Anda di halaman 1dari 18

Bahan Penutup Atap

Sebagai lapisan tertular, bahan penutup atap merupakan material yang bersinggungan
langsung dengan pergantian cuaca, misalnya paparan sinar matahari, angin, dan terpaan
hujan. Untuk itu, Anda harus memilihnya dengan cermat dan sesuai kebutuhan.

Genteng Metal
Genteng metal terbuat dari baja lapis ringan / Zincalume steel yagn merupakan perpaduan
43,5 % seng, 55 % alumunium, dan 1,5 % silikon. Berbentuk lembaran yang bergelombang,
genteng ini juga dikenal dengan sebutan baja gelombang.

Dari segi berat, genteng metal yang berupa lembaran ini mempunyai berat yang jauh lebih
ringan dibanding genteng keramik atau beton, yaitu sekitar 1/ 10 nya. Artinya, berat setiap 1
m2 genteng metal hanya sekitar 2,5 3 kg. Bandingkan dengan berat genteng beton atau
keramik yang bisa mencapai 40 45 kg per 1 m2 . Dengan bobot yang begitu ringan, struktur
rangka atap pendukungnya pun dapat disederhanakan. Sebagai contoh, ukuran kuda kuda
dapat diperkecil, hal ini secara langsung akan mempengaruhi besar kolom dan pondasi.
Secara otomatis, pengecilan elemen elemen struktur ini juga memperingan beban
bangunan serta menghemat biaya. Penghematan biaya lain bisa didapatkan dari penggunaan
kasau, sebab genteng metal berbentuk lembaran bisa mencapai panjang maksimal 77 cm.

Untuk pemasangan pada rangka atap, lembaran genteng metal harus di ikatkan ke reng
dengan sekrup khusus.
Asbes

Asbes merupakan bahan material berupa serat yang banyak menghisap panas dan sedikit
merefleksikan sinar matahari. Alhasil, ruang di bawahnya cenderung panas. Untuk rumah
tinggal, material ini tidak banyak dipilih dan kurang baik. Namun ada juga sebagian dari kita
yang masih menggunakannya.

Proses pemasangan material yang satu ini tergolong mudah dan cepat. Selain itu, ia bisa
langsung dipasangkan pada balok gording sehingga tidak memerlukan usuk dan reng lagi.
Satu hal yang perlu diperhatikan adalah jika penutup ini rusak atau retak, kita harus
menggantinya dengan lembaran utuh.

Untuk penutup atap, terdapat 2 jenis asbes bergelombang yang bisa digunakan. Yang kedua
punya sudut 60o, bisa digunakan untuk pabrik. Upaya untuk mengurangi terhirupnya debu
dan serat pembentuk asbes adalah penggunaan plafon pada ruang. Selain itu, anda harus
mengganti asbes dalam kurun waktu 5 tahun,meski belum rusak.
Genteng Aspal

Material penutup atap ini dikenal juga dengan sebutan bitumen. Walaupun namanya genteng
aspal, tidak sepenuhnya penutup atap yang satu ini terbuat dari aspal. Bahan pembuatnya
terdiri atas bubuk kertas, serat organik, resin, serta aspal. Dalam hal ini aspal dipilih sebagai
bahan water proofing yang membuat genteng ini lebih tahan kebocoran.

Keunggulan yang bisa anda dapatkan dari genteng ini adalah bobotnya lebih ringan jika
dibandingkan genteng tanah liat, beton, maupun keramik. Ia juga bersifat lentur dan tahan air.

Dengan berat sekitar 4 kg / m2, Bitumen ini amat fleksibel dibentuk sesuai kebutuhan,
misalnya melengkung. Cara pemasangannya pun mudah. Setelah keseluruhan rangka bulat
terbentuk,anda tinggal memasang atap bitumen di atasnya.
Genteng Terekota

Genteng Terekota terbuat dari tanah liat. Proses pembuatannya dilakukan secara tradisional,
yaitu tanah liat dipadatkan, dibentuk,dan kemudian di bakar. Metode yang sangat sederhana
ini juga dilakukan dalam pembuatan batu bata. Setelah melalui proses pembakaran, genteng
kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari. Karena proses pembuatannya manual,
apalagi tidak ada aturan baku mengenai suhu pembakaran dan tingkat pengeringan, warna
genteng yang dihasilkan biasanya beragam, dari gradasi orange muda hingga orange
kehitaman.

Genteng terakota atau tanah liat ini punya banyak kelebihan. Pertama, soal harga. Kedua ,
bobotnya tidak ringan sehingga tidak menyulitkan pembuatan rangka atapnya.
Kekurangannya ukurannya tidak cukup beragam, begitu pula variasinya. Dan jika
dibandingkan dengan jenis genteng lain , misalnya genteng beton atau genteng keramik,
ukurannya lebih kecil.
1) Genteng dan Bubungan
Menurut bahan material terdapat genteng beton dan genteng tanah liat (keramik). Sedangkan
menurut bentuknya, genteng terdiri atas genteng biasa (genteng S), genteng kodok, genteng
pres silang. Sedangkan untuk bentuk genteng karpus terdiri atas genteng setengah lingkaran,
genteng segitiga, dan genteng sudut patah.

Gambar. Genteng Biasa (Genteng S) Gambar. Genteng Kodok

Gambar. Genteng Pres Silang

(a) (b) (c)


Gambar. Bubungan Setengah Lingkaran (a); Bubungan Segitiga (b); Bubungan Sudut Patah
(c)

Genteng Keramik

Jenis genteng lain yang juga sering digunakan adalah genteng keramik. Bentuk,warna dan
aksesoris pendukungnya amat beragam, mengikuti cenderung tren bangunan. Tak heran jika
genteng keramik menjadi pilihan saat genteng tradisional mulai sulit ditemukan.

Sesuai namanya genteng keramik terbuat dari keramik yang berbahan dasar tanah liat. Yang
menbedakan genteng keramik dengan genteng tanah liat adalah proses pembuatannya telah
dipabrikasi.

Hal lain yang membedakannya dengan genteng terakota adalah genteng keramik mengalami
proses finishing glazur. Dengan demikian, lapisan teratasnya lebih licin dan mengkilap.
Genteng ini dapat dipasang pada rangka atap yang terbuat dari kayu maupun beton.
Salah satu keuntungan memilih jenis genteng ini adalah ia dapat memantulkan panas
sehingga ruang dibawahnya menjadi lebih sejuk. Banyaknya ragam warna, bentuk, dan
tingkat presisi yang tinggi merupakan keunggulan yang paling menonjol dari bahan penutup
atap ini. Dengan kata lain, anda bisa lebih leluasa menyesuaikan bahan penutup atap ini
dengan keseluruhan tema tampilan eksterior rumah. Sangat tepat untuk rumah bergaya
tradisional maupun modern.

Genteng Beton

Genteng beton hadir dalam model rata yang dinamakan genteng flat ( genteng beton datar).
Genteng ini sangat cocok diterapkan pada bangunan bergaya minimalis. Kelebihan lain dari
genteng ini adalah warna yang bervariasi. Bahkan perkembangan terbaru memungkinkan
genteng beton hadir dalam dua warna yang berbeda dalam satu genteng (duotone).

Genteng beton memang lebih berat dibandingkan genteng keramik maupun genteng tanah
liat, bisa mencapai 4 4,2 kg / keeping. Selain itu, genteng beton juga bukan bahan pemantul
yang baik sehingga panas matahari malah terserap. Akibatnya ruang di bawah atap terasa
panas. Namun, jika dilihat dari segi biaya, penggunaan genteng beton lebih hemat
dibandingkan penggunaan genteng lain, genteng keramik, metal, maupun bahan polikarbonat,
karena ukurannya lebih besar. Sebagai perbandingan, atap seluas 1 m2 membutuhkan 10
keping. Dengan kata lai, jika menggunakan genteng beton, kebutuhan bahan pun bisa
diminimalisasikan sehingga biaya konstruksi jadi lebih rendah.

Genteng Fiber

Bahan fiber mulai menjadi pilihan karena bebas asbes dan terbuat dari campuran semen,
bahan penguat, serta serat mineral fiber. Campuran bahan bahan tersebut menghasilkan
bahan sekeras beton.

Bahan semen fiber berbentuk lembaran, digunakan sebagai bahan konstruksi dinding, pelapis
plafond, dan penutup atap. Atap semen fiber yang dipasarkan di Indonesia terdiri atas dua
jenis, yaitu tipe gelombang dan rata. Rata rata perlembarnya berukuran panjang 1,5 m
sampai 4 m dengan lebar 1 m.
Sebagai informasi, tinggi gelombang yang cocok dipakai sebagai penutup atap adalah 5 6
mm. Atap semen fiber sedikit lebih tebal daripada genteng metal, yaitu sekitar 5 6 mm, jadi
ideal untuk dimanfaatkan. Bahan penutup atap ini punya kelebihan, yaitu tergolong ringan,
beratnya sekitar 10 kg/ m2.

Setiap atap lain, atap fiber juga membutuhkan rangka sebagai penopangnya. Dalam hal ini
Anda bebas memilih rangka kayu maupun baja. Sementara itu, jarak maksimun antargording
yang dianjurkan adalah 1,2 meter untuk ketebalan 5 mm, dan 1,5 meter untuk ketebalan 6
mm. Sesuaikan jarak ini dengan panjang lembaran fiber yang dipakai. Agar awet dan tidak
bergeser, rekatkan lembaran fiber pada gording dengan sekrup.

Sirap

Sirap adalah merupakan kayu keras yang dibuat menjadi lembaran lembaran tipis. Kayu ini
banyak ditemukan di hutan hutan di pelosok Kalimantan. Bahan material ini yang
tergolong ringan ini disusun menjadi satu sampai menghasilkan bentuk yang artistik dan
indah.

Sirap memang tergolong isolasi panas yang baik. Tak mengherankan jika ia bisa membuat
ruang ruang di bawahnya terasa lebih sejuk. Kekurangannya, air hujan mudah merembes di
sela sela bahan ini. Dengan demikian,Anda perlu mengantisipasinya dengan memberi
lembaran seng dibawahnya. Anda dapat terapkan pula bidang plafon di dalam ruang. Sudut
kemiringan atap juga dibuat besar sehingga perputaran di bawah atap menjadi lebih baik.

Alang Alang

Meski tergolong bahan tradisional, rupanya bahan ini masih mencuri minat masyarakat luas.
Memang, atap alang alang biasanya digunakan untuk vila dan gazebo. Namun, banyak juga
atap rumah yang menggunakan bahan ini. Buktinya, bahan penutup atap yang satu ini sering
digunakan di Bali dan Indonesia bagian timur.
Alang alang dikenal juga dengan sebutan ilalang, merupakan tumbuhan berdaun tajam .
Setelah dikeringkan, alang alang lalu diikat menjadi satu, sehingga siap digunakan sebagai
bahan penutup atap. Semakin tua umurnya, semakin bagus untuk dijadikan bahan atap.

Dipasang dengan cara diikat (dengan akar pandan atau ijuk) pada kaso bambu, atau dengan
paku pada kaso kayu. Untuk menghindari air masuk ke sela sela nya, bahan ini harus di
susun secara rapat dan dibuat dengan sudut kemiringan curam (40 derajat).

Atap Membran
Struktur Membran adalah stuktur yang menggunakan material membran, yang memikul
beban dengan menggunakan tegangan tarik/tensile structure (Schodek, 1998)

khalayak biasanya berpendapat bahwa membran/ fabric (kain, PVC, atau fiberglass) adalah
material untuk jenis struktur sederhana dan bangunan yang tidak permanen.

padahal dunia arsitektur telah mengembangkan penggunaan tenda dan mengaplikasikannya


pada bangunan dengan inovatif; seperti bangunan publik berskala besar seperti airport, stsiun,
stadion, dll

kekuatan dan ketahanan bangunan berstruktur ini juga terbukti sangat baik, dan produsen
material tenda menjamin bahwa bahan ini dapat bertahan selama 15 tahun.
Bahan membrane yang dipakai adalah serat PVC coated Polyester dengan lapisan top coated
PVDF, bahan membrane ini bervariasi tergantung dari beratnya (gram per square per meter)
dan bisa digunakan untuk area yang luas seperti lapangan.

Kelebihan lainnya dari bahan ini adalah karakteristik permukaannya yang lembut, mudah
dibersihkan, UV resistance, tidak terdeformasi dan ada jaminan untuk waktu pakainya, selain
itu bahan ini mempunyai karakter yang mudah di bentuk sehingga pada pemasanggannya
tidak perlu mengubah bentuk bangunan tetapnya.
Inovasi yang kami lakukan adalah mencoba menggabungkan fungsi total dari Atap
Membrane dan Seni Arsitektur bangunan.

