Ari Isnandar
201425024
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
ISTA AL KAMAL
2017
BAB I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Baja merupakan salah satu bahan bangunan yang unsur utamanya terdiri dari besi.
Baja ditemukan ketika dilakukan penempaan dan pemanasan yang menyebabkan
tercampurnya besi dengan bahan karbon pada proses pembakaran, sehingga
membentuk baja yang mempunyai kekuatan yang lebih besar dari pada besi.
Baja adalah logam paduan dengan besi sebagai unsur dasar dan karbon sebagai unsur
paduan utamanya. Kandungan karbon dalam baja berkisar sekitar antara 0,2% sampai
2,1% berat sesuai grade-nya. Fungsi karbon dalam baja adalah sebagai unsur
pengeras dengan mencegah dislokasi bergeser pada kisi kristal (christal lattice) atom
besi. Unsur paduan lain yang bisa ditambahkan adalah mangan (manganese), krom
(chromium), vanadium dan tungsten. Dengan memvariasikan kandungan karbon dan
unsur paduan yang lain, berbagai jenis kualitas baja bisa didapatkan. Penambahan
kandungan karbon dalam baja bisa meningkatkan kekerasan (hardness) dan kekuatan
tariknya (tensile strength), namun di sisi lain bisa membuatnya getas (brittle) serta
menurunkan keuletannya (ductility).
B. Permasalahan
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
b. Agar kiranya makalah ini dapat dijadikan referensi oleh para pembaca
c. Agar kiranya makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca
A. Pengertian Baja
Baja merupakan salah satu bahan bangunan yang unsur utamanya terdiri dari besi.
Baja ditemukan ketika dilakukan penempaan dan pemanasan yang menyebabkan
tercampurnya besi dengan bahan karbon pada proses pembakaran, sehingga
membentuk baja yang mempunyai kekuatan yang lebih besar dari pada besi.
Bila dibandingkan dengan bahan konstruksi lainnya, baja lebih banyak memiliki
keunggulan-keunggulan yang tidak terdapat pada bahan-bahan konstruksi lain.
Disamping kekuatannya yang besar untuk menahan kekuatan tarik dan kekuatan tekan
tanpa membutuhkan banyak volume, baja juga mempunyai sifat-sifat lain yang
menguntungkan sehingga menjadikannya sebagai salah satu material yang umum
dipakai.
a. Kekuatan tinggi
Kekuatan baja bisa dinyatakan dengan kekuatan tegangan leleh fy atau
kekuatan tarik fu. Mengingat baja mempunyai kekuatan volume lebih tinggi
dibanding dengan bahan lain, hal ini memungkinkan perencanaan sebuah
konstruksi baja bisa mempunyai beban mati yang lebih kecil untuk bentang
yang lebih panjang, sehingga struktur lebih ringan dan efektif.
b. Kemudahan pemasangan
Komponen-komponen baja biasanya mempunyai bentuk standar serta
mudah diperoleh dimana saja, sehingga satu-satunya kegiatan yang dilakukan
dilapangan adalah pemasangan bagian-bagian yang telah disiapkan.
c. Keseragaman
Baja dibuat dalam kondisi yang sudah diatur (fabrikasi) sehingga
mutunya seragam.
Baja karbon adalah material logam yang terbentuk dari unsur utama Fe dan unsur
kedua yang berpengaruh pada sifatsifatnya adalah karbon, sedangkan unsur yang lain
berpengaruh menurut prosesentasenya. Baja karbon merupakan salah satu jenis logam
paduan besi karbon terpenting dengan prosentase berat karbon hingga 2,11%. Baja
karbon memiliki kadar C hingga 1.2% dengan Mn 0.30%-0.95%. Elemen-elemen
prosentase maksimum selain bajanya sebagai berikut: 0.60% Silicon, 0.60% Copper.
a. Ferit (alpha) : merupakan sel satuan (susunan atom-atom yang paling kecil dan
teratur) berupa Body Centered Cubic (BCC=kubus pusat badan), Ferit ini
mempunyai sifat : magnetis, agak ulet, agak kuat, dll.
b. Austenit : merupakan sel satuan yang berupa Face Centered Cubic (FCC =kubus
pusat muka), Austenit ini mempunyai sifat : Non magnetis, ulet, dll.
d. Perlit : merupakan campuran fasa ferit dan sementid sehingga mempunyai sifat
Kuat.
e. Delta : merupakan sel satuan yang berupa Body Centered Cubic (BCC=kubus
pusat badan).
