Anda di halaman 1dari 39

KEGIATAN KESEHATAN LINGKUNGAN PUSKESMAS ARSEL 2011

NO PROGRAM KEGIATAN

Inspeksi Sanitasi, Pengambilan sampel air baku


1 Pengawasan Depo Air Minum
& minum

2 Pemantauan TP2 Pestisida Inspeksi Sanitasi TP2 Pestisida

Inspeksi SAB ( kuesioner), pemeriksaan sampel


3 Pemantauan Sarana Air Bersih
air

Pemantauan Tempat Tempat Umum


4 Pendataan TTU, Inspeksi Sanitasi TTU
(TTU)

Pemantauan Tempat Pengolahan


5 Pendataan TTU, Inspeksi Sanitasi TTU
Makanan ( TPM )

Pendataan, Pemeriksaan Kualitas Perumahan,


6 Pemantauan Lingkungan Pemukiman
Pembagian Leaflet

Pemantauan Kesehatan Lingkungan


7 Pemeriksaan Lingkungan Sekolah & Pembinaan
Sekolah

8 Pemantauan TPS Inspeksi Sanitasi TPS

9 Pemeriksaan Jentik Nyamuk Pemeriksaan Jentik Nyamuk dan Abatisasi

10 Pengiriman Sampah Medis Pengumpulan dan Pengiriman Sampah Medis

11 Klinik Sanitasi Konsultasi Kesehatan Lingkungan

PROGRAM KESEHATAN LINGKUNGAN TAHUN 2012

Program Kesehatan Lingkungan yang telah berjalan selama ini di Puskesmas Arut Selatan
pada tahun 2012 adalah :

1. Pengawasan Depot Air Minum ( DAM )

Pengawasan Depot Air Minum dilaksanakan setiap tiga (3) bulan sekali. Kegiatannya
meliputi inspeksi sanitasi DAM dan pengambilan sampel air minum yang kemudian
dikirim ke Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda). Parameter yang diuji meliputi
parameter fisik, kimia dan bakteriologi. Jumlah Depot Air Minum yang berada di wilayah
Puskesmas Arut Selatan ada 6 . Sejauh ini hasil pemeriksaan laboratorium terhadap 6
DAM tersebut sesuai standar yang ada yaitu Permenkes RI No. 736/Menkes/Per/VI/2010
tentang Tata laksana pengawasan kualitas air minum.

2. Pemantauan Tempat Pembuangan Sampah ( TPS )

Jumlah tempat pembuangan sampah/TPS di wilayah Puskesmas Arut Selatan ada 19 TPS.
Kegiatannya meliputi inspeksi sanitasi TPS dengan menggunakan kuisioner, yang diperiksa
antara lain desain konstruksi, letak lokasi terhadap pemukiman, kondisi penggunaan TPS,
pencemaran terhadap lingkungan, dan kepadatan lalat. Dari 19 TPS yang ada kondisinya
dalam keadaan sedang dan baik.

3.Pemantauan TP2 Pestisida

Kegiatan yang dilakukan yaitu inspeksi sanitasi TP2 Pestisida dengan menggunakan
kuisioner. Jumlah TP2 Pesisida yang ada yaitu 1.

4. Sanitasi Tempat Tempat Umum (TTU)

Tempat-tempat umum antara lain meliputi sarana pendidikan, sarana kesehatan, Hotel,
sarana hiburan/rekreasi ( kolam renang, salon, pasar dan lain-lain ), sarana ibadah dan
perkantoran. Jumlah TTU yang ada di wilayah Puskesmas Arut Selatan ada 105. Kegiatan
yang dilakukan meliputi pandataan dan inspeksi sanitasi TTU dengan menggunakan
kuisioner.

5. Hygiene Sanitasi Tempat Pengolahan Makanan (TPM)

Tempat Pengolahan Makanan yang ada antara lain jasa boga/katering, rumah
makan/restoran, kantin, makanan jajanan dan industri rumah tangga pangan/IRTP.
Kegiatan yang dilakukan yaitu pendataan dan inspeksi sanitasi TPM (dengan
menggunakan kuisioner). Jumlah TPM yang ada di wilayah Puskesmas Arut Selatan
sebanyak 79.

