Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN DIARE

A. Definisi
Diare menurut WHO secara klinis didefinisikan sebagai bertambahnya
defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai
dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Secara
klinik dibedakan tiga macam sindroma diare yaitu diare cair akut, disentri, dan diare
persisten. Sedangkan menurut menurut Depkes RI diare adalah suatu penyakit dengan
tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek
sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau
lebih dalam sehari .
Diare akut diberi batasan sebagai meningkatnya kekerapan, bertambah cairan,
atau bertambah banyaknya tinja yang dikeluarkan, akan tetapi hal itu sangat
relatif terhadap kebiasaan yang ada pada penderita dan berlangsung tidak lebih dari
satu minggu. Apabila diare berlangsung antara satu sampai dua minggu maka
dikatakan diare yang berkepanjangan (Sudoyo Aru, dkk.2009)
Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan :
a. Lama waktu diare :
- Akut : berlangsung kurang dari 2 minggu
- Kronis : berlangsung lebih dari 2 minggu
b. Mekanisme patofisiologis : osmotik atau sekretorik dll
c. Berat ringan diare : kecil atau besar
d. Penyebab infeksi atau tidak : infeksi atau non infeksi
e. Penyebab organik atau tidak : organik atau fungsional

Kebutuhan rehidrasi oral (CRO) menurut usia untuk 4 jam pertama pada anak
(Djuanda Adhi)

B. Etiologi
1. Diare Akut
Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus.
Parasit : protozoa; Giardia lambdia, Entamoeba hystolitica, trikomonas hominis,
isospora sp, Cacing (A lumbricoides, A. Duodenale, N. Americanus, T. Trichuria,
O. Vermicularis, S. Strecolaris, T. Saginata, T.Sollium).
Bakteri : yang memproduksi enterotoksin (S aerus, C perfringers, E.Coli, V
Cholera, C difficile) dan yang menimbulkan inflamasi mukosa usus (Shingella,
Salmonella sp, Yersinia)

2. Diare Kronis
Umumnya diare kronis dapat dikelompokkan dalam 6 kategori pathogenesis
terjadinya
- Diare Osmotic
- Diare Sekretorik
- Diare karena gangguan motilitas
- Diare inflamatorik
- Malabsorbsi
- Infeksi kronik

C. Manifestasi Klinis
1. Diare akut
- Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset
- Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas-gas dalam perut, rasa
tidak enak, nyeri perut.
- Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut.
- Demam
2. Diare Kronik
- Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang
- Penurunan Berat Badan dan nafsu makan
- Demam indikasi terjadinya infeksi
- Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardia, denyut lemah

(Yuliana elin,2009)

Pemeriksaan Penunjang (Mustakin, 2011)

1. Pemeriksaan tinja
- Makroskopis dan mikroskopis
- Ph dan kadar gula dalam tinja
- Biakan dan resistensi feses (colok dubur)
2. Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan keseimbangan
asam basa (pernapasan kusmaul)
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, k, Kalsium dan Posfat

D. Masalah yang lazim muncul (Nanda,2015)


1. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar-kapiler.
2. Diare b.d Proses infeksi.
3. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif.
4. Kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB Sering.
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan intake
makanan.
6. Resiko syok (hipovolemi)
7. Ansietas b.d penurunan status kesehatan

E. Discharge Planing
1. Ajarkan pada keluarga mengenai pemberian makanan dan minuman (misal oralit).
2. Ajarkan mengenai tanda-tanda dehidrasi (ubun-ubun dan mata cekung, turgor
kulit tidak elastis, membran mukosa kering) dan segera dibawa kedokter.
3. Jelaskan obat-obatan yang diberikan, efek samping dan kegunaannya.
4. Asupan nutrisi harus diteruskan untuk mencegah atau meminimalkan gangguan
gizi yang terjadi.
5. Banyak minum air.
6. Hindari konsumsi minuman bersoda/minuman ringan yang banyak mengandung
glukosa karena glukosa/gula dapat menyebabkan air terserap keusus sehingga
memperberat kondisi diare.
7. Biasakan cuci tangan seluruh bagian dengan sabun dan air tiap kali sesudah buang
air besar atau kecil dan sebelum menyiapkan makanan untuk mencegah penularan
diare .
8. Hindari produk susu dan makanan berlemak, tinggi serat atau sangat manis hingga
gejala diare membaik.
F. Patofisiologi

Sumber Foto: http://vipabatusangkar.blogspot.co.id

G. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan


a. Diagnosa 1: Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal.
Kriteria hasil:
o Tanda vital dalam batas normal.
o Turgor elastik, membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong.
o Konsistensi BAB lembek, frekuensi 1 kali perhari.
Intervensi :

1) Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit.