Salah satu contoh baja jenis ini yang terkenal adalah HSLA (High Strength lowAlloy) yang
menggunakan paduan Nb, V, Ti, dan Al.
b. High Alloy Steel ( > 8 % Alloying Element)
Penggunaan baja paduan tinggi biasanya bertujuan untuk meningkatkan sifat-sifat baja, yaitu:
.Baja tahan karat adalah paduan besi dengan minimal 12% Chromium. Jadi tanpa tambahan
apapun perpaduan Besi dengan 12% Chromium bisa disebut Stainless Steel. Komposisi ini
membentuk thin protective layer Cr2O3. Proses pembuatan baja tahan karat terdapat 2
tahap, yaitu pertama menggunakan sistem Electric ArcFurnace (EAF) untuk
melelehkan scrap dan ferro alloy berkarbon tinggi sebagai bahan murah sumber krom, lalu
lelehannya disempurnakan dengan proses yang menggunakan alat Argon Oxygen
Decarburizer (AOD), dengan proses kedua ini akan menghilangkan kandungan Karbon dan
pegotor lainnya
Stainless Steel biasanya dibedakan menjadi lima golongan ,penggolongan ini dilakukan
menurut kadar paduan di dalamnya yaitu :
Mempunyai struktur Kristal body centered cubic (BCC) yang menyimpang pada kondisi yang
telah di keraskan. Mempunyai sifat yang dapat di keraskan dan ketahanannya terhadap
korosi hanya pada kondisi lingkungan yang sifat korositnya menengah. Baja Stainless Steel
ini kandungan kromium yang di miliki berkisar antara 10,5% - 18%, dan kandungan karbon
bisa mencapai 1,2%. Kandungan kromium dan karbon yang cukup tinggi menyebabkan bias
terbentuknya struktur martensit setelah proses pemanasan.
Mempunyai kekuatan , ketangguhan, keuletan, sifat mampu bentuk yang baik. Jenis Stainless
Steel ini mempunyai struktur Kristal face centered cubic (FCC). Struktur Kristal ini
terbentuk karena penambahan unsure paduan austenite seperti nikel, mangan, dan nitrogen.
Stainless Steel jenis ini tidak besfat magnetic pada kondisi anil, dan hanya dapat dikersakan
dengan pengerjaan dingin (cold worked )
Bandingan
Stainless Steel jenis ini mempunyai struktur campuran antara BBC ferit dan FCC austenite.
Perbandingan komposisi antara keduanya dipengaruhi oleh komposisi logam dan proses
perlakuan panas yang didapatkan . Tetapi pada kondisi anil, perbandingan antara kedua
fase itu seimbang. Sifat tahan korosi Stainless Steel jenis ini mendekati Stainless Steel
austenitic pada unsur paduan yang serupa , tetapi mempunyai tensile dan yield strength yang
lebih tinggi.
Jenis ini mempunyai unsur unsur penambahan kekerasan seperti tembaga, alumunium, atau
titanium. Pada kondisi anil, struktur mikroStainless Steel jenis ini dapat berupa austenitic
maupun martenistik
B. Proses Pembuatan Baja Metode Thomas
Besi kasar cair (pig iron) atau berupa Besi spons (sponge iron) (65-85%).
Bahan baku paduan dalam pembuatan stainless steel diantaranya sebaai berikut :
Carbon (C)
Unsur ini dapat membuat baja tetap kuat pada suhu tinggi.