6. Inspeksi Sanitasi Sekolah

Jumlah sekolah yang ada di wilayah Puskesmas Arut Selatan sebanyak 28 sekolah.
Kegiatan yang dilakukan adalah Pemeriksaan kesehatan lingkungan sekolah dan
pembinaan sekolah sehat.

7. Penyehatan Lingkungan Perumahan dan Jamban

Jumlah sasaran yang ada sebanyak 2929 KK. Kegiatan yang dilakukan meliputi
pemeriksaan kualitas perumahan dan jamban, serta melakukan pembinaan dengan cara
pembagian Leaflet rumah sehat dan penyuluhan.

8. Penyehatan Sarana Air Bersih (SAB)

Jumlah sarana air bersih yang ada di wilayah Puskesmas Arut Selatan 555 buah yang
meliputi sumur gali : 515 buah, SPT : 40 buah, dan PDAM : 1 buah. Kegiatan yang
dilakukan antara lain inspeksi sanitasi sarana air bersih dengan menggunakan kuesioner,
pengambilan/pemeriksaan sampel air serta dilakukan pembinaan.

9. Pengiriman Sampah Medis

Berhubung incenerator yang ada di Puskesmas Arut Selatan rusak jadi untuk pembakaran
sampah medis dilakukan di incenerator Rumah Sakit. Karena itu setiap 6 bulan sekali
dilakukan pengiriman sampah medis ke Rumah Sakit. Adapun ruangan yang
menghasilkan sampah medis adalah ruang KIA, gigi, laboratorium, gizi, IGD, dan poli
umum.

10. Klinik Sanitasi

Klinik Sanitasi diperuntukkan bagi penyakit yang ada hubungannya dengan kesehatan
lingkungan antara lain diare, ISPA, scabies/penyakit kulit, cacingan, malaria, DBD,
chikungunya, hepatitis, dan TB.
PROTAP KLINIK SANITASI
KLINIK SANITASI DI PUSKESMAS

A. TUJUAN
1. Tujuan umum
Meningkatkan mutu pelayanan klinik sanitasi di Puskesmas
2. Tujuan khusus
2.1. Petugas klinik sanitasi tahu dan mampu melaksanakan kegiatan klinik
sanitasi
2.2. Petugas klinik sanitasi mampu menggali dan menemukan masalah
lingkungan dan perilaku yang berkaitan dengan penyakit berbasis
lingkungan.
2.3. Petugas klinik sanitasi mampu memberikan saran tindak lanjut
perbaikan lingkungan dan perilaku yang tepat sesuai dengan masalah.

B. RUANG LINGKUP
1. Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air, meliputi penyakit diare,
Demam berdarah, malaria dan kulit.
2. Penyakit-penyakit yang penularannya berkaitan dengan kondisi perumahan
dan lingkungan yang jelek antara lain ISPA dan TB Paru.
3. Penyakit-penyakit yang penyebabnya atau cara penularannya melalui
makanan antara lain : diare, kecacingan dan keracunan makanan.
4. Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan penggunaan bahan kimia
dan pestisida di rumah tangga

C. DEFINISI
1. Klinik sanitasi
Merupakan suatu upaya/kegiatan yang mengintegrasikan pelayanan kesehatan
antara promotif, preventif dan kuratif yang difokuskan pada penduduk yang
berisiko tinggi untuk mengatasi masalah penyakit berbasis lingkungan dan
masalah kesehatan lingkungan pemukiman.
2. Anammesa
Wawancara terhadap pasien atau keluarganya mengenai :
Keluhan utama
Keluhan tambahan
Riwayat penyakit terdahulu
Riwayat penyakit keluarga
Lamanya sakit
Kondisi lingkungan
Sarana sanitasi yang digunakan
3. Konseling
Komunikasi antara dua orang atau lebih antara petugas konseling dan
pasien/klien yang memutuskan untuk bekerjasama sehingga pasien dan klien
dapat mengenali dan memecahkan masalah kesehatan lingkungan secara
mandiri maupun dengan bantuan pihak lain.

