Bab 2
Bab 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
sedangkan tangan yang lain pada dahi. Leher diangkat dengan satu
2.2 Anatomi
Batas hipofaring disebelah superior adalah tepi atas epiglottis, batas anterior
ialah laring, batas inferior ialah esofagus, serta batas posterior ialah vertebra
cervical. Bila hipofaring diperiksa dengan kaca tenggorok pada pemeriksaan laring
tidak langsung atau dengan laringoskop pada pemeriksaan laring langsung, maka
struktur pertama yang tampak dibawah dasar lidah ialah valekula. Bagian ini
medial dan ligamnetum glossoepiglotika lateral pada tiap sisi. Valekula disebut juga
2
3
kantong pil, sebab pada beberapa orang kadang-kadang bila menelan pil akan
tersangkut disitu.
terjadi pada pasien koma ketika otot lidah dan leher yang lemas tidak dapat
mengangkat dasar lidah dari dinding belakang faring. Ini terjadi jika kepala pada
posisi fleksi atau posisi tengah. Oleh karena itu ekstensi kepala merupakan langkah
4
pertama yang terpenting dalam resusitasi, karena gerakan ini akan meregangkan
struktur leher anterior sehingga dasar lidah akan terangkat dari dinding belakang
memerlukan pembukaan mulut. Hal ini akan mengurangi regangan struktur leher
mulut merupakan gerak jalan napas tripel. Pada kira-kira 1/3 pasien yang tidak
sadar rongga hidung tersumbat selama ekspirasi karena palatum molle bertindak
sebagai katup. Selain itu rongga hidung dapat tersumbat oleh kongesti, darah atau
lendir Jika dagu terjatuh, maka usaha inspirasi dapat menghisap dasar lidah ke
posisi yang menyumbat jalan napas. Sumbatan jalan napas oleh dasar lidah
bergantung kepada posisi kepala dan mandibula serta dapat saja terjadi lateral,
asing cair, gravitasi ini tidak akan meringankan sumbatan jaringan lunak
hipofaring, sehingga gerak mengangkat dasar lidah seperti diterangkan diatas tetap
diperlukan.
Penyebab lain sumbatan jalan napas adalah benda asing, seperti muntahan
atau daah dijalan napas atas yang tidak dapat ditelan atau dibatukkan keluar oleh
pasien yang tidak sadar. Laringospame biasanya disebabkan oleh rangsangan jalan
nafas atas pada pasien stupor atau koma dangkal. Sumbatan jalan nafas bawah dapat
cara:
pipi penolong
a. Chin Lift
Caranya yaitu dengan menggunakan jari tengah dan telunjuk untuk memegang
b. Head Tilt
Dlilakukan bila jalan nafas tertutup oleh lidah pasien, manuver ini tidak
boleh dilakukan pada pasien dengan dugaan fraktur servikal. Caranya adalah
dengan meletakkan satu telapak tangan di dahi pasien dan tekan ke bawah sehingga
6
kepala menjadi tengadah dan penyangga leher tegang dan lidahpun terangkat ke
depan.
c. Jaw thrust
Caranya adalah dengan mendorong sudut rahang kiri dan kanan ke arah
depan sehingga barisan gigi bawah berada di depan barisan gigi atas. Pada pasien
dengan dugaan cedera leher dan kepala, hanya dilakukan maneuver jaw
teknik Cross Finger yaitu dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk yang
disilangkan dan menekan gigi atas dan bawah. Bila jalan nafas tersumbat karena
adanya benda asing dalam rongga mulut dilakukan pembersihan manual dengan
sapuan jari.
Apabila terjadi kegagalan dalam membuka nafas dengan cara ini, perlu
dipikirkan hal lain yaitu adanya sumbatan jalan nafas di daerah faring atau adanya
henti nafas (apnea). Bila hal ini terjadi pada penderita tidak sadar, lakukan peniupan
udara melalui mulut, bila dada tidak mengembang, maka kemungkinan ada
cricotirotomi, trakeostomi.
