Anda di halaman 1dari 14

3.

Jelaskan mengenai konsep sehat sakit


1. Teori Contagion (Contagion theory)
Menyatakan bahwa suatu penyakit muncul karena adanya kontak dari
orang ke orang.
2. Teori Hyppocrates (Hippocratic Teory)
Hyppocrates menyatakan bahwa penyakit timbul karena pengaruh
lingkungan (air,udara,tanah,cuaca, dll) dan bagaimana kedudukan
seseorang dalam suatu lingkungan tersebut.
3. Teori Humoral
Suatu penyakit muncul akibat adanya gangguan keseimbangan cairan
dalam tubuh. Jenis penyakit tergantung pada jenis cairan yang
dominan.
4. Teori Miasma (Miasmatic Theory)
Teori ini mengatakan bahwa adanya sisa-sisa makhluk hidup yang
mengalami pembusukan, mengakibatkan udara dan lingkungan
menjadi kotor.
5. Teori Epidemik
a. Dihubungkan dengan cuaca dan geografis setempat.
b. Adanya zat-zat organik di lingkungan sebagai pembawa penyakit.
6. Teori Jasad Renik (Teori Germ)
Penyebab penyakit adalah jasad renik /mikroorganisme. Kuman
dianggap sebagai penyebab tunggal. Teori ini berkembang setelah
ditemukannya mikroskop.
7. Teori Ekologi Lingkungan
Manusia berinteraksi dengan berbagai faktor penyebab dalam
lingkungan tertentu dan pada keadaan tertentu akan kenimbulkan
penyakit tertentu pula.
Konsep Dasar Timbulnya Penyakit
Konsep penyebab dan proses terjadinya penyakit dalam
epidemiologi berkembang dari rantai sebab akibat menjadi suatu proses
kejadian penyakit yaitu proses interaksi antara manusia dan berbagai macam
sifatnya (perilakunya) terhadap penyebab serta lingkungan mereka.
Bermula dari teori hipokrates yang mengemukakan bahwa
penyakit timbul akibat pengaruh lingkungan (air,udara,tanah,cuaca,dll).
Dalam teori ini tidak dijelaskan kedudukan manusia dalam interaksi tersebut
dan faktor lingkungan bagaimana yang dapat menimbulkan penyakit.
Kemudian dari hal ini terjadilah berbagai penelitian-penelitian tentang
penyebab penyakit dan pengembangan konsep mengenai konsep dasar
terjadinya penyakit pada masyarakat.
Kemudian muncullah teori segitiga epidemiologi atau triad
epidemiologi (Morrix 1975) yang memfokuskan terhadap keseimbangan
antara Agen (penyebab penyakit), Host (manusia) dan Environment
(lingkungan).

Pertama, jika pemberatan terjadi terhadap keseimbangan agen ini


maka agen penyakit mendapat kemudahan menimbulkan penyakit pada
host. Kemudian keadaan kedua dimana keadaan host mengakibatkan
ketidakseimbangan. Keadaan seperti ini dimungkingkan apabila host
menjadi lebih peka terhadap suatu penyakit. Berikutnya jika
ketidakseimbangan berasal dari lingkungan, maka hal ini menggambarkan
terjadinya pergeseran kualitas lingkungan sedemikian rupa sehingga agen
memberatkan keseimbangan. Kasus seperti ini berarti bahwa pergeseran
kualitas lingkungan memudahkan agen memasuki tubuh host dan
menimbulkan penyakit. Sebaliknya jika pergeseran lingkungan terjadi dan
mengakibatkan memberatnya host itu juga dapat memepengaruhi
kesehatan.Meskipun teori ini tidak bisa diaplikasikan kesemua jenis
penyakit, tetapi konsep ini menjadi acuan konsep untuk mencari konsep-
konsep berikutnya tentang keseimbangan dan dasar terjadinya suatu
penyakit.
Beranjak dari konsep diatas, Blum (1974) menambahkan konsep
lain yang dinamakan The environment of Health model menyatakan
bahwa ada 4 faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan individu yaitu :
lingkungan, gaya hidup, human biology, dan sistem pelayanan kesehatan.

