Anda di halaman 1dari 15

BAB III

ORIENTASI PABRIK

3.1. Unit Cracking Distillation and Light Ends (CD&L)


CD&L terdapat di Sungai Gerong, yang terdiri dari seksi CD (Crude
Distiller) dan seksi CLE (Cracking dan Lights Ends). Seksi CD terdiri dari unit CD
VI, High Vacuum Unit II (HVU II), Sour Water Stripper dan Caustic Treater Unit
(CTU) IV/V. Seksi CLE terdiri dari Residue Fluid Catalytic Cracking Unit
(RFCCU), Light Ends Unit dan Stabilizer III.

3.2. Deskipsi Proses Unit Cracking Distillation and Light Ends (CD&L)
3.2.1. Crude Distiller VI (CD VI)
Crude Distiller VI mengolah Minyak Bumi yang berasal dari Ramba dengan
jalan distilasi atmosferik. Kapasitas pengolahan CD VI adalah 15.000 barrel per
calendar day (15 MBCD). Di dalam unit CD VI terdapat sub-unit Redistiller III/IV
yang digunakan untuk mengolah ulang produk minyak yang tidak memenuhi
spesifikasi. Redistiller telah dimodifikasi untuk dapat mengolah minyak mentah
Sumatera Light Crude (SLC). Pada saat ini unit Redistiller III/IV sudah tidak
dioperasikan karena efisiensinya yang rendah dalam memproses (sebagai pemisah
tahap lanjut) produk dari CD VI. Modifikasi ini terjadi karena menurunnya jumlah
minyak yang terbuang atau tidak memenuhi spesifikasi. Produk yang dihasilkan
adalah naphtha, kerosene, ADO, long residue dan off gas.
Proses pengolahan diawali dengan memompakan crude menuju furnace,
namun sebelumnya crude telah dipanaskan terlebih dahulu (preheater)
menggunakan heat exchanger dengan memanfaatkan panas dari produk.
Serangkaian heat exchanger yang digunakan adalah E-3 (memanfaatkan panas dari
overhead partial condensor), E-6 (memanfaatkan panas dari kerosene), E-7
(memanfaatkan panas dari diesel oil) serta E-9 (memanfaatkan panas dari long
residue). Setelah mengalami pemanasan pada preheater, crude kemudian
dimasukkan ke dalam fresh feed accumulator (D-2). Selanjutnya crude
dipanaskan lebih lanjut pada furnace, dengan pengaturan temperature tube skin
antara 680-690oC, yang diharapkan akan menghasilkan COT sebesar 275-280oC.
Dari furnace, selanjutnya minyak panas tersebut diumpankan ke tray kedua
pada kolom T-01. Pada kolom ini terjadi proses penguapan fraksi ringan dari
minyak mentah. Uap fraksi ringan yang terbentuk mengalir ke atas melalui tray-
tray yang ada (tipe tray yang digunakan adalah bubble cap) dan keluar sebagai
produk atas (C12-). Sebelum dimasukkan ke kolom T-02, panas dari hot vapour ini
dimanfaatkan terlebih dahulu untuk memanaskan feed (E-2).
Produk bawah (C25+) yang dihasilkan kolom ini adalah long residue yang
sebagian akan diumpankan ke unit RFCC dan sisanya ditampung di dalam tangki.
Selain kedua produk tersebut, kolom ini juga menghasilkan produk side stream
(C12-C16) yang dikeluarkan dari tray ke-8. Produk ini adalah diesel oil, selanjutnya
aliran ini dimasukkan ke kolom stripper (D-3). Uap yang dihasilkan kolom D-3
dimasukkan kembali ke kolom T-01, sedangkan fasa cairnya dikeluarkan sebagai
diesel oil dengan terlebih dahulu didinginkan di ADO exchanger (E-6) dan FF
exchanger (E-5). Untuk mencegah overhead condenser dan distillate drum tidak
mengalami overheat dan korosi akibat adanya air dan larutan asam maka
diinjeksikan ammonia ke dalam aliran overhead condenser.
Produk atas (C12-) kolom T-01 yang telah didinginkan dimasukkan ke tray
ke-4 dari kolom T-02. Setelah terjadi penguapan, uap keluar dari atas kolom ini
dimanfaatkan untuk memanaskan umpan (E-3). Produk atas (C8-) kolom T-02 ini
kemudian didinginkan lebih lanjut pada cooler box (dengan media pendingin air)
untuk kemudian dimasukkan ke distiller drum (D-4). Dari bagian atas drum D-4
dihasilkan gas yang dimanfaatkan sebagai fuel gas pada furnace HVU.
Produk middle distillate dari kolom T-02 menjadi produk LKD (dari
keluaran tray nomor 7, kemudian didinginkan menggunakan cooling water dan
menuju D-5. Uap yang dihasilkan kolom D-5 dimasukkan kembali ke kolom T-01,
sedangkan fase cairnya dikeluarkan sebagai LKD. Dari bagian bawah, dihasilkan
cairan yang sebagian dikeluarkan sebagai naphtha (C6-C8), sedangkan sisanya
dimasukkan kembali ke kolom T-02. Produk bawah (C9-C12) yang dihasilkan kolom
T-02 adalah kerosene. Sebagian dari kerosene yang dihasilkan ini dimasukan ke
bagian atas kolom T-01 dan sisanya didinginkan di E-7 dan E-4 dan selanjutnya
dikirim ke dalam tangki penampungan sebagai kerosene cair.
3.2.2. High Vacuum Unit (HVU)
HVU yang digunakan di RU III Plaju merupakan distilasi vakum dengan
wet system, yang menggunakan stripping steam untuk mempertajam pemisahan
produk vacuum gas oil. Feed untuk unit ini adalah long residue dari CD II, III, IV,
V dan VI. Sebagai produk, diperoleh off gas, vacuum gas oil (LVGO, MVGO dan
HVGO) serta vacuum residue. Kapasitas produksi HVU adalah 54 MBSD, dengan
produk sebagai berikut:
a) Produk atas berupa Light Vacuum Gas Oil (LVGO) yang digunakan

