KAYU LAPIS
OLEH:
A. Latar Belakang
Plywood atau sering disebut tripleks adalah sejenis papan
pabrikan yang terdiri dari lapisan kayu (veneer kayu) yang direkatkan
bersama-sama. Plywood merupakan salah satu produk kayu yang paling
sering digunakan. Plywood bersifat fleksibel, murah, dapat dibentuk, dapat
didaur ulang, dan tidak memiliki teknik pembuatan yang rumit. Plywood
biasanya digunakan untuk menggunakan kayu solid karena lebih tahan retak,
susut, atau bengkok (Wikipedia, 2013).
Adapun proses pembuatan kayu lapis secara garis besar yaitu, dimulai
dengan tahap seleksi log kemudian perlakuan awal pada log berupa
pemanasan log (dengan air panas, uap panas, uap panas bertekanan tinggi,
listrik, memaksa air/uap panas masuk dari arah longitudinal, Pengupasan.,
Penyortiran vinir dimana vinir dipisahkan antara yang rusak dengan yang
tidak, Pengeringan Vinir, Perekatan, Pengempaan, dan terakhir
Pengkondisian (Anonim, 2013).
Tujuan
BAB II
Metode praktikum
1. Roll meter
2. Mikrometer sekrup
3. Kaca Pembesar
4. Kaliper
5. Timbangan
6. Penangas Air
7. Mistar
8. Cutter
Bahan :
2. SNI 01-5008-2-2000
C. Prosedur Kerja
1. Uji Dimensi
2. Uji Penampilan
3. Uji Kadar Air
4. Uji keteguhan rekat
Seleksi Log
Log yang akan dipergunakan sebagai kayu lapis diseleksi mulai dari ukuran,
bentuk, dan kondisinya terhadap cacat-cacat yang masih diperbolehkan.
Pengupasan
Tsoumis (1991) mengemukakan bahwa ada tiga metode pengupasan vinir
yaitu: (1) Rotary cutting / pelling, (2) Slicing / sayat, (3)Sawing. Prose
spelling memproduksi lembaran vinir yang kontinyu,
sedangkan slicing memproduksi lembaran vinir yang
terputus.Pelling kebanyakan dipergunakan dalam pembuatan kayu lapis
tipe ordinary sedangkan slicing untuk fancy plywood. Vinir yang diproduksi
dengan proses rotary cutting menghasilkan dua sisi yaitu: sisi luar (tight
side) dan sisi dalam (loose side). Bagian loose sideini merupakan bagian yang
terdapat retak akibat pengupasan yang dikenal dengan leathe check.
Penyortiran vinir
Kegiatan ini dilakukan untuk menseleksi vinir setelah proses pengupasan,
vinir dipisahkan antara yang rusak dengan yang tidak, serta vinir untuk
bagian face dan core.
Pengeringan Vinir
Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi kadar air vinir
sehingga dapat menghindarkan terjadinya blister pada kayu lapis setelah
dilakukan pengempaan panas. Tsoumis (1991) mengemukakan bahwa
temperature dalam pengeringan vinir sekitar 60-180C tergantung pada jenis
kayu, kadar air awalnya, ketebalan vinir.
Perekatan
Aplikasi pelaburan perekat pada kayu lapis dapat dilakukan dengan
cara roller coater, curtain coater, spry coater, atau liquid and foam
extruder (Youngquist, 1999). Perekat yang dapat dipergunakan dalam
pembuatan kayu lapis antara lain Phenol Formaldehyde (PF),Urea
Formaldehyde (UF), Melamine Urea Formaldehyde (MUF), Polyurethan and
Isocyanat (Vick, 1999). Tsoumis (1991) mengemukakan bahwa berat labur
(jumlah perekat yang dipersiapkan per satuan luar permukaan vinir) antara
100-500 g/m2 tergantung dari beberapa faktor seperti jenis kayu, jenis
perekat serta cara pelaburannya.
Pengempaan
Menurut Tsoumis (1991) pengempaan dikelompokkan menjadi 2 (dua)
yaitu: hot press (kempa panas) dan cold press (kempa dingin). Sebagian
besar kayu lapis diproduksi dengan menggunakan kempa panas. Besarnya
tekanan berkisar antara 100-250 psi tergantung pada kerapatan kayunya.
Untuk jenis kayu berkerapatan rendah (100-150 psi), untuk jenis kayu
berkerapatan sedang (150-200 psi) serta untuk kayu berkerapatan tinggi
(200-250 psi). Besarnya temperatur pengempaan tergantung pada jenis
perekat yang digunakan. UF (120C) dan PF (150C). Kempa dingin dilakukan
apabila perekat yang dipakai adalah perekat alami atau perekat sintetik yang
mengeras pada suhu ruang. Besarnya tekanan pada pengempaan dingin
berkisar antara 150-350 psi tergantung kerapatan kayu. Penggunaan
pengempaan dingin (tekanan mekanik atau klem) sulit untuk mendapatkan
keseragaman ketebalan pada kayu lapis yang dibuat.
Pengkondisian
Pengkondisian dilakukan bertujuan untuk mengurangi sisa tegangan akibat
proses pengempaan serta menyesuaikan dengan kondisi lingkungan.
Biasanya dilakukan selama 1-2 minggu.
DAFTAR PUSTAKA
OLEH:
A. Latar Belakang
B. Tujuan
BAB II
METODE PRAKTIKUM
A. Hasil
B. Pembahasan
BAB IV
KESIMPULAN