D. KETENTUAN UMUM
1. Kriteria utama penderita penyakit berbasis lingkungan yang dirujuk ke klinik
sanitasi :
1.1. Pasien menderita penyakit yang diduga kuat berkaitan dengan faktor
lingkungan : diare, DBD, Malaria, Penyakit kulit, Penyakit Kecacingan,
TB Paru
1.2. Pada kunjungan sebelumnya pasien pernah menderita penyakit yang
sama (berulang)
1.3. Dalam 1 keluarga terdapat 2 orang atau lebih menderita penyakit
yang sama. Khusus untuk penderita TB Paru BTA +, Malaria dan DBD
harus dirujuk ke klinik sanitasi
1.4. Adanya kecendrungan jumlah penderita meningkat atau potensial
KLB

E. URAIAN PROSEDUR
1. Menerima rujukan dari BP/KIA/Gizi.
2. Mempelajari kartu status/rujukan tentang diagnosis oleh petugas poloklinik
3. Menyalin dan mencatat nama penderita atau keluarganya, karakteristik
penderita yang meliputi umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat serta
diagnosis penyakitnya ke dalam buku register.
4. Melakukan konseling dengan penderita/keluarga tentang kejadian penyakit,
keadaan lingkungan dan perilaku yang diduga berkaitan dengan kejadian
penyakit yang mengacu pada buku Pedoman Teknis Klinik Sanitasi untuk
Puskesmas dan Panduan Konseling Bagi Petugas Klinik Sanitasi di
puskesmas.
5. Membantu menyimpulkan permasalahan lingkungan atau perilaku yang
berkaitan dengan penyakit yang diderita.
6. Memberikan saran tindak lanjut sesuai permasalahan.
7. Bila diperlukan, membuat kesepakatan dengan penderita atau keluarganya
tentang jadual kunjungan lapangan.

MENGETAHUI
Plt. KEPALA UPT PUSKESMAS

dr. Ryan Verdyan


NRPTT. 16.1.0055891
SOP PROMOSI KESEHATAN

PENYULUHAN DALAM GEDUNG

PENYULUHAN DALAM GEDUNG


NO. DOK : NO. REVISI : HALAMAN :

TANGGAL TERBIT :
MENGETAHUI
DI BUAT OLEH KEPALA PUSKESMAS

PUSKESMAS SAPALA dr. Ryan Verdyan


NRPTT. 16.1.0055891

Kegiatan penyuluhan yang ditampilkan di Institusi bersangkutan seperti


Pengertian
Puskesmas ataupun Puskesmas Pembantu
Tujuan Tercapainya perubahan pengetahuan, sikap dan tindakan positif dari
Individu/Masyarakat dalam bidang kesehatan
ALAT :
1. Leaflet
2. Poster
3. Lembar balik
Alat & Bahan 4. Komputer
5. LCD Proyektor

BAHAN :
- ATK
1. Persiapan
Menentukan maksud dan tujuan penyuluhan
Menentukan sasaran pendengar
Mempersiapkan materi
Topik yang dikemukakan hanya satu masalah sesuai dengan kebutuhan
kelompok sasaran
Mempersiapkan alat peraga
Absensi peserta
Mempersiapkan tempat dan waktu yang tepat
Mempersiapkan bahan bacaan ( jika diperlukan )

2. Pelaksanaan
Perkenalan diri
Instruksi Kerja Mengemukakan maksud dan tujuan
- Pencairan Suasana
Menjelaskan point-point isi penyuluhan
Menyampaikan penyuluhan dengan suara jelas dan irama yang tidak
membosankan
Tujukan tatapan mata pada setiap pendengar dan tidak tetap duduk di tempat
Selingi dengan humor segar
Pergunakan bahasa sederhana
Ciptakan suasana relax ( santai ), pancinglah pendengar agar turut
berpartisipasi
Jawab setiap pertanyaan secara jujur dan meyakinkan
Sediakan waktu untuk tanya jawab
Menyimpulkan penyuluhan sebelum mengakhiri penyuluhan
Tutuplah penyuluhan anda dengan mengucapkan terima kasih
Bila ada bahan bacaan sebaiknya dibagikan setelah penyuluhan selesai
Unit terkait 1. Lintas Sektor dan Lintas Program
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PKM
SURVEY PHBS TATANAN RUMAH TANGGA

