplasenter.
8) Penemuan lain yang mungkin adalah adanya ektravasasi darah ke miometrium,yang
tampak sebagai bercak ungu pada tunika serosa uterus yang dikenal sebagai Uterus
Couvelaire.
9) Secara klinis diketahui dari adanya nyeri dan tegang pada uterus.
10) Diagnosis banding lain perdarahan pada trimester ketiga selain plasenta previa adalah
vasa previa,trauma vaginal,serta keganasan (jarang).
I. KOMPLIKASI
Komplikasi bisa terjadi pada ibu maupun pada janin yang dikandungnya dengan criteria :
1) Komplikasi pada ibu
a. Perdarahan yang dapat menimbulkan : variasi turunnya tekanan darah sampai keadaan
syok,perdarahan tidak sesuai keadaan penderita anemis sampai syok,kesadaran bervariasi dari
baik sampai syok.
b. Gangguan pembekuan darah : masuknya trombosit ke dalam sirkulasi darah menyebabkan
pembekuan darah intravaskuler dan diserti hemolisis,terjadinya penurunan fibrinogen
sehingga hipofibrinogen dapat mengganggu pembekuan darah.
c. Oliguria menyebabkan terjadinya sumbatan glomerulus ginjal dan dapat menimbulkan
produksi urin makin berkurang.
d. Perdarahan postpartum : pada solusio plasenta sedang sampai berat terjadi infiltrasi darah
ke otot rahim,sehingga mengganggu kontraksi dan menimbulkan perdarahan karena atonia
uteri,kegagalan pembekuan darah menambah bertanya perdarahan.
e. Koagulopati konsumtif,DIC: solusio plasenta merupakan penyebab koagulopati konsumtif
yang tersering pada kehamilan.
f. Utero renal reflex
g. Ruptur uteri
2) Komplikasi pada janin
a. Asfiksia ringan sampai berat dan kematian janin,karena perdarahan yang tertimbun
dibelakang plasenta yang mengganggu sirkulasi dan nutrisi kearah janin. Rintangan kejadian
asfiksia sampai kematian janin dalam rahim tergantung pada beberapa sebagian placenta
telah lepas dari implantasinya di fundus uteri.
b. Kelainan susunan system saraf pusat
c. Retardasi pertumbuhan
d. Anemia
J. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama pelaksanaan ibu dengan solusio plasenta,pada prinsipnya adalah anak :
1) Mencegah kematian ibu
2) Menghentikan sumber perdarahan
3) Jika janin masih hidup,mempertahankan dan mengusahakan janin lahir hidup
Prinsip utama penatalaksanaannya antara lain :
1. Pasien (ibu) dirawat dirumah sakit,istirahat baring dan mengukur keseimbangan cairan
2. Optimalisasi keadaan umum pasien (ibu),dengan perbaikan: memberikan infuse dan
transfuse darah segar
3. Pemeriksaan laboratorium : hemoglobin,hematokrit,COT(Clot Observation Test/test
pembekuan darah),kadar fibrinogen plasma,urine lengkap,fungsi ginjal
4. Pasien (ibu) gelisah diberikan obat analgetika
5. Terminasi kehamilan : persalina segera,pervaginam atau section sesarea. Yang tujuannya
adalah untuk menyelamatkan nyawa janin dan dengan lahirnya plasenta,berjutuan agar dapat
menghentikan perdarahan.
6. Bila terjadi gangguan pembekuan darah (COT >30 menit) diberikan darah segar dalam
jumlah besar dan bila perlu fibrinogen dengan monitoring berkala pemeriksaan COT dan
hemoglobin
7. Untuk mengurangi tekanan intrauterine yang dapt menyebabkan nekrosis ginjal (reflek
utero ginjal) selaput ketuban segera dipecahkan
Yang perlu diketahui oleh semua bidan yaitu penanganan di tempat pelayanan kesehatan
tingkat dasar ialah mengatasi syok/pre-syok dan mempersiapkan rujukan sebaik-baiknya dan
secepat-cepatnya.
Mengingat komplikasi yang dapt terjadi yaitu perdarahan banyak dan syok berat hingga
kematian,atonia uteri,kelainan pembekuan darah dan oliguria. Maka sikap paling utama dari
bidan dalam menghadapi solusio plasenta adalah segera melakukan rujukan ke rumah sakit.
K. PENANGANAN
Semua pasien yang tersangka menderita solusio plasenta harus dirawat inap di rumah sakit
yang berfasilitas cukup. Ketika masuk segera dilakukan pemeriksaan darah lengkap termasuk
kadar Hb dan golongan darah serta gambaran pembekuan darah dengan memeriksa waktu
pembekuan, waktu protrombin, waktu tromboplastin parsial, kadar fibrinogen dan kadar
hancuran fibrin dan hancuran fibrinogen dalam plasma. Pemeriksaan dengan ultrasonografi
berguna terutama untuk membedakannya dengan plasenta previa dan memastikan janin masih
hidup.
Manakala diagnosis belum jelas dan janin hidup tanpa tanda-tanda gawat janin, observasi
yang ketat dengan kesiagaan dan fasilitas yang bisa segera diaktifkan untuk intervensi jika
sewaktu-waktu muncul kegawatan.
Persalinan mungkin pervaginam atau mungkin juga harus perabdominam bergantung pada
banyaknya perdarahan, telah ada tanda-tanda persalinan spontan atau belum, dan tanda-tanda
gawat janin. Penanganan terhadap solusio plasenta bisa bervariasi sesuai keadaan kasus
masing-masing tergantung berat ringannya penyakit, usia kehamilan, serta keadaan ibu dan
janinnya. Bilamana janin masih hdup dan cukup bulan, dan bilamana persalinan pervaginam
belum ada tanda-tandanya, umumnya dipilih persalinan melalui bedah sesar darurat (
Emergency Caesarean Section ). Pada perdarahan yang cukup banyak segera lakukan
resusitasi dengan pemberian transfusi darah dan kristaloid yang cukup diikuti persalinan yang
dipercepat untuk mengandalikan perdarahan dan menyelamatkan ibu sambil mengharapkan
semoga janin juga bisa terselamatkan. Umumnya kehamilan diakhiri dengan induksi atau
stimulasi pasrtus pada kasus yang ringan atau janin telah mati, atau langsung dengan bedah
sesar pada kasus yang berat atau terjadi gawat janin.
Penanganan ekspektatif pada kehamilan belum genap bulan berfaedah bagi janin, tetapi
umumnya persalinan praterm tidak terhindarkan baik spontan sebagai komplikasi solusio
plasenta maupun indikasi obstetrik yang timbul setelah beberapa hari dalam rawatan.
Terhadap pemberian tokolisis masih terdapat silang pendapat disamping keberhasilan yang
belum menjanjikan.
Pada kasus dimana telah terjadi kematian janin dipilih persalinan pervaginam kecuali ada
perdarahan berat yang tidak teratasi dengan transfusi darah yang banyak atau ada indikasi
obstetrik lain yang menghendaki persalinan dilakukan perabdominam. Hemostatis pada
tempat implantasi plasenta tergantung sekali kepada kekuatan kontraksi miotrium secara
farmakologik atau masase agar kontraksi miometrium diperkuat dan mencegah perdarahan
yang hebat pasca persalinan sekalipun pada keadaan masih ada gangguan koagulasi. Harus
diingat bahwa koagulopati berat merupakan faktor risiko tinggi bagi bedah besar berhubung
kecenderungan perdarahan yang berlangsung terus pada tempat insisi baik pada abdomen
maupun pada uterus.
Pemberian oksitoksin dan amniotomi adalah dua hal yang sering dilakukan pada persalinan
pervaginam. Kedua hal tersebut mempunyai rasionalitasnya masing-masing baik yang
menguntungkan maupun merugikan. Kiranya keuntungan dan kerugian dari kedua metode ini
masih belum ada bukti yang mendukung.

