Oleh
Dina Amraini
A34104024
Aplikasi zat pengatur tumbuh (ZPT) merupakan salah satu upaya yang
dilakukan untuk meningkatkan produktivitas padi. Zat pengatur tumbuh dewasa
ini sudah banyak dimanfaatkan untuk meningkatkan hasil pertanian termasuk padi
dengan sasaran utama untuk meningkatkan mutu hasil. Sekarang ini produsen
pestisida juga menghasilkan produk yang mempunyai efek zat pengatur tumbuh
seperti pestisida dengan bahan aktif Fipronil dan Metiram sehingga diharapkan
mempunyai efek ganda. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh aplikasi
ZPT dengan bahan aktif Fipronil dan Metiram terhadap pertumbuhan, hasil dan
mutu hasil padi sawah.
Aplikasi ZPT dengan bahan aktif Fipronil dan Metiram dengan berbagai
dosis perlakuan berpengaruh secara nyata terhadap jumlah anakan pada 4 MST
dan 5 MST. Berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah anakan pada saat 6 MST
dan juga terhadap persentase gabah hampa. Komponen pengamatan lainnya yang
juga cenderung dipengaruhi oleh aplikasi ZPT dengan bahan aktif Fipronil dan
Metiram adalah Bagan Warna Daun tanaman pada umur 6 MST, panjang malai,
dan rendemen beras giling.
Oleh
Dina Amraini
A34104024
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Tanggal lulus :
RIWAYAT HIDUP
Segala puji hanya bagi Allah Rabb semesta alam atas limpahan Rahmat,
Taufik dan HidayahNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih sedalam-
dalamnya kepada :
1. Kedua orang tua, kakak (Muharni & Eti Ningsih) dan adik
(Muhammad Arif) yang telah memberikan kasih sayang, cinta dan
pengorbanan. Semoga pengorbanan ini tidak sia-sia dan mendapat
balasan yang sebaik-baiknya dari Allah SWT.
2. Dr. Ir. Sugiyanta, MSi yang telah memberikan banyak masukan,
bimbingan, pengarahan dan pelajaran hidup kepada penulis.
3. Dr.Ir. Ahmad Junaedi MSi dan Ir. Heni Purnamawati MSc.Agr selaku
penguji atas kritik dan sarannya untuk penyempurnaan penulisan skripsi
ini.
4. Dosen dan Staf pengajar Fakultas Pertanian IPB atas ilmu yang
diberikan kepada penulis.
5. Ibu Hj. Yusna M. yang telah rela berkorban demi kelancaran studi
penulis.
6. Ir. Zamri Zamta dan keluarga atas bantuan, masukan dan semua
pengorbanan yang telah diberikan kepada penulis.
7. My Sister Rika Putri, Restu Puji M., Desty Dwi, Via Y., Tri Utami N.,
Anggorowati, Devi Andayani dan Beeers atas bantuan, masukan dan
kebersamaannya.
8. LAZ Al Hurriyyah IPB, PPA, PT. Mitra Multi Mulya dan Pemda
Limapuluh Kota atas bantuan finansial kepada penulis dalam
menyelesaikan studi.
9. Tiran 41, teman-teman DKM Al Fallah BDP IPB periode 2004/2005,
teman-teman FKRD periode 2005/2006, pengurus Himagron 2006/2007
atas perhatian, dukungan dan doanya.
10. Bi Acih, Pak Anjay, A Amar dan Bapak Suhaya (Karawang) atas
bantuannya selama penelitian.
11. Teman-teman agronomi angkatan 41 atas bantuan, kebersamaan dan
keceriaan yang telah kalian berikan.
