Anda di halaman 1dari 17

BAB I

STATUS PASIEN

I. Identitas
1. Nama : An. J
2. Umur : 5 Tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Alamat : Rt.19 Pematang Sulur
5. Tanggal periksa : 1 Oktober 2014
II. Latar Belakang Sosio-Ekonomi-Demografi dan Lingkungan Keluarga
a. Status perkawinan : Belum Menikah
b. Jumlah Saudara : 3 bersaudara
c. Status ekonomi keluarga : Cukup
d. Kondisi Rumah
Pasien tinggal disebuah rumah permanen dengan beratap seng.
Didalam rumah terdapat 1 ruang tamu, 3 kamar tidur, 1 ruang makan, dan
1 ruang dapur. Terdapat 1 kamar mandi yang berlantai keramik. Sumber
air berasal dari air ledeng.
e. Kondisi Lingkungan Keluarga :
Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya dan kedua kakaknya.
Pasien merupakan anak ketiga dari 3 bersaudara. Dan dalam kondisi
lingkungan keluarga tidak ada masalah.
III. Aspek psikologis di keluarga :
Baik
IV. Anamnesa
a. Keluhan utama :
Timbul gelembung-gelembung kecil berisi cairan yang muncul di
seluruh tubuh, tangan, kaki, dan leher sejak 1 minggu yang lalu
b. Riwayat perjalanan penyakit
Pasien datang ke Puskesmas dengan keluhan timbul gelembung-
gelembung kecil berisi cairan yang muncul di seluruh tubuh, tangan,
kaki, leher dan wajah sejak 1minggu yang lalu. Awalnya berupa
bercak merah seukuran ujung jarum pentul dileher, disertai gatal hilang
timbul, nyeri pada bercak merah tidak ada. Bercak merah kemudian
menjadi lepuh berisi cairan jernih kemudian pecah. Pasien juga
mengalami demam yang tidak terlalu tinggi pada awal timbulnya
gejala, menggigil (-), nyeri sendi (-), kemudian pasien minum obat
penurun panas.
Pada saat pasien datang berobat kepuskesmas gelembung yang
berisi cairan ini semakin banyak dan menyebar ke wajah, leher,

1
punggung, tangan, dan kaki disertai gatal hilang timbul, tidak ada
nyeri.
V. Riwayat penyakit dahulu/keluarga :
Riwayat mengalami penyakit yang sama sebelumnya disangkal.
Riwayat kontak dengan penderita cacar sejak satu minggu terakhir
(teman pasien disekolah)
VI. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum :
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
BB : 15 kg
TD : 100/60 mmhg
Nadi : 86 x/menit
RR : 24 x/menit
Suhu : 37.5C
Kepala : Normocephal
Mata : Conjunctiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-).
THT :Dalam batas normal
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorak :
Paru :
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan
Palpasi : Fremitus kiri dan kanan normal
Perkusi : Sonor
Auskustasi : suara nafas vesikuler, Rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung :
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba di linea midclavicula sinistra 2
jari medial sela iga V
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ I-II regular, gallop (-), murmur (-)
Abdomen:
Inspeksi : datar, venektasi (-), luka parut (-)
Auskultasi : BU (+) normal
Perkusi : Timpani
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba.
Ekstermitas
Akral hangat, oedema (-), sianosis (-)

Status Dermatologikus:

2
Ad regio Regio frontalis, regio nucha, regio supraskapula, regio lumbalis,
regio abdomen anterior et posterior, regio ekstrimitas anterior et inferior
dextra et sinistra.
Lesi vesikel, multipel, ukuran miliar - lentikuler, diskret sebagian
konfluen, sebagian terdapat pustul multipel ukuran miliar-lentikuler diskret
sebagian terdapat krusta kehitaman tidak mudah di lepas.