sebagai komponen gas oil (diesel).


b) Produk tengah berupa Medium Vacuum Gas Oil (MVGO), dan Heavy
Vacuum Gas Oil (HVGO). Produk tengah ini merupakan umpan
RFCCU.
c) Produk bawah berupa Light Sulphur Waxes Residue (LSWR).

Feed long residue dari CD II, III dan IV dialirkan menuju hot feed drum (V-
61-001), long residue dari CD V juga dialirkan menuju hot feed drum yang sama
dimana sebelumnya dilewatkan pada box cooler. Sedangkan untuk long residue dari
CD VI dapat langsung dialirkan menuju HVU sebagai feed. Long residue yang
masuk ke hot feed drum diharapkan memiliki temperatur 140-145oC, dengan
tekanan di 0,2 kg/cm pada saat normal operasi.
Proses diawali dengan memanaskan feed dengan menggunakan heat
exchanger (sebagai preheater), yang kemudian dipanaskan lebih lanjut di dalam
furnace. Beberapa heat exchanger yang digunakan sebagai preheater adalah E-14-
006 A/B (HVGO exchanger), E-14-003 A/B/C (MVGO exchanger), E-14-010 A/b/c
(vacuum residue exchanger) dan E-14-009 A/B/C/D (vacuum residue exchanger).
Rangkaian ini diharapkan dapat menghasilkan feed untuk furnace dengan CIT
sebesar 262-270oC, sehingga dapat menekan penggunaan fuel serta untuk menekan
penggunaan energi pendinginan untuk produk dari HVU sendiri.
Feed dari preheater kemudian dipanaskan lebih lanjut di dalam furnace,
untuk menaikan temperatur yang telah diatur diharapkan akan meningkatkan
temperatur feed hingga 360-380oC. Furnace HVU menggunakan tiga macam fuel,
yaitu fuel oil, fuel gas dan off gas (off gas ini merupaan pemanfaatan produk atas
dari HVU, dengan tujuan efisiensi produk off gas). Parameter utama dari furnace
HVU ini adalah tube skin temperature (maksimum 690oC), radiant temperature dan
COT menuju kolom vakum. Heated feed dari furnace kemudian dialirkan menuju
kolom vakum (C-14-001) untuk dipisahkan menjadi produk-produk. Proses distilasi
ini dilakukan pada tekanan di bawah tekanan atmosfir (60-65 mmHg). Distilasi
vakum ini diharapkan dapat memisahkan produk dengan temperatur yang tidak
terlalu tinggi dengan bantuan vacuum pressure untuk menghindari terjadinya
thermal cracking.
Feed HVU dimasukkan ke flash zone dengan posisi tangensial, dengan
harapan pemisahan liquid dan vapour akan terjadi akibat adanya gaya sentrifugal
pada flash zone. Liquid akan menuju ke bawah, sedangkan vapour akan menuju ke
atas untuk pemisahan berdasarkan trayek didihnya. Washing section, sebagai bagian
utama dalam menghasilkan gas oil, terletak di atas flash zone. Wash section
bertujuan untuk mempertajam produk gas oil, dengan melepaskan residu yang
terperangkap pada vapour yang naik dari flash zone. Kontrol utama pada bagian ini
adalah concarbon level dan metal content, karena menjadi racun pada katalis,
karena peningkatan produk gas oil akan memungkinkan peningkatan level
concarbon dan metal sebagai akibat dari deep cut operation.
Draw off produk gas oil (LVGO, MVGO dan HVGO). Sebagian LVGO
dikembalikan sebagai refluks (E-14-001) yang sebelumnya didinginkan oleh fin-fan
cooler (E-14-001) untuk refluks, sedangkan sebagai produk LVGO didinginkan oleh
E-14-002 untuk komponen blending produk diesel. MVGO dari kolom didinginkan
dengan bantuan heat exchanger E-14-003 A/B/C, dimana panasnya dimanfaatkan
sebagai preheater untuk feed HVU. Sebagian dikembalikan sebagai refluks setelah
didinginkan di E-14-004 dan sebagian lainnya digunakan sebagai feed untuk FCCU
setelah didinginkan di E-14-005.
Saat ini sebagian dari MVGO juga dijadikan sebagai blending component
dengan LVGO untuk menjadi bahan bakan solar. HVGO dari kolom sebagian
dikembalikan sebagai Hot Reflux dan Wash Oil, sebagian lagi didinginkan di E-14-
006 untuk kemudian dikembalikan sebagai Cold Reflux dan sebagian lagi sebagai
feed FCCU. Vacuum residue didinginkan menggunakan heat exchanger E-14-
009/010/011, sebagian dikembalikan sebagai quenching untuk mempertahankan
temperatur di bottom kolom dan sebagian lainnya digunakan sebagai produk untuk
komponen blending produk fuel oil.