12. DRQers dan Elganters, thanks atas perhatian dan doanya.
13. Bapak Asep Syaifudin dan keluarga serta pemerintahan Desa Gekbrong,
Cianjur atas bantuan selama KKP
14. Teman-teman KKP Desa Gekbrong, Cianjur (Retno, Khrisna, Widya,
Isa dan Dila)
15. Kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian studi ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
TINJAUAN PUSTAKA 3
Karakteristik Varietas.................... 3
Zat Pengatur Tumbuh 3
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 26
LAMPIRAN................................................................................................... 29
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1. Perlakuan ZPT yang Diaplikasikan.... 3
11. Selisih Anakan Total dan Anakan Produktif serta Kerapatan Malai.. 21
Lampiran
1. Deskripsi Padi Varietas Way Apo Buru 31
2. Data Iklim Bulan Agustus 2007 sampai Desember 2007 . 32
3. Rekapitulasi Sidik Ragam pada Berbagai Peubah Pengamatan 33
Nomor Halaman
Teks
1. Kondisi Umum Pertanaman saat 4 MST... 9
Lampiran
1. Denah Tata Letak Percobaan.....30
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebutuhan beras sebagai bahan pangan utama di Indonesia terus
meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan
konsumsi perkapita. Peningkatan jumlah penduduk ditandai dengan adanya
peningkatan laju pertumbuhan penduduk rata-rata 1.49% per tahun. Sementara itu,
menurut Deptan (2007) konsumsi beras di Indonesia mencapai
135 kg/kapita/tahun. Produksi beras di Indonesia tahun 2006 dan 2007
(November) secara berurutan adalah 33.6 juta ton dan 34.0 juta ton, sedangkan
konsumsi beras pada tahun yang sama adalah 35.55 juta ton dan 36.15 juta ton
(United State Department of Agriculture, 2007). Oleh sebab itu, kesenjangan
antara produksi dan konsumsi masih terjadi.
Namun upaya peningkatan produksi beras masih mengalami banyak
kendala seperti adanya serangan organisme pengganggu tanaman (OPT), anomali
iklim, adanya konversi lahan sawah dan belum diadopsinya teknologi oleh petani.
Hal tersebut dapat menurunkan produksi padi sehingga produksi beras juga akan
menurun.
Optimasi produktivitas padi di lahan sawah merupakan salah satu peluang
peningkatan produksi gabah nasional. Hal ini sangat dimungkinkan bila dikaitkan
dengan hasil padi pada agroekosistem ini masih beragam antar lokasi dan belum
optimal. Rata-rata produktivitas padi nasional tahun 2007 baru mencapai
4.7 ton/ha sementara potensinya dapat mncapai 6-8 ton/ha (BPS, 2008).
Oleh sebab itu, berbagai teknologi budidaya telah dikembangkan untuk
meningkatkan produktivitas padi sawah. Salah satu teknologi yang diterapkan
adalah aplikasi zat pengatur tumbuh (ZPT). Zat pengatur tumbuh merupakan
senyawa organik bukan nutrisi yang dalam konsentrasi rendah dapat mendorong,
menghambat atau secara kualitatif mengubah pertumbuhan dan perkembangan
tanaman (Widyastuti dan Tjokrokusumo, 2001).
Aplikasi ZPT pada tanaman dapat berpengaruh terhadap orientasi transpor
asimilat, penundaan senesen dan pembesaran sel (Wattimena, 1988). Efek aplikasi
ZPT pada suatu tanaman akan terlihat jelas jika kondisi tanaman sehat, kebutuhan
hara terpenuhi dan pemeliharaan yang baik. Tujuan utama pengaplikasian ZPT
terhadap tanaman padi adalah untuk meningkatkan kualitas/mutu hasil disamping
pertumbuhan dan hasil. Oleh sebab itu, aplikasi ZPT diharapkan dapat
meningkatkan pertumbuhan, produksi dan mutu hasil padi sawah. Zat yang
mempunyai efek zat pengatur tumbuh antara lain adalah ZPT dengan bahan aktif
Fipronil dan Metiram.
Tujuan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh ZPT dengan bahan
aktif Fipronil dan Metiram terhadap pertumbuhan, hasil dan mutu hasil padi
sawah (Oryza sativa L.).
Hipotesis
Aplikasi ZPT dengan bahan aktif Fipronil dan Metiram pada dosis tertentu
berpengaruh terhadap pertumbuhan, hasil dan mutu hasil padi sawah (Oryza
sativa L.).
TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Varietas
Tanaman padi (Oryza sativa L.) termasuk divisi Angiospermae, kelas
monokotil, famili Graminae dan subfamili Oryzae. Berdasarkan morfologinya,
padi dapat digolongkan menjadi tiga subspecies yaitu Indica, Japonica dan
Javanica. Sedangkan berdasarkan tingginya padi dapat digolongkan menjadi dua
yaitu padi tinggi (tinggi 1.7 m) dan padi pendek (tinggi 1 m) (Katayama, 1993).
Varietas-varietas yang ada di Indonesia umumnya termasuk subspecies
Indica yang disebut varietas cempo atau varietas cere. Adapun ciri varietas
cere antara lain adalah batangnya tipis, jumlah anakan banyak, daun silinder,
gabah berat dan hasil tinggi (Meulen, 1941). Selain itu, di Indonesia juga terdapat
varietas padi kelompok sub-Japonica atau Indo-Japonica yang lebih dikenal
dengan nama varietas bulu atau varietas gundil (Siregar, 1981).
Salah satu varietas padi yang banyak dikembangkan di Indonesia sekarang
ini adalah varietas Way Apo Buru yang dilepas pada tahun 1998. Way Apo Buru
termasuk varietas unggul golongan cere dengan umur 115-125 hari. Posisi
daunnya tegak sehingga lebih efektif dalam memanfaatkan sinar matahari.
Anakan produktifnya berkisar antara 15-18 batang, potensi hasil 5-8 ton/ha dan
bobot seribu butir 27-28 g ( Lesmana et al., 2004). Luas tanam Varietas Way
Apoburu tahun 2001 dan 2002 menempati peringkat kedua terluas yang
dibudidayakan di Indonesia. Namun tahun 2005 dan 2006 mengalami penurunan
hingga peringkat empat terluas tahun 2005 dan peringkat lima terluas tahun 2006.
Deskripsi varietas Way Apo Buru disajikan pada Tabel Lampiran 1.
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Rancangan Acak
Kelompok (RAK) dengan tiga ulangan.Denah tata letak percobaan disajikan pada
Gambar Lampiran1. Perlakuan merupakan faktor tunggal aplikasi ZPT dengan 10
taraf aplikasi dan volume semprot 400 l/ha seperti disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Perlakuan ZPT yang Diaplikasikan
Perlakuan Konsentrasi Dosis
ml/l.. ..ml/ha
P0 : Tanpa aplikasi ZPT - -
P1 : Fipronil 0.5 200
P2 : Fipronil 1.0 400
P3 : Fipronil 1.5 600
P4 : Fipronil 2.0 800
g/l... ..g/ha
P5 : Metiram 1.0 400
P6 : Metiram 2.0 800
P7 : Metiram 4.0 1 600
P8 : Metiram 6.0 2 400
ml/l ..ml/ha.
P9 : Difenokonazol 1.0 400
Perlakuan tanpa aplikasi ZPT sebagai kontrol dan aplikasi Difenokonazol
sebagai pembanding. Dosis aplikasi merupakan volume produk yang
diaplikasikan dalam satu hektar dari bentuk formula bukan bahan aktif. Satu
satuan percobaan adalah petakan sawah berukuran 6 m x 8 m sehingga luas total
lahan yang digunakan 1 440 m2.
Model linear aditif yang digunakan dalan percobaan ini adalah :
Yij = + i + j + e ij
Yij = hasil pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
= rataan umum
i = pengaruh perlakuan ke-i
j = pengaruh kelompok ke-j
e ij= pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
i = 0, 1, 2, , 9
j = 1, 2, 3.
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan dilakukan analisis
sidik ragam (uji F). Apabila hasil uji F menunjukan pengaruh yang nyata
selanjutnya dilakukan uji lanjut DMRT (Duncans Multiple Range Test) pada
taraf 5%.
Pelaksanaan
Tanah diolah sempurna dengan traktor dua kali dan dilumpurkan hingga
siap tanam. Penanaman dilakukan setelah bibit berumur 10 hari setelah sebar
(HSS) dengan 1 bibit per lubang tanam. Jarak tanam yang digunakan adalah jarak
tanam sistem legowo 2:1 (10 cm x 15 cm x 30 cm).