SURVEY PHBS TATANAN RUMAH TANGGA


NO. DOK : NO. REVISI : HALAMAN :

TANGGAL TERBIT :
MENGETAHUI
DI BUAT OLEH KEPALA PUSKESMAS

PUSKESMAS SAPALA dr. Ryan Verdyan


NRPTT. 16.1.0055891

Upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan
Pengertian mampu melaksanakan PHBS serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di
masyarakat
Tujuan Untuk mencapai Rumah Tangga Sehat
ALAT :
1. Daftar sasaran
2. Daftar pertanyaan
Alat & Bahan 3. Alat tulis
4. Media penyuluhan
BAHAN :
- ATK
1. Petugas promkes berkoordinasi dengan kader Posyandu tentang rencana
pendataan
2. kader posyandu melaksanakan pengumpulan data dengan cara
mengunjungi rumah tangga di tiap wilayah sesuai dengan pembagian
wilayah posyandu
3. Kader melakukan wawancara pada KK/Istri dan observasi kondisi
Instruksi Kerja lingkungan/rumah
4. kader melakukan pencatatan hasil wawancara/observasi dalam
kuesioner yang di bawa secara cermat
5. data hasil pendataan dipegang kader pendata, hasil pendataan di
serahkan oleh kader posyandu kepada petugas promkes
6. petugas promkes mengelola data untuk mengetahui urutan
permasalahan

Unit terkait 1. Lintas sector


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PKM

PENYULUHAN KELOMPOK DILUAR GEDUNG

PENYULUHAN KELOMPOK DILUAR GEDUNG


NO. DOK : NO. REVISI : HALAMAN :

TANGGAL TERBIT :
MENGETAHUI
DI BUAT OLEH KEPALA PUSKESMAS

PUSKESMAS SAPALA dr. Ryan Verdyan


NRPTT. 16.1.0055891

Pengertian Kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan di luar lingkungan Puskesmas

Tujuan Tercapainya perubahan pengetahuan, sikap dan tindakan positif dari


Individu/Masyarakat dalam bidang kesehatan
ALAT :
1. Leaflet
2. Poster
3. Lembar balik
Alat & Bahan
4. Computer
5. LCD Proyektor

BAHAN :
1. Persiapan
Petugas promkes berkoordinasi dengan Kepala Desa dan Bidan Desa tentang
Penyuluhan yang akan dilaksanakan
Menentukan maksud dan tujuan penyuluhan
Menentukan sasaran pendengar
Mempersiapkan materi yang akan diberikan sesuai tren masalah
Mempersiapkan alat peraga/penyuluhan
Menyiapkan absensi peserta
Bidan Desa melakukan penyuluhan
2. Pelaksanaan
Perkenalan diri
Mengemukakan maksud dan tujuan
Instruksi Kerja
- Pencairan Suasana
Menjelaskan point-point isi penyuluhan
Menyampaikan penyuluhan dengan suara jelas dan irama yang tidak
membosankan
Tujukan tatapan mata pada setiap pendengar dan tidak tetap duduk di tempat
Selingi dengan humor segar
Pergunakan bahasa sederhana
Ciptakan suasana relax ( santai ), pancinglah pendengar agar turut berpartisipasi
Jawab setiap pertanyaan secara jujur dan meyakinkan
Sediakan waktu untuk tanya jawab
Menyimpulkan penyuluhan sebelum mengakhiri penyuluhan
Tutuplah penyuluhan anda dengan mengucapkan terima kasih

1. Lintas sector
Unit terkait
2. Lintas Program
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PKM

SURVEY PHBS TATANAN INTITUSI KESEHATAN

SURVEY PHBS TATANAN INTITUSI KESEHATAN


NO. DOK : NO. REVISI : HALAMAN :

