Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN KAYU

KAYU LAPIS

OLEH:

NAMA : ABDUL RAHMAN WAHID


NIM : M111 11 333
KELOMPOK/KELAS : 3/C

LABORATORIUM SIFAT DASAR DAN TEKNOLOGI KIMIA HASIL HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Plywood atau sering disebut tripleks adalah sejenis papan
pabrikan yang terdiri dari lapisan kayu (veneer kayu) yang direkatkan
bersama-sama. Plywood merupakan salah satu produk kayu yang paling
sering digunakan. Plywood bersifat fleksibel, murah, dapat dibentuk, dapat
didaur ulang, dan tidak memiliki teknik pembuatan yang rumit. Plywood
biasanya digunakan untuk menggunakan kayu solid karena lebih tahan retak,
susut, atau bengkok (Wikipedia, 2013).

Lapisan plywood (yang biasa disebut veneer) direkatkan bersama dengan


sudut urat (grain)yang disesuaikan untuk menciptakan hasil yang lebih kuat.
Biasanya lapisan ini ditumpuk dalam jumlah ganjil untuk mencegah
terjadinya pembelokan (warping) dan menciptakan konstruksi yang
seimbang. Lapisan dalam jumlah genap akan menghasilkan papan yang tidak
stabil dan mudah terdistorsi. Saat ini plywood tersedia dalam berbagai
ketebalan, mulai dari 0.8 mm hingga 25 mm dengan tingkat kualitas yang
berbeda-beda(Wikipedia, 2013).

Adapun proses pembuatan kayu lapis secara garis besar yaitu, dimulai
dengan tahap seleksi log kemudian perlakuan awal pada log berupa
pemanasan log (dengan air panas, uap panas, uap panas bertekanan tinggi,
listrik, memaksa air/uap panas masuk dari arah longitudinal, Pengupasan.,
Penyortiran vinir dimana vinir dipisahkan antara yang rusak dengan yang
tidak, Pengeringan Vinir, Perekatan, Pengempaan, dan terakhir
Pengkondisian (Anonim, 2013).

Tahapan-tahapan pembuatan kayu lapis diatas memungkinkan


terjadinya beberapa kelainan pada kayu lapis seperti cacat teknis yakni cacat
yang terjadi atau terdapat pada kayu lapis yang disebabkan oleh faktor teknis
atau proses pengolahan. Selain itu terdapat juga cacat alami yang terjadi
karena terdapat cacat bawaan dari bahan baku. Berbagai bentuk kelainan ini
kemudian mengakibatkan penurunan mutu dari kayu lapis berdasarkan
standar uji yang ada( dephut, 2013).
Olehnya perlu dilakukan pengujian standar uji pada kayu lapis untuk
mengetahui kualitas dari kayu lapis setelah proses pengolahan.

Tujuan

Tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu untuk mengetahui kualitas


dari kayu lapis berdasarkan standar uji SNI 01-5008-2-2000, meliputi uji
dimensi, uji mutu penampilan, uji kadar air dan uji keteguhan rekat.

BAB II

Metode praktikum

A. Waktu dan tempat


Praktikum ini diksanankan pada tanggal 15 Maret 2013 pukul 16.00
sampai 17.30 WITA bertempat di Laboratorium Sifat Dasar dan Teknologi
Kimia Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin Makassar.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini berupa:

1. Roll meter

2. Mikrometer sekrup

3. Kaca Pembesar

4. Kaliper

5. Timbangan

6. Penangas Air

7. Mistar

8. Cutter
Bahan :

1. Tripleks ukuran 122 x 244

2. SNI 01-5008-2-2000

C. Prosedur Kerja
1. Uji Dimensi
2. Uji Penampilan
3. Uji Kadar Air
4. Uji keteguhan rekat
Seleksi Log
Log yang akan dipergunakan sebagai kayu lapis diseleksi mulai dari ukuran,
bentuk, dan kondisinya terhadap cacat-cacat yang masih diperbolehkan.