3) Penutup Atap Seng


Seng adalah salah satu sekian banyak bangunan yang sering digunakan sebagai penutup atap.
Ukuran seng datar yang digalvanisir ( disepuh ) berkisar 915 mm x 1830 mm dengan
beberapa macam tebal yang kurang dari 1mm. Jika seng terkena air hujan yang banyak
mengandung garam akan mudah berkarat, lagipula oleh jatuhnya air hujan akan menimbulkan
suara yang gaduh, serta tidak bersifat isolasi panas maupun dingin artinya bila udara di luar
panas / dingin maka dalam ruangan akan terasa lebih panas / dingin. Kelebihannya bobotnya
rendah, harganya murah, pemasangannya mudah sekaligus dapat menghemat biaya

3. Bagian-Bagian Atap

Bagian-bagian atap terdiri atas: gording, jurai, usuk, reng, penutup atap dan bubungan:
Gambar. Konstruksi Atap 3D

a. Gording
Gording membagi bentangan atap dalam jarak-jarak yang lebih kecil pada proyeksi
horizontal. Gording meneruskan beban dari penutup atap, reng, usuk, orang, beban angin,
beban air hujan pada titik-titik buhul kuda-kuda. Gording berada di atas kuda-kuda, biasanya
tegak lurus dengan arah kuda-kuda. Gording menjadi tempat ikatan bagi usuk, dan posisi
gording harus disesuaikan dengan panjang usuk yang tersedia. Gording harus berada di atas
titik buhul kuda-kuda, sehingga bentuk kuda-kuda sebaiknya disesuaikan dengan panjang
usuk yang tersedia. Gording kayu memiliki dimensi; panjang maksimal 4 m, tinggi 12 cm dan
lebar 10 cm. Jarak antar gording kayu sekitar 1,5 sampai dengan 2,5 m.

b. Usuk/Kaso
Usuk berfungsi menerima beban dari penutup atap dan reng dan meneruskannya ke gording.
Usuk terbuat dari kayu dengan ukuran 5/7 cm dan panjang maksimal 4 m. Usuk dipasang
dengan jarak 40 sampai dengan 50 cm antara satu dengan lainnya pada arah tegak lurus
gording. Usuk akan terhubung dengan gording dengan menggunakan paku. Pada kondisi
tertentu usuk harus dibor dahulu sebelum dipaku untuk menghindari pecah pada ujung-ujung
usuk.
c. Reng
Reng berupa batang kayu berukuran 2/3 cm atau 3/5 cm dengan panjang sekitar 3 m. Reng
menjadi tumpuan langsung penutup atap dan meneruskannya ke usuk/kaso. Pada atap dengan
penutup dari asbes, seng atau sirap reng tidak digunakan. Reng akan digunakan pada atap
dengan penutup dari genteng. Reng akan dipasang pada arah tegak lurus usuk dengan jarak
menyesuaikan dengan panjang dari penutup atapnya (genteng).

d. Jurai
Pada pertemuan sudut atap terdapat batang baja atau kayu atau frame-work yang
disebut jurai. Pengertian lain dari jurai adalah garis sambungan antara bidang atap yang satu
dengan bidang atap yang lainnya. Menutut bentuknya jurai dibedakan menjadi jurai dalam
dan jurai luar. Jurai dalam merupakan balok kayu yang diletakan miring menghadap
kedalam. Jurai dalam ini berfungsi sebagai pertemuan dan tumpuan antara balok gording
dengan balok gording lainnya serta dudukan papan talang. Kayu yang diguakan sebagai jurai
dalam berukuran 8 cm x 12 cm atau 8 cm x 15 cm. Jurai luar adalah sambungan yang
menonjol kearah luar.

Bentuk Atap
Bentuk atau model konstruksi atap bermacam macam sesuai dengan peradaban dan
perkembangan teknologi serta sesuai dengan segi arsitekturnya. Bentuk atap yang banyak
terdapat adalah :
1. Atap Datar

Gambar : Atap Datar

Model atap yang paling sederhana adalah atap berbentuk datar atau rata. Atap datar biasanya
digunakan untuk bangunan/ rumah bertingkat, balkon yang bahannya bisa dibuat dari beton
bertulang, untuk teras bahannya dari asbes maupun seng yang tebal. Agar air hujan yang
tertampung bisa mengalir, maka atap dibuat miring ke salah satu sisi dengan kemiringan yang
cukup.

Modelnya bidang datar memanjang horizontal biasanya dipakai untuk atap teras. Atau bahkan
digunakan untuk membuat taman di atas rumah. Atap bentuk ini paling susah perawatannya
terutama dalam masalah mendeteksi kebocoran. Yang perlu diperhatikan dalam merencana
atap ini adalah memperhitungkan ruang sirkulasi udara di bawahnya supaya suhu ruangan
tidak terlalu panas.
2. Atap Sandar

Gambar : Atap Sandar


Model atap sengkuap biasa digunakan untuk bangunan bangunan tambahan misalnya;
selasar atau emperan, namun sekarang atap model ini juga dipakai untuk rumah rumah
modern. Beberapa arsitek mengadopsi model atap ini kemudian menggabungkannya dengan
atap model pelana.
3. Atap Pelana
Bentuk atap ini cukup sederhana, karena itu banyak dipakai untuk bangun bangunan atau
rumah di masyarakat kita. Bidang atap teridiri dari dua sisi yang bertemu pada satu garis
pertemuan yang disebut bubungan.
Atap ini merupakan bentuk atap rumah yang dianggap paling aman karena pemeliharaannya
mudah dalam hal mendeteksi apabila terjadi kebocoran. Atap pelana terdiri atas dua bidang
miring yang ujung atasnya bertemu pada satu garis lurus yang biasa kita sebut bubungan.
Sudut kemiringan antara 30 sampai dengan 45 derajat.
4. Atap Tenda
Model atap tenda dipasang pada bangunan yang panjangnya sama dengan lebarnya, sehingga
kemiringan bidang atap sama. Bentuk atap tenda terdiri dari empat bidang atap yang bertemu
disatu titik puncak, pertemuan bidang atap yang miring adalah dibubungan miring yang
disebut jurai.

5. Atap Limas (perisai)

Atap berbentuk limas terdiri dari empat bidang atap, dua bidang bertemu pada satu garis
bubungan jurai dan dua bidang bertemu pada garis bubungan atas atau pada nook. Jika dilhat
terdapat dua bidang berbentuk trapesium dan dua dua bidang berbentuk segitiga.

Bentuk atap ini penyempurnaan dari bentuk atap pelana, yang terdiri atas dua bidang atap
miring yang berbentuk trapezium. Dua bidang atapnya berbentuk segi tiga dengan
kemiringan yang biasanya sama.
6. Bentuk Atap Kombinasi Pelana+Perisai.
Bentuk atap ini adalah kombinasi atau gabungan dari atap jenis pelana dan perisai (limasan).
Ada yang juga menyebut jenis atap ini sebagai atap tenda patah atau atap joglo.

Gambar : Atap Kombinasi Pelana+Perisai


7. Atap Mansard

Bentuk atap model ini seolah olah terdiri dari dua atap yang terlihat bersusun atau
bertingkat. Atap mansard jarang digunakan untuk bangunan rumah di daerah kita, karena
sebetulnya atap ini dibangun oleh pemerintah belanda saat menjajah di negara kita.

8. Atap Menara
Bentuk atap menara sama dengan atap tenda, bedanya atap menara puncaknya lebih tinggi
sehingga kelihatan lebih lancip. Atap ini banyak kita jumpai pada bangunan bangunan
gereja, atap menara masjid dan lain lain.

9. Atap Piramida
Model atap ini terdiri lebih dari empat bidang yang sama bentuknya. Bentuk denah bangunan
dapat segi 5, segi 6, aegi 8 dan seterusnya.

10. Atap Minangkabau


Atap minangkabau seolah olah berbentuk tanduk pada tepi kanan dan kiri. Bentuk atap ini
banyak kita jumpai di Sumatra.

11. Atap Joglo

Model atap joglo hampir sama dengan atap limas tersusun sehingga atpnya seperti bertingkat.
Atap ini banyak dibangun di daerah Jawa Tengah dan Jawa Barat.

12. Atap Setengah Bola (Kubah)

Model atap berbentuk melengkung setengah bola. Atap ini banyak digunakan untuk
bangunan masjid dan gereja.
13. Atap Gergaji

Model atap gergaji ini terdiri dari dua bidang atap yang tidak sama lerengnya. Model atap
gergaji bisa digunakan untuk bangunan pabrik, gudang atau bengkel.

Gambar : Atap Gergaji

Anda mungkin juga menyukai