Anda di halaman 1dari 16

Apa sih Literasi itu?

Apa sih Literasi itu? - Literasi mungkin telah menjadi istilah yang familiar bagi banyak
orang. Namun tidak banyak dari mereka yang memahami makna dan definisinya secara jelas.
Sebab memang Literasi merupakan sebuah konsep yang memiliki makna kompleks, dinamis,
terus ditafsirkan dan didefinisikan dengan beragam cara dan sudut pandang. Berangkat dari
sini, maka perlu kiranya diuraikan apa sebenarnya makna dari Istilah Literasi itu.

Menurut kamus online Merriam-Webster, Literasi berasal dari istilah latin 'literature' dan
bahasa inggris 'letter'. Literasi merupakan kualitas atau kemampuan melek huruf/aksara yang
di dalamnya meliputi kemampuan membaca dan menulis. Namun lebih dari itu, makna
literasi juga mencakup melek visual yang artinya "kemampuan untuk mengenali dan
memahami ide-ide yang disampaikan secara visual (adegan, video, gambar)."

National Institute for Literacy, mendefinisikan Literasi sebagai "kemampuan individu untuk
membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian
yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat." Definisi ini memaknai Literasi
dari perspektif yang lebih kontekstual. Dari definisi ini terkandung makna bahwa definisi
Literasi tergantung pada keterampilan yang dibutuhkan dalam lingkungan tertentu.

Education Development Center (EDC) menyatakan bahwa Literasi lebih dari sekedar
kemampuan baca tulis. Namun lebih dari itu, Literasi adalah kemampuan individu untuk
menggunakan segenap potensi dan skill yang dimiliki dalam hidupnya. Dengan pemahaman
bahwa literasi mencakup kemampuan membaca kata dan membaca dunia.

Menurut UNESCO, pemahaman orang tentang makna literasi sangat dipengaruhi oleh
penelitian akademik, institusi, konteks nasional, nilai-nilai budaya, dan juga pengalaman.
Pemahaman yang paling umum dari literasi adalah seperangkat keterampilan nyata -
khususnya keterampilan kognitif membaca dan menulis - yang terlepas dari konteks di mana
keterampilan itu diperoleh dan dari siapa memperolehnya.

UNESCO menjelaskan bahwa kemampuan literasi merupakan hak setiap orang dan
merupakan dasar untuk belajar sepanjang hayat. Kemampuan literasi dapat memberdayakan
dan meningkatkan kualitas individu, keluarga, masyarakat. Karena sifatnya yang "multiple
Effect" atau dapat memberikan efek untuk ranah yang sangat luas, kemampuan literasi
membantu memberantas kemiskinan, mengurangi angka kematian anak, pertumbuhan
penduduk, dan menjamin pembangunan berkelanjutan, dan terwujudnya perdamaian. Buta
huruf, bagaimanapun, adalah hambatan untuk kualitas hidup yang lebih baik.

Baca juga :

Sejarah Perkembangan Makna dan Arti Literasi


Pengertian Literasi Informasi Menurut Para Ahli
Membangun Budaya Literasi Sejak Dini Bersama MBC
Nabi Muhammad Bapak Literasi Dunia
Gerakan Literasi Sekolah Sebagai Upaya Menumbuhkan Generasi Literat
Gerakan Literasi dalam Al-Quran
9 Jenis Literasi yang Diperlukan dalam Menghadapi Era Digitalisasi
Budaya Literasi dan Tradisi Berpikir Kritis

Saat ini, Istilah Literasi sudah mulai digunakan dalam arti yang lebih luas, seperti Literasi
Informasi, literasi komputer, dan literasi sains yang kesemuanya itu merujuk pada
kompetensi atau kemampuan yang lebih dari sekedar kemampuan baca-tulis. Hanya saja,
memang pemahaman yang paling umum mengenai literasi yaitu kemampuan membaca dan
menulis.
Seseorang melek huruf (bisa baca-tulis) mampu memahami semua bentuk komunikasi yang
lain. Implikasi dari kemampuan literasi yang dia miliki ialah pada pikirannya. Literasi
melibatkan berbagai dasar-dasar kompleks tentang bahasa seperti fonologi (melibatkan
kemampuan untuk mendengar dan menginterpretasikan suara), arti kata, tata bahasa dan
kelancaran dalam setidaknya satu bahasa komunikasi. Keterampilan ini menentukan tingkat
yang dicapai oleh seorang individu.

Literasi memang tidak bisa dilepaskan dari bahasa. Seseorang dikatakan memiliki
kemampuan literasi apabila ia telah memperoleh kemampuan dasar berbahasa yaitu membaca
dan menulis. Jadi, makna dasar literasi sebagai kemampuan baca-tulis merupakan pintu
utama bagi pengembangan makna literasi secara lebih luas. Dan cara yang digunakan untuk
memperoleh literasi adalah melalui PENDIDIKAN.

Pendidikan dan kemampuan literasi adalah dua hal yang sangat penting dalam hidup kita.
Kemajuan suatu negara secara langsung tergantung pada tingkat melek huruf di negara
tersebut. Orang berpendidikan diharapkan untuk melakukan tugasnya dengan baik.