The mandala of health (Hancock & Perkins, 1985) menyempurnakan


bagaimana pola konsep terjadinya penyakit terhadap individu-individu.
Adapun penjelasan untuk pola konsep mandala of health :
1. Body, mind & spirit: kondisi pasien saat ini (usia, diagnosis kerja, DD,
harapan, ketakutan)
2. Human biology: risiko genetik dan herediter pasien
3. Personal behavior: perilaku kesehatan pasien
4. Psycho-socio-economic environment: faktor-faktor psiko-sosio-
ekonomi yang berkontribusi terhadap risiko kesehatan pasien
5. Physical environment: faktor lingkungan fisik yang berperan dalam
risiko kesehatan pasien
6. Community: peraturan kesehatan lokal dan nasional, kebutuhan dan
permintaan mengenai kesehatan publik yang berperan dalam risiko
kesehatan pasien
7. Culture: norma dan budaya
Berdasarkan pola dan penjelasan diatas Mandala of Health (a model of
human ecosystem) dapat disimpulkan bahwa :
1. Manusia terdiri atas 3 bagian meliputi fisik, jiwa, dan pikiran
2. Kesehatan pada diri individu dipengaruhi oleh kebiasaan personal,
lingkungan fisik, unsur biologis manusia, serta lingkungan psiko-sosio-
ekonomi. Di mana masing-masing faktor terkait satu sama lain.
3. Kebiasaan personal dan kondisi psiko-sosio-ekonomi mempengaruhi
lifestyle
4. Kebiasaan personal dan unsur biologis manusia mempengaruhi sick
care system
5. Kondisi psiko-sosio-ekonomi dan lingkungan fisik mempengarui kerja
seseorang
6. Unsur biologis manusia dan lingkungan fisik mempengaruhi human
made environment
Mubarak, Wahid Iqbal dan Chayatin, Nurul. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat:
Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika
Hancock, T & Perkins, F. 1985. The Mandala of Health: A conceptual model and
teaching tool. Health Education

6. Bagaimana interaksi berbagai faktor dalam menimbulkan masalah kesehatan

11. Jelaskan mengenai program puskesmas untuk penanggulangan penyakit menular


Pencegahan dan pengendalian Penyakit menular merupakan program
pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan mengendalikan penular
penyakit menular/infeksi (misalnya TB, DBD, Kusta dll). Tujuan dari program
P2M ini yaitu untuk menurunkan angka kesakitan, kematian, dan kecacatan akibat
penyakit menular. Prioritas penyakit menular yang akan ditanggulangi adalah
Malaria, demam berdarah dengue, diare, polio, filaria, kusta tuberkulosis paru,
HIV/AIDS, pneumonia, dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi. Uraian tugas umum untuk koordinator unit pencegahan dan
pemberantasan penyakit menular yaitu menyusun perencanaan dan evaluasi
kegiatan di unit p2m, mengkoordinir dan berperan aktif terhadap kegiatan di
unitnya, dan kut serta aktif mencegah dan mengawasi terjadinya peningkatan kasus
penyakit menular serta menindaklanjuti terjadinya KLB. Banyak sekali upaya yang
dilakukan oleh puskesmas untuk memberantas penyakit menular, setelah puskemas
bekerja, kinerja p2m puskesmas langsung dilaporkan kepada kepala dinas
kesehatan daerah tingkat II.
1. Kegiatan Pokok P2M
Secara umum, untuk pemberantasan penyakit menular, puskesmas memiliki
tugas-tugas yang terbagi dalam lima hal. Terdapat banyak sekali macam penyakit
menular, berikut ini jenis penyakit menular yang bersumber data dari puskesmas
berdasarkan KEPMENKES RI NOMOR 1479/MENKES/SK/X/2003 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan
Penyakit Tidak Menular Terpadu:
NO. Penyakit NO. Penyakit
1. Kolera 14. Malaria Klinis
2. Diare 15. Malaria Vivax
3. Diare berdarah 16. Malaria falsifarum
4. Tifus perut klinis 17. Malaria mix
5. TBC paru BTA (+) 18. Demam berdarah dengue
6. Tersangka TBC paru 19. Demam dengue
7. Kusta PB 20. Pneumonia
8. Kusta MB 21. Sifilis
9. Campak 22. Gonrrhea
10. Difteri 23. Frambusia
11. Batuk rejan 24. Filariasis
12. Tetanus 25. Influensa
13. Hepatitis klinis