Overflash section, diperoleh dengan melakukan injeksi recycle pada feed.


Recycle yang diinjeksikan berupa produk antara HVGO dengan vacuum residue.
Recycle ini juga bertujuan sebagai efisiensi dalam feed injection serta untuk
mempertajam produk gasoil. Vacuum residue section, sebagai draw off vacuum
residue dan sebagai posisi injeksi stripping steam. Stripping steam digunakan untuk
membantu mengangkat light distillate yang masih terbawa di heavy distillate agar
dapat terangkat ke atas. Stripping steam berasal dari low pressure steam yang telah
dipanaskan di furnace menjadi dry dan superheated steam.

Overhead product dari C-14-001 masuk ke dalam sistem pembangkit


vakum. Untuk menghasilkan tekanan vakum di dalam C-14-001 ini menggunakan
steam ejector yang beroperasi secara seri bertingkat tiga. Pola operasinya adalah
sebagai berikut. Overhead product didinginkan oleh tiga kondensor (E-14-
013/014/015) kondensat keluaran kondesor ini dialirkan menuju V-14-001 dan
uncondensable gas nasuk kedalam chamber jet ejector A-14-001 kemudian masuk
ke kondensor (E-14-013).
Kondesat keluaran E-14-013 dialirkan menuju V-14-001 dan uncondensable
gas masuk ke chamber jet ejector A-14-002 kemudian masuk ke kondensor E-14-
014. Kondensat keluaran E-14-014 dialirakan ke V-14-001 dan unconsedable gas
masuk ke chamber jet ejector A-14-003 kemudian masuk ke E-14-015. Kondensat
keluaran E-14-015 dialirakan menuju V-14-001 dan uncondensable gas masuk ke
V-14-002 untuk mennyerap condensable gas. Jika masih ada uncondensable keluar
dari V-14-002 akan dijadikan off gas (sebagai refluks fuel gas untuk furnace HVU).
Steam jet ejector ini menggunakan medium pressure steam dengan tekanan 8
kg/cm2g. Pemasangan jet ejector ada pada masing-masing kondenser. Jet ejector ini
berfungsi untuk memperoleh tekanan vakum di dalam C-14-001. Injeksi ammonia
pada kondensat dilakukan sebagai pencegahan terhadap korosi alat, yang timbul
akibat kontaminasi impurities sehingga pH kondensat dapat dijaga pada kondisi
basa paling minimum.
3.2.3. Residue Fluid Catalytic Cracking Unit (RFCCU)
Minyak Bumi (crude) bila dipanaskan pada suhu 315C-370C dengan
tekanan 1 atm akan mengalami perengkahan (cracking), yaitu perubahan molekul-
molekul besar yang mempunyai titik didih tinggi menjadi molekul-molekul kecil
yang memiliki titik didih rendah. Hal inilah yang menjadi dasar dari proses di
RFCCU, dimana fraksi minyak berat yang mempunyai nilai ekonomi yang rendah
direngkah menghasilkan minyak dengan fraksi yang lebih ringan yang mempunyai
nilai ekonomi yang lebih tinggi.
Fungsi dari RFCCU adalah merengkah fraksi berat yaitu gas oil dan long
residue menjadi minyak fraksi ringan dengan bantuan panas dan katalis. Katalis
yang digunakan adalah alumina silika. RFCCU memiliki 5 seksi antara lain seksi
Cracking, Fraksionasi, Light Ends, Treating dan FGC (Flue Gas Cooler).
3.2.3.1. Seksi cracking
Umpan RFCCU terdiri dari campuran antara VGO dan long residue dengan
perbandingan 165.000 BPSD VGO dan 4.000 BPSD long residue. VGO yang
berasal dari HVU dengan temperatur 220C dipompakan ke vessel bersama-sama
dengan long residue dari CD II, III, IV, V Plaju dengan temperatur 150C. Untuk
mencapai temperatur yang sesuai untuk feed reaktor maka umpan tersebut
dipanaskan di furnace FC F-2 sehingga mencapai temperatur 331C. Sebelum
masuk ke reaktor, umpan diinjeksi dengan antimony dengan kecepatan 0,75-2,1
kg/jam untuk mencegah adanya pengaruh metal content tersebut dapat