TANGGAL TERBIT :
MENGETAHUI
DI BUAT OLEH KEPALA PUSKESMAS

PUSKESMAS SAPALA dr. Ryan Verdyan


NRPTT. 16.1.0055891

Upaya membudayakan PHBS petugas kesehatan di institusi kesehatan agar


mampu melakukan pembinaan PHBS dan mengenali masalah kesehatan serta
Pengertian
mampu mengatasi, memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan di
wilayah kerjanya.
Tujuan Untuk meningkatkan pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku petugas
kesehatan di tatanan institusi kesehatan
ALAT :
1. Daftar sasaran
2. Daftar pertanyaan
3. Alat tulis
Alat & Bahan
4. Media penyuluhan

BAHAN :
- ATK
1. petugas menyusun jadwal pendataan dan persiapan pendataan (blangko)
2. petugas mengadakan pendataan sesuai dengan jadwal
Instruksi Kerja 3. petugas melakukan pencatatan hasil wawancara dan observasi dalam
kuesioner/blangko yang dibawa secara cermat
4. hasil pendataan di rekap dan diurutkan permasalahan yang ada

Unit terkait
Semua institusi kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PKM

SURVEY PHBS TATANAN INTITUSI PENDIDIKAN

SURVEY PHBS TATANAN INTITUSI PENDIDIKAN


NO. DOK : NO. REVISI : HALAMAN :

TANGGAL TERBIT :
MENGETAHUI
DI BUAT OLEH KEPALA PUSKESMAS

PUSKESMAS SAPALA dr. Ryan Verdyan


NRPTT. 16.1.0055891

Upaya membudayakan PHBS bagi siswa dan guru di institusi pendidikan untuk
Pengertian mengenali masalah dan tingkat kesehatannya serta mampu mengatasi,
memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya sendiri.
Tujuan Untuk meningkatkan pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku siswa dan guru
di tatanan institusi pendidikan.
ALAT :
1. Daftar sasaran
2. Daftar pertanyaan
3. Alat tulis
Alat & Bahan
4. Media penyuluhan

BAHAN :
- ATK
1. petugas menyusun jadwal pendataan dan persiapan pendataan (blangko)
2. petugas mengadakan pendataan sesuai dengan jadwal
Instruksi Kerja 3. petugas melakukan pencatatan hasil wawancara dan observasi dalam
kuesioner/blangko yang dibawa secara cermat
4. hasil pendataan di rekap dan diurutkan permasalahan yang ada

Unit terkait Semua institusi pendidikan yang ada di wilayah kerja Puskesmas
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PKM

SURVEY PHBS TATANAN INTITUSI TEMPAT KERJA

SURVEY PHBS TATANAN INTITUSI TEMPAT KERJA


NO. DOK : NO. REVISI : HALAMAN :

TANGGAL TERBIT :
MENGETAHUI
DI BUAT OLEH KEPALA PUSKESMAS

PUSKESMAS SAPALA dr. Ryan Verdyan


NRPTT. 16.1.0055891

Upaya membudayakan PHBS masyarakat di tempat-tempat kerja untuk mengenali


Pengertian masalah dan tingkat kesehatannya serta mampu mengatasi, memelihara,
meningkatkan dan melindungi kesehatannya sendiri.
Tujuan Untuk meningkatkan pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku karyawan /
pekerja di tatanan tempat-tempat kerja.
ALAT :
1. Daftar sasaran
2. Daftar pertanyaan
3. Alat tulis
Alat & Bahan
4. Media penyuluhan

BAHAN :
- ATK
1. petugas menyusun jadwal pendataan dan persiapan pendataan (blangko)
2. petugas mengadakan pendataan sesuai dengan jadwal
Instruksi Kerja 3. petugas melakukan pencatatan hasil wawancara dan observasi dalam
kuesioner/blangko yang dibawa secara cermat
4. hasil pendataan di rekap dan diurutkan permasalahan yang ada

Unit terkait Semua unit kerja


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PKM

SURVEY PHBS TATANAN INTITUSI TEMPAT UMUM

SURVEY PHBS TATANAN INTITUSI TEMPAT UMUM


NO. DOK : NO. REVISI : HALAMAN :

TANGGAL TERBIT :
MENGETAHUI
DI BUAT OLEH KEPALA PUSKESMAS

PUSKESMAS SAPALA dr. Ryan Verdyan


NRPTT. 16.1.0055891

Upaya membudayakan PHBS masyarakat di tempat-tempat umum untuk


Pengertian mengenali masalah dan tingkat kesehatannya serta mampu mengatasi,
memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya sendiri.
Tujuan Untuk meningkatkan pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku
masyarakat/pengelola di tatanan tempat-tempat umum.
ALAT :
1. Daftar sasaran
2. Daftar pertanyaan
3. Alat tulis
Alat & Bahan
4. Media penyuluhan

BAHAN :
-
1. Petugas menyusun jadwal pendataan dan persiapan pendataan (blangko)
2. Petugas mengadakan pendataan sesuai dengan jadwal
Instruksi Kerja 3. Petugas melakukan pencatatan hasil wawancara dan observasi dalam
kuesioner/blangko yang dibawa secara cermat
4. Hasil pendataan di rekap dan diurutkan permasalahan yang ada
Seluruh tempat-tempat umum
Unit terkait
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PKM

PEMBINAAN DAN PENGAMBANGAN POSYANDU

PEMBINAAN DAN PENGAMBANGAN POSYANDU


NO. DOK : NO. REVISI : HALAMAN :

TANGGAL TERBIT :
MENGETAHUI
DI BUAT OLEH KEPALA PUSKESMAS

PUSKESMAS SAPALA dr. Ryan Verdyan


NRPTT. 16.1.0055891

Kegiatan keterpaduan di tingkat desa atau RW diwujudkan dalam bentuk Pos


Pengertian
Pelayanan Terpadu atau lebih dikenal dengan nama Posyandu
1. mempercepat penurunan AKB, anak balita dan angka kelahiran
2. peningkatan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR
Tujuan 3. mempercepat penerimaan NKKBS
4. meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan
dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang kemampuan hidup sehat
ALAT :
1. Buku Regester
2. Buku bantu Posyandu
3. Media penyuluhan
Alat & Bahan
4. Tensimeter, Stetoskop, Metilen dan pengukur LILA

BAHAN :
1. Vaksin, Oralit, Vit A, Tablet FE dan KB
1. Petugas Promkes mempersiapkan tanggal pelaksanaan kegiatan sebagaimana yang
telah terjadwal
2. Kader melakukan koordinasi dengan Bidan Desa apabila ada perubahan jadwal
3. Kader mempersiapkan pelaksanaan Posyandu
4. Petugas pembina Posyandu ( Bidan Desa ) mempersiapkan pelaksanaan
5. Sasaran datang langsung ke pendaftaran (Meja I)
Oleh Kader Posyandu, sasaran dicatat nama, umur dan nama Orang tuanya.
6. Di bagian penimbangan (Meja II)
Oleh Kader sasaran ditimbang dan hasil penimbangannya ditulis di kertas (kitir).
7. Di bagian pencatatan (Meja III)
Sasaran menyerahkan KMS dan kertas (kitir) yang berisi hasil penimbangan kepada
Kader
Instruksi Kerja
8. Di bagian penyuluhan (Meja IV)
Kader memberikan penyuluhan sesuai masalah.
9. Di bagian pelayanan (Meja V)
Petugas pembina Posyandu memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan balita/ bumil/ buteki.
10. Kegiatan dilanjutkan dengan pemberian PMT penyuluhan dan penyuluhan kelompok
oleh Kader Posyandu dan atau Petugas Kesehatan
11. Selesai pelaksanaan Posyandu, diadakan pertemuan pasca posyandu
12. Bidan Desa mencatat hasil kegiatan program Posyandu dalam buku bantu posyandu
13. Kader Posyandu merekap hasil kegiatan posyandu di masukan pada blangko F1, dan
dikirim ke petugas Gizi Puskesmas, untuk di rekap dan di analisa paling lambat waktu
pertemuan kader posyandu tingkat kecamatan tiap akhir bulan.
1. Bidan Desa
2. Lintas program
Unit terkait
3. Kader
4. Lintas Sektor
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PKM

PROTAP PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN DESA SIAGA

PROTAP PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN DESA SIAGA


NO. DOK : NO. REVISI : HALAMAN :

TANGGAL TERBIT :
MENGETAHUI
DI BUAT OLEH KEPALA PUSKESMAS

PUSKESMAS SAPALA dr. Ryan Verdyan


NRPTT. 16.1.0055891

Desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemauan untuk mencegah
Pengertian dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan
secara mandiri.
Tujuan Terwujudnya masyarakat desa yang sehat serta peduli dan tanggap terhadap
permasalahan kesehatan di wilayahnya.
ALAT :
1. Buku panduan
2. Buku pegangan kader
Alat & Bahan 3. Media penyuluhan

BAHAN
- ATK
1. Petugas progam promkes mensosialisasikan Desa Siaga kepada lintas program yang
ada di Puskesmas.
2. Petugas program promkes bersama Kepala Puskesmas dan petugas lainnya
mensosialisasikan Desa Siaga kepada lintas sektor.
3. Petugas program promkes dengan Tim mengadakan pelatihan Kader Desa Siaga
(Pembantu Petugas/Bagas )
4. Petugas program Promkes bersama Kepala Desa membentuk Forum Masyarakat Desa
(FMD)
5. Petugas program Promkes bersama tim pembina desa siaga mengadakan Pelatihan
seksi-seksi dengan materi :
5.1 Seksi Kesehatan Ibu anak
a) Tabulin & dasolin c) Ambulance Desa
b) Donor darah d) Notifikasi (pendataan bumil)
5.2 Seksi Surveilance
Pendataan penyakit menular
Sistem pelaporan
Penanganan serta pencegahan penyakit menular
Instruksi Kerja 5.3 Seksi Kesling
Penyehatan Air
Penyehatan makanan minuman
Penyehatan perumahan
Penyehatan pembuangan limbah
Penyehatan pembuangan sampah
5.4 Seksi Gizi
Kadarzi
5.5 Seksi tanggap Bencana
Kesiagaan sebelum bencana
Kesiagaan pada waktu terjadi bencana
Kesiagaan pasca bencana
6. Tim pembina dari Puskesmas bersama FMD mengadakan SMD
7. FMD bersama tim pembina berdasar hasil SMD mengadakan MMD untuk membahas
temuan pada waktu SMD serta membahas tindak lanjut untuk mengatasi permasalahan
yang ditemukan
8. Evaluasi kegiatan dilakukan dengan mengadakan SMD guna melihat perkembangan
dari intervensi yaang dilakukan
1. Lintas Program
Unit terkait
2. Lintas Sektor