Dilakukan bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing pada rongga
mulut belakang atau hipofaring seperti gumpalan darah, muntahan, benda asing
lainnya sehingga hembusan nafas hilang. Hal ini dapat dilakukan dengan cara:
kemudian buka mulut dengan jaw thrust dan tekan dagu ke bawah bila otot
Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah) yang bersih atau dibungkus
Manuver ini dapat dilakukan dalam posisi berdiri dan terlentang. Caranya
adalah dengan memberikan hentakan mendadak pada ulu hati (daerah subdiafragma
dengan kedua lengan penolong, kemudian kepalkan satu tangan dan letakkan sisi
jempol tangan kepalan pada perut korban, sedikit di atas pusar dan di bawah ujung
tulang sternum. Pegang erat kepalan tangan dengan tangan lainnya. Tekan kepalan
tangan ke perut dengan hentakan yang cepat ke atas. Setiap hentakan harus terpisah
sadar)
Penolong berlutut di sisi paha korban. Letakkan salah satu tangan pada perut korban
di garis tengah sedikit di atas pusar dan jauh di bawah ujung tulang sternum, tangan
kedua diletakkan di atas tangan pertama. Penolong menekan ke arah perut dengan
Caranya : kepalkan sebuah tangan, letakkan sisi ibu jari pada perut di atas pusar dan
di bawah ujung tulang sternum, genggam kepala itu dengan kuat, beri tekanan ke
atas kea rah diafragma dengan gerakan yang cepat, jika tidk berhasil dapat
dilakukan tindakan dengan menekan perut pada tepi meja atau belakang kursi
9
Bila penderita sadar dapat batuk keras, observasi ketat. Bila nafas tidak
efektif atau berhenti, lakukan back blow 5 kali (hentakan keras pada punggung
c. Chest Thrust (untuk bayi, anak yang gemuk dan wanita hamil)
tulang dada dengan jari telunjuk atau jari tengah kira-kira satu
Hilangnya tonus otot jalan nafas bagian atas pada pasien yang dianestesi
menyebabkan lidah dan epiglotis jatuh kebelakang kearah dinding posterior faring.
Mengubah posisi kepala atau jaw thrust merupakan teknik yang disukai untuk
membebaskan jalan nafas. Untuk mempertahankan jalan nafas bebas, jalan nafas
buatan (artificial airway) dapat dimasukkan melalui mulut atau hidung untuk
menimbulkan adanya aliran udara antara lidah dengan dinding faring bagian
posterior (Gambar 5-4). Pasien yang sadar atau dalam anestesi ringan dapat terjadi
batuk atau spasme laring pada saat memasang jalan nafas artifisial bila refleks laring
penekanan refleks jalan nafas dan kadang-kadang dengan menekan lidah dengan
spatel lidah. Oral airway dewasa umumnya berukuran kecil (80 mm/Guedel No 3),
Panjang nasal airway dapat diperkirakan sebagai jarak antara lubang hidung
ke lubang telinga, dan kira-kira 2-4 cm lebih panjang dari oral airway. Disebabkan
adanya resiko epistaksis, nasal airway tidak boleh digunakan pada pasien yang
diberi antikoagulan atau anak dengan adenoid. Juga, nasal airway jangan
digunakan pada pasien dengan fraktur basis cranii. Setiap pipa yang dimasukkan
dilubrikasi.Nasal airway lebih ditoleransi daripada oral airway pada pasien dengan
anestesi ringan.
a. Face Mask
11
anestesi dari sistem breathing ke pasien dengan pemasangan face mask dengan
rapat (gambar 5-5). Lingkaran dari face mask disesuaikan dengan bentuk muka
pasien. Orifisium face mask dapat disambungkan ke sirkuit mesin anestesi melalui
konektor. Face mask yang transparan dapat mengobservasi uap gas ekspirasi dan
muntahan. Facemask yang dibuat dari karet berwarna hitam cukup lunak untuk
menyesuaikan dengan bentuk muka yang tidak umum. Retaining hook dipakai
untuk mengkaitkan head scrap sehingga face mask tidak perlu terus dipegang.