menyebabkan deaktivasi katalis.
Umpan dengan kapasitas 120.600 kg/jam dengan temperatur 331C
diinjeksikan ke dalam riser menggunakan 6 buah injector untuk direaksikan dengan
katalis dari regenerator pada temperatur 650C-750 C. Reaksi terjadi pada seluruh
bagian riser dengan temperatur 520C. Untuk memperoleh sistem
fluidisasi dan densitas yang baik, maka riser diinjeksikan dengan MP Steam. Bagian
atas feed injector dipasang tiga buah MTC Injector Oil (HCO) atau heavy naphtha.
HCO digunakan untuk menambah terbentuknya coke pada katalis, sehingga dapat
menaikkan temperatur regenerator, sedangkan heavy naphtha diperlukan untuk
menaikkan cracking selectivity.
Tiga buah cyclone mempunyai satu stage dipasang pada reaktor dengan
existing plannum chamber untuk meminimalkan terjadinya losses katalis. Stripping
steam diinjeksikan ke daerah stripper untuk mengurangi kadar minyak dalam
katalis sebelum disirkulasikan ke regenerator. Hasil cracking yang berupa uap
hidrokarbon dialirkan ke Main Fractionator untuk dipisahkan fraksi-fraksinya.
Spent catalyst dari reaktor disirkulasikan ke regenerator yang dikontrol oleh Spent
Slide Valve (SSV) untuk diregenerasi. Untuk memperlancar aliran spent catalyst di
stand pipe maka dialirkan dengan Control Air Blower (CAB) dengan laju alir 7000
kg/jam. Regenerasi katalis dilakukan dengan mengoksidasi coke pada katalis
dengan udara yang disuplai oleh Main Air Blower (MAB). Flue Gas hasil
pembakaran kemudian masuk ke lima buah cyclone yang memiliki dua stage untuk
memisahkan patikel-partikel katalis yang terbawa. Flue Gas dengan temperatur
676C yang keluar dari stage tersebut dimanfaatkan panasnya di Flue Gas Cooler
untuk membangkitkan steam HHP.
Temperatur dilute phase sedikit lebih tinggi dari pada temperatur dense,
yang disebabkan oleh adanya reaksi oksidasi CO. Dengan adanya kondisi tersebut,
maka perlu diperhatikan konsentrasi oksigen sebagai udara pembakar. Semakin
banyak kandungan oksigen atau berkurangnya coke yang terbentuk, maka akan
terjadi kondisi after burning yang menyebabkan meningkatnya temperatur secara
mendadak sehingga dapat merusak peralatan dan catalyst lost melalui stack.

3.2.3.2. Seksi fraksionasi


Gas hasil cracking (proses perengkahan) dengan menggunakan temperatur
proses 520C selanjutnya dialirkan ke bottom kolom primary fracsionator (FC-T1).
Produk bawah dari primary fractionator yaitu berupa slurry oil selanjutnya ditarik
dengan pompa FC P-4 menuju ke HE FC E-2 untuk memanaskan umpan. Produk
atas (overhead vapour) dari primary fractionator ditransfer ke bottom kolom
secondary fractionator FC T-20.
Produk bawah secondary fractionator yang berupa LCO (Light Crude Oil)
dibagi menjadi dua aliran, yaitu: internal reflux dan sebagai umpan pada kolom
stripper FC T-2. Internal reflux dikembalikan ke kolom primary absorber yang
dikontrol oleh LIC 2005. Tujuh side stream dari kolom secondary fractionator
digunakan sebagai reflux dan Total Pump Around (TPA). Reflux dikembalikan ke
secondary fractionator yang dikontrol oleh level kontrol LIC 2006. Sedangkan TPA
dipompakan ke sponge absorber FLRS T-402 sebagai Lean Oil yang sebelumnya
didinginkan oleh HE FLRS E-405. Aliran TPA dikontrol oleh FIC 2003, sedangkan
temperatur dikontrol oleh TIC 2004 dengan mengoperasikan Air Fan Cooler FC E-
21 (Total Pump Around Cooler). TPA kemudian dikembalikan ke puncak kolom
secondary fractionator setelah dicampur dengan rich oil dari Sponge Absorber.