Penyulaman dilakukan pada 1 MST - 3 MST dengan menggunakan bibit
yang berumur sama dengan bibit yang ditanam sebelumnya. Pemupukan pertama
dilakukan pada 1 MST dengan dosis 100 kg/ha urea, 100 kg/ha SP-36 dan
100 kg/ha KCl. Pemupukan urea selanjutnya dilakukan pada 4 MST dan 6 MST
dengan dosis 75 kg/ha setiap aplikasi. Pemupukan dilakukan dengan cara top
dressing.
Penyiangan dilakukan sebelum pemupukan susulan secara manual dengan
membersihkan petakan-petakan sawah hingga bersih dari gulma. Aplikasi ZPT
dilakukan pada saat tanaman berumur 30 hari setelah tanam (HST) (anakan aktif)
dan 40 HST (fase primordia) dengan dosis sesuai perlakuan. Aplikasi dilakukan
dengan penyemprotan volume tinggi (400 l/ha) menggunakan knapsack sprayer.
Pemanenan dilakukan setelah memenuhi kriteria panen yaitu pada saat tanaman
berumur 108 HST.
Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada 5 tanaman contoh untuk satu satuan
percobaan. Peubah yang diamati adalah:
1. Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai daun tertinggi yang
diukur setiap minggu mulai dari 4 MST hingga 8 MST dan saat panen.
2. Jumlah anakan dihitung mulai dari 4 MST hingga 8 MST dan saat panen.
3. Bagan warna daun diamati dari 4 MST hingga 8 MST dengan cara melihat
warna daun yang sudah membuka dan membandingkannya dengan warna
yang ada pada bagan warna daun.
4. Jumlah anakan produktif yaitu anakan yang menghasilkan malai dalam
satu rumpun, dihitung saat panen.
5. Panjang malai diukur dari pangkal malai hingga ujung malai pada saat
panen.
6. Jumlah gabah per malai dihitung dari rata-rata lima malai yang diambil
dari tanaman contoh saat panen.
7. Hasil gabah basah dan gabah kering/rumpun, hasil gabah basah dan gabah
kering ubinan. Dugaan hasil gabah basah dan gabah kering/ha yang
dikonversi dari hasil gabah basah dan gabah kering ubinan.
8. Persen butir hijau mengapur, bobot 1000 butir, % gabah hampa, rendemen
beras giling dan rendemen beras kepala.
Perhitungan persen butir hijau mengapur, persen gabah hampa, rendemen
beras giling dan rendemen beras kepala menggunakan gabah kering giling (GKG)
tanpa pembersihan gabah terlebih dahulu. Penggilingan dilakukan dalam skala
laboratorium dengan sampel 300 g/satuan percobaan dengan menggunakan
Testing Husker Roll model TH-35 (husker), Satake Rice Machine (polisher) dan
Satake Drum Grader (grader).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kondisi Umum Pertanaman
Curah hujan selama penelitian berkisar antara 205.9 mm/bulan sampai
476.0 mm/bulan dengan hari hujan 12 sampai 31 hari dengan temperatur rata-rata
bulanan 26.20C sampai 27.50C (Tabel Lampiran 2.). Kondisi curah hujan tersebut
sesuai untuk pertanaman padi karena menurut kalasifikasi Oldeman tanaman padi
sawah membutuhkan curah hujan bulanan 200 mm/bulan (Handoko, 1995).
Menurut De Datta (1991), tanaman padi membutuhkan temperatur yang berbeda
pada fase pertumbuhan yang berbeda. Misalnya, pada fase perkecambahan
membutuhkan suhu optimum 180C - 400C, fase anakan 250C - 310C, saat antesis
300C - 330C.
Bibit ditanam pada saat 10 hari setelah semai dengan 1 bibit per lubang
tanam. Pada awalnya bibit muda yang ditanam tersebut mengalami stagnasi dan
tanaman kelihatan layu serta daunnya agak menguning. Minggu ketiga, tanaman
sudah bisa beradaptasi. Hal ini dapat dilihat dari kondisi tanaman yang tumbuh
dengan warna daun yang lebih hijau dari sebelumnya dan munculnya anakan.
Saat tanaman berumur 1 minggu setelah tanam (MST), tanaman diserang
hama keong mas (Pomacea canaliculata L.). Menurut Syam dan Wurjandari
(2003), keong mas merusak tanaman dengan cara memarut jaringan tanaman dan
memakannya, menyebabkan adanya bibit yang hilang di pertanaman. Waktu kritis
untuk mengendalikan keong mas adalah pada saat 10 hari setelah tanam pindah.
Setelah itu laju pertumbuhan tanaman lebih besar dari pada laju kerusakan oleh
keong mas. Keong mas dikendalikan dengan cara mengeringkan petakan sawah
dan memungut keong mas yang ada di petakan dan di sekitar petakan sawah.
Sebelum transplanting, lahan mengalami kekeringan akibat rusaknya saluran
irigasi sehingga tidak dapat memungut keong yang ada. Akibatnya walaupun
dilakukan penyulaman, tanaman yang tumbuh tidak sampai 100%. Kerusakan
diperkirakan sampai 2% dari total populasi. Hasil penenelitian Staf Universitas
Gajah Mada dan IRRI Jawa Tengah (2000) menunjukan bahwa jika terdapat
12 keong mas/2 m2 lahan maka dapat menyebabkan kerusakan 10.78% dan dapat
mengurangi hasil hingga 15%.
Untuk lebih jelasnya, kondisi pertanaman secara umum dapat dilihat pada
Gambar 1. berikut:
Tinggi Tanaman
Hasil pengamatan dan analisis statistik menunjukkan bahwa ZPT Fipronil
dan Metiram dengan dosis yang diaplikasikan tidak berpengaruh terhadap tinggi
tanaman. Tinggi tanaman pada aplikasi tidak berbeda nyata dengan tinggi
tanaman pada kontrol dan pembanding dari awal pengamatan hingga akhir
pengamatan. Pengaruh aplikasi ZPT Fipronil dan Metiram terhadap tinggi
tanaman dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Pengaruh Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh Fipronil dan Metiram
terhadap Tinggi Tanaman Padi Sawah
Jumlah Anakan
Aplikasi ZPT Fipronil dan Metiram berpengaruh nyata dalam
meningkatkan jumlah anakan padi sawah pada 4 MST dan 5 MST serta sangat
nyata saat tanaman berumur 6 MST seperti terlihat pada Tabel 4. Aplikasi 400 ml
Fipronil/ha terlihat meningkatkan rataan jumlah anakan pada 4, 5 dan 6 MST.
Sedangkan aplikasi Fipronil dengan dosis 600 ml/ha menghasilkan rataan jumlah
anakan yang nyata lebih banyak dibandingkan perlakuan tanpa aplikasi ZPT pada
saat 6 MST. Aplikasi Metiram dengan dosis 2 400 g/ha dapat meningkatkan
jumlah anakan padi pada saat 6 MST. Walaupun demikian aplikasi ZPT Fipronil
dan Metiram tidak berpengaruh terhadap jumlah anakan pada saat tanaman
berumur 7 MST hingga panen.
Tabel 4. Pengaruh Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh Fipronil dan Metiram
terhadap Jumlah Anakan Padi Sawah
Aplikasi ZPT Fipronil dengan dosis 400 ml/ha memiliki jumlah anakan
yang paling banyak diantara perlakuan ZPT Fipronil dosis lain yakni 16.0 anakan
pada 6 MST. Jumlah anakan juga dipengaruhi oleh aplikasi ZPT Metiram.
Perlakuan ZPT Metiram dengan dosis 1 600 g/ha dan 2 400 g/ha memiliki jumlah
anakan lebih banyak daripada kontrol. Tabel 4 di atas juga menggambarkan
bahwa jumlah anakan pada aplikasi Fipronil dan Metiram tidak berbeda nyata
dengan jumlah anakan pada pembanding.
Hasil Gabah/Rumpun
Perlakuan
Bobot Basah Bobot Kering
.....g.