Secara historis, Menurut Prof. Dr. Tarwotjo M.Sc sebagaimana dikutip oleh Asul Wiyanto
dalam pengantar bukunya yang berjudul Terampil Menulis Paragraf, produk dari aktivitas
Literasi berupa tulisan, adalah sebuah warisan intelektual yang tidak akan kita temukan di
zaman prasejarah. Dengan kata lain, apabila tidak ada tulisan, sama saja kita berada di zaman
prasejarah. Tulisan merupakan bentuk rekaman sejarah yang dapat diwariskan dari generari
ke generasi, bahkan hingga berabad-abad lamanya.

Dalam sejarah peradaban islam, kita dapat melihat bagaimana tradisi Literasi islam
melahirkan tulisan-tulisan para pemikir dan ulama islam klasik yang sudah berumur ratusan
tahun sampai saat ini masih eksis dipelajari di berbagai lembaga pendidikan islam, khususnya
pesantren. Kitab-kitab yang ditulis para ulama dan intelektual muslim era klasik merupakan
sebuah warisan intelektual yang sangat berharga bagi pengembangan khazanah intelektual
islam dari generasi ke generasi.

Sebagai aktivitas Literasi, menulis adalah sebuah kegiatan mengungkapkan ide atau gagasan
secara tertulis. Orang yang melakukan kegiatan menulis disebut dengan penulis. Sedangkan
hasil kegiatan menulis tersebut dinamakan tulisan. Sejarah mencatat bahwa yang menjadi
benang merah antara zaman pra-sejarah dengan zaman sejarah adalah tulisan. Zaman pra-
sejarah merupakan zaman di mana saat itu belum ada tulisan, sehingga segala peristiwa dan
fenomena yang terjadi kala itu tidak dapat diketahui oleh generasi selanjutnya. Ditemukannya
tulisan sebagai bukti adanya peradaban Literasi di masa lampau merupakan babak baru
dimulainya zaman sejarah.

Tulisan merupakan bukti dari jejak rekam sejarah peradaban manusia yang berupa peristiwa,
pengalaman, pengetahuan, pemikiran, dan ilmu pengetahuan. Tulisan dapat menembus dan
menelusuri lorong-lorong ruang dan waktu di masa lampau. Seandainya saja di zaman ini tak
ada lagu tulisan atau orang yang mau menulis, niscaya kita akan kembali ke zaman pra-
sejarah. Namun faktanya, justru peradaban kita saat ini bisa dikatakan sebagai peradaban
tulisan atau peradaban teks. Terbukti dari banjir informasi yang kita terima setiap hari dari
berbagai media baik cetak maupun elektronik, sebagian besar berbentuk teks atau tulisan.
Singkat kata, tulisan telah mengisi seluruh ruang kehidupan manusia modern di era
globalisasi seperti saat ini.

Dalam dunia pendidikan khususnya, tulisan mutlak diperlukan. Buku-buku pelajaran maupun
buku bacaan yang lainnya merupakan sarana untuk belajar para peserta didik di lembaga-
lembaga sekolah mulai tingkat dasar sampi perguruan tinggi. Tanpa tulisan dan membaca,
proses transformasi ilmu pengetahuan tidak akan bisa berjalan. Hal ini menunjukkan betapa
pentingnya tulisan, budaya membaca, serta menulis di kalangan masyarakat. Oleh karenanya,
kita harus terus berupaya mendorong serta membimbing para generasi muda termasuk pelajar
dan mahasiswa untuk membudayakan kegiatan Literasi.
Berdasarkan Wikipedia Bahasa Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika adalah moto
atau semboyan Indonesia. Frasa ini berasal dari bahasa Jawa Kuna dan
seringkali diterjemahkan dengan kalimat Berbeda-beda tetapi tetap satu.
Jika diterjemahkan per patah kata, kata bhinneka berarti "beraneka ragam"
atau berbeda-beda. Kata neka dalam bahasa Sanskerta berarti "macam" dan
menjadi pembentuk kata "aneka" dalam Bahasa Indonesia.
Kata tunggal berarti "satu". Kataika berarti "itu". Secara harfiah Bhinneka
Tunggal Ika diterjemahkan "Beraneka Satu Itu", yang bermakna meskipun
berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu
kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan
kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas
beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan
kepercayaan.

Bhinneka Tunggal Ika terdapat dalam Garuda Pancasila sebagai Lambang


Negara Republik Indonesia. Lambang negara Indonesia adalah Garuda
Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika Lambang
negara Indonesia berbentuk burung Garuda yang kepalanya menoleh ke
sebelah kanan (dari sudut pandang Garuda), perisai berbentuk menyerupai
jantung yang digantung dengan rantai pada leher Garuda, dan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti Berbeda-beda tetapi tetap
satu ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda. Lambang ini
dirancang oleh Sultan Hamid II dari Pontianak, yang kemudian
disempurnakan oleh Presiden Soekarno dan diresmikan pemakaiannya
sebagai lambang negara pertama kali pada Sidang Kabinet Republik
Indonesia Serikat tanggal 11 Februari 1950. Penggunaan lambang negara
diatur dalam UUD 1945 pasal 36A dan UU No 24 Tahun 2009 tentang
Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. (LN 2009
Nomor 109, TLN 5035). Sebelumnya lambang negara diatur dalam Konstitusi
RIS, UUD Sementara 1950, dan Peraturan Pemerintah No. 43/1958