Beberapa macam mask untuk pediatrik di disain untuk mengurangi dead space.
Ventilasi yang efektif memerlukan jalan nafas yang bebas dan face
mask yang rapat/tidak bocor. Teknik pemasangan face mask yang tidak tepat dapat
menyebabkan reservoir bag kempis walaupun klepnya ditutup, hal ini menunjukkan
adanya kebocoran sekeliling face mask. Sebaliknya, tekanan sirkuit breathing yang
tinggi dengan pergerakan dada dan suara pernafasan yang minimal menunjukkan
Bila face mask dipegang dengan tangan kiri, tangan kanan digunakan untuk
melakukan ventilasi dengan tekanan positif dengan memeras breathing bag. Face
mask dipasang dimuka pasien dan sedikit ditekan pada badan face mask dengan ibu
jari dan telunjuk. Jari tengah dan jari manis menarik mandibula untuk ekstensi joint
lunak yang menopang dasar lidah karena dapat terjadi obstruksi jalan nafas. Jari
thrust manuver yang paling penting untuk dapat melakukan ventilasi pasien.
13
Pada situasi yang sulit, diperlukan dua tangan untuk mendapatkan jaw thrust
yang adekuat dan face mask yang rapat. Karena itu diperlukan seorang asisten untuk
memompa bag (gambar 5-8). Obstruksi selama ekspirasi dapat disebabkan karena
tekanan kuat dari face mask atau efek ball-valve dari jaw thrust. Kadang-kadang
sulit memasang face maks rapat kemuka. Membiarkan gigi palsu pada tempatnya
(tapi tidak dianjurkan) atau memasukkan gulungan kasa ke rongga mulut mungkin
Kebanyakan jalan nafas pasien dapat dipertahankan dengan face mask dan
oral atau nasal airway. Ventilasi dengan face mask dalam jangka lama dapat
menimbulkan cedera akibat tekanan pada cabang saraf trigeminal atau fasial. Bila
face mask dan ikatan mask digunakan dalam jangka lama maka posisi harus sering
14
dirubah untuk menghindari cedera. Hindari tekanan pada mata, dan mata harus
pada pasien dengan difficult airway, dan untuk membantu ventilasi selama
combitube. Ada 4 tipe LMA yang biasa digunakan: LMA yang dapat dipakai ulang,
LMA yang tidak dapat dipakai ulang, ProSeal LMA yang memiliki lubang untuk
memasukkan pipa nasogastrik dan dapat digunakan ventilasi tekanan positif, dan
Fastrach LMA yang dapat memfasilitasi intubasi bagi pasien dengan jalan nafas
yang sulit.
15
LMA terdiri dari pipa dengan lubang yang besar, yang di akhir bagian
dan dibagian distal terdapat balon berbentuk elips yang dapat dikembangkan lewat
pipa. Balon dikempiskan dulu, kemudian diberi pelumas dan masukan secara
dibandingkan untuk memasukan oral airway. Posisi ideal dari balon adalah dasar
lidah di bagian superior, sinus pyriforme dilateral, dan spincter oesopagus bagian
atas di inferior. Jika esophagus terletak di rim balon, distensi lambung atau
regurgitasi masih mungkin terjadi. Variasi anatomi mencegah fungsi LMA yang
adekuat pada beberapa pasien. Akan tetapi, jika LMA tidak berfungsi semestinya
dan setelah mencoba memperbaiki masih tidak baik, kebanyakan klinisi mencoba
dengan LMA lain yang ukurannya lebih besar atau lebih kecil. Karena penutupan
oleh epiglotis atau ujung balon merupakan penyebab kegagalan terbanyak, maka
juga, sebagian balon digembungkan sebelum insersi dapat sangat membantu. Pipa
di plester seperti halnya TT. LMA melindungi laring dari sekresi faring (tapi tidak
terhadap regurgitasi lambung) dan LMA harus tetap dipertahankan pada tempatnya
sampai reflek jalan nafas pasien pulih kembali. Ini biasanya ditandai dengan batuk
atau membuka mulut sesuai dengan perintah. LMA yang dapat dipakai lagi, dapat
di autoklaf, dibuat dari karet silikon (bebas latek) dan tersedia dalam berbagai
LMA memberikan alternatif untuk ventilasi selain face mask atau TT.