L. RUJUKAN
Dalam melakukan rujukan,bidan dapat memberikan pertolongan darurat dengan :
1) Memasang infus
2) Tampa melakukan pemeriksaan dalam
3) Menyertakan petugas dalam merujuk pasien
4) Mempersiapkan donor darah dari keluarga/masyarakat
5) Mentyertakan keterangan tentang apa yang telah dilakukan dalm pemberian pertolongan
pertama.
Section caesaria : indikasi section saesaria dapat dilihat dari sisi ibu dan /atau anak. Tindakan
section caesaria dipilih bila persalinan diperkirakan tidak akan berakhir dalam waktu singkat
(dengan dilatasi 3-4 cm kejadian solusio plasenta pada nulipara)

M. PROGNNOSIS
Solusio plasenta mempunyai prognosis yang buruk baik bagi ibu hamil dan lebih buruk lagi
bagi janin. Solusio plasenta ringan masih mempunyai prognosis yang baik bagi ibu dan janin
karena tidak ada kematian dan morbiditasnya rendah. Solusio plasenta sedangmempunyai
prognosis yang lebih buruk terutama terhadap janinnya karena morbiditas ibuyang lebih
berat.
Solusio plasenta berat mempunyai prognosis paling buruk terhadap ibulebih-lebih terhadap
janinnya. Umumnya pada keadaan yang demikian janin telah mati danmortalitas maternal
meningkat akibat salah satu komplikasi. Pada solusio plasenta sedang danberat prognosisnya
juga tergantung pada kecepatan dan ketepatan bantuan medik yang diperoleh pasien.
Transfusi darah yang banyak dengan segera dan terminasi kehamilan tepatwaktu sangat
menurunkan morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal

Anda mungkin juga menyukai