Tanpa ZPT 33.6 25.3
200 ml Fipronil/ha 34.2 31.0
400 ml Fipronil/ha 33.6 30.0
600 ml Fipronil/ha 39.6 28.5
800 ml Fipronil/ha 30.3 26.6
400 g Metiram/ha 38.6 34.2
800 g Metiram/ha 41.0 36.2
1600 g Metiram/ha 32.2 26.2
2400 g Metiram/ha 38.9 32.5
400 ml Difenokonazol/ha 37.1 31.9
Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan
tidak berbeda nyata menurut uji DMRT taraf 5 %
Pengaruh ZPT Fipronil dan Metiram juga tidak terlihat terhadap hasil
gabah ubinan dan dugaan hasil gabah/ha seperti disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Pengaruh Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh Fipronil dan Metiram
terhadap Hasil Gabah Ubinan dan Dugaan Hasil Gabah/Ha
Peningkatan hasil terjadi pada dosis aplikasi 200 ml/ha dan 600 ml/ha
untuk Fipronil dan 400, 800 , 1 600 g/ha untuk dosis Metiram. Dosis 400 ml dan
800 ml Fipronil/ha serta 2 400 g Metiram/ha yang diaplikasikan justru dapat
menurunkan hasil. Persentase peningkatan gabah kering panen (GKP) tertinggi
diperoleh pada aplikasi 600 ml/ha untuk Fipronil dan 800 g/ha untuk Metiram.
Lain halnya dengan persentase peningkatan GKP, persentase peningkatan gabah
kering giling (GKG) tertinggi tecapai pada dosis aplikasi 600 ml/ha untuk Fipronil
dan 1 600 g/ha untuk Metiram.
Mutu Hasil
Butir Hijau Mengapur, Rendemen Beras Giling dan Rendemen Beras Kepala
Komponen mutu hasil gabah yang diamati adalah butir hijau mengapur,
rendemen beras giling dan rendemen beras kepala. Zat pengatur tumbuh Fipronil,
Metiram dan Difenokonazol terlihat memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
mutu giling gabah. Aplikasi ZPT Fipronil dan Metiram cenderung berpengaruh
secara nyata terhadap rendemen beras giling tetapi tidak nyata terhadap butir hijau
mengapur dan rendemen beras kepala. Secara rinci rata-rata hasil pengamatan dan
analisis statistik disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Pengaruh Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh Fipronil dan Metiram
terhadap Mutu Giling Gabah
Tabel 11. juga menunjukan bahwa rata-rata kerapatan malai pada semua
perlakuan relatif sama yaitu berkisar antara 4.77-5.54 butir gabah stiap 1 cm
malai.
Aplikasi ZPT Fipronil dan Metiram tidak berpengaruh nyata terhadap
bobot 1000 butir gabah. Namun aplikasi 400 g Metiram/ha menghasilkan jumlah
anakan produktif yang lebih banyak dibandingkan kontrol dan dosis aplikasi ZPT
lainnya. Demikian juga halnya dengan aplikasi 400 ml Fipronil/ha yang
menghasilkan bobot 1000 butir gabah yang lebih tinggi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa aplikasi ZPT Fipronil dan Metiram
berpengaruh sangat nyata terhadap persentase gabah isi. Dalam penelitian ini,
yang dihitung adalah persentase gabah hampa. Gabah hampa menurut Patiwiri
(2006) adalah bulir gabah yang tidak berkembang sempurna atau akibat serangan
hama, penyakit/sebab lain sehingga tidak berisi butir beras walaupun kedua
tangkup sekamnya tertutup maupun terbuka. Sehingga butir gabah setengah
hampa termasuk dalam butir hampa.
Persentase gabah hampa dapat ditekan sehingga persentase gabah isi
meningkat. Menurunnya persentase gabah hampa diduga akibat meningkatnya
kandungan klorofil dan aktivitas fotisintesis sehingga fotosintat yang dihasilkan
meningkat. Fotosintat yang lebih banyak dengan jumlah anakan produktif,
panjang malai dan jumlah gabah/malai yang relatif sama dapat meningkatkan
persentase gabah isi sehingga gabah hampa yang dihasilkan akan lebih sedikit
(Ishii, 1995). Gabah hampa dengan aplikasi ZPT Fipronil berkisar antara 11.37%
sampai 13.45% , Metiram 10.40% sampai 15.50% dan kontrol 20.20%.
Hasil padi dipengaruhi oleh komponen hasil yaitu jumlah malai (anakan
produktif), kerapatan malai, persentase gabah isi dan bobot 1000 butir gabah.