Chromium (Cr)
Unsur ini dapat membuat baja menjadi lebih keras, tahan gesekan, tahan korosi, dan
tahan temperature tinggi. Dengan sifat-sifat itu membuat baja paduan ini baik untuk bahan
poros, dan roda gigi. Penambahan unsur chromium biasanya diikuti dengan penambahan
nikel.
Silikon (Si)
Pada konsentrasi tinggi membuat baja tahan kondisi asam, pada konsentrasi rendah
memperbaiki sifat megnetik dan sifat listrik baja.
Nikel (Ni)
Unsur campuran yang digunakan sebagai bahan dasar untuk beberapa kelompok
dari stainless steel. Nikel memberikan derajat kelenturan yang tinggi (mampu berubah bentuk
tanpa pecah) dan tahan terhadap karat (korosi). Hampir 65% dari semua nikel digunakan pada
pembuatan stainless steel.
Molibedenum (Mo)
Molibdenum akan memperbaiki baja menjadi tahan terhadap suhu yang tinggi, liat,
,kuat dan memperbaiki kekerasan baja,. Baja paduan ini biasa digunakan sebagai bahan untuk
membuat alat-alat potong, misalnya pahat.
Wolfram (W)
Vanadium (V)
Penambahan unsur ini akan memperbaiki struktur kristal baja menjadi halus,
memperkuat baja dan meningkatkan ketahanan baja terhadap panas. Terlebih bila dicampur
dengan chromium. Baja paduan ini digunakan untuk membuat roda gigi, batang penggerak, dan
sebagainya.
Kobalt (Co)
Kobalt (Co) dengan penambahan unsur ini akan memperbaiki sifat kekerasan
baja meningkatkan kualitas baja, serta tetap keras pada suhu yang tinggi. Baja paduan ini
banyak digunakan untuk konstruksi pesawat terbang atau konstruksi yang harus tahan panas
dan tahan aus.
Konvertor Thomas juga di sebut konvertor basa dan proses nya adalah proses
basa,sebab batu tahan apinya bersifat basa serta digunakan untuk mengolah besi kasar
yg bersifat basa.muatan konvertor Thomas adalah besi kasar putih yg mengandung
banyak fosfor.
Guna mengikat fosfor yg terbentuk pada proses ini maka diberi bahan tambahan
batu kapur agar menjadi terak.terak yang bersifat basa ini dapat dimanfaatkan menjadi
pupuk buatan yang dikenal dengan nama pupuk fosfat.hasil yang keluar dari
konvertor disebut baja Thomas yang biasa digunakan sebagai bahan konstruksi dan
pelat ketel.
Bentuk dan cara kerja konvertor Thomas sama dengan konvertor Bessemer,
hanya pelapisnya terbuat dari dinding batu tahan apidengan bahan dolomite, yaitu,
semacam batu yang terdiri dari campuaran kalsium karbonat(CaCO3)dan magnesium
karbonat(MgCO3). Sisa oksida basa tidak dapat lagi menghisap oksida arang dan lepas
dari udara,sisa pijarnya dicampur dan dikempakkan dalam cetakan besi tuang.batu
alas/dasarnya dibentuk dari masa yang sama dalam acuan-acuan besi.
Sebelum dapur dipakai, bagian dalamnya dipanaskan dahulu dengan api kokas
untuk membuang bagian gas tersebut. Perlu diingat bahwa dalam konvertor ini tidak
dapat dipakai besi kasar yang kaya silisium seperti pada prose Bessemer. Ini
disebabkan karena ada kemungkinan lapisan basa akan cepat rusak oleh oksida
silisium. Karena itu, dipakai besi kasar putih(0,3-0,8%Si), sehingga kalor dari silisium
tidak ada. Sebagai penggantinya diberi 1,7-2% fosfor sebagai bahan pembakar yang
dibantu oleh mangan sekitar 1-2%
Lapisan dinding bagian dalam terbuat dari batu tahan api bisa atau dolomit
[ kalsium karbonat dan magnesium (CaCO3 + MgCO3)], besi yang diolah besi kasar
putih yang mengandung P antara 1,7 2 %, Mn 1 2 % dan Si 0,6-0,8 %. Setelah
unsur Mn dan Si terbakar, P membentuk oksida phospor (P2O 5), untuk mengeluarkan
besi cair ditambahkan zat kapur (CaO),
Keuntungan :
Fosfor dapat dihilangkan, tapi bila ada hanya sebagian fosfor yang dalam
prakteknya tidak menimbulkan gangguan.
Menghasilkan produk tambahan berupa pupuk.
Kerugian :
Proses lain untuk membuat baja dari bahan besi kasar adalah menggunakan dapur
Siemens Martin yang sering disebut proses Martin. Dapur ini terdiri atas satu tungku
untuk bahan yang dicairkan dan biasanya menggunakan empat ruangan sebagai
pemanas gas dan udara. Pada proses ini digunakan muatan besi bekas yang dicampur
dengan besi kasar sehingga dapat menghasilkan baja dengan kualitas yang lebih baik
jika dibandingkan dengan baja Bessemer maupun Thomas.
Gas yang akan dibakar dengan udara untuk pembakaran dialirkan ke dalam
ruangan-ruangan melalui batu tahan api yang sudah dipanaskan dengan temperatur
600 sampai 9000 C. dengan demikian nyala apinya mempunyai suhu yang tinggi,
kira-kira 18000 C. gas pembakaran yang bergerak ke luar masih memberikan panas
kedalam ruang yang kedua, dengan menggunakan keran pengatur maka gas panas dan
udara pembakaran masuk ke dalam ruangan tersebut secara bergantian dipanaskan dan
didinginkan.
Bahan bakar yang digunakan adalah gas dapur tinggi, minyak yang digaskan
(stookolie) dan juga gas generator. Pada pembakaran zat arang terjadi gas CO dan
CO2 yang naik ke atas dan mengakibatkan cairannya bergolak, dengan demikian akan
terjadi hubungann yang erat antara api dengan bahan muatan yang dimasukkan ke
dapur tinggi. Bahan tambahan akan bersenyawa dengan zat asam membentuk terak
yang menutup cairan tersebut sehingga melindungi cairan itu dari oksida lebih lanjut.
Setelah proses berjalan selama 6 jam, terak dikeluarkan dengan memiringkan
dapur tersebut dan kemudian baja cair dapat dicerat. Hasil akhir dari proses Martin
disebut baja Martin. Baja ini bermutu baik karena komposisinya dapat diatur dan
ditentukan dengan teliti pada proses yang berlangsung agak lama.
Lapisan dapur pada proses Martin dapat bersifat asam atau basa tergantung dari
besi kasarnya mengandung fosfor sedikit atau banyak. Proses Martin asam teradi
apabila mengolah besi kasar yang bersifat asam atau mengandung fosfor rendah dan
sebaliknya dikatakan proses Martin basa apabila muatannya bersifat basa dan
mengandung fosfor yang tinggi.
Keuntungan dari proses Martin disbanding proses Bessemer dan Thomas adalah
sebagai berikut :
a. Proses lebih lama sehingga dapat menghasilkan susunan yang lebih baik
dengan jalan percobaan-percobaan.
b. Unsur-unsur yang tidak dikehendaki dan kotoran-kotoran dapat dihindarkan
atau dibersihkan.
c. Penambahan besi bekas dan bahan tambahan lainnya pada akhir proses
menyebabkan susunannya dapat diatur sebaik-baiknya. Selain keuntungan di
atas dan karena udara pembakaran mengalir di atas cairan maka hasil akhir
akan sedikit mengandung zat asam dan zat lemas. Proses Martin basa biasanya
masih mengandung beberapa kotoran seperti zat asam, belerang, fosfor dan
sebagainya. Sedangkan pada proses Martin asam kadar kotoran-kotoran
tersebut lebih kecil.
Sifat mekanis baja struktur yang digunakan dalam perencanaan harus memenuhi
persyaratan minimum pada tabel berikut :
Tegangan putus Tegangan Leleh Peregangan
Minimum fy
Jenis Baja Minimum fu Minimum
(Mpa)
(Mpa) (%)
BJ 34 340 210 22
BJ 37 370 240 20
BJ 41 410 250 18
BJ 50 500 290 16
BJ 55 550 410 13
Tegangan Leleh
Tegangan leleh untuk perencanaan ( fy ) tidak boleh diambil melebihi nilai yang
diberikan pada tabel sifat mekanisme baja struktural. Sehingga pemanasan pada
baja sangatlah dihindari, hal ini dikarenakan apabila baja mengalami
pemanasan (terbakar) maka kemungkinan baja tersebut akan mengalami
penurunan kekuatan struktur baja sehingga mempengaruhi fungsi struktur baja
tersebut. Meskipun Beberapa metode telah dikembangkan untuk melindungi
elemen baja dari pengaruh kebakaran, di antaranya adalah encasement method
dimana bahan yang biasa digunakan adalah gypsum board. Penelitian ini
bertujuan untuk dapat mengetahui sifat-sifat mekanikal profil baja yang dilapisi
gypsum board pasca pengujian pembakaran.
Tegangan Putus
Tegangan putus untuk perencanaan ( fu ) tidak boleh diambil melebihi nilai
yang diberikan pada tabel sifat mekanisme baja struktural. Halini dikarenakan
semakin besar mutu suatu baja, maka sifat rentan untuk putusnya juga akan
semakin besar, tidak seperti baja dengan mutu yang lebih rendah, bila diberi
beban yang besar, maka kemungkinan baja tersebut hanya akan melendut.
Bab, III. Penutup
A. Kesimpulan
Baja karbon adalah material logam yang terbentuk dari unsur utama Fe dan
unsur kedua yang berpengaruh pada sifatsifatnya adalah karbon, sedangkan
unsur yang lain berpengaruh menurut prosesentasenya. Baja karbon dapat
dibuat dengan beberapa proses yaitu proses konvertor, proses siemens martin,
proses basic oxygen furnace, proses dapur listrik, proses dapur kopel, dan
proses dapur cawan.
Secara umum, proses pembuatan baja karbon dimulai dengan proses ekstraksi
bijih besi. Proses reduksi umumnya terjadi di dalam tanur tiup (blast
furnace) di mana di dalamnya bijih besi (iron ore) dan batu gamping
(limestone) yang telah mengalami pemanggangan (sintering) diproses
bersama-sama dengan kokas (cokes) yang berasal dari batubara. Luaran utama
dari proses ini adalah lelehan besi mentah (molten pig iron) dengan
kandungan karbon yang cukup tinggi (4% C) beserta pengotor-pengotor lain
seperti silkon, mangan, sulfur, dan fosfor. Selanjutnya di dalam tungku
oksigen-basa (basic-oxygen furnace) besi mentah cair dicampur dengan 30%
besi tua (scrap) yang terlebih dahulu dimasukkan ke dalam tanur. Selanjutnya,
oksigen murni ditiupkan dari bagian atas ke dalam leburan, bereaksi dengan Fe
membentuk oksida besi FeO. Oksida besi atau FeO selanjutnya akan bereaksi
dengan karbon di dalam besi mentah sehingga diperoleh Fe dengan kadar
karbon lebih rendah dan gas karbon monoksida. Dari proses inilah kemudian
didapatkan baja karbon yang sesuai atau baik.
Daftar Pustaka
http://bahanteknikmesin.blogspot.com/2012/10/pengolahan-baja-dengan-dapur-siemens.html?
zx=65d4ec344dafb433
http://iqbalrbc.blogspot.com/2012/06/proses-thomas.html
http://www.gudangmateri.com/2011/01/proses-pembentukan-baja.html
http://shinqueena.wordpress.com/2009/06/07/baja-dan-proses-pembuatannya/
http://tsffarmasiunsoed2012.wordpress.com/2012/05/24/proses-pembuatan-baja-karbon/