Kanker Payudara
Tumor ada yang bersifat jinak (tumor jinak) dan ada yang bersifat ganas
(tumor ganas). Tumor jinak (benigna) tumbuhnya lambat dan biasanya
mempunyai kapsul, tidak tumbuh infiltratif, tidak merusak jaringan sekitarnya, dan
tidak menimbulkan penyebaran pada tempat yang jauh. Tumor ganas (maligna)
tumbuh cepat, infiltratif, dan merusak jaringan di sekitarnya. Di samping itu dapat
menyebar keseluruh tubuh melalui aliran limfe atau aliran darah dan sering
menimbulkan kematian (McCance & Huether 2010).
Di dunia barat, kanker adalah penyebab utama kematian dan sumber
morbiditas pada orang dewasa. Kejadian kanker meningkat tajam dengan
bertambahnya usia dan sangat dipengaruhi oleh jenis kelamin, gaya hidup, etnis,
infeksi, dan genetika. Lingkungan, genetika, dan perilaku berinteraksi
memodifikasi respon risiko perkembangan kanker (McCance & Huether 2010).
Kanker adalah suatu pertumbuhan sel-sel abnormal yang cenderung menginvasi
jaringan di sekitarnya dan menyebar ke tempat-tempat jauh (Corwin 2000).
Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar,
saluran kelenjar dan jaringan payudara, tidak termasuk kulit payudara (Depkes
2007). Menurut Tapan (2005) kanker payudara adalah sekelompok sel tidak
normal pada payudara yang terus tumbuh berlipat ganda. Pada akhirnya sel-sel
ini menjadi bentuk benjolan di payudara. Jika benjolan kanker itu tidak dibuang
atau tidak dikontrol, sel-sel kanker bisa menyebar pada bagian-bagian tubuh lain
dan nantinya dapat mengakibatkan kematian.
Karsinogenesis merupakan proses yang berlangsung sangat lama. Hal ini
sebagaian disebabkan karena dibutuhkan sejumlah pembelahan sel untuk
menjadikan suatu tumor yang manifes klinis dari suatu sel yang mengalami
transformasi, tergantung pada frekuensi pembelahannya. Hal ini dapat
berlangsung 5-10 tahun (van de Velve et al. 1999). Menurut Tannock dan Hill
(1998) keseluruhan periode laten dari tahap inisiasi suatu karsinogenesis hingga
kanker tersebut dapat dideteksi secara klinis sekitar 10-20 tahun. Karsinogenesis
berlangsung lama dan dibagi tiga tahap yakni inisiasi, promosi, dan
perkembangan (progression).
Tahap inisiasi merupakan tahapan yang berlangsung cepat. Dalam
keadaan normal, replikasi asam deoksiribonukleat (DNA) terjadi dengan tingkat
presisi yang sangat tinggi. Hal ini terjadi karena adanya enzim-enzim pengoreksi
7
yang meneliti untai DNA untuk mencari adanya kesalahan transkripsi. Apabila
ditemukan suatu kesalahan, maka basa-basa DNA yang terlibat akan dipotong
dan diperbaiki. Namun, terkadang kesalahan transkripsi tersebut tidak terdeteksi
oleh enzim-enzim pengoreksi tersebut. Kesalahan tersebut menjadi mutasi
permanen dan akan bertahan di semua sel keturunannya (Corwin 2000).
Sel yang telah terinisiasi adalah sel yang telah mengalami mutasi. Sel
yang terinisiasi bukan sel kanker, harus berlangsung proses-proses promosi
selama bertahun-tahun sebelum sel tersebut menjadi sel kanker (Corwin 2000).
Menurut Tannock dan Hill (1998) sel terinisiasi dapat tetap tenang bila tidak
dihidupkan oleh zat yang disebut promotor. Promotor sendiri tidak dapat
menginduksi perubahan kearah neoplasma sebelum bekerja pada sel terinisiasi.
Promotor merangsang proliferasi sel dengan mengubah fungsi gen regulator,
mengubah bagaimana suatu sel berespons terhadap berbagai stimulator kimiawi
atau inhibitor pertumbuhan atau mengubah bagaimana suatu sel berespons
terhadap komunikasi antar sel. Contoh promotor antara lain hormon endogen
(dihasilkan oleh tubuh) misalnya esterogen, zat-zat tambahan tertentu untuk
makanan, serta komponen asap rokok dan alkohol.