VII. Laboratorium
Usulan pemeriksaan :
- Tzanck test
VIII. Diagnosa
Varicella
IX. Diagnosa Banding
Variola
Herpes Zooster
X. Manajemen
a. Promotif :
Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit varicella adalah penyakit
menular dan menjelaskan cara penularan penyakit

3
Memberikan informasi kepada pasien mengenai penyakitnya dan cara
pengobatannya
Menjelaskan kepada pasien jika terdapat anggota keluarga lain
mengalami keluhan yang sama untuk segera berobat
b. Preventif
Sebaiknya tetap berada dirumah atau istirahat dahulu selama 7 hari
Mengindari kontak dengan kerabat selama beberapa hari untuk
mencegah penularan.
Jangan menggaruk dan memencet gelembung berisi cairan atau
melepaskan keropeng karena akan dapat menimbulkan bekas dan
infeksi
Gunakan pakaian yang ringan dan nyaman seperti bahan kaos untuk
menghindari gesekan ruam dan membuat ruam pecah. Jika pecah
kemungkinan untuk infeksi bakteri lebih besar
Mandi akan membersihkan tubuh dan mencegah infeksi bakteri.
Jika mengeringkan tubuh setelah mandi jangan menggunakan handuk
yang kasar dan menggosok tubuh secara perlahan
c. Kuratif
Non Farmakologi
- Untuk mengurangi rasa gatal dan mencegah penggarukan, sebaiknya
kulit dikompres dingin.
- Mandi dengan menggunakan air yang ditambahkan dengan larutan
antiseptik.
Farmakologi
- Asiklovir 5 % pada lesi
- Bedak Salisil 2% pada lesi yang kering
- CTM 4 mg jika terasa gatal
- Vitamin C 3 kali sehari
d. Dissability limitation
-
e. Rehabilitatif
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengatur pola makan yang
bergizi dan selalu menjaga kebersihan tubuh

4
Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Simpang IV Sipin

Dokter : Afrizal
SIP : No.180/SIK/2014
Tanggal : 1 Oktober 2014
R/ Acyclovir 5 % No. III
SUE ( pada gelembung)

R/ Bedak Salisil 2% No.I


S u e (pada keropeng)

R/ CTM mg 4 No.X
S3 dd tab 1

R/ Vit C tab No.X


S3 dd tab 1

Pro : An. J
Umur : 5 tahun
Alamat : Rt. 19 Pematang Sulur

Resep tidak boleh ditukar tanpa sepengetahuan dokter

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Varicella (cacar air) adalah penyakit infeksi yang umum yang biasanya
terjadi pada anak-anak dan merupakan akibat dari infeksi primer Virus Varicella
Zoster. Vaksin Live Attenuated (Oka) mulai diberikan secara rutin pada ank yang
sehat diatas umur 1 tahun. Setelah itu, insidensi varicella dan komplikasinya
mulai menurun di Amerika Serikat. Telah banyak Negara bagian yang
mewajibkan vaksin ini diberikan sebagai syarat masuk sekolah.1
Herpes Zoster disebabkan oleh reaktivasi dari virus Varicella Zooster yang
oleh penderita varicella. Herpes Zooster ini ditandai dengan lesi unilateral

5
terlokalisasi mirip dengan cacar air dan terdistribusi pada syaraf sensoris.
Biasanya lebih dari satu syaraf yang terkena dan pada beberapa pasien dengan
penyebaran hematogen, terjadi lesi menyeluruh yang timbul setelah erupsi local.
Zoster biasanya terjadi pada pasien dengan imunocompromised, penyakit ini juga
umum pada orang dewasa daripada anak-anak. Pada dewasa lebih sering diikuti
nyeri pada kulit.1
2.2. Epidemiologi
Di negara barat kejadian varisela terutama meningkat pada musim dingin
dan awal musim semi, sedangkan di Indonesia virus menyerang pada musim
peralihan antara musim panas ke musim hujan atau sebaliknya Namun varisela
dapat menjadi penyakit musiman jika terjadi penularan dari seorang penderita
yang tinggal di populasi padat, ataupun menyebar di dalam satu sekolah2,3 .
Varisela terutama menyerang anak-anak dibawah 10 tahun terbanyak usia 5-
9 tahun. Varisela merupakan penyakit yang sangat menular, 75 % anak terjangkit
setelah terjadi penularan. Varisela menular melalui sekret saluran pernapasan,
percikan ludah, terjadi kontak dengan lesi cairan vesikel, pustula, dan secara
transplasental. Individu dengan zoster juga dapat menyebarkan varisela. Masa
inkubasi 11-21 hari. Pasien menjadi sangat infektif sekitar 24 48 jam sebelum
lesi kulit timbul sampai lesi menjadi krusta biasanya sekitar 5 hari1,2,3,4,5 .

