Anda di halaman 1dari 6

4.1.

Judul
Evaluasi Performance Heat Exchanger E-009 dan E-010 di High Vauum
Unit II (HVU II) PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai Gerongn dengan
metode Kern
4.2. Latar Belakang
Heat exchanger merupakan salah satu alat penukar panas yang banyak
digunakan di industri, salah satunya di PT. Pertamina RU III. Salah satu kegunaan
dari heat exchanger adalah untuk meningkatkan temperature feed sebelum masuk ke
suatu alat proses dengan memanfaatkan panas dari suatu produk. Contohnya di High
Vacuum Unit II (HVU II) yaitu heat exchanger E-009 dan E-010. Feed dipanaskan di
heat exchanger E-010 dan E-009 terlebih dahulu, sehingga kinerja furnace pada
rangkaian alat HVU II tidak memerlukan energi yang lebih besar.
Pertukaran panas yang terjadi di HVU II menggunakan long residu sebagai
feed yang akan dipanaskan dan vacuum residu sebagai pemanasnya. Long residu dan
vacuum residu merupakan salah satu bottom product yang memiliki viskositas tinggi
dan menyebabkan terjadinya fouling lebih cepat. Adanya sifat tersebut mampu
mengurangi kinerja dari heat exchanger pada HVU II.
Dengan demikian perlu dilakukan evaluasi kinerja heat exchanger E-010 dan
E-009 dengan evaluasi manual menggunakan metode Kern. Dalam evaluasi ini akan
meninjau nilai fouling factor, pressure drop, dan efisiensi heat exchanger tersebut
sehingga dapat berguna untuk meningkatkan efisiensi dari heat exchanger E-010 dan
E-009 di HVU II.
4.3. Rumusan Masalah
Pada umumnya heat exchanger didesain untuk mendapatkan perpindahan
panas yang diizinkan. Heat exchanger E-009 dan E-010 di HVU II PT. Pertamina
(Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong memiliki tugas untuk meningkatkan
temperature feed yang masuk sehingga meringankan kinerja furnace sebelum masuk
ke HVU II. Kondisi suhu operasi sangat berpengaruh terhadap produk yang
dihasilkan di dalam reactor. Oleh sebab itu, performance dari heat exchanger E-009
dan E-010 perlu diperhatikan secara berkala dan dievaluasi kinerjanya agar
pertukaran panas dapat dijaga sesuai dengan kondisi design.
4.4. Tujuann Penulisan
1. mengetahui performance dari heat exchanger E-009 dan E-010 pada High
Vacuum Unit II (HVU II) PT. Pertamina (persero) RU III Plaju-Sungai Gerong.
2. Mengetahui parameter yang mempengaruhi performance heat exchanger dan
maintenance yang tepat untuk tipe E-009 dan E-010.
4.5. Tinjauan Pustakan
4.5.1. Perpindahan Panas
Proses perpindahan panas yang terjadi pada suatu fluida proses merupakan
bagian terpenting dalam proses industry kimia. Mekanisme perpindahan panas ini
disebabkan beda temperature antara fluida yang satu dengan yang lain, baik
perpindahannya secara konduksi, konveksi maupun radiasi. Sifat perpindahan panas
adalah bila dua buah benda mempunyai suhu yang berbeda mengalami kontak baik
secara langsung maupun tidak langsung, maka panas akan mengalir dan benda yang
suhunya lebih tinggi ke benda yang suhunya lebih rendah. Proses perpindahan panas
yang terjadi di dalam proses-proses kimia dapat berlangsung dengan tiga cara yaitu:
1) Perpindahan Panas Secara Konduksi
Perpindahan panas secara konduksi adalah perpindahan panas antara molekul-
molekul yang saling berdekatan antara satu sama lain dan tidak diikuti oleh
perpindahan molekul-molekul secara fisis. Perpindahan secara konduksi ini dapat
berlangsung pada benda padat.
2) Perpindahan Panas Secara Konveksi
Panas secara konveksi adalah perpindahan panas yang terjadi dari suatu
tempat ketempat lain dengan gerakan partikel secara fisi. Perpindahan panas secara
konveksi menurut terjadinya ada dua macam, yaitu:
a) Konveksi bebas (natural convection)
Konveksi bebas adalah proses perpindahan panas yang berlangsung secara
alamiah, dimana perpindahan panas molekul-molekul dalam zat yang dipanaskan
perbedaan densitas. Untuk menghitung kecepatan perpindahan panas secara natural
convection dapat digunakan rumus sebagai berikut:

Q = h.A.t (4.1)
Dimana:
Q = kecepatan perpindahan panas, Btu/hr
h = koefisien perpindahan panas
A = luas penampang perpindahan panas, ft2
t = beda suhu, oF

b) Konveksi paksa (forced convection)


Konveksi paksa adalah proses perpindahan panas yang terjadi karena adanya
tenaga dari luar, misalnya pengadukan.jika dalam suatu alat dikehendaki pertukaran
panas, maka perpindahan panas terjadi secara konveksi paksa karena laju panas yang
dipindahkan naik dengan adanya aliran atau pengadukan.
3) Perpindahan Panas Secara Radial
Radiasi adalah istilah yang digunakan untuk perpindahan panas melalui
bantuan gelombang elektromagnetik. Perambatan gelombang elektromagnetik dapat
berlangsung baik dalam ruang hampa (vacuum). Untuk menghitung panas yang
dipancarkan dapat digunakan rumus sebagai berikut:

qr = .e.A.T4 (4.2)
Dimana:
qr = panas yang dipancarkan
= konstanta dimensional (0,174 x 10 Btu/hr.ft2.oR4)
e = emsivitas panas
A = luas perpindahan
T = suhu mutlak