Komponen hasil tersebut berkorelasi positif dengan hasil. Artinya, semakin besar
atau tinggi komponen hasil maka hasil akan meningkat (De Datta, 1991).
Komponen hasil yang dipengaruhi oleh aplikasi ZPT Fipronil dan Metiram adalah
persen gabah isi dalam hal ini yang dihitung persen gabah hampa. Gabah hampa
pada perlakuan ZPT Fipronil dan Metiram nyata lebih kecil dari kontrol.
Turunnya persentase gabah hampa tidak serta merta meningkatkan hasil. Zat
pengatur tumbuh Fipronil dan Metiram dengan dosis yang diaplikasikan tidak
berpengaruh terhadap hasil baik hasil gabah/rumpun, hasil gabah ubinan maupun
dugaan hasil gabah/ha.
Besarnya persentase gabah hampa, penurunan bobot gabah/tanaman dan
bobot gabah ubinan dari bobot basah ke bobot kering disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12. Pengaruh ZPT Fipronil dan Metiram terhadap Gabah Hampa dan
Penyusutan Bobot
Kesimpulan
Aplikasi zat pengatur tumbuh Fipronil dan Metiram dengan berbagai dosis
perlakuan berpengaruh secara nyata terhadap jumlah anakan pada 4, dan 5 MST.
Berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah anakan pada 6 MST dan terhadap
persen gabah hampa. Berpengaruh cenderung nyata terhadap Bagan Warna Daun
pada 6 MST, panjang malai, dan rendemen beras giling.
Hasil percobaan menunjukan bahwa aplikasi ZPT Fipronil dan Metiram
menghasilkan jumlah anakan, bagan warna daun, dan rendemen beras giling lebih
tinggi dari kontrol. Gabah hampa yang dihasilkan pada aplikasi ZPT Fipronil dan
Metiram nyata lebih rendah dari kontrol. Panjang malai pada perlakuan ZPT
cenderung lebih pendek dari kontrol.
Secara statistik perlakuan Fipronil dan Metiram tidak nyata meningkatkan
hasil padi sawah, tetapi secara agronomi aplikasi 200 ml dan 400 ml Fipronil/ha
serta 400 g, 800 g, dan 1 600 g Metiram/ha dapat meningkatkan hasil hingga
23.64% untuk GKP dan 25.56% untuk GKG.
Saran
Fipronil dan Metiram dapat diaplikasikan pada padi sawah yang
mempunyai efek ganda yaitu sebagai pestisida dan zat pengatur tumbuh tanaman
dan terbukti dapat meningkatkan pertumbuhan, komponen hasil, dan mutu hasil
gabah. Fipronil dapat diaplikasikan dengan dosis 600 ml/ha sedangkan Metiram
dapat diaplikasikan dengan dosis 400g/ha sampai 1 600 g/ha.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. 1985. Dasar-Dasar Pengetahuan tentang Zat Pengatur Tumbuh.
Angkasa. Bandung.115 hal
Badan Pusat Statitika. 2008. Produksi dan Produktivitas Padi Nasional. URL:
http://www.bps.go.id. Diakses 3 Mei 2008
De Datta, S. K. 1981. Principle and Practices of Rice Production. John Wiley and
Sons, Inc. Canada. 617 p.
Handoko. 1995. Klimatologi Dasar. Dunia Pustaka Jaya. Jakarta. 192 hal.
Ishii, R. 1995. Photosynthesis, respiration and grain yield, p. 691-699. In: Takane
Matsuo et al. (eds.). Science of the Rice Plant (Volume Two) Physiology.
Food and Agriculture Policy Research Center. Tokyo.
Lestari, F. 2006. Pengaruh ZPT Giberelin terhadap Pertumbuhan dan Hasil serta
Mutu Gabah dan Beras. Skripsi. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.
Macmillan, J., R. L. Jones. 1984. Gibberellins, p. 21-47. In: M.B. Wilkins (Ed.).
Advanced Plant Physiology. Longman Singapore Publisher Pte Ltd.
Singapore.
Nonhebel, H.M., R.S. Bandurski.1984. Auxin, p. 1-16. In: M.B. Wilkins (Ed.).
Advanced Plant Physiology. Longman Singapore Publisher Pte Ltd.
Singapore.