Perlakuan awal pada log


Perlakuan awal ini ditujukan untuk memudahkan dalam proses pengupasan
log, terutama untuk kayu yang memiliki kerapatan tinggi. Beberapa
perlakukan awal pada log diantaranya adalah pemanasan log (dengan air
panas, uap panas, uap panas bertekanan tinggi, listrik, memaksa air/uap
panas masuk dari arah longitudinal. Haygreen dan Bowyer (1993) dan
Tsoumis (1991) mengemukakan beberapa keuntungan dari pemanasan log
diantaranya adalah terjadi peningkatan rendemen sebesar 3-
5%, peningkatan kualitas vinie (ketebalan lebih seragam, permukaan lebih
halus, retak akibat pengupasan dapat dikurangi), pengurangan biaya
pengolahan, pengurangan pemakaian jumlah perekat, mengurangi perbedaan
kadar air kayu gubal dan kayu teras, memperbaiki warna kayu, membunuh
jamur dan serangga perusak kayu.

Pengupasan
Tsoumis (1991) mengemukakan bahwa ada tiga metode pengupasan vinir
yaitu: (1) Rotary cutting / pelling, (2) Slicing / sayat, (3)Sawing. Prose
spelling memproduksi lembaran vinir yang kontinyu,
sedangkan slicing memproduksi lembaran vinir yang
terputus.Pelling kebanyakan dipergunakan dalam pembuatan kayu lapis
tipe ordinary sedangkan slicing untuk fancy plywood. Vinir yang diproduksi
dengan proses rotary cutting menghasilkan dua sisi yaitu: sisi luar (tight
side) dan sisi dalam (loose side). Bagian loose sideini merupakan bagian yang
terdapat retak akibat pengupasan yang dikenal dengan leathe check.

Penyortiran vinir
Kegiatan ini dilakukan untuk menseleksi vinir setelah proses pengupasan,
vinir dipisahkan antara yang rusak dengan yang tidak, serta vinir untuk
bagian face dan core.

Pengeringan Vinir
Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi kadar air vinir
sehingga dapat menghindarkan terjadinya blister pada kayu lapis setelah
dilakukan pengempaan panas. Tsoumis (1991) mengemukakan bahwa
temperature dalam pengeringan vinir sekitar 60-180C tergantung pada jenis
kayu, kadar air awalnya, ketebalan vinir.
Perekatan
Aplikasi pelaburan perekat pada kayu lapis dapat dilakukan dengan
cara roller coater, curtain coater, spry coater, atau liquid and foam
extruder (Youngquist, 1999). Perekat yang dapat dipergunakan dalam
pembuatan kayu lapis antara lain Phenol Formaldehyde (PF),Urea
Formaldehyde (UF), Melamine Urea Formaldehyde (MUF), Polyurethan and
Isocyanat (Vick, 1999). Tsoumis (1991) mengemukakan bahwa berat labur
(jumlah perekat yang dipersiapkan per satuan luar permukaan vinir) antara
100-500 g/m2 tergantung dari beberapa faktor seperti jenis kayu, jenis
perekat serta cara pelaburannya.

Pengempaan
Menurut Tsoumis (1991) pengempaan dikelompokkan menjadi 2 (dua)
yaitu: hot press (kempa panas) dan cold press (kempa dingin). Sebagian
besar kayu lapis diproduksi dengan menggunakan kempa panas. Besarnya
tekanan berkisar antara 100-250 psi tergantung pada kerapatan kayunya.
Untuk jenis kayu berkerapatan rendah (100-150 psi), untuk jenis kayu
berkerapatan sedang (150-200 psi) serta untuk kayu berkerapatan tinggi
(200-250 psi). Besarnya temperatur pengempaan tergantung pada jenis
perekat yang digunakan. UF (120C) dan PF (150C). Kempa dingin dilakukan
apabila perekat yang dipakai adalah perekat alami atau perekat sintetik yang
mengeras pada suhu ruang. Besarnya tekanan pada pengempaan dingin
berkisar antara 150-350 psi tergantung kerapatan kayu. Penggunaan
pengempaan dingin (tekanan mekanik atau klem) sulit untuk mendapatkan
keseragaman ketebalan pada kayu lapis yang dibuat.