Rasional: Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan
kekeringan mukosa dan pemekataj urin. Deteksi dini memungkinkan
terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit
2) Pantau intake dan output
Rasional: Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus
membuat keluaran tak aadekuat untuk membersihkan sisa
metabolisme.
3) Timbang berat badan setiap hari
Rasional: Mendeteksi kehilangan cairan, penurunan 1 kg BB sama
dengan kehilangan cairan 1 liter.
4) Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr.
Rasional: Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral.
5) Kolaborasi:
Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)
Rasional: koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk
mengetahui faal ginjal (kompensasi).
Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur
Rasional : Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan
cepat.
Obat-obatan : antisekresin, antispasmolitik, antibiotic.
Rasional : anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan
elektrolit agar simbang, antispasmolitik untuk proses absorbsi
normal, antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum luas untuk
menghambat endotoksin.
b. Diagnosa 2: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan tidak adekuatnya intake dan output.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan perawatan selama di rumah di RS
kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria:
Nafsu makan meningkat.
BB meningkat atau normal sesuai umur.
Intervensi:

1) Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat


tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin)
Rasional: Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat
merangsang mengiritasi lambung dan sluran usus.
2) Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau
sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat.
Rasional: situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.
3) Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan.
Rasional: Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan.
4) Monitor intake dan out put dalam 24 jam.
Rasional: Mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah
makanan.
5) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain:
Terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu.
Obat-obatan atau vitamin (A).
Rasional: Mengandung zat yang diperlukan, untuk proses
pertumbuhan.
c. Diagnosa 3: Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses
infeksi dampak sekunder dari diare.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak terjadi
peningkatan suhu tubuh.
Kriteria hasil:
- Suhu tubuh dalam batas normal (36-37,5 derajat Celcius).
- Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio
laesa).

Intervensi:

1) Monitor suhu tubuh setiap 2 jam.


Rasional : Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh
(adanya infeksi).
2) Berikan kompres hangat.
Rasional : merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan
produksi panas tubuh.
3) Kolaborasi pemberian antipirektik.
Rasional : Merangsang pusat pengatur panas di otak.
d. Diagnosa 4: Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan
peningkatan frekuensi BAB (diare).
Tujuan: Setelah dilakukan tindaka keperawatan selama di rumah sakit
integritas kulit tidak terganggu.
Kriteria hasil:
- Tidak terjadi iritasi: kemerahan, lecet, kebersihan terjaga.
- Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan
benar.
Intervensi :
1) Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur.
Rasional : Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman.
2) Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah
dan mengganti pakaian bawah serta alasnya).
Rasional : Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh
karena kelebaban dan keasaman feces.
3) Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam.
Rasional : Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama
sehingga tak terjadi iskemi dan iritasi .
e. Diagnosa 5: Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, klien
mampu beradaptasi.
Kriteria hasil: Mau menerima tindakan perawatan, klien tampak tenang dan
tidak rewel.
Intervensi :
1) Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan perawatan.
Rasional : Pendekatan awal pada anak melalui ibu atau keluarga.
2) Hindari persepsi yang salah pada perawat dan RS.
Rasional : mengurangi rasa takut terhadap perawat dan lingkungan RS.
3) Berikan pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan
pengobatan.
Rasional: Menambah rasa percaya diri akan keberanian dan
kemampuannya.
4) Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal
maupun non verbal (sentuhan, belaian, dan lain-lain)
Rasional : Kasih sayang serta pengenalan diri perawat akan menumbuhkan
rasa aman pada klien.

DAFTAR PUSTAKA

Huda, Amin dan Hardhi Kusuma. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan
Penerapan Diagnosa NANDA, NIC, NOC dalam Berbagai Kasus Edisi Revisi Jilid
2. Yogyakarta: MediAction

Anda mungkin juga menyukai