1. Sumber : Jurnal “Konstruk Kompetensi Literasi Untuk Siswa Sekolah Dasar”,
Tadkiroatun Musfiroh dan Beniati Listyiorini FBS Universitas Negeri Yogyakarta. Istilah “literasi” memiliki makna meluas dari waktu kewaktu. Literasi sekarang tidak hanya diartikan sebagai kemampuan menulis dan membaca tetapi “… has instead come to be considered synonymous with its hoped-for consequences” (Aronoff, 1995: 68). Kini, literasi memiliki makna dan implikasi dari keterampilan membaca dan menulis dasar ke pemerolehan dan manipulasi pengetahuan melalui teks tertulis, dari dampak sejarah manusia ke konsukuensi filosofis dan sosial pendidikan barat (Goody & Watt, 1963; Chafe & Danielewicz, 1987; Olson, 1991; Ong, 1992). Bahkan perubahan evolusi manusia merupakan dampak dari pemikiran literasi (Donald, 1991).
2. Sumber : Jurnal “Pembelajaran Literasi Dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia”,
Heni Subandiyah Universitas Negeri Surabaya. Kemapuan literasi pada awalnya adalah kemapuan membacadan menulis (Edisi ke-7 Oxford Advanced Learner’s Dictionary, 2005:898, dalam Usaid Prioritas, 2014). Dan pada awalnya pendidikan di Indonesia lebih mengenal dengan istilah pengajaran bahasa atau pelajaran bahasa. Namun, sesuai dengan perkembangan zaman yang sangat cepat maka makna literasi juga ikut berkembang sehingga maknanya tidak sekadar membaca dan menulis. Meskipun pengertian literasi berkembang pesat, tetapi masih berkaitan dengan bahasa. Dengan demikian, makna literasi berkembang dari sederhana menjadi lebih kompleks.
3. Sumber : Jurnal “Deskripsi Literasi Informasi Pada Siswa SMA International
Baccalaureate (IB) Program Diploma di Cita Hati Surabaya”, Mutia Yaumil Reza. Pendit (2012), mengatakan bahwa kata literacy sendiri sebenarnya datang dari bahasa Latin, littera yang kemudian dipakai orang Inggris untuk kata letter dan dengan demikian sebenarnya berurusan dengan aksara atau tulisan. Sedangkan definisi information adalah informasi, maka literasi informasi adalah keterbukaan terhadap informasi. Artinya bahwa kemampuan literasi informasi dalam pengembangannya tidak terlepas dari kemampuan siswa dalam membiasakan untuk gemar membaca, mnulis, berbicara, dan mencari informasi dari berbagai macam media cetak maupun noncetak sangatlah mempengaruhi kemampuan literasi informasi. 4. Sumber : Jurnal “Implikasi Teori Belajar Terhadap Pendidikan Literasi”, Dra. Aas Saomah, M.Si. Literasi yang dalam bahasa Inggrisnya Literacy berasal dari bahasa latin littera (huruf) yang pengertiannya melibatkan penguasaan sistem-sistem tulisan dan konvensi-konvensi yang menyertainya. Kendatipun demikian, literasi utamanya berhubungan dengan bahasa dan bagaimana bahasa itu digunakan. Adapun sistem bahasa tulis itu sifatnya sekunder. Manakala berbicara mengenai bahasa, tentunya tidak lepas dari pembicaraan mengenai budaya karena bahasa itu sendiri merupakan bagian dari budaya. Sehingga, pendefinisian intilah literasi tentunya harusmencakup unsur yang melingkupi bahasa itu sendiri, yakni situasi sosial budayanya. Berkenaan dengan ini kern (2000) mendefinisikan literasi secara komprehensif sebagai berikut: (Terjemahan) “Literasi adalah penggunaan praktik-praktik situasi sosial, dan historis, serta kultural dalam menciptakan dan menginterpretasikan makna melalui teks. Literasi memerlukan setidaknya sebuah kepekaan yang tak terucap tentang hubungan- hubungan antara konvensi-konvensi tekstual dan konteks penggunaan serta idealnya kemampuan untuk berefleksi secara kritis tentang hubungan-hubungan itu. Karena peka dengan maksud/tujuan, literasi itu bersifat dinamis – tidak statis – dan dapat bervariasi di antara dan di dalam komunitas dan kultur diskursus/wacana. Literasi memerlukan serangkaian kemampuan kognitif, pengetahuan bahasa tulis dan lisan, pengetahuan tentang genre, dan pengetahuan kultural”.