Pasal 36 A, yaitu Lambang Negara Ialah Garuda Pancasila dengan semboyan


Bhinneka Tunggal Ika dan Pasal 36 B: Lagu Kebangsaaan ialah Indonesia
Raya. Menurut risalah sidang MPR tahun 2000, bahwa masuknya ketentuan
mengenai lambang negara dan lagu kebangsaan kedalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia 1945 yang melengkapi pengaturan
mengenai bendera negara dan bahasa negara yang telah ada sebelumnya
merupakan ikhtiar untuk memperkukuh kedudukan dan makna atribut
kenegaraan ditengah kehidupan global dan hubungan internasional yang
terus berubah.Dengan kata lain, kendatipun atribut itu tampaknya simbolis,
hal tersebut tetap penting, karena menunjukkan identitas dan kedaulatan
suatu negara dalam pergaulan internasional. Atribut kenegaraan itu menjadi
simbol pemersatu seluruh bangsa Indonesia ditengah perubahan dunia yang
tidak jarang berpotensi mengancam keutuhan dan kebersamaan sebuah
negara dan bangsa tak terkecuali bangsa dan negara Indonesia.
Kalimat Bhinneka Tunggal Ika terdapat dalam buku Sutasoma, karangan Mpu
Tantular pada masa kerajaan Majapahit sekitar abad ke-14. Dalam buku
Sutasoma (Purudasanta), pengertian Bhinneka Tunggal Ika lebih ditekankan
pada perbedaan bidang kepercayaan juga keanekaragam agama dan
kepercayaan di kalangan masyarakat Majapahit

Secara harfiah pengertian Bhinneka Tunggal Ika adalah Berbeda-beda


tetapi Satu Itu. Adapun makna Bhinneka Tunggal Ika adalah meskipun
berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu
kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan
kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas
beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan
kepercayaan

Kata Bhineka Tunggal Ika dapat pula dimakna bahwa meskipun bangsa dan
negara Indonesia terdiri atas beraneka ragam suku bangsa yang memiliki
kebudayaan dan adat-istiadat yang bermacam-macam serta beraneka ragam
kepulauan wilayah negara Indonesia namun keseluruhannya itu merupakan
suatu persatuan yaitu bangsa dan negara Indonesia. Keanekaragaman
tersebut bukanlah merupakan perbedaan yang bertentangan namun justru
keanekaragaman itu bersatu dalam satu sintesa yang pada gilirannya justru
memperkaya sifat dan makna persatuan bangsa dan negara Indonesia.