Kontraindikasi untuk LMA adalah pasien dengan kelainan faring (misalnya abses),
sumbatan faring, lambung yang penuh (misalnya kehamilan, hernia hiatal), atau
komplians paru rendah (misalnya penyakit restriksi jalan nafas) yang memerlukan
tekanan inspirasi puncak lebih besar dari 30 cm H2O. Secara tradisional, LMA
dihindari pada pasien dengan bronkhospasme aatau resistensi jalan nafas tinggi,
akan tetapi, bukti-bukti baru menunjukkan bahwa karena tidak ditempatkan dalam
kurang dari pada dengan TT. Walaupun hal ini nyata tidak sebagai penganti untuk
dengan jalan nafas yang sulit (yang tidak dapat diventilasi atau diintubasi)
(95-99%). LMA telah digunakan sebagai pipa untuk jalur stylet ( gum elastik,
bougie), ventilasi jet stylet, fleksibel FOB, atau TT diameter kecil (6,0 mm).
18
lebih besar dengan atau tanpa menggunakan FOB. Pemasukannya dapat dilakukan
dibawah anestesi topikal dan blok saraf laringeal bilateral jika jalan nafas harus
lebih panjang ujung distalnya ditutup. Pipa yang tranparant berukuran yang lebih
pendek punya ujung distal terbuka dan tidak ada sisi yang perporasi. ETC ini
lingkaran hitam pada batang batas antara gigi atas dan bawah. ETC mempunyai 2
balon untuk digembungkan, 100 ml untuk balon prosikmal dan 15 ml untuk balon
distal, keduanya harus dikembungkan secara penuh setelah pemasangan. Pipa yang
bening yang lebih pendek dapat digunakan untuk dekompresi lambung. Pilihan lain,
jika ETC masuk ke dalam trakhea, ventilasi melalui pipa yang bening akan
langsung gas ke trachea. Meskipun pipa kombinasi masih rerdaftar sebagai pilihan
untuk penanganan jalan nafas yang sulit dalam algoritma Advanced Cardiac Life
Support, biasanya jarang digunakan oleh dokter anestesi yang lebih suka memakai
LMA atau alat lain untuk penanganan pasien dengan jalan nafas yang sulit.
atau Z-79 untuk indikasi ini telah dicoba untuk memastikan tidak beracun.
Bentuk dan kekakuan dari TT dapat dirubah dengan pemasangan mandren. Ujung
suara. Pipa Murphy memiliki sebuah lubang (mata Murphy) untuk mengurangi
resiko sumbatan pada bagian distal tube bila menempel dengan carina atau trachea.
Tahanan aliran udara terutama tergantung dari diameter pipa, tapi ini juga
dalam milimeter untuk diameter internal atau yang tidak umum dalam scala Prancis
(diameter external dalam milimeter dikalikan dengan 3). Pemilihan pipa selalu hasil
dari katup, balon petunjuk (pilot balloon), pipa pengembangkan balon, dan balon
(cuff). Katup mencegah udara keluar setelah balon dikembungkan. Balon petunjuk
aspirasi. Pipa yang tidak berbalon biasanya digunakan untuk anak-anak untuk
meminimalkan resiko dari cedera karena tekanan dan post intubasi croup.