Pengkondisian
Pengkondisian dilakukan bertujuan untuk mengurangi sisa tegangan akibat
proses pengempaan serta menyesuaikan dengan kondisi lingkungan.
Biasanya dilakukan selama 1-2 minggu.
DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia.2013. Plywood. http://id.wikipedia.org/wiki/Plywood diakses


pada tanggal 22 Mei 2013

Anonim. 2013. Proses Pembuatan Kayu Lapis Plywood


http://bangunansuryabaru. blogspot .com/2012/08/proses-
pembuatan-kayu-lapis-plywood.html. diakses pada tanggal 22 Mei 2013

Anonim. 2013. Cacat pada kayu lapis.


http://zulkar923.blogspot.com/2013/02/cacat-pada-kayu-lapis.html .
diakses pada tanggal 22 Mei 2013

Dephut.2013 . Standardisasi dan Lingkungan


Kehutanan .http://www.dephut.go.id
/Halaman/STANDARDISASI_&_LINGKUNGAN_KEHUTANAN/SNI/l-
pbpu.htm diakses pada tanggal 22 Mei 2013
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN KAYU

PAPAN PARTIKEL TANPA PEREKAT

OLEH:

NAMA : ABDUL RAHMAN WAHID


NIM : M111 11 333
KELOMPOK/KELAS : 3/C

LABORATORIUM SIFAT DASAR DAN TEKNOLOGI KIMIA HASIL HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Tujuan
BAB II
METODE PRAKTIKUM

1. Waktu dan Tempat

2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini berupa :
a. Plat Besi
b. hammer mill
c. stopwatch
d. wadah plastik
e. kain kasa
f. alat kempa panas (hot press)
g. cetakan ukuran 30 cm x 30 cm x 10 cm,
h. saringan 20 mesh, 60 mesh
i. sprayer
j. sarung tangan
k. desikator
l. timbangan digital dengan ketelitian 0,01 g
m. plat besi ukuran 40 cm x 40 cm x 0,5 cm
n. stik besi ukuran 1 cm x 1 cm x 35 cm
o. alat tulis menulis.

Bahan yang digunakan pada praktikum ini berupa


a. Bahan berglignoselulosa (gmelina)
b. Air
c. H2O2
d. FeSO4
3. Prosedur Kerja

1. Siapkan partikel kering udara

2. Keringkan sampai kadar air 10-12 %


3. Kemudian timbang bahan;
a. Tentukan ukuran papan yaitu 30 cm x 30 cm x 1 cm = 900 cm3
b. Kerapatan 0,75 g/cm3
c. Berat bahan yaitu 0,75 x 900 = 675 gram
d. Allowance papan yaitu 10% dari berat bahan = 10% x 675
gram = 67.5 gram
Jadi, bahan yang digunakan sebanyak 742.5 gram.
4. Timbang H2O2 sebanyak 15% dari berat kayu yaitu 15% x 742.5 g =
111.375 gram (H2O2 dengan konsentrasi 50%)
5. Kemudian timbang FeSO4 sebanyak 7,5% dari berat H2O2 yaitu 7,5%
x 111, 375 gram = 8,35 gram (FeSO4 dengan konsentrasi 10%).
6. Partikel kering udara di semprot dengan FeSO4 lalu di semprot
dengan H2O2
7. Biarkan selama 30 menit
8. Partikel teroksidasi kemudian dibuat lembaran dalam cetakan
kemudian kempa panas (press) dengan suhu 1800C dengan waktu
selama 15 menit dengan tekanan 25 kgf/cm2
9. Kondisikan selama 2 minggu
10. Potong sesuai dengan ukuran pengujian
11. Uji sifat fisik dan mekanik di laboratorium
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
B. Pembahasan
BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan


bahwa
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai