PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit Jantung Koroner (PJK) yang utama dan paling sering mengakibatkan
kematian. Kasus ini menyebabkan angka perawatan rumah sakit yang sangat besar
dalam tahun 2003 di Pusat Jantung Nasional dan merupakan masalah utama saat
ini. SKA masih tetap merupakan masalah kesehatan publik yang bermakna di
berkembang. Di Amerika Serikat, 1,36 juta penyebab rawat inap adalah kasus
SKA, 0,81 juta di antaranya adalah kasus infark miokardium, sisanya angina tidak
stabil.
SKA merupakan PJK yang progresif dan pada perjalanan penyakitnya,
sering terjadi perubahan secara tiba-tiba dari keadaan stabil menjadi keadaan tidak
stabil atau akut. Mekanisme terjadinya SKA adalah disebabkan oleh karena proses
pengurangan pasokan oksigen akut atau subakut dari miokard, yang dipicu oleh
adanya robekan plak aterosklerotik dan berkaitan dengan adanya proses inflamasi,
48% dari total penyebab kematian akibat penyakit tidak menular. Data di
kematian terbesar dari penyakit menular dan penyakit tidak menular, yaitu sebesar
1
2
maju/industri masih cukup tinggi yaitu 30% terjadi pada 2 jam pertama
perawatan, namun setelah ada pelayanan Coronary Care Unit (CCU) mulai tahun
1960 angka kematian turun menjadi 20% dan selanjutnya dengan penggunaan
terapi trombolitik pada tahun 1980 angka kematian menurun menjadi 10% dan
(chest pain). Nyeri dada merupakan suatu gejala yang sering diistilahkan dengan
ketidaknyamanan di sekitar dada (Smeltzer, SC. dan Bare, BG, 2004). Setiap
tahunnya lebih dari 8 juta pasien datang dengan keluhan nyeri dada atau gejala
emergensi yang ada di United States (Amsterdam et al., 2010). Manifestasi klinis
SKA dapat berupa angina pektoris tidak stabil (APTS), Non-ST elevation
Pengenalan dini dari IMA serta pengobatan dalam fase pra rumah sakit
dada, usaha meminta pertolongan pada petugas ambulan atau petugas pelayanan
pada jam pertama, sembilan puluh persen dari kematian disebabkan oleh Ventrikel
Fibrilasi.
Pengobatan pra rumah sakit dapat berupa pemasangan infus, pemberian
mungkin dengan Radio Nuclide Imaging, prosedur non invasif dan invasif seperti
Swan Ganz Kateter dan Balloon Flotation Kateter, dan mengobati komplikasi-
Dari wawancara tersebut diperoleh bahwa banyak pasien yang datang berobat
untuk kasus sindrom koroner akut ini, di IGD cukup sering menangani pasien
dengan APTS, NSTEMI, dan STEMI dimana pasien berhasil ditangani dan
kasus dari sindrom koroner akut ini belum dapat dipastikan. IGD RSU PKU
Muhammadiyah Bantul belum ada peraturan resmi tertulis yang baru sebagai
acuan standar penanganan pasien sindrom koroner akut, Standar Pelayanan Medik
jantung digambarkan 10% untuk tiap jamnya dari keterlambatan antara waktu
pasien atau keluarga memanggil ambulans dan waktu pasien ditangani di rumah
sakit (JAMA, 2010). Secara spesifik, 64% dari delay saat penyerahan di rumah
4
14%, dilema dalam mendiagnosis 9%, test awal negatif untuk serangan jantung 9,
secepatnya. Oklusi total arteri koroner pada STEMI memerlukan tindakan segera
Coronary Intervention (PCI), yang diberikan pada pasien STEMI dengan onset
gejala <12 jam. Pada pasien STEMI yang datang terlambat (>12 jam) dapat
dilakukan terapi reperfusi bila pasien masih mengeluh nyeri dada yang khas
infark. Keterlambatan pasien datang ke rumah sakit antara lain disebabkan pasien
menunda segera datang ke rumah sakit, faktor geografis rumah yang jauh dari
rumah sakit, atau pasien datang atas rujukan rumah sakit lain yang tidak tersedia
terapi reperfusi.
terdapat komponen pelayanan kesehatan yang terdiri dari dokter, perawat dan
tenaga ahli kesehatan lainnya (Utama, 2006). Keselamatan pasien adalah suatu
sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut
dengan pasien koma, pelaporan dan analisis accident, kemampuan belajar dari
dalam terapi medis tersebut mencakup terapi untuk mengendalikan faktor risiko
obat penghambat reseptor A-II), obat-obat baru antitrombotik, gagal jantung, dan
aritmia.
Berbagai pedoman dan standar terapi telah dibuat untuk penatalaksanaan
penderita SKA. Agar standar dan strategi pengobatan serta penatalaksanaan pasien
SKA berlangsung secara optimal, efektif dan efisien sesuai dengan pedoman atau
standar terapi yang telah ditetapkan, maka perlu adanya suatu sistem dan/atau
mekanisme yang secara terus menerus memonitor dan memantau terapi obat yang
diterima pasien.
menyebabkan kematian pada pasien yang masuk rumah sakit dengan infark
miokard. Faktor utama tersebut adalah usia, riwayat penyakit terdahulu (diabetes,
infark sebelumnya) ukuran infark yang luas, termasuk lokasi infark (anterior vs
inferior), tekanan darah yang rendah, adanya kongestif pulmonal dan perluasan
yang terlalu jauh, tarif yang tinggi, pelayanan yang tidak memuaskan dan
sebagainya. Faktor persepsi atau konsep masyarakat itu tentang sakit sering kali
6
konsep sehat-sakit yang tidak sejalan dan bahkan bertentangan dengan konsep
sehat sakit yang diberikan oleh pihak provider atau penyelenggara pelayanan
kesehatan karena adanya persepsi sakit yang berbeda antara masyarakat dan
Bantul.
B. PERUMUSAN MASALAH
Bedasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
Muhammadiyah Bantul?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Mengevaluasi kepatuhan penatalaksanaan Sindrom Koroner Akut terhadap
Muhammadiyah Bantul.
f. Menganalisis keselamatan pasien dalam penatalaksanaan Sindrom
Bantul.
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu:
1. Mengembangkan pengetahuan dan kemampuan dalam menganalisa