20
Ada 2 tipe balon TT yaitu balon dengan tekanan tinggi volume rendah dan
tekanan rendah volume tinggi. Balon tekanan tinggi dikaitkan dengan besarnya
iskhemia mukosa trachea dan kurang nyaman untuk intubasi pada waktu lama.
area kontak mukosa), aspirasi, ekstubasi spontan, dan pemasangan yang sulit (
karena adanya floppy cuff). Meskipun demikian, karena insidensi rendah dari
diameter balon yang berhubungan dengan trachea, trachea dan komplians balon,
dan tekanan intratorak (tekanan balon dapat meningkat pada saat batuk). Tekanan
balon dapat menaik selama anetesi umum sebagai hasil dari difusi dari N2O dari
spiral, wire reinforced TT (armored tubes), tidak kinking dipakai pada operasi
kepala dan leher, atau pada pasien dengan posisi telungkup. Jika pipa lapis baja
menjadi kinking akibat tekanan yang ekstrim ( contoh pasien bangun dan menggigit
pipa), lumen pipa akan tetutup dan pipa TT harus diganti. Pipa khusus lainnya
21
termasuk pipa mikrolaringeal, RAE tube, dan lubang pipa ganda (double lumen
tube). Semua TT memiliki garis yang dilekatkan dan bersifat radiogopak yang
e. Rigid Laryngoscope
intubasi trachea. Handle biasanya berisi batre untuk cahaya bola lampu pada ujung
blade, atau untuk energi fiberoptic bundle yang berakhir pada ujung blade. Cahaya
Laringoskop dengan lampu fiberoptic bundle dapat cocok digunakan diruang MRI.
Blade Macintosh dan Miller ada yang melengkung dan bentuk lurus. Pemilihan dari
blade tergantung dari kebiasaan seseorang dan anatomi pasien. Disebabkan karena
tidak ada blade yang cocok untuk semua situasi, klinisi harus familier dan ahli
f. Laringoskop Khusus
Dalam 15 tahun terakhir, terdapat 2 laringskop baru yang telah dibuat, untuk
membantu dokter anestesi menjamin jalan nafas pada pasien dengan jalan nafas
dengan ujung yang panjang, dan didisain untuk membantu melihat muara glotis
pada pasien dengan lidah besar atau yang memiliki muara glotis sangat anterior.
Banyak dokter anestesi percaya bahwa alat ini untuk mengantisipasi pasien yang
memiliki jalan nafas sulit. Bagaimanapun juga, seperti halnya alat-alat lain yang
pasien normal sebelum digunakan pada saat penting dan memergensi pada pasien
Dalam beberapa situasi, -misalnya pasien dengan tulang cervical yang tidak
stabil, pergerakan yang terbatas pada temporo mandibular join, atau dengan
kelainan kongenital atau kelainan didapat pada jalan nafas atas- laringoskopi
langsung dari laring dalam beberapa kasus atau untuk beberapa situasi dimana
direncanakan intubasi sadar (awake intubation). FOB dibuat dari fiberglass ini
akan terjebak dalam fiber dan terlihat tidak berubah pada sisi yang berlawanan.
Pemasangan pipa berisi 2 bundel dari fiber, masing-masing berisi 10.000 15.000
fiber. Satu bundel menyalurkan cahaya dari sumber cahaya ( sumber cahaya
bundel) yang terdapat diluar alat atau berada dalam handle yang memberikan
yang kaku. Saluran aspirasi digunakan untuk suction dari sekresi, insuflasi
2.4 Intubasi
Intubasi adalah memasukan pipa ke dalam rongga tubuh melalui mulut atau
ujung distalnya berada kira-kira dipertengahan trakea antara pita suara dan
pernapasan.