Kegiatan pokok pemberantasan penyakit menular oleh puskesmas terdiri


dari pencegahan dan penanggulangan faktor risiko, peningkatan imunisasi,
penemuan dan tatalaksana penderita, peningkatan surveilens epidemiologi dan
penanggulangan wabah, serta peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi
(KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit.
A. Pencegahan dan Penanggulangan Faktor Risiko
Selain pasien yang telah terinfeksi penyakit menular, masyarakat yang
memiliki risiko tinggi juga perlu diperhatikan, karena masyarakat yang memiliki
risiko tinggi bisa memiliki risiko kapan saja terkena penyakit menular. Pencegahan
dan penanggulangan faktor risiko terdiri atas:
1) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-
undangan, dan kebijakan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko dan
diseminasinya
2) Menyiapkan materi dan menyusun rencana kebutuhan untuk pencegahan dan
penanggulangan faktor resiko
3) Menyediakan kebutuhan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko sebagai
stimulam
4) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman
pencegahan dan penanggulangan faktor risiko
5) Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk melakukan
pencegahan dan penanggulangan faktor risiko
6) Melakukan bimbingan, pemantauan dan evaluasi kegiatan pencegahan dan
penanggulangan faktor risiko
7) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan
konsultasi teknis pencegahan dan penanggulangan faktor risiko
8) Melakukan kajian program pencegahan dan penanggulangan faktor risiko
9) Membina dan mengembangkan UPT dalam pencegahn dan penanggulangan
faktor risiko.
10) Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan pencegahan
dan pemberantasan penyakit.
B. Peningkatan imunisasi
Imunisasi sangat penting untuk mencegah dan melindungi seseorang
terjangkit penyakit menular, ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh puskesmas
dalam hal peningkatan imunisasi yaitu:
1) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-
undangan, dan kebijakan peningkatan imunisasi, dan diseminasinya
2) Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan peningkatan
imunisasi
3) Menyediakan kebutuhan peningkatan imunisasi sebagai stimulan yang ditujukan
terutama untuk masyarakat miskin dan kawasan khusus sesuai dengan skala
prioritas
4) Menyiapkan materi dan menyusun rancagan juklak juklak/juknis/protap
program imunisasi
5) Menyiapkan dan mendistribusikan sarana dan prasarana imunisasi
6) Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk melaksanakan
program imunisasi
7) Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan imunisasi
8) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan
konsultasi teknis peningkatan imunisasi
9) Melakukan kajian upaya peningkatan imunisasi
10) Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan imunisasi
11) Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan imunisasi
C. Penemuan dan tatalaksana penderita
Selain kunjungan penderita ke puskesmas, puskesmas harus berperan aktif
dalam penemuan dan kunjungan terhadap penderita. Penemuan dan tatalaksana
penderita terdiri atas upaya bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan
penemuan dan tatalaksana penderita, serta meningkatkan kemampuan tenaga
pengendalian penyakit untuk melaksanakan program penemuan dan tatalaksana
penderita. Di dalam upaya penemuan dan tatalaksana penderita dibutuhkan
kerjasama antara masyarakat dan puskesmas untuk saling bekerjasama sehingga
dapat memabangun status kesehatan pada masyarakat yang optimal dengan
pemberantasan penyakit menular, sebagai contoh seperti kasus TBC yang
membutuhkan peran penting puskesmas. Apabila pasien berhenti dalam masa
pengobatan akibat halangan tertentu atau lalainya pasien dalam kunjungan ke
puskesmas untuk kontrol, maka puskesmas harus aktif mengunjungi rumah