2.3. Etiologi
Varisela disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV). yang termasuk dalam
kelompok Herpes Virus tipe ;. Virus ini berkapsul dengan diameter kira-kira 150-
200 nm. Inti virus disebut capsid yang berebntuk ikosahedral, terdiri dari protein
dan DNA berantai ganda. Berbentuk suatu garis dengan berat molekul 100 juta
dan disusun dari 162 isomer. Lapisan ini bersifat infeksius1,3 .
VZV dapat ditemukan dalam cairan vesikel dan dalam darah penderita. Virus
ini dapat diinokulasikan dengan menggunakan biakan dari fibroblas paru embrio
manusia kemudian dilihat dibawah mikroskop elektron. Di dalam sel yang
terinfeksi akan tampak adanya sel raksasa berinti banyak (multinucleated giant
cell) dan adanya badan inklusi eosinofilik jernih (intranuclear eosinophilic
inclusion bodies) 1,4,5 .

6
VZV menyebabkan penyakit varisela dan Herpes Zoster. Kedua penyakit ini
memiliki manifestasi klinis yang berbeda. Pada kontak pertama dengan manusia
menyebabkan penyakit varisela atau cacar air, karena itu varisela dikatakan
sebagai infeksi akut primer. Penderita dapat sembuh, atau penderita sembuh
dengan virus yang menjadi laten (tanpa manifestasi klinis) dalam ganglia sensoris
dorsalis, jika kemudian terjadi reaktivasi maka virus akan menyebabkan penyakit
Herpes zoster1,3,4 .
2.4. Patogenesis
Setelah VZV masuk melaui saluran pernapasan atas, atau setelah penderita
berkontak dengan lesi kulit, selama masa inkubasinya terjadi viremia primer.
Infeksi mula-mula terjadi pada selaput lendir saluran pernapasan atas kemudian
menyebar dan terjadi viremia primer. Pada Viremia primer ini virus menyebar
melalui peredaran darah dan system limfa ke hepar, dan berkumpul dalam
monosit/makrofag, disana virus bereplikasi, pada kebanyakan kasus virus dapat
mengatasi pertahanan non-spesifik sehingga terjadi viremia sekunder. Pada
viremia sekunder virus berkumpul di dalam Limfosit T, kemudian virus menyebar
ke kulit dan mukosa dan bereplikasi di epidermis memberi gambaran sesuai
dengan lesi varisela. Permulaan bentuk lesi mungkin infeksi dari kaliper endotel
pada lapisan papil dermis menyebar ke sel epitel dermis, folikel kulit dan glandula
sebasea, saat ini timbul demam dan malaise1,2,3 .
2.5. Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis varisela terdiri atas 2 stadium yaitu stadium prodormal,
stadium erupsi.
a. Stadium Prodormal
Timbul 10-21 hari, setelah masa inkubasi selesai. Individu akan
merasakan demam yang tidak terlalu tinggi selama 1-3 hari, mengigil, nyeri
kepala anoreksia, dan malaise2,3 .
b. Stadium erupsi
1-2 hari kemudian timbuh ruam-ruam kulit dew drops on rose petals
tersebar pada wajah, leher, kulit kepala dan secara cepat akan terdapat badan
dan ekstremitas. Ruam lebih jelas pada bagian badan yang tertutup, jarang
pada telapak tangan dan telapak kaki. Penyebarannya bersifat sentrifugal (dari

7
pusat). Total lesi yang ditemukan dapat mencapai 50-500 buah. Makula
kemudian berubah menjadi papulla, vesikel, pustula, dan krusta. Erupsi ini
disertai rasa gatal. Perubahan ini hanya berlangsung dalam 8-12 jam,
sehingga varisella secara khas dalam perjalanan penyakitnya didapatkan
bentuk papula, vesikel, dan krusta dalam waktu yang bersamaan, ini disebut
polimorf. Vesikel akan berada pada lapisan sel dibawah kulit dan membentuk
atap pada stratum korneum dan lusidum, sedangkan dasarnya adalah lapisan
yang lebih dalam Gambaran vesikel khas, bulat, berdinding tipis, tidak
umbilicated, menonjol dari permukaan kulit, dasar eritematous, terlihat
seperti tetesan air mata/embun tear drops. Cairan dalam vesikel kecil mula-
mula jernih, kemudian vesikel berubah menjadi besar dan keruh akibat
sebukan sel radang polimorfonuklear lalu menjadi pustula. Kemudian terjadi
absorpsi dari cairan dan lesi mulai mengering dimulai dari bagian tengah dan
akhirnya terbentuk krusta. Krusta akan lepas dalam 1-3 minggu tergantung
pada dalamnya kelainan kulit. Bekasnya akan membentuk cekungan dangkal
berwarna merah muda, dapat terasa nyeri, kemudian berangsur-angsur hilang.
Lesi-lesi pada membran mukosa (hidung, faring, laring, trakea, saluran cerna,
saluran kemih, vagina dan konjungtiva) tidak langsung membentuk krusta,
vesikel-vesikel akan pecah dan membentuk luka yang terbuka, kemudian
sembuh dengan cepat. Karena lesi kulit terbatas terjadi pada jaringan
epidermis dan tidak menembus membran basalis, maka penyembuhan kira-
kira 7-10 hari terjadi tanpa meninggalkan jaringan parut, walaupun lesi hyper-
hipo pigmentasi mungkin menetap sampai beberapa bulan. Penyulit berupa
infeksi sekunder dapat terjadi ditandai dengan demam yang berlanjut dengan
suhu badan yang tinggi (39-40,5 oC) mungkin akan terbentuk jaringan
parut1,2,3 .
Varisela yang menyerang wanita hamil sangat jarang (0,7 tiap 1000
kelamilan). Sekitar 17 % anak yang dilahirkan dari wanita yang mendapat varisela
pada 20 minggu pertama kehamilannya akan menderita kelainan bawaan berupa
bekas luka dikulit (cutaneous scarr), mikrosefali, berat badan lahir rendah,
hipoplasia tungkai, kelumpuhan, atrofi tungkai, kejang, retardasi mental,
korioretinitis, mikropthalmia, atrofi kortikal, katarak dan defisit neurologis

8
lainnya. Defisit neurologis yang mengenai system persarafan autonom dapat
menimbulkan kelainan kontrol sphingter, obstruksi intestinal, Horner sindrom.
Jika wanita hamil mendapatkan varisela dalam waktu 21 hari sebelum ia
melahirkan, maka 25 % dari neonatus yang dilahirkan akan memperliharkan
gejala varisela kongenital pada waktu dilahirkan sampai berumur 5 hari, biasanya
varisela ringan sebab antibodi ibu yang sempat dihantarkan transplasental dalam
bentuk IGg spesifik masih ada dalam tubuh neonatus sehingga jarang
mengakibatkan kematian. Bila seorang wanita hamil mendapatkan varisela pada
4-5 hari sebelum ia melahirkan, maka neonatusnya akan memperliharkan gejala
verisela kongenital pada umur 5-19 hari Disini perjalanan varisela sering berat dan
menyebabkan kematian pada 25-30 % karena mereka mendapatkan virus dalam
jumlah yang banyak tanpa sempat mendapatkan antibodi yang dikirimkan
transplasental. Wanita hamil dengan varisela pneumonia dapat menderita hipoksia
dan gagal nafas yang dapat berakibat fatal bagi ibu maupun fetus3,4,5 .
Seorang anak yang ibunya mendapat varisella selama masa kehamilan, atau
bayi yang terkena varisela selama bulan awal kelahirannya mempunyai
kemungkinan lebih besar untuk menderita herpes zoster dibawah 2 tahun.3,4

2.6. Komplikasi
Beberapa komplikasi dapat terjadi pada infeksi varisela, infeksi yang dapat
terjadi diantaranya adalah:
a. Infeksi sekunder dengan bakteri
Infeksi bakteri sekunder biasanya terjadi akibat stafilokokus.
Stafilokokus dapat muncul sebagai impetigo, selulitis, fasiitis, erisipelas
furunkel, abses, scarlet fever, atau sepsis.2,5
b. Varisela Pneumonia
Varisela Pneumonia terutama terjadi pada penderita immunokompromis,
dan kehamilan. Ditandai dengan panas tinggi, Batuk, sesak napas, takipneu,
Ronki basah, sianosis, dan hemoptoe terjadi beberapa hari setelah timbulnya
ruam. Pada pemeriksaan radiologi didapatkan gambaran noduler yang radio-
opak pada kedua paru1,5
c. Reye sindrom

9
Letargi, mual, muntah menetap, anak tampak bingung dan perubahan
sensoris menandakan terjadinya Reye sindrom atau ensefalitis. Reye sindrom
terutama terjadi pada pasien yang menggunakan salisilat, sehingga pada
varisela penggunaan varisela harus dihindari. Pada pemeriksaan laboratorium
didapatkan peningkatan SGOT, SGPT serta ammonia.1,2,5
d. Ensefalitis
Komplikasi ini tersering karena adanya gangguan imunitas. Dijumpai 1
pada 1000 kasus varisela dan memberikan gejala ataksia serebelar, biasanya
timbul pada hari 3-8 setelah timbulnya ruam. Maguire (1985) melaporkan 1
kasus pada anak berusia 3 tahun dengan komplikasi ensefalitis menunjukkan
gejala susah tidur, nafsu makan menurun, hiperaktif, iritabel dan sakit kepala.
19 hari setelah ruam timbul, gerakan korea atetoid lengan dan tungkai.
Penderita meninggal setelah 35 hari perawatan.1
5. Hemorrargis varisela
terutama disebabkan oleh autoimun trombositopenia, tetapi hemorrargis
varisela dapat menyebabkan idiopatik koagulasi intravaskuler diseminata
(purpura fulminan).5

2.7. Terapi
Ada anak sehat, varisela biasanya ringan dan dapat sembuh sendiri. Lotio
calamine dapat diberikan pada lesi kulit lokal, dan untuk menghilangkan gatal
diberikan antihistamin. Penggunaan kortikosteriod tidak dianjurkan. Penggunaan
salisilat sebaiknya dihindari karena berhubungan dengan komplikasi Sindroma
Reye. Karena VZV dapat menyebabkan kerusakan langsung pada pembuluh
darah, maka pada varisela fulminan saat vesikel baru timbul, sebaiknya dapat
diberikan obat anti virus. Kuku sebaiknya dipotong dan dibersihkan agar tidak
terjadi infeksi sekunder saat anak menggaruk lesi karena merasa gatal. Jika terjadi
infeksi sekunder, antibiotik dapat diberikan. Pada pasien dengan penyulit
neurologis seperti ataksia serebelar, ensefalitis, meningoensefalitis, dan mielitis
dapat diberikan obat anti virus. Jika terjadi perdarahan, dapat diatasi sesuai
dengan hasil pemeriksaan sistem pembekuan dan pemeriksaan sumsum tulang.2
Pasien dengan immunodefisiensi seperti pada leukemia, keganasan, bayi
baru lahir, penyakit kolagen, sindrom nefrotik, dan penderita dengan

10
immunosupresan oleh obat-obat sitostatik atau kortikosteroid, radioterapi
mendapatkan obat antivirus secepat mungkin.2
Obat anti VZV yang lazim diberikan adalah asiklovir, baik untuk mengobati
varisela maupun herpes zoster. Asiklovir yang diberikan 1-2 hari setelah
timbulnya ruam terbukti dapat berguna untuk menurunkan panas dan menghambat
timbulnya lesi varisela. Pada pasien dengan immunosupresi, asiklovir telah
menunjukaan efisiensi dalam menurunkan kejadian diseminata. Terapi dengan
asiklovir harus dimulai pada 3 hari setelah onset zoster. VZ terlihat kurang
suseptibel dengan pengobatan asiklovir. Pada pasien dengan Herpes Zoster
dengan komplikasi post herpetic neuralgia, asiklovir hanya sedikit memiliki efek.
Pemberian asiklovir tdak dianjurkan untuk anak-anak berusia dibawah 12 tahun,
Dosis asiklovir yang umum diberikan adalah 500 mg/m2, i.v, setiap 8 jam selama
5 hari. Dosis parenteral ini terutama diberikan pada anak immunokompromis yang
terkena herpes zoster. Asiklovir oral dengan dosis 80 mg.KbBB/hari dibagi dalam
4 dosis, terbaik digunakan 1-2 hari sebelum timbulnya ruam kulit. Asiklovir oral
umumnya digunakan untuk anak-anak dengan status imun yang baik. Selain itu
Valacylovir 500 mg setiap 8 jam dan Fanciclovir 1 gr/hr dalam 3 dosis termasuk
golongan antiviral yang lebih baik absorpsinya.5
2.8. Pencegahan
Vaksinasi
Vaksin varisela dapat juga berguna untuk pencegahan jika diberikan 3-5 hari
setelah kontak. vaksin varisela semula berasal dari virus hidup yang telah
dilemahkan (live attenuated). mengingat harga vaksin varisela yang cukup mahal,
sehingga cakupan imunisasinya belum cukup luas, dan daya perlindungan vaksin
hanya selama 10-12 tahun, maka bila vaksin diberikan pada anak dengan usia
kurang dari 12 tahun dapat mengubah epidemiologi penyakit, sehingga saat
dewasa anak yang telah divaksinasi ini akan menderita varisela, ini menyebabkan
bertambahnya jumlah orang dewasa yang menderita varisela. Karena varisela
pada ibu hamil cenderung menjadi berat dan beresiko terhadap anaknya maka
imunisasi varisela dianjurkan untuk diberikan saat anak berusia 12 tahun.
Vaksinasi varisela memiliki efek samping diantaranya adalah :
1. Ringan

11
Nyeri, bengkak saat vaksinasi dilakukan (1:5)
Demam (1:10)
Ruam ringan yang menetap sampai 1 bulan setelah vaksinasi (1:20). Pasien
ini dapat menularkan varisela pada orang-orang yang dekat dengannya,
namun hal ini jarang terjadi.
2. Sedang
Nyeri, dan bengkak pada tempat dimana vaksin disuntikkan (karena anak
bergerak atau terkejut) yang disebabkan oleh panas (1:1000)
3. Berat
Pneumonia (sangat jarang)
Reaksi serebral
Umumnya reaksi allergi terjadi dalam beberapa menit sampai beberapa jam
setelah penyuntikan. Rekasi allergi ini seperti tanda-tanda sulit sesak napas, serak,
mengi, takikardi, pusing kepala, pucat atau radang tenggorokan, panas tinggi, dan
perubahan perilaku.5
Asiklovir sebagai postexposure prophylaxis sangat efektif jika diberikan 8-9
hari setelah kontak selama 7 hari. vaksinasi varisela sebaiknya diberikan sebagai
imunisasi wajib pada anak-anak dan orang dewasa yang beresiko tinggi untuk
terkena varisela.5
VZIG (Varicella-Zoster Immune Globulin), sebaiknya dipertimbangkan
untuk diberikan pada pasien yang beresiko tinggi untuk terkena, dan pada pasien
yang jika terkena akan menderita penyakit yang lebih berat. Termasuk didalamnya
anak-anak dengan immunokompromis, wanita hamil yang belum pernah terkena
varisela, bayi-bayi baru lahir dari ibu yang terkena varisela kurang dari 5 hari
sebelum kelahirannya sampai 2 hari setelah kelahirannya, bayi prematur berusia
lebih dari 28 minggu dari ibu tanpa riwayat varisela, atau bayi kurang dari 28
minggu dengan riwayat ibu selama kehamilan memiliki kontak erat dengan
penderita varisela atau zoster. Yang termasuk kontak erat dengan penderita
varisela misalnya jika ibu tersebut tinggal serumah, sekamar di rumah sakit.
Immunoglobulin dosis tinggi dianjurkan pada 3-4 hari setelah kontak. Saat infeksi
telah terjadi, penggunaan immunoglobulin ini tidak terbukti dapat mencegah
memburuknya penyakit atau disseminata. Immunoglobulin tidak bermanfaat

12
digunakan sebagai terapi ataupun pencegahan rekurensi. Dosis VZIG 0-10
kg=125 IU, 10-20 kg=250 IU, 20-30 kg=375 IU, 30-40 kg=500 IU, > 40 k5=625
IU. Secara individual, VZIG ini tidak terbukti dapat benar-benar mencegah
terjadinya penyakit, namun VZIG ini dapat memperpanjang masa inkubasi 28 hari
menjadi 35 hari.3,5

BAB III
ANALISIS KASUS

ANALISIS PASIEN SECARA HOLISTIK


a. Hubungan anamnesis, diagnosis dengan keadaan rumah :
Pasien An. J (5 tahun) datang ke Puskesmas Simpang IV Sipin dengan
keluhan timbul gelembung-gelembung kecil berisi cairan yang muncul di
seluruh tubuh, tangan, kaki, leher dan wajah sejak 1 minggu yang lalu.
Awalnya berupa bercak merah seukuran ujung jarum pentul dileher, disertai
gatal hilang timbul, nyeri pada bercak merah tidak ada. Bercak merah
kemudian menjadi lepuh berisi cairan jernih kemudian pecah. Pasien juga
mengalami demam yang tidak terlalu tinggi pada awal timbulnya gejala,
menggigil (-), nyeri sendi (-), kemudian pasien minum obat penurun panas.
Pada saat pasien datang berobat kepuskesmas gelembung yang berisi cairan ini
semakin banyak dan menyebar ke wajah, leher, punggung, tangan, dan kaki