Bagi bangsa Indonesia semboyan Bhineka Tunggal Ika merupakan dasar


untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan Indonesia. Perwujudan semboyan
Bhineka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari dilakukan dengan cara
hidup saling menghargai antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya
tanpa memandang suku bangsa,agama,bahasa,adat istiadat, warna kulit dan
lain-lain. Seperti di ketahui Indonesia merupakan negara kepulauan yang
terdiri dari beribu-ribu pulau dimana setiap daerah memiliki adat
istiadat,bahasa,aturan,kebiasaan dan lain-lain yang berbeda antara yang satu
dengan yang lainnya tanpa adanya kesadaran sikap untuk menjaga Bhineka
tunggal Ika pastinya akan terjadi berbagai kekacauan di dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika kita harus
membuang jauh-jauh sikap mementingkana dirinya sendiri atau daerahnya
sendiri tanpa perduli kepentngan bersama. Bila hal tersebut terjadi pastinya
negara kita ini akan terpecah belah.Oleh sebab itu marilah kita jaga bhineka
tunggal ika dengan sebaik-baiknya agar persatuan bangsa dan negara
Indonesia tetap terjaga.
Pengertian Literasi Media dan Literasi Digital
Literasi media adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan berbagai media guna
mengakses, analisis serta menghasilkan informasi untuk berbagai keperluan dalam kehidupan
sehari-hari seseorang yang akan dipengaruhi oleh media yang ada disekitar kita berupa televisi,
film, radio, musik terekam, surat kabar dan majalah. Dari media itu masih ditambah dengan
dengan internet bahkan kini pun melalui telepon seluler dapat diakses.
Istilah literasi digital mulai populer sekitar tahun 2005 ( Davis & Shaw, 2011 ), literasi digital
bermakna kemampuan untuk berhubungan dengan informasi hipertekstual dalam arti bacaan tak
berurut berbantuan komputer. Istilah literasi digital pernah digunakan tahun 1980-an (( Davis &
Shaw, 2011 ), secara umum bermakna kemampuan untuk berhubungan dengan informasi
hipertekstual dalam arti membaca non-sekuensial atau nonurutan berbantuan komputer ( Bawden,
2001 ).
2.2 Konsep Literasi Media dan Literasi Digital
Definisi literasi media menggunakan pendekatan tritokomi yang mencakup tiga bidang yaitu
literasi media bermakna memiliki akses ke media, memahami media dan menciptakan dan
mengekspresikan diri untuk menggunakan media ( Buckingham 2005, Livingstone 2005 ). Akses
meliputi menggunakan serta kebiasaan media, artinya kemampuan menggunakan fungsi dan
kompetensi navigasi ( mengubah saluran televisi, menggunakan sambungan internet ),
kompetensi mengendalikan media ( misalnya menggunakan sistem terpasang interaktif,
melakukan transaksi melalui internet ) dll.
Pemahaman artinya memiliki kemampuan untuk memahami atau menafsirkan serta memperoleh
perspektif isi media serta sikap kritis terhadapnya. Menciptakan mencakup berinteraksi dengan
media ( misalnya berbicara di radio, ikut serta dalam
diskusi di internet ), juga menghasilkan isi media. Bagi seseorang yang memiliki pengalaman
mengisi berbagai media massa membuat seseorang memiliki pemahaman yang lebih baik tentang
dan pendekatan kritis terhadap isi media.
Gilster (2007) memperluas konsep literasi digital sebagai kemampuan memahami dan
menggunakan informasi dari berbagai sumber digital, dengan kata lain kemampuan untuk
membaca, menulis, dan berhubungan dengan informasi dengan menggunakan teknologi dan
format yang ada pada masanya.
Penulis lain menggunakan istilah literasi digital untuk menunjukkan konsep yang luas yang
menautkan bersama-sama berbagai literasi berbasis kompetensi dan keterampilan teknologi
komunikasi, namun menekankan pada kemampuan evaluasi informasi yang lebih lunak dan
perangkaian pengetahuan bersama-sama pemahaman dan sikap ( Bawden, 2008 ; Martin, 2006,
2008 ).
IFLA ALP Workshop ( 2006 ) menyebutkan bagian dari literasi informasi adalah literasi digital,
didefinisikan sebagai kemampuan memahami dan menggunakan informasi dalam berbagai format
dari sejumlah besar sumber daya tatkala sumber daya tersebut disajikan melalui komputer.
Dengan perkembangan internet, maka pemakai tidak tahu atau tidak memperdulikan dari mana
asalnya informasi, yang penting mereka dapat mengaksesnya.
2.3 Cakupan Literasi Media dan Literasi Digital
Istilah media mencakup semua media komunikasi, kadang-kadang digunakan istilah media massa
untuk mencapai audisi hangat besar seperti televisi siaran dan bayar, radio, film, surat kabar dan
majalah. Sering pula istilah dalam semua media dan format mengacu pada komunikasi dan
diseminasi informasi dalam berbagai media berlainan serta berbagai format ( teks, grafik, foto,
tabel, statistik dll ). Literasi media mencakup semuanya dari memiliki pengetahuan yang
diperlukan untuk menggunakan teknologi media lama dan baru sampai dengan memiliki
hubungan kritis ke konten media. Tulisan seperti Buckingham ( 2005 ), Livingstone ( 2005 )
menyatakan bahwa trikomi untuk mendefinisikan literasi media adalah memiliki akses ke media,
memahami media dan menggunakan media. Literasi media mengakui pengaruh harian
pada manusia yang berasal dari televisi, film, radio, musik, surat kabar, dan majalah.
Literasi digital mencakup pemahaman tentang web dan mesin pencari. Pemakai memahami
bahwa tidak semua informasi yang tersedia di web memiliki kualitas yang sama. Dengan
demikian pemakai lambat laun dapat mengenal lagi situs web mana yang handal, serta situs mana
yang tidak dapat dipercaya. Dalam literasi digital ini pemakai dapat memilih mesin pemakai yang
baik untuk kebutuhan informasinya, mampu menggunakan mesin pencara secara efektif (
misalnya dengan advanced search). Singkatnya literasi digital adalah himpunan sikap,
pemahaman keterampilan menangani dan mengkomunikasikan informasi dan pengetahuan secara
efektif dalam berbagai media dan format.
2.4 Komponen Literasi Media dan Literasi Digital
Literasi media menghubungkan Tiga C yaitu sebagai berikut : computing, communication
networks dan content dalam format digital (digitalized), dimana penggabunagan itu sendiri
diawali dengan C (convergence). Media ini oleh Flew (2002) dipahami sebagai media digital,
yaitu semua bentuk content media yang menggabungkan dan menyatukan (mengintegra sikan)
data, teks, suara dan berbagai macam citra (images) yang dismpan dalam format digital, dan
didistribusikan melalui jaringan komunikasi seperti serat optic, broadband, satelit dan sistem
transmisi gelombang mikro.
Menurut Bawden ( 2008 ), komponen literasi digital terdiri dari empat bagaian yaitu sebagai
berikut :
1. Tonggak pendukung berupa :
Literasi itu sendiri dan
Literasi komputer, informasi, dan teknologi komunikasi

2. Pengetahuan latar belakang terbagi atas :


Dunia informasi dan
Pengertian Disintegrasi Sosial

Disintegrasi adalah sebuah kondisi atau keadaan yakni hilangnya keharmonisan, ketidak
utuhan, atau perpecahan yang sedang terjadi dalam suatu lingkungan masyarakat. Dalam
disiplin ilmu sosiologi, disintegrasi dimaknakan sebagai suatu prosesi terpecah belahnya
sebuah keadaan dari kesatuan sehingga menjadi tercerai berai. Hal tersebut disebabkan oleh
hilangnya persatuan yang mengintegrasikan anggota masyarakat tertentu dengan masyarakat
yang lain. Persatuan tersebut berupa ikatan kebersamaan yang terwujud dari nilai-nilai norma
serta nilai-nilai dasar pranata sosial. Nilai- nilai tersebut seyogyanya bisa ditaati bersama
yang terwujud melalui sebuah wadah organisasi kelembagaan. Organisasi kelembagaan
tersebut memiliki peran sebagai sarana integrasi masyarakat untuk menyatukan berbagai
elemen masyarakat.

Bentuk-Bentuk Disintegrasi Sosial

1. Pergolakan Daerah

Dalam rekam jejak perjalanan bangsa indonesia, beberapa kejadian mengenai konflik /
pergolakan daerah sudah banyak terjadi. Hal tersebut terjadi dikarenakan adanya suatu
kesenjangan. Kesenjangan tersebut bisa berupa kesenjangan dalam hal kebijakan politik,
kesenjangan ketidakadilan, kesenjangan masalah etnis, kesenjangan konflik agama, dan lain
sebagainya. Misalnya seperti yang terjadi di masa lalu tentang suatu pemberontakan PRRI /
Permesta, DI / TII, RMS, GAM. Beberapa kejadian yang terjadi dewasa ini mengenai konflik
agama seperti yang terjadi pada daerah Poso, Kupang, Sampit, dan Papua. Beberapa kejadian
/ peristiwa yang sudah terjadi di Indonesia tersebut ialah sebuah konsekuensi dan dampak
dari kemajemukan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
2. Demonstrasi

Demonstrasi menjadi suatu fenomena yang seringkali kita temukan pada saat ini. Dinamika
yang terjadi dalam bidang ketatanegaraan yang terjadi di era reformasi turut mempengaruhi
terhadap suatu perubahan perilaku masyarakat. Sebelum era reformasi, rakyat
mempunyai keterbatasan dalam menyuarakan aspirasinya secara langsung. Kegiatan aksi atau
demonstrasi baik secara individu maupun kolektif akan mendapatkan suatu konsekuensi yang
keras dari pihak pemerintah Orde Baru. Berbeda dengan era reformasi yang terjadi pada saat
sekarang ini. Hampir di setiap sebuah kebijakan pemerintah yang menuai kontroversi, kita
menemukan banyak aksi demonstrasi yang terjadi seiring dengan pencanangan kebijakan
pemerintah yang dianggap kurang menguntungkan bagi golongan tertentu. Golongan tersebut
dapat berupa sekelompok ormas, pergerakan mahasiswa, ikatan buruh, persatuan guru, dan
lain sebagainya.

c. Kriminalitas

Perkembangan teknologi juga membawa dampak pada disintegrasi sosial. Dewasa ini tindak
kriminalitas tidak hanya yang sifatnya kasat mata saja, misalnya perampokan, pembunuhan,
pencurian, penjambretan, pembegalan, dan lain sebagainya. Pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi juga mengakibatkan berkembangnya variasi modus dalam
melakukan suatu tindak kejahatan. Misalnya penipuan bermodus undian berhadiah melalui
telfon dan berbagai kejahatan yang difasilitasi oleh jaringan internet. Dewasa ini kepolisian
sudah membentuk sebuah divisi khusus untuk menangani kasus-kasus yang bermoduskan
internet. Hal tersebut dikarenakan begitu maraknya kasus penipuan dan lain-lain yang
memkaai fasilitas internet dan telepon.

d. Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja adalah suatu kegiatan antisosial yang diperbuat oleh seseorang yang
beranjak dewasa (remaja),bila hal tersebut dilakukan oleh orang dewasa bisa dikategorikan
sebagai tindak kejahatan (crime).

Penyebab Disintegrasi Sosial

Tidak ada persepsi atau persamaan pandangan di antara anggota masyarakat mengenai
suatu norma yang semula dijadikan pegangan oleh anggota masyarakat.
Norma-norma masyarakat tidak berfungsi dengan baik sebagai alat untuk mencapai suatu
tujuan masyarakat.
Timbulnya suatu pertentangan norma-norma dalam masyarakat, sehingga menimbulkan
kebingungan bagi anggota masyarakat itu sendiri.
Tidak ada nya tindakan sanksi yang tepat bagi sih pelanggar norma.
Tindakan dalam masyarakat sudah tidak sesuai lagi dengan norma masyarakat.
Interaksi sosial yang terjadi ditandai dengan sutau proses yang bersifat disosiatif.

Contoh Disintegrasi Sosial

Misalnya, pemerintah merencanakan suatu pembangunan jalan tol dari sebuah kota ke kota
lainnya. Jalan tol tersebut akan melewati tanah, kebun, sawah, bahkan pemukiman warga. Itu
berarti akan ada penggusuran.
Setiap unsur dalam suatu masalah ini (masyarakat dan pemerintah) saling memaksakan suatu
kehendak. Dengan kekuasaannya, pemerintah akan mengerahkan polisi dan tentara untuk
mengamankan jalannya penggusuran.