Overhead vapour dari kolom secondary fractionator yang berupa gas dan
gasoline dikondensasikan dengan partial condenser setelah dicampur dengan wash
water. Condensed Liquid dan vapour kemudian ditampung dalam drum FC D-20.
Setelah dipisahkan dari kandungan air, condensed liquid dan vapour tersebut
ditampung dalam distilate drum FC D-7. Setelah dipisahkan airnya, maka
condensed liquid (unstabilized gasoline) ditarik dengan pompa dan dipisahkan
menjadi dua aliran, yaitu: sebagai overhead reflux dan gasoline produk yang
kemudian dikirim ke Primary Absorber FLRS T-401. Overhead reflux dikontrol
oleh temperatur kontrol TIC-3 pada puncak secondary fractionator. Low pressure
vapour (wet gas) dari distillate drum FC D-7 ditransfer ke Wet Gas Compressor
FLRS C-101 dan akan dipisahkan kondensatnya di vessel compression suction
drum FLRS D-401. Tekanan Main Fractionator dikontrol oleh PIC-1 yang dipasang
pada Wet Gas Line.

3.2.3.3. Seksi light ends


Flue gas yang berasal dari FLRS D-401 diisap dengan menggunakan wet
gas compressor C-101 dan dimasukkan ke vessel interstage receiver (FLRS D-402).
Sebagian gas keluaran compressor stage satu disalurkan ke inlet partial condenser
FC E-4 untuk mengatur pressure balance reaktor. Outlet gas dari FLRS D-402
dengan temperatur 38C dan tekanan 3,72 kg/cmg dihisap oleh compressor stage
dengan temperatur 110C dan tekanan 15 kg/cmg kemudian bergabung dengan
aliran-aliran:
1) Overhead kolom stripper FLRS T-403.
2) Bottom product kolom primary Absorber FLRS T-401.
3) Wash water dari bottom vessel FLRS D-402.

Gabungan keempat aliran tersebut dengan temperatur 72C sebelum masuk


ke high vessel pressure receiver FLRS D-404 didinginkan terlebih dahulu dengan
Air Fan Cooler FLRS E-401 (temperatur outlet 56C) dan Cooler FLRS E-402
hingga diperoleh temperatur akhir 38C. Gas dari vessel FLRS D-404 dengan
temperatur 38C dan tekanan 14,7 kg/cmg, diumpankan ke primary absorber
FLRS T-401 dengan menggunakan naphtha dari distillate drum FC D-7 sebagai
absorber. Gas dari overhead kolom Primary Absorber FLRS T-401 selanjutnya
dimasukkan ke Sponge absorber FLRS T-402. Sebagai absorber digunakan Lean
Oil (dari secondary fractionator). Liquid dari vessel FLRS D-404 dialirkan dengan
pompa menuju ke kolom stripper FLTR T-403. Sebelum masuk kolom fluida
tersebut dipanaskan terlebih dahulu di HE FLRS E-406 hingga temperaturnya
menjadi 61C.
Bottom dari kolom stripper FLRS T-403 dengan temperatur 122C dan
tekanan 12 kg/cmg, diumpankan ke kolom debutanizer FLRS T-102 untuk
dipisahkan antara LPG dan naphtha. Umpan tersebut masuk ke kolom Debutanizer
dipanaskan dulu oleh HE FLRS E-106 hingga temperatur 126C. Untuk
kesempurnaan pemisahan maka pada bottom kolom debutanizer dipasang reboiler
FLRS E-107 sehingga temperatur bottom adalah 173C. Overhead dari kolom
debutanizer FLRS T-102 dengan tekanan 11 kg/cmg dan temperatur 65C
didinginkan dengan kondenser parsial FLRS E-108 dan ditampung di akumulator
FLRS D-103. Fluida akumulator tersebut sebagian digunakan sebagai reflux dan
sebagian lainnya didinginkan lagi, lalu dialirkan ke stabilizer feed drum LS D-1.
Bottom dari stabilizer feed drum LS D-1 diumpankan ke kolom stabilizer LS
T-1 dengan temperatur 78C. Overhead product dari kolom stabilizer LS T-1
didinginkan dan ditampung di akumulator LS D-2 dengan kondisi tekanan 19,6
kg/cmg dan temperatur 52C. Gas yang tidak terkondensasi kemudian digunakan
sebagai fuel gas, sedangkan liquid yang terbentuk (Propane Propylene) digunakan
sebagai reflux dan sebagai umpan untuk unit polypropylene. Bottom product dari
kolom stabilizer LS T-1 yaitu C4 akan di treating lebih lanjut.
Untuk mempertajam pemisahan, bottom dari LS T-1 ditarik dengan pompa
LS P-2 AB dimasukkan ke reboiler LS E-6 untuk memperoleh pemanasan, agar
fraksi propane propylene dapat naik puncak menara. Sebagian aliran dari bottom
menara adalah fraksi LPG (C4 dan derivatnya) setelah didinginkan di Cooler LS E-5
AB dialirkan ke merichem LPG treater untuk dicuci dengan soda kaustik agar
senyawa belerang dalam LPG dapat dihilangkan atau diturunkan.

3.2.3.4. Seksi treating


RFCCU terdapat dua unit treating, yaitu: LPG treating dan cat Naphtha
treating. Secara harfiah treating dapat diartikan mencuci. Proses treating yang ada
di RFCCU dikenal dengan teknologi Merox Treating (Mercaptan Oxidation
Treater). Pada dasarnya unit treating berfungsi untuk mencuci produk LPG dan Cat
Naphtha agar kandungan belerang (senyawa sulfur) dapat dihilangkan atau
diturunkan sampai dengan batas spesifikasi yang diizinkan. Senyawa sulfur adalah
adalah unsur pengotor (impurities) yang tidak dikehendaki keberadaannnya di
dalam produk karena sifat korosifnya yang sangat tinggi, sehingga akan merusak
peralatan baik di dalam tanki timbun maupun didalam penggunaan sehari-hari.
a) Naphtha Treating
Tujuan dari naphtha treating adalah untuk menghilangkan senyawa
sulfur dengan jalan mengekstraksi senyawa H2S dan mengoksidasi senyawa
merkaptan (RSH) yang ada dalam produk naphtha (gasoline) dengan spesifikasi:
Doctor test = Negative
Copper strip = 1A
Sedangkan spesifikasi dari soda kaustik adalah sebagai berikut:
a) Konsentrasi NaOH = 5-6 % wt
b) Derajat Boume = 10-12 Be
Umpan cat naphtha sejumlah 12.500 BPSD dialirkan dari bottom menara
FLRS T-102 (Debutanizer tower) ke Fiber Film Contractor yang bercampur dengan
caustic soda yang disirkulasikan. Pada fiber film contractor akan terjadi proses
ekstraksi H2S. Sebelum masuk fiber film contractor, gasoline disaring terlebih
dahulu di strainer FC A-704 untuk menghilangkan partikel berukuran lebih besar
dari 150 mikron. Udara diinjeksi pada up-stream pada fiber film contractor melalui
sebuah alat yang yang didesain khusus untuk mengatur aliran udara. Campuran
gasoline dan caustic soda selanjutnya dialirkan ke vessel V-701 untuk dipisahkan
antara gasoline dan caustic soda. Poduk gasoline selanjutnya dialirkan ke tanki
penimbunan sedangkan caustic soda ditarik pompa FC P-705 disirkulasikan
kembali ke fiber film contractor. Secara rutin katalis cobalt pthalo cyanine sejumlah
0,1 kg/hari diinjeksikan pada proses gasoline treating yang bertujuan untuk
mempercepat proses reaksi dan dipersyaratkan perbandingan sirkulasi soda kaustik
dengan umpan gasoline adalah 1:5.
b) LPG Treating
LPG treating mempunyai tujuan sama seperti Gasoline Treating, yaitu untuk
menghilangkan atau mengurangi senyawa belerang (sulfur) yang ada dalam produk
LPG. LPG yang dialirkan ke proses treating dengan menggunakan teknologi Merox
(Mercaptan Oxidation) ini sebanyak 3300 BPSD.
Tahapan operasi LPG treating diantaranya, yaitu hidrolisa dan ekstraksi
asam sianida (H2S) menggunakan larutan caustic soda dengan aliran searah (Co-
Current), ekstraksi merkaptan (RSH) dan ekstraksi thiolex secara terus menerus.
Setiap tahap ekstraksi thiolex menggunakan/mempunyai sistem generasi, regenerasi
dan pemakaian kembali caustic yang mengandung merkaptan dengan cara
mengoksidasi merkaptan menjadi disulfide (DSO) yang dilanjutkan dengan
penghilangan DSO dari caustic menggunakan solvent yang berlangsung di Solvent
Wash Separator pada LPG treating juga dibutuhkan katalis Cobalt Phtalo Cyanine
yang berfungsi untuk mempercepat terjadinya reaksi treating.