Panda, B. M., Rath L.K., Dash D. 2004. Effect of fipronil on yellow stem borrer
scirpophaga incertulas walkers and certain plant growth parameters in rice.
Indian Journal Entomology. 66 (1):17-19.
Prasetiyo. 2002. Budidaya Padi Sawah TOT (Tanpa Olah Tanah). Kanisius.
Yokyakarta. 59 hal.
Staf Pusat Penelitian Tanah. 1983. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah. Hal 148.
dalam Ilmu Tanah. Edisi Baru. Akademika Pressindo. Jakarta. 286 hal.
Staf UGM and IRRI. 2000. Golden aple snail. IRRI. Central Java.
Syam, M. dan D. Wurjandari. 2003. Masalah Lapang Hama, Penyakit dan Hara
pada Padi. IRRI dan Balai Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.
Bogor. 71 hal.
Ulangan 2
P8 P2 P3 P7 P9 P6 P4 P0 P5 P1
Ulangan 3
P4 P8 P2 P6 P0 P3 P5 P9 P1 P7
Ulangan 1
Gambar Lampiran 1. Denah Tata Letak Percobaan
Keterangan :
P0 : Tanpa aplikasi ZPT
P1 : Fipronil dengan konsentrasi 0.5 ml/l air dan dosis satu kali aplikasi
200 ml/ha.
P2 : Fipronil dengan konsentrasi 1.0 ml/l air dan dosis satu kali aplikasi
400 ml/ha.
P3 : Fipronil dengan konsentrasi 1.5 ml/l air dan dosis satu kali aplikasi
600 ml/ha.
P4 : Fipronil dengan konsentrasi 2.0 ml/l air dan dosis satu kali aplikasi
800 ml/ha.
P5 : Metiram dengan konsentrasi 1.0 g/l air dan dosis satu kali aplikasi
400 g/ha.
P6 : Metiram dengan konsentrasi 2.0 g/l air dan dosis satu kali aplikasi
800 g/ha.
P7 : Metiram dengan konsentrasi 4.0 g/l air dan dosis satu kali aplikasi
1 600 g/ha.
P8 : Metiram dengan konsentrasi 6.0 g/l air dan dosis satu kali aplikasi
2 400 g/ha.
P9 : Difenokonazol dengan konsentrasi 1.0 ml/l air dan dosis satu kali
aplikasi 400 ml/ha.
Tabel Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Way Apo Buru
Tabel Lampiran 5. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Tinggi
Tanaman saat 5 MST
Tabel Lampiran 6. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Tinggi
Tanaman saat 6 MST
Tabel Lampiran 7. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Tinggi
Tanaman saat 7 MST
Tabel Lampiran 9. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Tinggi
Tanaman saat Panen
Tabel Lampiran 10. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap
Jumlah Anakan saat 4 MST
Tabel Lampiran 11. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap
Jumlah Anakan saat 5 MST
Tabel Lampiran 13. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap
Jumlah Anakan saat 7 MST
Tabel Lampiran 14. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap
Jumlah Anakan saat 8 MST
Tabel Lampiran 15. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap
Jumlah Anakan saat Panen
Tabel Lampiran 17. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Bagan
Warna Daun saat 5 MST
Tabel Lampiran 18. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Bagan
Warna Daun saat 6 MST
Tabel Lampiran 19. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Bagan
Warna Daun saat 7 MST
Tabel Lampiran 21. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap
Jumlah Anakan Produktif
Tabel Lampiran 22. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap
Panjang Malai
Tabel Lampiran 23. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap
Jumlah Gabah per Malai
Tabel Lampiran 25. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Hasil
Gabah Basah Per Rumpun
Tabel Lampiran 26. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Hasil
Gabah Kering Per Rumpun
Tabel Lampiran 27. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Bobot
Gabah Basah Ubinan
Tabel Lampiran 29. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Gabah
Kering Panen
Tabel Lampiran 30. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Gabah
Kering Giling
Tabel Lampiran 31. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Gabah
Hampa
SK DB JK KT F hitung Pr>F hit
Tabel Lampiran 33. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap
Rendemen Beras giling
Tabel Lampiran 34. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap
Rendemen Beras Kepala