penderita, sebab apabila pasien tersebut berhenti minum obat, maka upaya
pemberantasan TBC dikatakan gagal dan pasien harus mengulang tahap pengobatan
mulai dari awal. Serta apabila pasien terus-terusan memberhentikan pengobatan di
tengah-tangah masa pengobatan, maka akan terjadi resistensi dan hal ini dapat
menyebabkan kemungkinan penyebaran penyakit semakin besar. Itulah sebabnya,
puskesmas terdekat harus mengunjungi rumah pasien agar dapat menjangkau
pasien dan menyukseskan upaya p2m. Kegiatan pokok dalam upaya ini yaitu:
1) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan
perundangundangan, dan kebijakan penemuan dan tatalaksana penderita dan
diseminasinya
2) Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan penemuan dan
tatalaksana penderita
3) Menyediakan kebutuhan penemuan dan tatalaksana penderita sebagai
stimulan
4) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman
program penemuan dan tatalaksana penderita
5) Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk
melaksanakan program penemuan dan tatalaksana penderita
6) Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan penemuan dan
tatalaksana penderita
7) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan
konsultasi teknis penemuan dan tatalaksana penderita
8) Melakukan kajian upaya penemuan dan tatalaksana penderita
9) Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya penemuan dan tatalaksana
penderita
10) Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan
penemuan dan tatalaksana penderita.
D. Peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah
Surveilans epidemilogi penyakit menular juga merupakan salah satu upaya
pemberantasan penyakit menular yang penting, karena dengan surveilans
epidemiologi penyakit menular, puskesmas dapat mengetahui penyebaran dan
hubungannya dengan faktor risiko, surveilans epidemiologi ini dapat mendukung
pemberantasan penyakit menular dari data yang didapat oleh puskesmas itu sendiri.
Kegiatan pokok:
1) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-
undangan, dan kebijakan peningkatan surveilans epidemiologi dan
penanggulangan KLB/wabah dan diseminasinya
2) Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan peningkatan
surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah
3) Menyediakan kebutuhan peningkatan surveilans epidemiologi dan
penanggulangan KLB/wabah sebagai stimulan
4) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman
program surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah
5) Meningkatkan sistem kewaspadaan dini dan menanggulangi KLB/Wabah,
termasuk dampak bencana
6) Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk
melaksanakan program surveilans epidemiologi dan penanggulangan
KLB/wabah
7) Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan surveilans
epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah
8) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan
konsultasi teknis peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan
KLB/wabah
9) Melakukan kajian upaya peningkatan surveilans epidemiologi dan
penanggulangan KLB/wabah
10) Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan surveilans
epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah
11) Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan
surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah.
Surveilans merupakan kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus
terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang
mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-
masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara
efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran
informasi epidemiologi kepada penyelenggara program. Jadi, surveilans
epidemiologi penyakit menular merupakan kegiatan analisis secara sistematis dan
terus-menerus terhadao penyakit menular yang terjadi di suatu wilayah tertentu agar