saluran udara yang bebas hambatan untuk ventilasi dalam jangka panjang,
keadaan gawat atau pasien dengan refleks akibat sumbatan yang terjadi, ventilasi
bawah), menjaga darah dan sekresi keluar dari trakea selama operasi saluran napas.
maksimal dari pipa yang digunakan pada intubasi nasotrakeal biasanya lebih kecil
nasotrakeal pada saat ini sudah jarang dilakukan untuk intubasi jangka panjang
karena peningkatan tahanan jalan napas serta risiko terjadinya sinusitis. Teknik ini
untuk penderita yang apnea. Makin dalam penderita bernafas, makin mudah
pemasangan pipa nasotrakeal antara lain fraktur basis cranii, khususnya pada tulang
Indikasi intubasi fiber optik yaitu kesulitan intubasi (riwayat sulit dilakukan
intubasi, adanya bukti pemeriksaan fisik sulit untuk dilakukan intubasi), diduga
adanya kelainan pada saluran napas atas, trakea stenosis dan kompresi, menghindari
27
ekstensi leher (insufisiensi arteri vertebra, leher yang tidak stabil), resiko tinggi
kerusakan gigi (gigi goyang atau gigi rapuh), dan intubasi pada keadaan sadar.
terutama bila intubasi tersebut gagal. Hal ini merupakan salah satu
kegawatdaruratan yang akan ditemui oleh dokter anestesi. Apabila anestetis dapat
memprediksi pasien yang kemungkinan sulit untuk diintubasi, hal ini mungkin
dapat mengurangi resiko anestesi yang lebih besar. Salah satu klasifikasi yang luas
terlihat, kelas II pita suara terlihat sebagian, kelas ii hanya terlihat epiglotis,
Pasien duduk di depan anestetis dan membuka mulutnya lebar. Secara klinis,
pasien akan sulit diintubasi. Hasil dari tes ini dipengaruhi oleh kemampuan
membuka mulut, ukuran dan mobilitas lidah dan struktur intra-oral lainnya, serta
Thyromental distance diukur dari thyroid notch ujung rahang dengan kepala
yang diekstensikan.Jarak normal adalah 6,5 cm atau lebih dan ini juga tergantung
anatomi termasuk posisi laring.Bila jaraknya kurang dari 6 cm maka intubasi tidak
memungkinkan.
kepala ekstensi dan ini dipengaruhi oleh ekstensi leher. Jarak sternomental 12,5 cm
yang sulit meliputi ukuran lidah dalam faring (Mallampati), keterbatasan mobilitas
pergerakan kepala dan leher, pergerakan rahang, mandibula, gigi tonggos, nilai
ruang resusitasi.
L= Look externally
laringoskopi, intubasi, atau ventilasi. Yang biasanya dilihat adalah bentuk wajah
abnormal (subjektif), gigi seri yang lebar/menonjol, gigi palsu (sulit dinilai)
Hubungan faring, laring dan oral berhubungan dengan intubasi. Jarak antara
gigi seri pasien sekurangnya 3 jari (3), jarak antara tulang hyoid dan dagu
sekurangnya 3 jari (3), dan jarak antara thyroid notch dan dasar mulut sekurangnya
2 jari (2).
30
Gambar . 1 jarak antar gigi seri dalam jari, 2 jarak hyoidmental dalam jari, dan 3
M= Mallampati
O= Obstruction
N= Neck mobility
Ini merupakan hal yang vital dalam keberhasilan intubasi.Hal ini dapat dinilai
Cara penilaian LEMON dapat dilihat dalam tabel berikut, dengan nilai
maksimal 10 (1 point ditambahkan bila nilai Mallampati 3 atau lebih) dan minimal
adalah nol.