Tahap yang terakhir adalah tahap perkembangan (progression). Tahap ini
berlangsung berbulan-bulan. Pada awal tahap ini, sel preneoplasma dalam
stadium metaplasia berkembang menjadi stadium displasia sebelum menjadi
neoplasma. Terjadi ekspansi populasi sel-sel ini secara spontan dan ireversibel.
Sel-sel menjadi kurang responsif terhadap sistem imunitas tubuh dan regulasi
sel. Pada akhir fase ini gambaran histologis dan klinis menunjukkan keganasan
(Tannock & Hill 1998).
Penyebab Kanker Payudara
Sampai saat ini belum ditemukan data pasti yang menjadi faktor
penyebab utama penyakit kanker payudara. Penyebab kanker payudara sampai
saat ini diduga akibat interaksi yang rumit dari banyak faktor. Beberapa faktor
yang meningkatkan risiko kanker payudara adalah usia tua, usia menstruasi
pertama pada usia dini, usia makin tua saat menopause, usia makin tua saat
pertama kali melahirkan, tidak pernah hamil, riwayat keluarga menderita kanker
payudara (terutama ibu dan saudara perempuan), riwayat pernah menderita
tumor jinak payudara, mengonsumsi obat kontrasepsi hormonal dalam jangka
panjang, mengonsumsi alkohol serta pajanan radiasi pada payudara terutama
saat periode pembentukan payudara. Beberapa kajian literatur menyebutkan
8
sebuah asosiasi positif dengan kanker payudara, endometrium, dan ginjal. Pada
kanker payudara, hubungan yang positif terlihat pada wanita post menopause,
sedangkan pada wanita pre menopause hubungan ini relatif kecil. IMT pada
masa remaja memiliki implikasi untuk risiko kematian akibat kanker pada masa
mendatang. Oleh karena itu, mengukur IMT sepanjang hidup sangat penting
untuk menentukan peningkatan risiko obesitas (Mahan & Escott-Stump 2008).
Penelitian Maso et al. (2008) menemukan bahwa terdapat hubungan langsung
antara IMT dengan kematian penderita kanker payudara, hal ini juga telah
ditemukan pada penelitian-penelitian sebelumnya.
Pengetahuan Gizi. Pengetahuan didefinisikan secara sederhana sebagai
informasi yang disimpan dalam ingatan (Engel et al. 1994). Pengetahuan adalah
informasi yang disimpan dalam ingatan dan menjadi penentu utama perilaku
seseorang. Tingkat pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh kemampuan
intelektualnya (Khomsan et al. 2009). Pengetahuan termasuk di dalamnya
pengetahuan gizi dapat diperoleh melalui pendidikan formal dan pendidikan
informal (Suhardjo 1989). Tingkat pengetahuan akan berpengaruh terhadap
sikap dan perilaku seseorang karena berhubungan dengan daya nalar,
pengalaman, dan kejelasan konsep mengenai objek tertentu. Seseorang dapat
memperoleh pengetahuan gizi melalui berbagai sumber seperti buku-buku
pustaka, majalah, televisi, radio, surat kabar, dan orang lain (suami, teman,
tetangga, ahli gizi, dokter, dll) (Khomsan et al. 2009).
Salah satu pertimbangan seseorang untuk mengonsumsi makanan
adalah tingkat pengetahuan tentang manfaat makanan tersebut bagi kesehatan,
pengetahuan tentang bahan penyusun asal makanan, dan makna simboliknya.
Semakin baik pengetahuan gizinya, maka seseorang akan semakin
memperhatikan kuantitas dan kualitas pangan yang akan dikonsumsinya. Orang
yang tidak mempunyai cukup pengetahuan gizi, akan memilih makanan yang
paling menarik panca indra dan tidak mengadakan pilihan berdasarkan nilai gizi
makanan. Sebaliknya, orang yang semakin baik pengetahuan gizinya lebih
banyak mempergunakan pertimbangan rasional dan pengetahuannya sebagai
dasar sebelum mengonsumsi makanan tertentu (Khomsan et al. 2009).
Menurut Suhardjo (2003) faktor pribadi juga merupakan salah satu
pertimbangan seseorang untuk mengonsumsi makanan. Faktor pribadi yang
dimaksud di sini antara lain banyaknya informasi yang dimiliki seseorang tentang
kebutuhan tubuh akan gizi selama beberapa masa dalam perjalanan hidupnya,
12
risiko kanker payudara dengan lemak tak jenuh tunggal. Secara signifikan
terdapat hubungan positif antara kanker payudara dengan lemak tak jenuh
ganda dan tidak ada hubungan antara risiko kanker payudara dengan lemak
jenuh.
Rekomendasi yang dikeluarkan oleh kelompok ahli Food and
Agriculture Organization (FAO)/WHO untuk masalah konsumsi lemak/minyak
minimal adalah bagi sebagian besar orang dewasa, konsumsi lemak/minyak
harian harus dapat menyumbang paling tidak 15% dari total energi/kalori
yang dibutuhkan per hari. Konsumsi lemak yang berlebihan akan
menimbulkan kegemukan, meningkatkan risiko terkena penyakit jantung
koroner dan beberapa jenis kanker. Rekomendasi yang dikeluarkan oleh
kelompok ahli FAO/WHO untuk masalah konsumsi lemak/minyak maksimal
adalah untuk individu yang aktif dan kondisi energi serta nutrisinya sudah
cukup atau seimbang, sebaiknya mengonsumsi maksimal 35% dari total
energi/kalori yang dibutuhkan per hari, jumlah lemak jenuh dikonsumsi
sebaiknya tidak melebihi 10% dan jumlah lemak tak jenuh ganda 3-7% dari
total energi. Untuk individu dengan aktifitas sedang, sebaiknya tidak
mengonsumsi lebih dari 30% dari total energi, terutama lemak hewani yang
tinggi kandungan lemak jenuhnya (Koswara 2010).
Konsumsi Makanan yang Diawetkan dan Dibakar. Penggunaan nitrat dan nitrit
dalam pengolahan makanan telah sejak lama dilakukan. Hal ini dimulai secara
tidak sengaja dengan ditemukannya bahwa daging yang diawetkan dengan
garam kasar memberikan warna merah setelah dimasak. Sejak itu nitrat dan nitrit
secara luas digunakan untuk memperoleh warna merah yang seragam pada
produk-produk daging yang diawetkan dan praktek ini membawa pengembangan
proses pengasinan (curing) modern (Muchtadi 1989). Menurut Harris dan
Karmas (1989) natrium klorida adalah komponen bahan pangan yang tak dapat
diabaikan. Pada konsentrasi yang rendah, zat ini memberikan sumbangan besar
terhadap cita rasa. Pada konsentrasi yang lebih tinggi, garam menunjukkan kerja
bakteriostatik yang penting. Dibeberapa negara, penggaraman masih digunakan
untuk pengawetan.
Menurut Buckle (1985) curing daging adalah suatu proses yang dapat
menghambat pertumbuhan mikroorganisme melalui penggunaan garam sodium
khlorida dan pengendalian aktivitas air diikuti dengan penggunaan garam nitrit
yang ditambahkan untuk mempertahankan warna daging dan pengasapan untuk
14
pemeliharaan sel) akan menyebabkan penyimpangan siklus sel dan salah satu
akibatnya adalah pembentukan kanker atau karsinogenesis (Silalahi 2006).
Menurut McKelvey dan Evans (2003) kanker adalah produk akhir dari
serangkaian mutasi DNA. Mutasi ini mengarah pada pertumbuhan klon tertentu
dari suatu sel. Gen penting yang mengatur pertumbuhan sel biasanya target dari
mutasi ini dan dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok utama yaitu
protooncogenes, tumor suppressor genes, dan gatekeeper genes.
Protooncogenes merangsang dan mengatur pertumbuhan dan pembelahan sel.
Tumor suppressor genes menghambat pertumbuhan sel dan memulai apoptosis.
Gatekeeper genes mempertahankan integritas genom dengan mendeteksi
kesalahan den memperbaikinya.
Sekitar 5-10% dari kasus kanker payudara dianggap keturunan,
dihasilkan langsung dari gen rusak/mutasi yang diwariskan dari orang tua.
Penyebab paling umum dari kanker payudara secara genetik adalah mewarisi
mutasi pada gen BRCA1 dan BRCA2 (ACS 2011). National Cancer Institute
(NCI) (2009) menyatakan bahwa BRCA1 dan BRCA2 adalah gen pada manusia
yang termasuk ke dalam kelas gen yang dikenal sebagai tumor suppressor
genes. Pada keadaan normal, BRCA1 dan BRCA2 membantu menjamin
stabilitas bahan genetik sel (DNA) dan membantu mencegah pertumbuhan sel
yang tidak terkendali. Mutasi pada gen ini telah dikaitkan dengan perkembangan
kanker payudara dan kanker ovarium. Jika seseorang telah mewarisi salinan gen
bermutasi ini dari orang tuanya, maka ia memiliki risiko tinggi terkena kanker
payudara selama hidupnya. Risiko dapat setinggi 80% untuk anggota dari
keluarga dengan mutasi BRCA. Wanita dengan mutasi ini juga memiliki
peningkatan risiko untuk mengembangkan kanker lainnya terutama kanker
ovarium (ACS 2011).
Usia Menstruasi Pertama. Setiap bulan rahim atau uterus mempersiapkan diri
untuk menerima kehadiran sel telur. Namun, karena sel telur yang telah
dihasilkan tidak dibuahi, maka dinding rahim yang semula menebal untuk tempat
persiapan menempelnya janin menjadi tidak berguna lagi. Dinding rahim ini akan
runtuh dan keluar melalui vagina. Kejadian ini disebut sebagai periode
menstruasi. Menstruasi untuk pertama kalinya terjadi pada usia remaja. Secara
biologis, terjadi pada usia antara 10-19 tahun (Sulastomo et al. 2002).
Widyantoro (2002) berpendapat bahwa menstruasi pertama pada
umumnya terjadi pada usia 12-13 tahun, meskipun pada zaman sekarang ada
17
yang terjadi pada umur 9-10 tahun. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi dan
kesehatan yang lebih baik. Bagga dan Kulkarni (2000) dalam penelitiannya
membagi tiga kategori usia menstruasi pertama kali pada seorang wanita yaitu
usia menstruasi pertama cepat (<11 tahun), usia menstruasi pertama ideal (12-
13 tahun), dan usia menstruasi pertama terlambat (>14 tahun).
Pada sebagian besar case control study, menstruasi dini meningkatkan
risiko terkena kanker payudara. Wanita yang mengalami menstruasi dini
(sebelum usia 12 tahun) terutama bila disertai dengan menopause terlambat
(lebih dari 55 tahun) mempunyai risiko kanker payudara lebih besar. Menstruasi
dini berhubungan dengan lamanya paparan hormon esterogen dan progesteron
yang berpengaruh terhadap proses proliferasi jaringan termasuk jaringan
payudara (Indrati 2005). Pertumbuhan jaringan payudara sangat sensitif
terhadap estrogen, maka perempuan yang terpajan estrogen dalam waktu
jangka panjang akan memiliki risiko yang besar terhadap terjadinya kanker
payudara (Sirait et al. 2009). Menurut Vogel (2000), wanita yang menstruasi
pertama pada usia 11-14 tahun memiliki risiko 10-30% lebih besar terkena
kanker dibandingkan dengan perempuan yang mendapat menstruasi pertama
kali pada usia 16 tahun.
Usia Menopause. Menopause adalah kondisi alamiah yang dialami oleh setiap
wanita yang ditandai dengan berhentinya haid secara tetap, yaitu jika seseorang
tidak haid lagi dalam masa 1 tahun. Biasanya menopause terjadi pada usia 45-
55 tahun (Global Alliance Indonesia et al. 2003). Menurut Irawati (2002)
menopause bukan peristiwa yang terjadi secara mendadak, melainkan proses
yang berlangsung lama bahkan pada beberapa orang dapat berlangsung selama
10 tahun. Menstruasi benar-benar tidak datang lagi pada seorang perempuan
rata-rata pada usia 50 tahun (dengan rentang antara 48-52 tahun).
Menurut Wirakusumah (2004) usia memasuki menopause pada setiap
wanita berbeda-beda. Ada yang di atas 40 tahun dan ada yang di bawahnya,
biasanya berkisar antara 35-55 tahun. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
cepat lambatnya seseorang memasuki masa menopause, antara lain faktor
keturunan, gizi, cepat lambatnya awal menstruasi, bobot tubuh, merokok atau
tidak merokok, wanita yang telah menikah, serta penyakit yang dialami wanita
tersebut. Menurut Ganong (1990) biasanya menstruasi terjadi pada usia 45-55
tahun.
18
Lama Menyusui. Kanker payudara adalah kanker yang paling umum di kalangan
wanita. Sekitar seperempat dari semua wanita yang menerima diagnosis pada
saat sebelum menopause berpotensi menderita kanker payudara. Saat ini lebih
banyak wanita memilih untuk menyusui, terutama mereka yang berencana hamil
dikemudian hari. Menyusui merupakan salah satu dari beberapa faktor yang
dapat dimodifikasi dan dapat membantu untuk mencegah terjadinya kanker
payudara (Riordan 2005).
Wanita yang menyusui risiko terkena kanker payudara lebih kecil
dibandingkan dengan wanita yang tidak menyusui (Cancer Research UK 2010).
Semakin lama menyusui dapat menurunkan risiko terkena kanker payudara
(Newcomb et al. 1994). Ada hubungan antara lamanya menyusui dengan efek
pencegahan terjadinya kanker payudara. Dengan bertambah lamanya menyusui
anak maka paparan estrogen terhadap payudara berkurang dan menjadi faktor
protektif terhadap risiko kanker payudara (Azamris 2006).
Dua meta analisis besar (review dari banyak studi) pada efek menyusui
terhadap perkembangan kanker payudara menyimpulkan bahwa menyusui
memiliki fungsi perlindungan terhadap kanker payudara (Bernier et al. 2000).
Studi ini menunjukkan bahwa ada hubungan terbalik antara kanker payudara
dengan menyusui, khususnya di kalangan wanita pre menopause dan bagi
wanita yang ingin melahirkan dan menyusui pada usia dini (Newcomb et al.
1994, Zheng et al. 2001). Efek perlindungan dari menyusui diduga karena
mengurangi jumlah ovulasi secara proporsional dengan durasi dan intensitas
menyusui. Kadar esterogen pun lebih rendah jika dibandingkan dengan wanita
yang sedang mengalami menstruasi. Selain itu, menyusui dapat mengurangi
konsentrasi endogen dan eksogen karsinogen yang hadir dalam sel-sel epitel
duktal dan lobular (Helewa et al. 2002 dalam Riordan 2005).
Lama Menggunakan Alat Kontrasepsi Hormonal. Menurut Nurdiana dan
Widyantoro (2002) alat kontrasepsi hormonal mengandung hormon-hormon
reproduksi perempuan. Ada beberapa metode dalam kelompok alat kontrasepsi
ini yakni berupa pil, suntikan, dan susuk/implan. Ketiganya efektif mengandung
hormon dengan komposisi yang kurang lebih sama. Dengan penambahan
hormon-hormon tersebut, diharapkan proses pematangan sel telur dicegah
sehingga tidak dapat dibuahi sperma.
Di Indonesia penggunaan hormon sebagai alat kontrasepsi sudah populer
di masyarakat. Pemakaian kontrasepsi hormonal terbanyak adalah jenis suntikan
19
dan pil. Kontrasepsi oral (pil) yang paling banyak digunakan adalah kombinasi
estrogen dan progesteron (Sirait et al. 2009). Kontrasepsi oral yang berisi
esterogen dan progesteron adalah salah satu bahan yang digunakan untuk
mencegah terjadinya konsepsi (Vogel 2000).
Alat kontrasepsi hormonal yang terakhir adalah susuk atau yang biasa
disebut alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK). Alat kontrasepsi ini terdiri dari 6
tube kecil dari plastik dengan panjang masing-masing 3 cm. Hormon yang
dikandung dalam susuk ini adalah progesteron, yakni hormon yang berfungsi
menghentikan suplai hormon esterogen yang mendorong pembentukan lapisan
dinding lemak yang menyebabkan terjadinya menstruasi. Susuk ditempatkan di
bawah kulit, efektif mencegah kehamilan dengan cara mengalirkan secara
perlahan-lahan hormon yang dibawanya. Selanjutnya hormon ini akan mengalir
ke dalam tubuh lewat pembuluh-pembuluh darah. Susuk bekerja efektif selama 5
tahun (Nurdiana & Widyantoro 2002).
Berdasarkan hasil penelitian Indrati (2005) wanita yang menggunakan
kontrasepsi oral >10 tahun memberikan risiko sebesar 3.10 kali dibandingkan
dengan wanita yang tidak menggunkan kontrasepsi oral. Penelitian Harianto et
al. (2005) menunjukkan bahwa pengguna pil kontrasepsi kombinasi memiliki
risiko 1.864 kali lebih tinggi untuk terkena kanker payudara dibandingkan dengan
bukan pengguna pil kontrasepsi kombinasi.
Lama Melakukan Aktivitas Fisik. Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor
risiko dari kanker. Telah diketahui bahwa semakin rendah aktivitas fisik, faktor
risiko terjadinya kanker semakin besar. Aktivitas fisik adalah faktor risiko dari
kanker payudara yang dapat diubah. Faktor risiko kanker akan menurun dengan
adanya perubahan peningkatan aktivitas fisik yang dilakukan (Margolis et al.
2005). Menurut hasil penelitian Indrati (2005) wanita yang memiliki aktivitas fisik
<4 jam/minggu memiliki risiko 9.7 kali lebih besar terkena kanker payudara
dibandingkan dengan wanita yang memiliki aktivitas fisik 4 jam/minggu.
Aktivitas fisik dapat mengurangi risiko kanker payudara. Dalam
mengurangi risiko kanker payudara aktivitas fisik dikaitkan dengan
kemampuannya meningkatkan fungsi kekebalan tubuh, menurunkan lemak
tubuh, dan mempengaruhi tingkat hormon (Vogel 2000). Berdasarkan penelitian
yang dilakukan Peters et al. (2009) diketahui bahwa hubungan aktivitas fisik
dengan risiko kanker payudara secara sugestif dimodifikasi oleh IMT. Hal ini
20
banyak ditemukan pada wanita yang memiliki kelebihan berat badan (IMT >25
kg/m2) dibandingkan dengan wanita yang kurus (IMT <25 kg/m 2).
Perokok Pasif. Perokok pasif dikenal dengan nama secondhand smoke atau
Environmental Tobacco Smoke (ETS). Perokok pasif disebut demikian karena
menghisap campuran dari dua bentuk asap yaitu asap dari pembakaran
tembakau (asap yang berasal dari ujung rokok yang menyala, dari pipa, atau dari
cerutu) dan asap utama (asap yang dihembuskan oleh perokok). Meskipun
sering dianggap sama, namun sesungguhnya kedua asap ini berbeda. Asap dari
pembakaran tembakau memiliki konsentrasi karsinogen lebih tinggi daripada
asap utama. Selain itu, asap dari pembakaran tembakau memiliki partikel yang
lebih kecil daripada asap utama sehingga mudah untuk masuk ke dalam sel-sel
tubuh. Asap utama mengandung lebih dari 4.000 senyawa kimia, lebih dari 60
yang diketahui atau diduga dapat menyebabkan kanker (ACS 2011).
Indonesia menempati urutan keenam diantara negara-negara dengan
tingkat konsumsi tembakau tertinggi di dunia. Prevalensi merokok di antara
dewasa 15 tahun dan di atasnya adalah 34.4% meningkat dari 31.5% pada tahun
2001 atau lebih dari 50 juta dewasa Indonesia adalah perokok di tahun 2004
(Indonesian Tobacco Control Network 2007). Menurut Terry dan Rohan (2002)
rokok mengandung banyak zat-zat kimia yang berbahaya. Zat kimia dalam rokok
diserap darah dan langsung menuju jantung. Jantung akan bekerja lebih keras
dan cepat sebanyak 10-25 bit/menit atau sekitar 36.000 bit/hari.
Berdasarkan hasil penelitian Terry dan Rohan (2002) disebutkan bahwa
kandungan dari rokok tembakau seperti polycyclic hydrocarbons, asam amino
aromatik, dan N-nitrosamines dapat menyebabkan tumor. Rokok tembakau
mengandung banyak zat-zat yang berpotensi merusak tubuh. Zat-zat tersebut
mungkin memiliki daya rusak yang berbeda dan dapat memengaruhi tahapan
perkembangan kanker. Menurut Indrati (2005) wanita yang merokok akan
memiliki tingkat metabolisme esterogen lebih tinggi dibanding wanita yang tidak
merokok. Pengukuran konsumsi rokok dapat dilakukan dengan menggunakan
ukuran kuantitatif seperti frekuensi merokok (rokok/hari), durasi (berapa tahun
merokok), umur ketika awal merokok, dan umur ketika berhenti merokok (Terry &
Rohan 2002).
Tanda dan Gejala Kanker Payudara
Kanker payudara biasanya tidak menghasilkan gejala awal ketika
ukurannya masih kecil dan dapat diobati. Oleh karena itu, sangat penting bagi
21
sehat. Penemuan dini adalah upaya pemeriksaan pada masyarakat yang telah
merasakan adanya gejala (Depkes 2007).
Menurut Depkes (2007) selain penapisan, Periksa Payudara Sendiri
(SADARI) juga strategi lain untuk penemuan dini. SADARI sebaiknya dilakukan
oleh semua perempuan dimulai sejak usia subur dan dilakukan setiap kali selesai
menstruasi. Penapisan yang ideal adalah dengan cara pemeriksaan klinis
payudara oleh tenaga terlatih, dilanjutkan dengan pemeriksaan USG dan atau
mammografi. Penapisan yang dapat dilakukan oleh petugas kesehatan yaitu
dengan cara:
1. Pemeriksaan Klinis Payudara oleh Tenaga Medis Terlatih (Clinical Breast
Examination/CBE). CBE dianjurkan untuk dilakukan tiga tahun sekali pada
wanita usia 20-40 tahun. Pada wanita usia di atas 40 tahun, CBE dilakukan
setiap tahun.
2. Pemeriksaan Ultrasonography (USG). Jika pada pemeriksaan CBE terdapat
benjolan, maka dibutuhkan pemeriksaan lanjutan dengan USG maupun
mammografi. USG dilakukan terutama untuk membuktikan adanya massa
kistik dan padat yang mengarah pada keganasan. USG dilakukan pada
perempuan usia di bawah 40 tahun.
3. Pemeriksaan Mammografi. Bagi wanita di atas 40 tahun, dianjurkan
melakukan pemeriksaan ini setiap tahun. Mammografi dilakukan pada wanita
yang bergejala maupun pada wanita yang tidak bergejala (opportunistic
screening dan organized screening).
Stadium Kanker Payudara
Menurut American Society of Clinical Oncology Foundation dan Canadian
Cancer Society (2011) stadium dalam kanker bertujuan untuk menggambarkan
kondisi kanker. Kondisi ini meliputi letak kanker, sampai dimana penyebarannya,
dan sejauh mana pengaruhnya terhadap organ tubuh yang lain. Stadium pada
kanker juga merupakan salah satu cara yang membantu dokter untuk
menentukan pengobatan yang cocok untuk pasien. Salah satu cara yang
digunakan dokter untuk menggambarkan stadium kanker adalah dengan
menggunakan sistem TNM. Sistem ini menggunakan tiga kriteria untuk
menentukan stadium kanker, yaitu:
1. Tumor itu sendiri, seberapa besar ukuran tumor dan dimana lokasinya (T,
Tumor).
23
Stadium III C:
Sebagaimana stadium IIIB, tetapi telah menyebar ke titik-titik pada pembuluh
getah bening dalam group N3 (kanker telah menyebar lebih dari 10 titik disaluran
getah bening di bawah tulang selangka).
Stadium IV:
Ukuran tumor bisa berapa saja, tetapi telah menyebar ke lokasi yang jauh, yaitu:
tulang, paru-paru, liver, atau tulang rusuk.