dapat melakukan tindakan penanggulangaan penyakit menular secara efektif dan
efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi
epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan. Tujuan surveilans
epidemiologi penyakit menular yaitu:
1) Terkumpulnya data kesakitan, data laboratorium dan data KLB
Penyakit menular di Puskesmas sebagai sumber data Surveilans Terpadu
Penyakit Menular.
2) Terdistribusikannya data kesakitan, data laboratorium serta data KLB
penyakit menular kepada unit surveilans Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
unit surveilans Dinas Kesehatan Propinsi dan unit surveilans Direktorat
Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular
3) Terlaksananya pengolahan dan penyajian data penyakit menular dalam
bentuk tabel, grafik, peta dan analisis epidemiologi lebih lanjut oleh Unit
surveilans Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Propinsi dan
Ditjen PPM &PL Depkes
4) Terdistribusinya hasil pengolahan dan penyajian data penyakit menular
beserta hasil analisis epidemiologi lebih lanjut dan rekomendasi kepada
program terkait di Puskesmas, Kabupaten/Kota, Propinsi, Nasional, pusat-
pusat riset, pusat-pusat kajian dan perguruan tinggi serta sektor terkait lainnya
Di dalam KEPMENKES RI NOMOR 1479/MENKES/SK/X/2003 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan
Penyakit Tidak Menular Terpadu, dinyatakan bahwa prioritas surveilans penyakit
yang perlu dikembangkan adalah penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi,
penyakit yang potensial menimbulkan wabah atau kejadian luar biasa, penyakit
menular dan keracunan, demam berdarah dan demam berdarah dengue, malaria,
penyakit-penyakit zoonosis antara lain antraks, rabies, leptospirosis, filariasis serta
tuberkulosis, diare, tipus perut, kecacingan dan penyakit perut lainnya, kusta,
frambusia, penyakit HIV/AIDS, penyakit menular seksual, pneumonia, termasuk
penyakit pneumonia akut berat (severe acute respiratory syndrome), hipertensi,
stroke dan penyakit jantung koroner, diabetes mellitus, neoplasma, penyakit paru
obstuksi menahun, gangguan mental dan gangguan kesehatan akibat kecelakaan.
Salah satu ruang lingkup penyelenggaran surveilans terpadu penyakit yaitu
surveilans terpadu penyakit bersumber data Puskesmas, jenis penyakit menular
yang termasuk di dalam surveilans terpadu penyakit berbasis puskesmas meliputi
kolera, tifus perut klinis, TBC paru BTA (+), tersangka TBC paru, kusta PB, Kusta
MB, campak, difteri, batuk rejan, tetanus, hepatitis klinis, malaria klinis, malaria
vivax, malaria falsifarum, malaria mix, demam berdarah dengue, pneumonia, sifilis,
gonorrhoe, frambusia, filariasis, dan influenza. Data-data surveilans terpadu
penyakit didapatkan dari data harian pelayanan yang disusun dalam sistem
perekaman data puskesmas. Masing-masing unit surveilans di Puskemas memiliki
peran khusus dalam penyelenggaraan Surveilans Terpadu Penyakit Peran tersebut
diformulasikan sebagai kegiatan teknis surveilans yang saling mempengaruhi
kinerja antara yang satu dengan unit surveilans yang lain dalam jejaring surveilans.
Peran puskesmas dalam STP penyakit menular yaitu:
1) Pengumpulan dan pengolahan data
Unit surveilans puskesmas Unit surveilans Puskesmas mengumpulkan dan
mengolah data STP Puskesmas harian bersumber dari register rawat jalan &
register rawat inap di Puskesmas dan Puskesmas Pembantu, tidak termasuk
data dari unit pelayanan bukan puskesmas dan kader kesehatan. Pengumpulan
dan pengolahan data tersebut dimanfaatkan untuk bahan analisis dan
rekomendasi tindak lanjut serta distribusi data.
2) Analisis serta Rekomendasi Tindak Lanjut
Unit surveilans Puskesmas melaksanakan analisis bulanan terhadap penyakit
potensial KLB di daerahnya dalam bentuk tabel menurut desa/kelurahan dan
grafik kecenderungan penyakit mingguan, kemudian menginformasikan
hasilnya kepada Kepala Puskesmas, sebagai pelaksanaan pemantauan