4.6.2. Alat Perpindahan Panas


Heat exchanger banyak digunakan untuk berbagai proses dalam industry. Alat
ini berfungsi untuk memindahkan panas fluida yang memiliki suhu lebih tinggi akan
memberikan panasnya pada fluida yang lebih rendah suhunya. Berdasarkan
penggunaan dan fungsinya, alat perpindahan panas diklasifikasikan menjadi:
1) Heat Exchanger
Alat penukar panas ini bertujuan untuk memanfaatkan panas suatu aliran
fluida untuk memanaskan fluida yang lain. Alat ini mempunyai dua fungsi sekaligus,
yaitu memanaskan fluida bertemperatur rendah dengan menggunakan fluida
bertemperatur tinggi (panas) yang didinginkan.
2) Cooler
Cooler digunakan untuk mendinginkan fluida cair, gas yang panas dengan
bantuan media air atau udara. Peristiwa perpindahan panas yang terjadi tanpa
perubahan fasa.
3) Kondensor
Alat ini digunakan untuk menurunkan suhu dan uap sampai mencapai titik
pengembunan atau kondensasi ke suhu cair, dengan mentransfer panasnya ke fluida
lain, dengan menggunakan media pendingin yang umumnya air.
4) Reboiler
Reboiler biasanya dihubungkan dengan dasar kolom fraksionasi atau stripper
untuk melengkapi panas pendidihan yang diperlukan untuk destilasi. Sebagao media
pemanasnya dapat berupa steam atau fluida panas (misalnya residu).
5) Heater
Alat ini berfungsi untuk memanaskan fluida cair atau uap dengan
menggunakan steam atau air panas yang mana dengan memberikan sensible heat.
6) Evaporator
Alat ini berfungsi untuk mendinginkan atau menguapkan fluida cair dengan
menggunakan steam atau media pemanas lainnya.
7) Chiller
Alat ini digunakan untuk mendinginkan fluida pada suhu yang lebih rendah.
Dimana media pendingin biasanya dapat digunakan berupa air, propane, freon,
ataupun ammonia.
8) Air Cooled Exchanger (Air Cooler)
Air Cooled Exchanger digunakan untuk mendinginkan fluida pada suhu
ambient dengan udara. Diklasifikasikan sebagai berikut:
a) Forced Draft : Bila letak (lokasi) tube pada daerah discharge dan fan.
b) Induced Draft : Bila letak tube pada daerah suction dan fan.
4.6.3. Klasifikasi Heat Exchanger
4.6.3.1.Klasifikasi Heat Exchanger Berdasarkan Standar TEMA
TEMA (Tubular Exchanger Manufacture Assosiation), mengklasifikasikan HE
berdasarkan perencanaan dan pembuatannya menjadi tiga kelas, yaitu:
1) Heat Exchanger kelas R umumnya digunakan pada industry minyak dan
peralatan untuk proses tersebut.
2) Heat Exchanger kelas C umumnya digunakan untuk keperluan komersil.
3) Heat Exchanger kelas B umunya digunakan untuk proses kimia.

4.6.3.2.Klasifikasi Heat Exchanger Berdasarkan Jenis Alirannya


1) Heat Exchanger Counter-current (Aliran Berpapasan)
Jika aliran kedua fluida yang mengalir dalam HE berlawanan arah.
2) Heat Exchanger Co-current (Aliran Searah)
Jika aliran fluida yang didinginkan dan media pendinginnya searah.
3) Heat Exchanger Cross-current (Aliran Silang)
Jika aliran fluida yang mengalir dalam HE saling memotong arah.
4.62. Bagian Utama Penyusun Heat Exchanger
1) Tube
Tube merupakan pemisah dan sebagai pengantar panas yang berbeda suhunya
diantara dua zat yang berada di dalam suatu alat. Pemilihan tube ini harus dengan
suhu, tekanan, dan sifat korosi fluida yang mengalitr. Ukuran ketebalan pipa berbeda-
beda dan dinyatakan dalam bilangan yang disebut Birmingham Wire Gage (BWG).
Semakin besar bilangan BWG, maka semakin tipis tubenya.
2) Tube Pitch
Lubang-lubang pipa pada penampang shell dan tube tidak disusun secara
begitu saja namun mengikuti aturan tertentu. Jumlah pipa dan ukurannya harus
disesuaikan dengan ukuran shell-nya, ketentuan ini mengikuti aturan baku dan
lubang-lubang pipa disusun betrbentuk persegi atau segitiga. Bentuk susunan lubang-
lubang pipa secara persegi dan segitiga ini disebut sebagai tube pitch. Jenis-jenis tube
pitch yang utama adalah: square pitch, triangular pitch, square pitch rotated, dan
triangular pitch with cleaning lanes.
3) Shell
Shell biasanya berbentuk silinder yang berisi tube bundle sekaligus sebagai
wadah mengalirkan zat atau fluida. Shell terbuat dari pipa dengan diameter nominal
IPS mencapai 12 in. Diameter actual dan diameter nominal pipa sama. Ketebalan
dinding standar untuk shell dengan diameter dalam dari 12-24 in adalah 3/8 in,
dengan tekanan operasinya adalah 300 psi.
4) Baffle
Baffle merupakan bagian yang penting dari alat penukar panas. Kondisi
kecepatan aliran baik dalam shell maupun tube dapat diatur oleh baffle. Fungsi baffle
adalah untuk membuat aliran turbulen sehingga perpindahan panas menjadi lebih
baik.

Anda mungkin juga menyukai