31
Pasien dengan gigi seri yang lebar mengurangi pembukaan mulut, kurangnya
jarak antara thyroid dan dasar mulut menghasilkan penglihatan yang kurang dari
laringoskopi.Pasien dengan kurangnya jarak hyoid dan dagu, obstruksi jalan nafas,
dan kurangnya mobilitas leher mempunyai pengaruh dalm penglihatan yang kurang
kesulitan dalam intubasi, untuk mengantisipasi manajemen jalan nafas yang sulit
resiko kesulitan intubasi adalah langkah awal dalam manajemen jalan nafas.
32
Klasifikasi IDS
Skala kesulitan intubasi (IDS) diajukan pada tahun 1997 sebagai karakteristik
dengan kesulitan intubasi dan dengan tujuan menetapkan nilai relatif faktor resiko
dalam kesulitan intubasi. Sejak itu IDS > 5 digunakan untuk definiso intubasi sulit
pada populasi yang berbeda, seperti Combes et al untuk menentukan faktor prediksi
jalan nafas sulit pada keadaan prehospital, Amathieu et al untuk menilai faktor
modifikasi tanpa fonasi, jarak thyromental, pergerakan kepala dan leher, lebarnya
33
membuka mulut, ada tidaknya gigi tonggoss, dan resesi mandibula. Pengukuran
BB dan TB serta perhitungan BMI. Pencatatan umur, jenis kelamin, status fisik
dalam intubasi pada pasien obesitas. Nilai IDS ditemukan lebih tinggi pada pasien
Selain itu, payudara besar, leher pendek. Lidah lebar, laring yang tinggi dan
c. Mulut yang panjang dan sempit dengan arcus palatum yang tinggi
fleksi leher.
intubasi dan komplikasi. Beberapa individu memiliki jalan nafas yang tidak sesuai,
Ketika melihat riwayat pasien, tanyakan dan lihat gejala atau tanda, seperti
kesulitan berbicara atau bernafas; hal ini memperkirakan adanya obstruksi pada
jalan nafas atas, laring, atau cabang trakeobronkial. Adanya riwayat operasi
sebelumnya, trauma, terapi radiaso atau tumor di daerah kepala, leher, dan dada atas
Intubasi Endotrakeal
Mulut pasien dibuka dengan tangan kanan dan gagang laringoskop dipegang
dengan tangan kiri. Daun laringoskop dimasukkan dari sudut kanan dan lapangan
pandang akan terbuka. Daun laringoskop didorong ke dalam rongga mulut. Gagang
diangkat ke atas dengan lengan kiri dan akan terlihat uvula, faring serta epiglotis.
sehingga tampak aritenoid dan pita suara yang tampak keputihan berbentuk huruf
V. Tracheal tube diambil dengan tangan kanan dan ujungnya dimasukkan melewati
pita suara sampai balon pipa tepat melewati pita suara. Bila perlu, sebelum
memasukkan pipa asisten diminta untuk menekan laring ke posterior sehingga pita
35
suara akan dapat tampak dengan jelas. Bila mengganggu, stylet dapat dicabut.
Ventilasi atau oksigenasi diberikan dengan tangan kanan memompa balon dan
dilakukan auskultasi dada dengan steteskop, diharapkan suara nafas kanan dan kiri
sama. Bila dada ditekan terasa ada aliran udara di pipa endotrakeal. Bila terjadi
intubasi endotrakeal yang terlalu dalam akan terdapat tandatanda berupa suara
nafas kanan berbeda dengan suara nafas kiri, kadangkadang timbul suara
wheezing, sekret lebih banyak dan tahanan jalan nafas terasa lebih berat. Jika ada
ventilasi ke satu sisi seperti ini, pipa ditarik sedikit sampai ventilasi kedua paru
sama. Sedangkan bila terjadi intubasi ke daerah esofagus maka daerah epigastrium
atau gaster akan mengembang, terdengar suara saat ventilasi (dengan stetoskop),
kadangkadang keluar cairan lambung, dan makin lama pasien akan nampak
semakin membiru. Untuk hal tersebut pipa dicabut dan intubasi dilakukan kembali
Intubasi yang gagal tidak harus dilakukan berulang-ulang dengan cara yang
pisau yang berbeda, mencoba jalur lewat hidung, atau meminta bantuan dari ahli
anestesi lain. Jika pasien juga sulit untuk ventilasi dengan masker, bentuk alternatif
Intubasi Nasotrakeal
Intubasi nasal mirip dengan intubasi oral kecuali bahwa NTT masuk lewat
hidung yang dipilih dan digunakan adalah lubang hidung yang pasien bernafas lebih
vasokonstriksi dan menyusutkan membran mukosa. Jika pasien sadar, lokal anestesi
NTT yang telah dilubrikasi dengan jelly yang larut dalam air, dimasukkan ke
dasar hidung, dibawah turbin inferior. Bevel NTT berada disisi lateral jauh dari
turbin. Untuk memastikan pipa lewat di dasar rongga hidung, ujung proksimal dari
NTT harus ditarik ke arah kepala. Pipa secara berangsur-angsur dimasukan hingga
ujungnya terlihat di orofaring. Umumnya ujung distal dari NTT dapat dimasukan
pada trachea tanpa kesulitan. Jika ditemukan kesulitan dapat diguankan forcep
balon. Memasukkan NTT melalaui hidung berbahaya pada pasien dengan trauma
pengembalian fungsi respirasi pasien dari nafas kendali menjadi nafas spontan.
Sesaat setelah obat bius dihentikan segeralah berikan oksigen 100% disertai
penilaian apakan pemulihan nafas spontan telah terjadi dan apakah ada hambatan
nafas yang mungkin menjadi komplikasi. Bila dijumpai hambatan nafas, tentukaan
apakah hambatan pada central atau perifer. Teknik ekstubasi pasien dengan
membuat pasien sadar betul atau pilihan lainnya pasien tidak sadar (tidur dalam),
jangan lakukan dalam keadaan setengah sadar ditakutkan adanya vagal refleks. Bila
38
ekstubasi pasien sadar, segera hentikan obat-obat anastesi hipnotik maka pasien
gerakan motorik otot-otot tangan, gerak dinding dada, bahkan sampai kemampuan
membuka mata spontan. Yakinkan pasien sudah bernafas spontan dengan jalan
nafas yang lapang dan saat inspirasi maksimal. Pada ekstubasi pasien tidak sadar
diperlukan dosis pelumpuh otot dalam jumlah yang cukup banyak, dan setelahnya
pasien menggunakan alat untuk memastikan jalan nafas tetap lapang berupa pipa
orofaring atau nasofaring dan disertai pula dengan triple airway manuver standar.
Syarat-syarat ekstubasi :
6. Reflek jalan napas sudah kembali dan penderita sudah sadar penuh.
2.4.7 Komplikasi
cepat, sederhana, aman dan teknik nonbedah yang dapat mencapai semua tujuan
dari tatalaksana jalan napas yang diinginkan, misalnya menjaga jalan napas tetap
paten, menjaga paru-paru dari aspirasi, membuat ventilasi yang cukup selama
Faktor pasien
1. Komplikasi sering terjadi pada bayi, anak dan wanita dewasa karena
memiliki laring dan trakea yang kecil serta cenderung terjadinya edema pada jalan
napas.
2. Pasien yang memiliki jalan napas yang sulit cenderung mengalami trauma.
intubasi.
yang maksimal pada bagian posterior laring. Oleh sebab itu, kerusakan
yang terjadi pada bagian tersebut tergantung dari ukuran tube dan durasi
trauma.
5. Tekanan yang tinggi pada kaf dapat menimbulkan cedera atau kaf dengan
melakukan intubasi dan kegagalan intubasi. Situasi yang paling ditakuti adalah
tidak dapat dilakukannya ventilasi maupun intubasi pada pasien apnoe karena
hipoksia otak.
(CVCI).