3.2.3.5. Seksi FGC (Flue Gas Cooler)


FGC pada unit FCC sebagai unit Heat Recovery, digunakan untuk
pembuatan HHP steam dengan tekanan 43 kg/cmg (produk aktual sebesar 449,78
ton/hari) dan temperatur 388C. Pada unit FCC ada tiga buah FGC antara lain:
a) FGC 1 memanfaatkan flue gas dari regenerator (produk aktual sebesar 280

ton/jam).
b) FGC 2 memanfaatkan gas buang dari hasil pembakaran di turbin RGT
(produk aktual 87,7 ton/jam).
c) FGC 3 memanfaatkan gas buang dari hasil pembakaran di turbin EGT Main
Air Blower (produk aktual 82,08 ton/hari)

3.2.4. Peralatan Unit FCCU


3.2.4.1. Reaktor
Reaktor berfungsi sebagai tempat kontak atau reaksi antara katalis dan
crude, dimana uap hasil perengkahan akan diproses lebih lanjut di menara Main
Primary Fractionator.

3.2.4.2. Regenerator
Alat ini berfungsi sebagai tempat untuk mengaktifkan kembali katalis yang
telah digunakan pada proses reaksi perengkahan di reaktor dengan cara membakar
karbon yang menempel pada permukaan katalis yang terikut ke generator karena
tidak terlepas saat stripping dengan steam di stripper reactor.

3.2.4.3. Menara Fraksionator


Alat ini berfungsi sebagai alat pemisah fraksi-fraksi minyak hasil
perengkahan di reaktor, dimana pemisah tersebut berdasarkan titik didihnya.

3.2.4.4. Was Gas Compressor


Alat ini berfungsi untuk menekan low pressure gas dari FC D-20 untuk
selanjutnya gas hasil pemampatan tersebut diolah lebih lanjut di light ends.

3.2.4.5. Menara Primary Absorber (FLRS T-401)


Alat ini berfungsi untuk menyerap fraksi berat dan ringan yang terbawa ke
puncak menara dengan bantuan MPA (Middle Pump Around).

3.2.4.6. Menara Sponge Absorber (FLRS T-402)


Alat ini berfungsi untuk menyerap fraksi berat dari puncak menara (T-401).
Disini sebagai media penyerap digunakan TPA (Top Pump Around).
3.2.4.7. Menara Stripper (FLRS T-403)
Alat ini berfungsi untuk memisahkan fraksi-fraksi ringan pada dasar menara
dengan menggunakan reboiler. Fraksi ringan berupa C1 dan C2 tidak boleh ada pada
dasar menara karena hal ini akan mengganggu kondisi operasi di menara
Debutanizer.

3.2.4.8. Menara Debutanizer (FLRS T-102)


Alat ini berfungsi untuk memisahkan fraksi-fraksi ringan berupa komponen
C3 dan C4 selanjutnya dikirim ke Depropanizer (Stabilizer III) sedangkan cracked
naphtha dari dasar menara dikirim ke tanki produk setelah melalui proses treating.

3.2.4.9. Menara Depropanizer


Alat ini berfungsi untuk memisahkan popane-propylene dengan butane-
butylene dan fraksi yang lebih berat. Propane-propylene sebagai hasil puncak
selanjutnya dikirim ke unit propylene Plaju. Butane-Butylene merupakan produk
bawah dari unit polypropylene selanjutnya dikirim ke tanki produk setelah di
treating.

3.2.4.10. Main Air Blower (MAB)


MAB berfungsi untuk menyediakan udara pembakaran untuk kebutuhan
regenerasi katalis di regenerator.

3.2.4.11. Control Air Blower (CAB)


CAB berfungsi untuk menyediakan udara untuk membantu sirkulasi
katalis dari reaktor ke regenerator.

3.2.4.12. Heat Exchanger (FC E-2 ABCD)


Merupakan alat untuk menaikkan temperatur fluida dingin (fresh feed).
Heat Exchanger yang digunakan adalah tipe shell and tube dengan arah yang
berlawanan (counter-current), dimana fluida dingin pada bagian shell adalah fresh
feed atau total feed, sedangkan fluida panas pada bagian tube adalah slurry oil dari
bottom menara fractionator.