Sementara warga akan bertahan mati-matian dan tidak mau digusur, karena akan
menyengsarakan hidup mereka sendiri. Tentu keadaan semacam ini akan
memunculkan disintegrasi sosial.

Itulah ulasan tentang Pengertian, Bentuk, Dan Penyebab Disintegrasi Sosial Beserta
Contohnya Lengkap. Semoga apa yang diulas diatas bermanfaat bagi pembaca. Sekian dan
terimakasih.

Baca juga refrensi artikel terkaitnya disini :

Pengertian, Fungsi, Dan Bentuk-Bentuk Persaingan Beserta Contohnya Lengkap


pengertian, Ciri, Bentuk, Dan Jenis Penyimpangan Sosial Beserta Contohnya Lengkap.
Pengertian Dan Faktor Penyebab terjadinya Kesenjangan Sosial Beserta Cara
Mengatasinya Terlengkap
Pengertian, Ciri, Bentuk, Dan Penyebab Kenakalan Remaja Beserta Contohnya Secara
Lengkap
Pengertian, Macam Dan Faktor Penyebab Konflik Sosial Beserta Dampaknya Terlengkap

Pengertian Bhinneka Tunggal Ika

Secara etimologi atau asal-usul bahasa, kata-kata Bhinneka Tunggal Ika berasal dari bahasa
Jawa Kuno yang bila dipisahkan menjadi Bhinneka = beragam atau beraneka, Tunggal = satu,
dan Ika = itu. Artinya, secara harfiah, jika diartikan menjadi beraneka satu itu. Maknanya,
bisa dikatakan bahwa beraneka ragam tetapi masih satu jua. Semoboyan ini diambil dari kitab
atau kakawin Sutasoma karangan Empu Tantular, yang hidup pada masa Kerajaan majapahit
sekitar abad ke-14 M.

Hal ini menunjukkan persatuan dan kesatuan yang terjadi diwilayah Indonesia, dengan
keberagaman penduduk Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam suku, bahasa daerah,
ras, agama, dan kepercayaan, lantas tidak membuat Indonesia menjadi terpecah-belah.
Melalui semboyan ini, Indonesia bisa dipersatukan dan semua keberagaman tersebut menjadi
satu bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Sejarah Bhinneka Tunggal Ika

Semboyan Bhinneka Tunggal Ika adalah sebuah kutipan yang diambil dari Kitab Sutasoma
karangan Empu Tantular yang ditulis atau dikarang pada tahun ke-14 Masehi atau lebih
tepatnya pada zaman Kerajaan Majapahit yang notabene menganut kepercayaan Hindu.
Empu Tantular adalah seorang penganut Budha pada masa Majapahit, tapi itu tidak membuat
hidupnya menjadi tidak aman atau tidak tentram. Sebaliknya, Empu Tantular menjalani suatu
kehidupan yang aman dan tentram di bawah kepercayaan Hindu yang dianut oleh kerajaan.
Dalam kitab tersebut, Empu Tantular menulis Rwaneka dhatu winuwus Buddha Wiswa,
Bhinnki rakwa ring apan kena parwanosen, Mangka ng Jinatwa kalawan Siwatatwa
tunggal, Bhinnka tunggal ika tan hana dharma mangrwa (Bahwa agama Buddha dan Siwa
(Hindu) adalah zat yang berbeda, tetapi nilai-nilai kebenaran Jina(Buddha) dan Siwa
yaitu tunggal. Terpecah belah, tetapi satu jua, artinya tak ada dharma yang mendua).

Bhinneka Tunggal Ika mulai menjadi bahan diskusi saat dimulainya suatu proses persiapan
kemerdekaan Indonesia. Saat itu, Ir.Soekarno bersama dengan Muhammad Yamin, dan I
Gusti Bagus Sugriwa membuat diskusi kelompok kecil di sela-sela sidang BPUPKI perihal
dalam mempersiapkan kesiapan-kesiapan untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.

Sesudah beberapa tahun kemudian, ketika para tokoh bangsa yang sudah memproklamirkan
kemerdekaan Indonesia berembuk untuk merancang lambang Negara, maka timbullah ide
untuk memasukkan semoyan Bhinneka Tunggal Ika ke dalam lambang tersebut. Maka
jadilah, pada lambang burung garuda, pada kaki burung tersebut, terdapat tulisan Bhinneka
Tunggal Ika.

Secara resmi, lambang burung Garuda beserta tulisan Bhinneka Tunggal Ika tersebut dipakai
pada saat Sidang Kabinet Republik Indonesia Serikat yang dipimpin oleh wakil presiden saat
itu, yaitu Mohd.Hatta pada tanggal 11 Februari 1950. Lambang ini disahkan yang
berdasarkan usulan dari Sultan Hamid 2 dan Muh.Yamin. sebenarnya, banyak sekali yang
mengusulkan rancangan lambang dari tokoh-tokoh saat itu, tetapi yang terpilih
yaitu rancangan yang dibuat oleh Sultan Hamid beserta Muh.Yamin.

Sebenarnya, semboyan Bhinneka Tunggal Ika lebih bermanifestasi kepada keadaan


kepercayaan atau agama pada masa itu. Empu Tantular dalam kitabnya, menceritakan kata-
kata itu untuk menggambarkan keadaan damai yang dirasakan meskipun terdapat perbedaan
kepercayaan. tapi, oleh para tokoh bangsa, semboyan ini diberikan penafsiran baru untuk
memenuhi permintaan kondisi akan zaman tersebut. Indonesia yang beraneka ragam tetapi
bersatu padu, dianggap sesuai dengan makna semboyan tersebut.

Para Founding Fathers yang kebanyakan beragama Islam pada saat itu, terlihat sangat toleran
terhadap usulan semboyan yang diusulkan oleh Muh.Yamin. watak inilah yang menjadi
cerminan rakyat Indonesia yang sangat toleran terhadap keanekaragaman yang ada. Rakyat
Indonesia sudah mengenal aneka ragam suku bangsa, ras, kepercayaan jauh sebelum agama-
agama datang dan masuk ke Indonesia.

Fungsi Bhinneka Tunggal Ika

Bangsa Indonesai sudah lama hidup di dalam keaneka ragaman, tetapi hal ini tidak pernah
menampilkan perseteruan antar rakyat Indonesia. Keberagaman yang ada dipakai untuk
membentuk suatu Negara yang besar. Keberagaman yang terjadi baik itu di dalam segi
kepercayaan, warna kulit, suku bangsa, agama, bahasa, menjadikan Bangsa Indonesia
merupakan suatu bangsa yang besar dan berdaulat. Sejarah mencatat bahwasanya semua anak
bangsa yang tergabung dalam berbagai macam suku turut serta memperjuangkan
kemerdekaan bangsa Indonesia dengan mengambil peran masing-masing.
Para tokoh bangsa yang bergerak dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia
sudah menyadari tantangan yang harus dihadapi oleh karena kemajemukan yang ada di dalam
bangsa ini. Keberagaman menjadi sebuah realitas yang tidak bisa dihindari di dalam negeri
ini. Pemikiran dan tindakan yang diperbuat tidak lain dan tidak bukan hanya untuk
menunjukkan pada dunia bahwa cita-cita bangsa akan terwujud dengan keanekaragaman itu.
Ke-bhinneka-an adalah sebuah hakikat realitas yang sudah ada dalam bangsa Indonesia,
sedangkan ke-Tunggal-Ika-an adalah sebuah cita-cita kebangsaan. Semboyan inilah yang
menjadi jembatan emas penghubung menuju pembentukan Negara berdaulat serta
menunjukkan kebesarannya di mata dunia.

Konsep Bhinneka Tunggal Ika adalah sebuah semboyan yang dijadikan dasar Negara
Indonesia. Oleh sebab itu, Bhinneka Tunggal Ika patut dijadikan sebagai landasan untuk
mewujudkan persatuan dan kesatuan di dalam bangsa Indonesia. Kita sebagai generasi
selanjutnya yang bisa menikmati kemerdekaan dengan mudah, haruslah bersungguh-sungguh
dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kita dapat saling menghargai dengan
masyarakat tanpa saling memikirkan percampuran suku bangsa, ras, agama, bahasa, dan
keaneka ragaman lainnya. Tanpa adanya kesadaran di dalam diri rakyat Indonesia, maka
pantaslah Indonesia akan hancur dan terpecah belah.

Prinsip Bhinneka Tunggal Ika

1. Common Denominator

Di Indonesia, berbagai macam keaneka ragaman yang ada tidaklah membuat bangsa ini
menjadi pecah. Terdapat 5 agama yang ada di Indonesia, dan hal tersebut tidak membuat
agama-agama tersebut untuk saling mencela. Maka sesuai dengan prinsip pertama dari
Bhinneka Tunggal Ika, maka perbedaan-perbedaan di dalam agama tersebut haruslah dicari
common denominatornya, atau dengan kata lain kita haruslah mencari sebuah persamaan
dalam perbedaan itu, sehingga semua rakyat yang hidup di Indonesia dapat hidup di dalam
keanekaragaman dan kedamaian dengan adanya kesamaan di dalam perbedaan tersebut.

Begitu juga halnya dengan dengan aspek lain yang mempunyai perbedaan di Indonesia,
seperti adat dan kebudayaan yang terdapat di setiap daerah. Semua macam adat dan budaya
itu tetap diakui konsistensinya sebagai adat dan budaya yang sah di Indonesia, tapi segala
macam perbedaan tersebut tetap bersatu di dalam bingkai Negara kesatuan republik
Indonesia.

2. Tidak Bersifat Sektarian dan Enklusif

Makna yang terkandung di dalam prinsip ini yakni semua rakyat Indonesia dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara tidak dibenarkan menganggap bahwa dirinya atau kelompoknya
adalah yang paling benar, paling hebat, atau paling diakui oleh yang lain. Pandangan-
pandangan sectarian dan enklusif haruslah dihilangkan pada segenap tumpah darah
Indonesia, karena ketika sifat sectarian dan enklusif sudah terbentuk, maka akan banyak suatu
konflik yang terjadi dikarenakan kecemburuan, kecurigaan, sikap yang berlebihan, dan
kurang memperhitungkan keberadaan kelompok atau pribadi lain.
Bhinneka Tunggal Ika sifatnya inklusif, dengan kata lain segala kelompok yang ada haruslah
saling memupuk rasa persaudaraan, kelompok mayoritas tidak memperlakukan sebuah
kelompok minoritas ke dalam posisi terbawah, tetapi haruslah hidup berdampingan satu sama
lain. Kelompok mayoritas juga tidak harus memaksakan kehendaknya kepada kelompok lain.

3. Tidak Bersifat Formalistis

Bhinneka Tunggal Ika tidak bersifat formalistis, yang hanya menunjukkan sebuah perilaku
semu dan kaku. Tetapi, Bhinneka Tunggal Ika sifatnya universal dan menyeluruh. Hal ini
dliandasi oleh adanya rasa cinta mencintai, rasa hormat menghormati, saling percaya
mempercayai, dan saling rukun antar sesame. Karena dengan cara inilah, keanekaragaman
bisa disatukan dalam bingkai ke-Indonesiaan.

4. Bersifat Konvergen

Bhinneka Tunggal Ika sifatnya konvergen dan tidak divergen. Segala macam keaneka
ragaman yang ada bila terjadi masalah, bukan untuk dibesar-besarkan, tetapi haruslah dicari
satu titik temu yang bisa membuat segala macam kepentingan menjadi satu. Hal ini
bisa dicapai bila terdapatnya sikap toleran, saling percaya, rukun, non sectarian, dan inklusif.

Implementasi Bhinneka Tunggal Ika

Implementasi terhadap Bhinneka Tunggal Ika bisa tercapai bila rakyat dan seluruh komponen
mematuhi prinsip-prinsip yang sudah disebutkankan di atas. Yakni :

1. Perilaku Inklusif

Seseorang haruslah menganggap bahwa dirinya sedang berada di dalam suatu populasi yang
luas, sehingga dia tidak melihat dirinya melebihi dari yang lain. Begitu juga dengan
kelompok. Kepentingan bersama lebih diutamakan daripada sebuah keuntungan pribadi atau
kelompoknya. Kepentingan bersama bisa membuat segala komponen merasa puas dan
senang. Masing-masing kelompok mempunyai peranan masing-masing di dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.

2. Mengakomodasi Sifat Prulalistik

Ditinjau dari keanekaragaman yang ada di dalam negeri ini, maka sepantasnyalah bila
Indonesia adalah bangsa dengan tinglat prulalistik terbesar di dunia. Hal inilah yang membuat
bangsa kita disegani oleh bangsa lain. Tapi, bila hal ini tidak bisa dipergunakan dengan baik,
maka sangat mungkin akan terjadi disintegrasi di dalam bangsa.

Agama, ras, suku bangsa, bahasa, adat dan budaya yang ada di Indonesia mempunyai jumlah
yang tidak sedikit. Sikap saling toleran, saling menghormati, saling mencintai, dan saling
menyayangi menjadi hal mutlak yang dibutuhkan oleh segenap rakyat Indonesia, supaya
terciptanya masyarakat yang tenteram dan damai.

3. Tidak Mencari Menangnya Sendiri


Perbedaan pendapat adalah hal yang lumrah terjadi pada zaman sekarang. Apalagi ditambah
dengan diberlakukannya sistem demokrasi yang menuntut segenap rakyat bebas untuk
mengungkapkan pendapatnya masing-masing. Oleh sebab itu, untuk mencapai prinsip ke-
Bhinneka-an, maka seseorang haruslah saling menghormati antar satu pendapat dengan
pendapat yang lain. Perbedaan ini tidak untuk dibesar-besarkan, tetapi untuk dicari suatu titik
temu dengan mementingkan suatu kepentingan bersama. Sifatnya konvergen haruslah benar-
benar dinyatakan di dalam hidup berbangsa dan bernegara, jauhkan sifat divergen.

4. Musyawarah untuk Mufakat

Perbedaan pendapat antar kelompok dan pribadi haruslah dicari solusi bersama dengan
diberlakukannya musyawarah. Segala macam perbedaan direntangkan untuk mencapai satu
kepentingan. Prinsip common denominator atau mencari inti kesamaan haruslah diterapkan di
dalam musyawarah. Dalam musyawarah, segala macam gagasan yang timbul akan
diakomodasikan dalam kesepakatan. Sehingga kesepakatan itu yang mencapai mufakat antar
pribadi atau kelompok.

5. Dilandasi Rasa Kasih Sayang dan Rela Berkorban

Sesuai dengan pedoman sebaik-baik manusia yaitu yang bermanfaat bagi manusia lainnya,
rasa rela berkorban haruslah diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Rasa rela berkorban
ini akan terbentuk dengan dilandasi oleh rasa salin kasih mangasihi, dan sayang menyayangi.
Jauhilah rasa benci karena hanya akan menimbulkan konflik di dalam kehidupan.
Sifat sumber daya informasi

3. Kompetensi berupa :
Pemahaman format digital dan nondigital
Penciptaan dan komunikasi informasi digital
Evaluasi informasi
Perakitan pengetahuan
Literasi informasi
Literasi media

4. Sikap dan perspektif

Anda mungkin juga menyukai