PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Selain 3 kanalis ini terdapat pula utrikulus dan sakulus yang merupakan
dua kantong di dalam labirin membran, yang berlokasi dibagian vestibulum
telinga dalam. Organ reseptornya disebut makula. Makula utrikulus terletak pada
dasar utrikulus kira-kira di bidang kanalis semisirkularis horizontal. Makula
sakulus terletak pada dinding medial sakulus dan terutama terletak di bidang
vertikal.7
Makula terdiri dari sel-sel rambut, dikelilingi oleh sel-sel penunjang. Silia
sel rambut menempel pada membran gelatin. Di puncak membran gelatin terdapat
2
lapisan endapan kalsium karbonat yang disebut otolit. Otolit tersebut lebih padat
dari endolimfe disekitarnya, oleh karena itu dapat bereaksi terhadap gravitasi dan
tenaga gerak lainnya.7
Labirin terdiri dari labirin statis yaitu utrikulus dan sakulus yang merupakan
pelebaran labirin membrane yang terdapat didalam vestibilum labirin tulang.
Labirin kinetik terdiri dari tiga kanalis semisirkularis dimana pada tiap kanalis
terdapat pelebaran yang berhubungan dengan utrikulus, disebut ampula.
Didalamnya terdapat krista ampularis yang terdiri dari sel-sel reseptor
keseimbangan dan seluruhnya tertutup oleh suatu substansi gelatin yang disebut
kupula.6
3
2.2. Vertigo
Vertigo berasal dari istilah latin, yaitu vertere yang berarti berputar, dan
igo yang berarti kondisi. Vertigo merupakan subtipe dari dizziness yang secara
definitif merupakan ilusi gerakan, dan yang paling sering adalah perasaan atau
sensasi tubuh yang berputar terhadap lingkungan atau sebaliknya, lingkungan
sekitar yang dirasakan berputar.2
Vertigo dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu tipe sentral disebabkan oleh
kerusakan dari batang otak atau serebelum, dan tipe perifer yang disebabkan
kerusakan dari bagian telinga dalam atau nervus cranialis vestibulocochlear.1
2.2.2. Epidemiologi
4
Dari keempat subtipe dizziness, vertigo terjadi pada sekitar 32% kasus, dan
sampai dengan 56,4% pada populasi orang tua. Sementara itu, angka kejadian
vertigo pada anak-anak tidak diketahui, tetapi dari studi yang lebih baru pada
populasi anak sekolah di Skotlandia, dilaporkan sekitar 15% anak paling tidak
pernah merasakan sekali serangan pusing dalam periode satu tahun. Sebagian
besar (hampir 50%) diketahui sebagai paroxysmal vertigo yang disertai gejala
migren (pucat, mual, fonofobia, dan fotofobia).2
a. Tipe Sentral
Disebabkan oleh disfungsi koneksi sentral aparatus vestibular termasuk
nukleus vestibular di batang otak dan hubungannya, terutama ke
serebelum. Kasus vertigo jenis ini hanya sekitar 20% - 25% dari seluruh
kasus vertigo. Patologi struktur vestibular sentral mempengaruhi integrasi
dan pengolahan masukan sensorik dari sistem vestibular, visual, dan
somatosensori. Tipe sentral dapat disebabkan oleh iskemia atau infar
batang otak, trauma kepala, vestibulopati terkait migrain, multiple
sclerosis, dan degenerasi serebelum.2,8,9
b. Tipe Perifer
Disebabkan oleh disfungsi aparatus vestibular di telinga bagian dalam atau
saraf vestibular yang menghubungkannya (N.VIII/ Nervus
vestibulocochlear). Kelainan pada tipe ini mengurangi informasi sensoris
yang tersedia yang berhubungan dengan posisi kepala dan gerakan.
Kelainan ini meliputi neuritis, labirintitis, hilangnya vestibular bilateral,
Menieres, BPPV, dan vestibulopati yang diakibatkan prosedur operasi
(seperti labirintektomi dan neuroma akustik).8,9
Tipe sentral dan perifer masing-masing mengurangi output saraf yang sesuai
untuk orientasi spasial, kontrol postural, dan kontrol gerakan mata. Pasien dengan
5
salah satu kelainan diatas biasanya diikuti dengan gejala pusing,
ketidakseimbangan, penurunan, dan/ atau pengaburan visual (oscillopsia).9
2.2.4. Patofisiologi
6
Neurotransmitter yang turut berkontribusi dalam patofisiologi vertigo, baik
perifer maupun sentral, diantaranya adalah neutransmitter kolinergik,
monoaminergik, glutaminergik, dan histamin. Beberapa obat antivertigo bekerja
dengan memanipulasi neurotransmiter tersebut, sehingga gejala vertigo dapat
ditekan. Glutamat merupakan neurotransmitter eksitatorik utama dalam serabut
saraf vestibuler. Glutamat ini memengaruhi kompensasi vestibuler melalui
reseptor NMDA (N-metil-D-aspartat). Reseptor asetilkolin muskarinik banyak
ditemukan di daerah pons dan medulla, dan akan menimbulkan keluhan vertigo
dengan memengaruhi reseptor muskarinik tipe M2, sedangkan neurotransmitter
histamin banyak ditemukan secara merata di dalam struktur vestibuler bagian
sentral, berlokasi di pre dan postsinaps pada sel-sel vestibuler.2
7
Vertigo perifer Vertigo sentral
Kejadian Episodik, onset mendadak Konstan
Arah nistagmus Satu arah Bervariasi
Aksis nistagmus Horizontal/rotatorik Horizontal, vertikal, oblik, atau
rotatorik
Tipe nistagmus Fase lambat dan cepat Fase ireguler atau setimbang
(equal)
Hilang pendengaran Bisa terjadi Tidak ada
Kehilangan kesadaran Tidak ada Dapat terjadi
Gejala neurologis lainnya Tidak ada Sering disertai defisit saraf kranial
serta tanda-tanda serebelar dan
piramidal
Tabel 1 Perbedaan vertigo vestibuler perifer dan sentral2
2.2.6. Diagnosis
1. Anamnesis
Vertigo episodik/kontinu. Jika episodik, tanyakan frekuensi dan durasi
serangan vertigo
Gejala kelainan vestibuler lainnya: gangguan keseimbangan, gangguan
pendengaran, tinitus, gangguan penglihatan, gangguan somatosensorik,
gangguan fungsi motorik
Gejala otonom: mual, muntah, berkeringat
Keluhan neurologis
Riwayat pemakaian obat vestibulotoksik, seperti aminoglikosida
(kanamisin, neomisin, amikasin, streptomisin, gentamisin), diuretik
kuat (furosemid, asam etakrinat, bumotanid), antineoplastik (sisplatin),
salisilat, kuinin
Riwayat penyakit keluarga: penyakit Meniere
8
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala dan leher, termasuk pemeriksaan saraf kranialis
b. Telinga, hidung, tenggorok
c. Gait test
- Rombergs sign
Pasien diminta berdiri tegak lurus dengan kedua kaki rapat;
mata mula-mula terbuka kemudian menurup. Pada gangguan
keseimbangan yang tidak terkompensasi, ia akan jatuh ke arah
labirin yang terganggu. Pada gangguan ringan, ada
kemungkinan pasien hanya sedikit miring ke arah labirin yang
terganggu. Romberg-pseudo-positif terkadang dapat timbul
karena gangguan kepekaan-kedalaman atau karena perbedaan
tonus otot antara bagian tubuh kanan dan kiri.12
Apabila kepala pasien dengan gangguan labirin digerakkan ke
depan, pada Romberg positif ia akan jatuh ke depan; dan ia
akan jatuh ke belakang kalau kepala digerakkan ke belakang.
Untuk mengalihkan perhatian pasien, bila perlu, dapat
digunakan sikap-tangan dari Jendrassik (pasien diminta untuk
menarik jari-jari kedua tangan yang saling dikaitkan).12
- Unterbergers stepping test
Pasien diminta berjalan di tempat dengan mata tertutup.
Diperhatikan pasien cenderung berputar ketika berjalan,
biasanya ke arah labirin yang sakit. Apabila pasien tidak
mampu melaksanakan tesnya, menandakan ada masalah di
serebelum.12
d. Dix-Hallpike maneuver
Untuk membangkitkan vertigo dan nistagmus posisional pada
penderita dengan gangguan sistem vestibuler dapat dilakukan dengan
manuver ini.13
Pada tes ini pasien diminta untuk duduk di tempat tidur periksa
dengan posisi telentang dan kepala tergantung di pinggir dengan sudut
9
sekitar 30 derajat di bawah garis horisontal. Selanjutnya kepala
ditolehkan ke kiri. Tes kemudian diulangi dengan kepala melihat lurus
dan diulangi lagi dengan menoleh ke kanan. Amati kapan nistagmus
muncul, berapa lama berlangsung serta jenis nistagmus.13
Pada lesi perifer, vertigo lebih berat dan didapatkan masa laten
selama 2 30 detik. Pada lesi ini, setelah beberapa saat nistagmus akan
berkurang dan kemudian berhenti, walaupun kepala masih tetap dalam
posisinya. Pada lesi sentral, tidak didapatkan masa laten. Nistagmus
akan segera muncul, dan nistagmus tidak berkurang atau mereda.13
e. Tes kalori
Tes ini membutuhkan peralatan yang sederhana. Kepala penderita
diangkat ke belakang (menengadah) sebanyak 60. (Tujuannya ialah
agar bejana lateral di labirin berada dalam posisi vertikal, dengan
demikian dapat dipengaruhi secara maksimal oleh aliran konveksi
akibat endolimfe). Tabung suntik berukuran 20 mL dengan ujung
jarum yang dilindungi oleh karet ukuran no 15 diisi dengan air
bersuhu 30C (kira-kira 7 di bawah suhu badan) air disemprotkan
ke liang telinga dengan kecepatan 1 mL/detik, dengan demikian
gendang telinga tersiram air selama kira-kira 20 detik.
Bola mata penderita segera diamati terhadap adanya nistagmus.
Arah gerak nistagmus ialah ke sisi yang berlawanan dengan sisi
telinga yang dialiri (karena air yang disuntikkan lebih dingin dari
suhu badan) Arah gerak dicatat, demikian juga frekuensinya
(biasanya 3-5 kali/detik) dan lamanya nistagmus berlangsung dicatat.
Lamanya nistagmus berlangsung berbeda pada tiap penderita.
Biasanya antara - 2 menit. Setelah istirahat 5 menit, telinga ke-2
dites.
Hal yang penting diperhatikan ialah membandingkan lamanya
nistagmus pada kedua sisi, yang pada kseadaan normal hampir serupa.
Pada penderita sedemikian 5 mL air es diinjeksikan ke telinga, secara
lambat, sehingga lamanya injeksi berlangsung ialah 20 detik. Pada
10
keadaan normal hal ini akan mencetuskan nistagmus yang
berlangsung 2-2,5 menit. Bila tidak timbul nistagmus, dapat
disuntikkan air es 20 mL selama 30 detik.Bila ini juga tidak
menimbulkan nistagmus, maka dapat dianggap bahwa labirin tidak
berfungsi.13
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan pendengaran khusus
Audiometri membantu menegakkan diagnosis Menieres disease.1
b. Jika curiga vertigo sentral, dapat dilakukan pemeriksaan CT/MRI
kepala.1
PERIFER5
- Labirintitis akut
- Neuronitis vestibular akut
- Benign Positional paroxysmal vertigo
- Kolesteatoma
- Herpes zoster oticus
- Menieres disease
- Otosclerosis
- Fistel perilimfatik
SENTRAL5
11
2.2.8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medikamentosa
a. Antikolinergik
b. Antihistamin
Penghambat reseptor histamin-1 (H-1 blocker) saat ini merupakan
antivertigo yang paling banyak diresepkan untuk kasus vertigo, dan
termasuk diantaranya adalah difenhidramin, siklizin, dimenhidrinat,
meklozin, dan prometazin. Mekanisme antihistamin sebagai supresan
12
vestibuler tidak banyak diketahui, tetapi diperkirakan juga mempunyai
efek terhadap reseptor histamin sentral. Antihistamin mungkin juga
mempunyai potensi dalam mencegah dan memperbaiki motion sickness.
Efek sedasi merupakan efek samping utama dari pemberian penghambat
histamin-1. Obat ini biasanya diberikan per oral, dengan lama kerja
bervariasi mulai 4 jam (misalnya siklizin) sampai 12 jam (misalnya
meklozin).
c. Histaminergik
Obat kelas ini diwakili oleh betahistin yang digunakan sebagai
antivertigo di beberapa negara Eropa, tetapi tidak di Amerika. Betahistin
sendiri merupakan prekrusor histamin. Efek antivertigo betahistin
diperkirakan berasal dari efek vasodilatasi, perbaikan aliran darah pada
mikrosirkulasi di daerah telinga tengah dan sistem vestibuler. Pada
pemberian peroral betahistin diserap dengan baik, dengan kadar puncak
tercapai dalam waktu sekitar 4 jam. Efek samping relatif jarang, termasuk
di antaranya keluhan nyeri kepala dan mual.
d. Antidopaminergik
Antidopaminergik biasanya digunakan untuk mengontrol keluhan mual
pada pasien dengan gejala mirip-vertigo. Sebagian besar antidopaminergik
merupakan neuroleptik. Efek antidopaminergik pada vestibuler tidak
diketahui dengan pasti, tetapi diperkirakan bahwa antikolinergik dan
antihistaminik (H1) berpengaruh pada sistem vestibuler perifer. Lama
kerja neuroleptik ini bervariasi mulai dari 4 sampai 12 jam. Beberapa
antagonis dopamin digunakan sebagai antiemetik, seperti domperidon dan
metoklopramid.
e. Benzodiazepin
Benzodiazepin merupakan modulator GABA, yang akan berikatan di
tempat khusus pada resptor GABA. Efek sebagai supresan vestibuler
diperkirakan terjadi melalui mekanisme sentral. Namun, seperti halnya
obat-obat sedatif, akan memengaruhi kompensasi vestibuler. Efek
farmakologis utama dari benzodiazepin adalah sedasi, hipnosis, penurunan
13
kecemasan, relaksasi otot, amnesia anterograd, serta antikonvulsan.
Beberapa obat golongan ini sering digunakan adalah lorazepam, diazepam,
dan klonazepam.
f. Antagonis kalsium
Obat-obat golongan ini bekerja dengan menghambat kanal kalsium di
dalam sistem vestibuler, sehingga akan mengurangi jumlah ion kalsium
intrasel. Penghambat kanal kalsium ini berfungsi sebagai supresan
vestibuler. Flunarizin dan sinarizin merupakan penghambat kanal kalsium
yang diindikasikan untuk penatalaksanaan vertigo; kedua obat ini juga
digunakan sebagai obat migren. Obat ini dikonsumsi per oral. Flunarizin
mempunyai waktu paruh yang panjang, dengan kadar mantap tercapai
setelah 2 bulan, tetapi kadar obat dalam darah masih dapat terdeteksi
dalam waktu 2 4 bulan setelah pengobatan dihentikan. Efek samping
jangka pendek obat ini terutama adalah efek sedasi dan peningkatan berat
badan. Efek jangka panjang yang pernah dilaporkan ialah depresi dan
gejala parkinsonisme, tetapi terjadi pada populasi usia lanjut.
g. Simpatomimetik
Golongan ini, termasuk efedrin dan amfetamin, harus digunakan secara
hati-hati karena adanya efek adiksi.
h. Lain-lain
Beberapa preparat ataupun bahan yang diperkiran mempunyai efek
antivertigo diantaranya adalah ginkgo biloba, piribedil (agonis
dopaminergik), dan ondansetron.
14
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
15
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan temuan radiologis akan membantu dokter
untuk menegakkan diagnosis dan memberi terapi yang tepat untuk pasien.
16
DAFTAR PUSTAKA
17