3.2.5. Sour Water Stripper


Proses pengolahan crude oil menjadi bahan bakar akan menghasilkan
limbah cair yang mengandung sulfur, terlebih proses penginjeksian amoniak dan
zat-zat lain juga minyak tumpahan serta kebocoran yang terjadi selama proses
berlangsung, limbah cair tersebut merupakan sour water. Sour water tidak dapat
langsung dibuang ke lingkungan (sungai) karena mengandung asam sulfide dan
amoniak yang tinggi sehingga tidak sesuai dengan baku mutu lingkungan dan dapat
mencemari lingkungan.
Sour water stripper merupakan suatu proses pengolahan limbah cair (sour
water) yang dihasilkan dari kilang CDU, HVU, RFCCU di Pertamina untuk
menghilangkan kandungan amoniak dan asam sulfida. Proses yang digunakan di
dalam sour water stripper adalah distilasi sederhana. Sour water berasal dari CDU
II, CDU III dan CDU IV digabungkan ke dalam accumulator vessel pertama (V-61-
102), sour water dari CD V di accumulator vessel kedua (V-61-103) dan sour water
dari CD VI, HVU II dan FCCU di accumulator vessel ketiga (V-62-102). Selain
untuk menampung sour water dari masing-masing sumber, accumulator vessel
berfungsi sebagai pemisah antara hydrocarbon oil yang kemungkinan masih
terkandung di dalam sour water. Minyak yang terpisah dari sour water di
accumulator vessel disebut juga slop oil yang akan menjadi feed di CD VI
dipompakan oleh pompa P-61/62-103/105.
Sour water yang dihasilkan dari boiler dan MEROX bergabung dengan
aliran dari masing-masing vessel akumulator untuk masuk ke dalam storage tank.
Sour water dialirkan ke dalam sour water storage tank (T-63-001) dimana di dalam
tanki ini dipisahkan kembali minyak yang kemungkinan masih terkandung di dalam
sour water. Fungsi lain dari storage tank ini adalah sebagai buffer tank.
Kandungan minyak yang telah terpisah dari sour water dipompakan ke
PIT-63-002 dan sour water dipompakan oleh pompa P-63-001 A/B untuk masuk
ke dalam prefilter, proses yang terjadi di prefilter (S-63-001 A/B) yaitu unit
menyaring padatan yang kemungkinan masih terbawa di sour water. Tipe filter
yang digunakan adalah cartridge.
Selanjutnya masuk kedalam coalescer (S-63-002 A/B) yang mana di
dalam coalescer ini dilakukan kembali pemisahan antara sour water dengan
minyak, karena kandungan minyak yang diizinkan untuk masuk ke dalam sour
water stipper maksimum 50 ppm. Parameter yang menjadi sorotan di prefilter dan
coalescer adalah differential pressure. Untuk mengurangi beban pemanasan di
unit SWS dilakukan pemanasan awal (preheater) oleh dua heat exchanger (E-001
A/B) yang memanfaatkan panas dari bottom produk SWS.
Setelah dilakukan pre-treatment, sour water diproses di SWS. SWS
berfungsi untuk memisahkan NH3 dan H2S dari sour water. Prinsip kerja SWS
yaitu distilasi dengan proses pemisahan NH3 dan H2S sour water berdasarkan
perbedaan titik didih dimana NH3 dan H2S akan menguap menjadi top product
sedangkan stripped water yang menjadi bottom produk. Stripped water dari
bottom stripper dialirkan ke reboiler dengan media pemanas berupa steam dengan
tekanan 8 kg/cm2 untuk dipanaskan sehinggga uap hasil pemanasan di reboiler
yang dikembalikan ke stripper akan kontak dengan sour water sehingga NH3 dan
H2S terlepas dari sour water.
Untuk menjaga temperatur kolom stripper maka sebagian air jenuh yang
mendekati titik didih dari air dialirkan ke reflux cooler (ACHE) melalui side
reflux pump (P-63-002 A/B). Selanjutnya terjadi proses pendinginan side reflux di
reflux cooler (E-63-001). Hasil proses pendingianan terebut selanjutnya dialirkan
kembali ke kolom stripper (C-63-001) melalui side stream.
Kandungan uap air yang terikut di top product SWS mengalir ke acid
knock out drum (V-63-003). Acid knock out drum berfungsi untuk memisahkan
uap air yang masuk ke dalam flare (FL-61-101) yang akan mengakibatkan
terganggunya proses pembakaran gas di flare. Uap hasil proses pemisahan di acid
knock out drum akan menjadi kondensat yang akan dialirkan menuju drain
header yang selanjutnya dialirkan ke drain drum. Air yang terkumpul di drain
drum dapat dikembalikan sebagai feed di stripper atau langsung dialirkan sebagai
influent ke PET-SET.
Panas dari bottom produk yang berupa stripped water sebelum memasuki
pengolahan selanjutnya di PET-SET dimanfaatkan terlebih dahulu untuk
memanaskan feed yang akan diproses di SWS. Setelah pemanfaatan panas
tersebut stripped water dipompakan oleh pompa (P-63-003 A/B) menuju PET-
SET system.

Anda mungkin juga menyukai