13
wilayah setempat (PWS) atau sistem kewaspadaan dini penyakit potensial
KLB di Puskesmas. Apabila ditemukan adanya kecenderungan peningkatan
jumlah penderita penyakit potensial KLB tertentu. maka Kepala Puskesmas
melakukan penyelidikan epidemiologi dan menginformasikan ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Unit surveilans Puskesmas melaksanakan
analisis tahunan perkembangan penyakit dan menghubungkannya dengan
faktor risiko, perubahan lingkungan, serta perencanaan dan keberhasilan
program. Puskesmas memanfaatkan hasilnya sebagai bahan profil tahunan,
bahan perencanaan Puskesmas, informasi program dan sektor terkait serta
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
3) Umpan Balik
Unit surveilans Puskesmas mengirim umpan balik bulanan absensi laporan
dan permintaan perbaikan data ke Puskesmas Pembantu di daerah kerjanya.
4) Laporan
Setiap minggu, Puskesmas mengirim data PWS penyakit potensial KLB ke
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Setiap bulan, puskesmas mengirim data
STP Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan jenis penyakit
dan variabelnya.
E. Peningkatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) Pencegahan dan
Pemberantasan Penyakit
Setelah upaya-upaya yang telah dijelaskan di atas tadi, Puskesmas juga
memiliki upaya untuk meningkatkan komunikasi, informasi, dan Edukasi untuk
oencegan dan pemberantasan penyakit menular di suatu wilayah kerjanya. Upaya
ini bisa dilakukan dengan pengembangan media promosi kesehatan dan teknologi
komunikasi, informasi dan edukasi (KIE); pengembangan upaya kesehatan
bersumber masyarakat, (seperti pos pelayanan terpadu, pondok bersalin desa, usaha
kesehatan sekolah dan generasi muda, Saka Bhakti Husada; serta peningkatan
pendidikan kesehatan kepada masyarakat. Media promosi kesehatan terhadap
masyarakat perlu ditingkatkan terutama promosi tentang penyakit menular, cara
penularan dan cara pencegahan agar masyarakat bisa mengerti secara luas apa saja
penyakit menular itu, bagaimana cara mencegahnya dan bagaimana cara
mengobatinya. Selain itu puskesmas juga bertugas untuk mengajak masyarakat
berperan aktif dalam pengembangan upaya kesehatan misalnya pos pelayanan
terpadu dan usaha kesehatan lain. Selain promosi kesehatan, komunikasi dan
informasi seputar penyakit menular untuk masyarakat juga merupakan upaya
puskesmas dalam pemberantasan penyakit menular. Informasi yang diberikan
terhadap puskesmas seperti penyuluhan harus dibuat semenarik mungkin agar
masyarakat tertarik terhadap acara yang diadakan. Semisal, penyuluhan HIV/AIDS
pada siswa SMP/SMA untuk pencegahan penyakit menular seksual pada kalangan
muda yang sekarang sedang marak terjadi. Banyak siswa SMP yang masih belum
mengerti apa itu penyakit HIV/AIDS dan bagaimana cara penularannya sehingga
di Indonesia penyebaran HIV/AIDS sangatlah cepat. Selain pemberian informasi,
pembentukan karakter dan moral terhadap kalangan muda juga sangat penting
untuk membentuk moral dan karakter yang baik sebagai dasar pembentukan negara
untuk berkembang. Meskipun moral merupakan faktor tidak langsung terhadap
penyebaran penyakit menular terutama penyakit menular melalui hubungan
seksual, namun pembentukan moral sangat penting diberikan kepada generasi muda
untuk tujuan pencegahan penularan penyakit menular hubungan seksual. Selain itu,
pembentukan moral dan karakter bisa mendukung pembangunan negara yang
berimbas kepada tingkat dan status kesehatan bangsa. Upaya selain promosi yaitu
pemberdayaan masyarakat melalui pos kesehatan pada puskesmas yang
bersumberdayakan masyarakat. Pos kesehatan ini tetap dikelola oleh puskesmas
meskipun yang melaksanakan orang-orang yang ingin berpartisipasi di dalamnya
dengan dibimbing oleh dokter atau bidan setempat. Dengan adanya pos kesehatan
yang bersumberdayakan masyarakat, maka secara otomatis pengetahuan
masyakarakat akan bertambah. Kegiatan pokok dari peningkatan komunikasi,
informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit yaitu:
1) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-
undangan, dan kebijakan peningkatan komunikasi informasi dan edukasi
(KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit dan diseminasinya
2) Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan peningkatan
komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan
penyakit
3) Menyediakan kebutuhan peningkatan komunikasi informasi dan edukasi
(KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit sebagai stimulan
4) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman
program komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan
pemberantasan penyakit
5) Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk
melaksanakan program komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan
dan pemberantasan penyakit
6) Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan komunikasi
informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit
7) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan
konsultasi teknis peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE)
pencegahan dan pemberantasan penyakit
8) Melakukan kajian upaya peningkatan komunikasi informasi dan edukasi
(KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit
9) Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan komunikasi
informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit
10) Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan
komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan
penyakit.
Menkes, 2006 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
279/MENKES/SK/IV/2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Upaya
Keperawatan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas, Jakarta
Menkes, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
128/MENKES/SK/II/2004 Tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
MENKES, 2003, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1479/MENKES/SK/X/2003 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Surveilans
Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Terpadu, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai