Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Isolasi soaial merupakan suatu sikap dimana individu menghindari diri dari
interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan
tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi atau
kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang
lain, yang dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan
tidak sanggup membagi pengamatan dengan orang lain. (Balitbang, dalam Fitria, 2010)
Isolasi sosial adalah keadaan ketika seseorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain dan sekitarnya. (Keliat
dan Akemat, 2009)
Isolasi sosial merupakan upaya menghindari komunikasi dengan orang lain karena
merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi
rasa, pikiran, dan kegagalan. Klien mengalami kesulitan dalam berhubungan secara
sepontan dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak ada
perhatian dan tidak sanggup berbagi pengalaman. (Yosep, 2009)

2. Etiologi
Salah satu penyebab dari isolasi sosial menarik diri adalah harga diri rendah. Harga
diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa
jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan
sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal
mencapai keinginan. Adapun beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab dari isolasi
sosial menarik diri:
a. Faktor Perkembangan: tidak adanya sentuhan, perhatian, kehangatan dari keluarga
yang mengakibatkan individu menyendiri, kemampuan berhubungan dengan orang
lain tidak adekuat yang berakhir dengan menarik diri.
b. Faktor Komunikasi dalam keluarga: biasanya seorang klien sering mengalami
kecemasan dalam berhubungan dengan anggota keluarga, sering menjadi kambing
hitam, sikap keluarga tidak konsisten (kadang boleh, kadang tidak). Situasi ini
membuat klien enggan berkomunikasi dengan orang lain.
c. Faktor Sosial Budaya: Di kota besar, masing-masing individu sibuk
memperjuangkan hidup sehingga tidak ada waktu bersosialisasi. Situasi ini
mendukung perilaku menarik diri.
d. Faktor Biologi
Kelainan pada organ tubuh dapat mempengaruhi terjadinya gangguan jiwa
khususnya gangguan hubungan sosial. Misalnya kelainan struktur otak dan struktur
limbik diduga menyebabkan skizofrenia. Pada pasien skizofrenia terdapat
gambaran struktur otak yang abnormal diman otak mengalami atrofi, perubahan
ukuran dan bentuk sel limbik pada daerah kortikal.

3. Manifestasi Klinis
a. Aspek fisik :
Makan dan minum kurang
Tidur kurang atau terganggu
Penampilan diri kurang
Keberanian kurang
b. Aspek emosi :
Bicara tidak jelas, merengek, menangis seperti anak kecil
Merasa malu, bersalah
Mudah panik dan tiba-tiba marah
c. Aspek sosial
Duduk menyendiri
Selalu tunduk
Tampak melamun
Tidak peduli lingkungan
Menghindar dari orang lain
Tergantung dari orang lain
d. Aspek intelektual
Putus asa
Merasa sendiri, tidak ada sokongan
Kurang percaya diri

4. Komplikasi
Klien dengan perilaku menarik diri dapat berakibat pada terjadinya resiko
perubahan sensori persepsi (halusinasi). Halusinasi ini merupakan salah satu orientasi
realitas yang maladaptif, di mana halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan
tanpa stimulus yang nyata, artinya klien menginterprestasikan sesuatu yang nyata tanpa
stimulus/rangsangan eksternal.
5. Patofisiologi
Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak aman
dalam berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal dari lingkungan yang
penuh permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana tidak mungkin mengembangkan
kehangatan emosional dalam hubungan yang positif dengan orang lain yang
menimbulkan rasa aman.
Dunia merupakan alam yang tidak menyenangkan, sebagai usaha untuk melindungi
diri, klien menjadi pasif dan kepribadiannya semakin kaku (rigid). Klien semakin tidak
dapat melibatkan diri dalam situasi yang baru. Ia berusaha mendapatkan rasa aman
tetapi hidup itu sendiri begitu menyakitkan dan menyulitkan sehingga rasa aman itu
tidak tercapai. Hal ini menyebabkan ia mengembangkan rasionalisasi dan
mengaburkan realitas daripada mencari penyebab kesulitan serta menyesuaikan diri
dengan kenyataan.
Konflik antara kesuksesan dan perjuangan untuk meraih kesuksesan itu sendiri
terus berjalan dan penarikan diri dari realitas diikuti penarikan diri dari keterlibatan
secara emosional dengan lingkungannya yang menimbulkan kesulitan. Semakin klien
menjauhi kenyataan semakin kesulitan yang timbul dalam mengembangkan hubungan
dengan orang lain. Menarik diri juga disebabkan oleh perceraian, putus hubungan,
peran keluarga yang tidak jelas, orang tua pecandu alkohol dan penganiayaan anak.
Resiko menarik diri adalah terjadinya resiko perubahan sensori persepsi (halusinasi).