13
disertai gatal hilang timbul, tidak ada nyeri. Ada riwayat kontak dengan
penderita cacar sejak satu minggu terakhir (teman pasien disekolah)
Dari pemeriksaan fisik didapatkan status dermatologis : Ad regio
Regio frontalis, regio nucha, regio supraskapula, regio lumbalis, regio
abdomen anterior et posterior, regio ekstrimitas anterior et inferior dextra et
sinistra. Lesi vesikel, multipel, ukuran miliar - lentikuler, diskret sebagian
konfluen, sebagian terdapat pustul multipel ukuran miliar-lentikuler diskret
sebagian terdapat krusta kehitaman tidak mudah di lepas.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, akhirnya didapatkan diagnosa
penyakit yang diderita pasien yaitu Varicella . Dimana gejala ini sesuai dengan
teori menunjukkan gejala varicella. Dari kondisi rumah disini tidak ada
hubungan antara kondisi rumah dengan keadaan pasien.
b. Hubungan diagnosis dengan aspek psikologis di keluarga
Pasien tinggal bersama orang tua dan kakaknya dimana untuk hubungan
dengan keluarga, tidak ada masalah. Didalam hubungan diagnosis dan aspek
psikologis disini tidak ada hubungan yang memperberat penyakit akibat dari
faktor psikologi pasien.
c. Hubungan kausal antara beberapa masalah dengan diagnosis
Kausal penyebab dari masalah timbulnya suatu penyakit varicella pada
pasien ini adalah riwayat kontak dengan penderita varicella.
d. Analisis untuk menghindari faktor memperberat dan penularan penyakit
Untuk menghindari faktor memperberat dan penularan terjadinya
penyakit varicella adalah dengan cara :
Menghindari kontak dengan penderita varicella
Bila gatal sebaiknya jangan menggaruk terlalu keras karena dapat
menyebabkan luka dan resiko infeksi
Sebaiknya tetap berada dirumah atau istirahat dahulu selama 7 hari
RENCANA PROMOSI DAN PENDIDIKAN KESEHATAN KEPADA
PASIEN DAN KEPADA KELUARGA
- Menjelaskan kepada pasien bahwa varicella adalah penyakit menular dan
menjelaskan cara penularannya

14
- Menerangkan bahwa pentingnya menjaga kebersihan perorangan dan
lingkungan tempat tinggal.
- Menjelaskan kepada pasien jika terdapat anggota keluarga lain mengalami
keluhan yang sama untuk segera berobat
RENCANA EDUKASI PENYAKIT KEPADA PASIEN DAN KEPADA
KELUARGA
Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit varicella adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh virus yaitu Varicella Zoster Virus (VZV). VZV ini
dapat ditemukan dalam cairan vesikel dan dalam darah penderita. Pada kontak
pertama dengan manusia menyebabkan penyakit varisela atau cacar air, sedangkan
bila penderita varicella sembuh atau dalam bentuk laten dan kemudian terjadi
serangan kembali maka yang akan muncul adalah Herpes Zoster.

ANJURAN-ANJURAN PROMOSI KESEHATAN PENTING YANG DAPAT


MEMBERI SEMANGAT/MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN PADA
PASIEN :
Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit varicella berupa gelembung
berisi cairan, sebaiknya tidak menggaruk atau memecahkan gelembung
tersebut, jika dipecahkan akan terbentuk krusta yang lebih dalam sehingga
akan mengering lebih lama. Kondisi ini memudahkan infeksi bakteri
terjadi pada bekas luka garukan tadi. setelah mengering bekas cacar air
tadi akan menghilangkan bekas yang dalam. Terlebih lagi jika penderita
adalah dewasa atau dewasa muda, bekas cacar air akan lebih sulit
menghilang.
Menjelaskan bahwa VZV dapat menyebabkan kerusakan langsung pada
pembuluh darah dan dapat menyebabkan komplikasi seperti Infeksi
sekunder dengan bakteri, varisela Pneumonia, Reye sindrom, Ensefalitis,
Hemorrargis varisela , hepatitis dan komplikasi lain sebaiknya menjalani
pengobatan yang telah diberikan.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Handoko RP. Penyakit Virus Dalam: Djuanda A, dkk, editor. Ilmu


Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI,
2010; 107-115
2. Harahap M. Varicella Dalam: Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta. Gramedia.
1990: 127-129
3. Lndow RK. Infeksi Virus dan Infeksi Seperti Infeksi Virus. Dalam: Kaita
Selekta Terapi Dermatologik. Jakarta: EGC, 2004: 31-61
4. Martodiharjo S. Penatalaksanaan Klinik Herpes Zoster dan Varicella.
Berkala Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Surabaya. 2003: 45-53
5. Mitaart AH. Penyakit Kulit karena Virus. Penyakit Infeksi Tropik Pada
Anak. Jakarta. EGC. 2005: 174-184

16
17

Anda mungkin juga menyukai