6. Pohon masalah
Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi .....

Core Problem
Isolasi sosial: menarik diri

Gangguan konsep diri: harga diri rendah

7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Doengoes (2007), prosedur diagnostik yang dapat digunakan untuk
mendeteksi fungsi otak pada penderita gangguan jiwa adalah sebagai berikut:
1) Computerized Tomografi Scaning (CT Scan)
Individu dengan gejala negatif seringkali menunjukkan abnormalitas struktur
otak dalam sebuah hasil CT Scan.
2) Magnetic Reonance Imaging (MRI)
Mengukur anatomi dan status biokimia dari berbagai segmen otak
3) Positron Emission Tomography
Mengukur fungsi otak secara spesifik seperti metabolisme glukosa, aliran
darah, terutama yang terkait dengan psikiatri. Dll

8. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis untuk pasien dengan gangguan jiwa dibagi berdasarkan
dua metode, yaitu sebagai berikut:
a. Metode Biologik
Metode biologik yang digunakan pada pasien dengan isolasi sosial adalah
sebagai berikut:
a) Terapi Psikofarmatika
Terapi psikofarmatika yang akan diberikan ditujukan pada gangguan
fungsi neurotransmitter sehingga gejala-gejala klinis dapat dihilangkan atau
dengan kata lain skizofrenia dapat diobati. Obat antipsikotik terpilih untuk
skizofrenia terbagi dalam dua golongan yaitu:
Antipsikotik tipikal seperti: Klorpromazim, Trifluferazin, Haloperidol, dimana
golongan ini bekerja dengan memblokir reseptor dopamin terpilih, baik di area
setriatal maupun limbik di otak.
Antipsikotik atipikal seperti: Klozapin dan Risperidon, dimana golongan ini
menghasilkan reseptor dopamin dan serotonin selektif yang menghambat
sistem limbik.
Atau dengan kata lain, memberikan efek antipsikotik (gejala positif) dan
mengurangi gejala negatif.
b) Terapi Kejang Listrik (ECT)
Digunakan untuk pasien yang mengalami depresi.pengobatan dengan ECT
dilakukan 2 sampai 3 kali perminggu dengan total 6 sampai 12 kali pengobatan.
b. Metode Psikosal
Menurut hawari (2006), ada beberapa terapi psikosal untuk pasien skizofrenia, antara
lain sebagai berikut:
a) Psikoterapi
Psikoterapi pada pasien skizofrenia baru dapat diberikan apabila penderita
dengan terapi psikofarmatika sudah mencapai tahapan dimana kemampuan menilai
realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik.
b) Terapi Psikososial
Dengan terapi psikososial ini dimaksudkan agar penderita mampu kembali
beradaptasi dengan lingkungan sosial sekitarnya dan mampu merawat diri, mampu
mandiri, tidak bergantung pada orang lain, sehingga tidak menjadi beban bagi keluarga
dan masyarakat.
c) Terapi psikoreligius
Terapi keagamaan terhadap penderita skizofrenia ternyata mempunyai manfaat.
Diantaranya yaitu gejala-gejala klinis gangguan jiw lebih cepat hilang,
lamanyaperawatan lebih pendek, dan lebih cepat dalam beradaptasi dengan
lingkungan. Terapi keagamaan yang dimaksud adalah berupa kegiatan ritual
keagamaan seperti sembahyang, berdoa, kajian kitab suci dan lain sebagainya.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


I. Pengkajian
1. Identitas Klien
2. Alasan Masuk Rumah Sakit
3. Masalah Keperawatan.
a. Resiko perubahanm persepsi sensori: halusinasi..
b. Isolasi sosial : menarik diri
c. Gangguan konseps diri: harga diri rendah
4. Data yang perlu di kaji.
a. Resiko perubahanm persepsi
sensori: halusinasi..
1) Data Subjektif
a) Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan
stimulus nyata
b) Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata
c) Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
d) Klien merasa makan sesuatu
e) Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
f) Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar
g) Klien ingin memukul/melempar barang-barang
2) Data Objektif
a) Klien berbicar dan tertawa sendiri
b) Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu
c) Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
d) Disorientasi
b. Isolasi sosial : menarik diri
1) Data Obyektif:
Apatis, ekpresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri di kamar,
banyak diam, kontak mata kurang (menunduk), menolak berhubungan
dengan orang lain, perawatan diri kurang, posisi menekur.
2) Data subyektif
Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab
dengan singkat, ya atau tidak.
c. Gangguan konsep diri: harga diri
rendah
1) Data obyektif:
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri.
2) Data subyektif:
Klien mengatakan: saya tidak bisa, tidak mampu, bodoh / tidak tahu
apa-apa, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri.

II. Diagnosa Keperawatan


1. Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi . berhubungan dengan menarik diri.
2. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
DAFTAR PUSTAKA

Azis R, dkk. (2003). Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino
Gondoutomo.
Boyd MA, Hihart MA. (1998). Psychiatric nursing : contemporary practice. Philadelphia:
Lipincott-Raven Publisher.
Keliat BA. (1999). Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta: EGC.
Stuart GW, Sundeen SJ. (1998). Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Stuart, G.W and Sundeen. (1995). Principle and practice of psychiatric nursing. 5thed.
St Louis Mosby Year Book.
Stuart. G.W and Laraia. (2001). Principle and practice of psychiatric nursing.7thed. St Louis
Mosby Year Book.
Townsed, Mary C. (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan
Psikiatri:pedoman untuk pembuatan rencana keperawatan. Edisi ketiga. Alih Bahasa:
Novi Helera C.D. Jakarta: EGC.
Tim Direktorat Keswa. (2000). Standar asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1.
Bandung: RSJP Bandung.

Anda mungkin juga menyukai