makalah promosi kesehatan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan
kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan
dan persalinan.
Salah satu tujuan nasional adalah memajukan kesejahteraan bangssa, yang berarti
memenuhi kebutuhan dasar manusia, yaitu pangan, sandang, pangan, pendidikan, kesehatan,
lapangan kerja dan ketenteraman hidup.
Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi
setiap penduduk, jadi tanggung jawab untuk terwujudnya derajat kesehatan yang optimal berada
di tangan seluruh masyarakat Indonesia, pemerintah dan swasta bersama-sama.
Salah satu usaha pemerintah dalam menyadarkan masyarakat tentang hidup sehat dan
pelaksanaanya bagaimana cara hidup sehat adalah dengan cara melakukan pendidikan kesehatan
yang tidak hanya didapat dibangku sekolah tapi juga bisa dilakukan dengan cara penyuluhan
oleh tim medis. Yang biasa disebut dengan promosi kesehatan ataupun penyuluhan kesehatan.
Mengingat tugas kita sebgai tim medis adalah salah satunya memperkanalkan bagaimana
cara hidup sehat dengan masyarakat maka didalam makalah ini kami akan membahas tentang
Promosi Kesehatan
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Dalam
konstitusi Organisasi Kesehatan Dunia tahun 1948 disepakati antara lain bahwa diperolehnya
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya adalah hak yang fundamental bagi setiap orang tanpa
membedakan ras, agama, politik yang dianut dan tingkat sosial ekonominya. Program
pembangunan kesehatan yang dilaksanakan telah berhasil meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat secara cukup bermakna, walaupun masih dijumpai berbagai masalah dan hambatan
yang akan mempengaruhi pelaksanaan pembangunan kesehatan. Oleh karena itu diperlukan
adanya reformasi di bidang kesehatan untuk mengatasi ketimpangan hasil pembangunan
kesehatan antar daerah dan antar golongan, derajat kesehatan yang masih tertinggal
dibandingkan dengan negara-negara tetangga dan kurangnya kemandirian dalam pembangunan
kesehatan. Reformasi di bidang kesehatan perlu dilakukan mengingat lima fenomena yang
berpengaruh terhadap pembangunan kesehatan. Pertama, perubahan pada dinamika
kependudukan. Kedua, Temuan-temuan ilmu dan teknologi kedokteran. Ketiga, Tantangan
global sebagai akibat dari kebijakan perdagangan bebas, revolusi informasi, telekomunikasi dan
transportasi. Keempat, Perubahan lingkungan .Kelima, Demokratisasi.
Perubahan pemahaman konsep akan sehat dan sakit serta semakin maju IPTEK dengan informasi
tentang determinan penyebab penyakit telah menggugurkan paradigma pembangunan kesehatan
yang lama yang mengutamakan pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif.
Paradigma pembangunan kesehatan yang baru yaitu Paradigma Sehat merupakan upaya untuk
lebih meningkatkan kesehatan masyarakat yang bersifat proaktif. Paradigma sehat sebagai model
pembangunan kesehatan yang dalam jangka panjang diharapkan mampu mendorong masyarakat
untuk mandiri dalam menjaga kesehatan melalui kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya
pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif.Dalam Indonesia Sehat 2010,
lingkungan yang diharapkan adalah yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu
lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai,
pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan serta terwujudnya
kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong. Perilaku masyarakat Indonesia Sehat 2010
yang diharapkan adalah yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi
aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Dalam Piagam Ottawa disebutkan bahwa promosi
kesehatan adalah proses yang memungkinkan orang-orang untuk mengontrol dan meningkatkan
kesehatan mereka (Health promotion is the process of enabling people to increase control over,
and to improve, their health, WHO, 1986). Jadi, tujuan akhir promosi kesehatan adalah
kesadaran di dalam diri orang-orang tentang pentingnya kesehatan bagi mereka sehingga mereka
sendirilah yang akan melakukan usaha-usaha untuk menyehatkan diri mereka.Untuk mencapai
derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial, individu atau kelompok
harus mampu mengenal serta mewujudkan aspirasi-aspirasinya untuk memenuhi kebutuhannya
dan agar mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya, dan
sebagainya). Kesehatan adalah sebuah konsep positif yang menitikberatkan sumber daya pada
pribadi dan masyarakat sebagaimana halnya pada kapasitas fisik. Untuk itu, promosi kesehatan
tidak hanya merupakan tanggung jawab dari sektor kesehatan, akan tetapi jauh melampaui gaya
hidup secara sehat untuk kesejahteraan (WHO,1986). Penyelenggaraan promosi kesehatan
dilakukan dengan mengombinasikan berbagai strategi yang tidak hanya melibatkan sektor
kesehatan belaka, melainkan lewat kerjasama dan koordinasi segenap unsur dalam masyarakat.
Hal ini didasari pemikiran bahwa promosi kesehatan adalah suatu filosofi umum yang
menitikberatkan pada gagasan bahwa kesehatan yang baik merupakan usaha individu sekaligus
kolektif (Taylor, 2003).
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu promosi kesehatan?
2. Apa itu etika dalam promosi kesehatan?
3. Bagaimana hubungan dengan klien dalam etika promosi kesehatan?
4. Bagaimana kepedulian dengan determinan sosial dan hubungan terhadap kesehatan dalam etika
promosi kesehatan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengatahui definisi promosi kesehatan.
2. Untuk mengatahui definisi etika promosi kesehatan.
3. Untuk mengetahui hubungan dengan klien dalam etika promosi kesehatan.
4. Untuk mengetahui kepedulian dengan determinan sosial dan hubungan terhadap kesehatan
dalam etika promosi kesehatan.
BAB II
ISI
A. Promosi Kesehatan
Promosi Kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
melalui proses pembelajaran dari-oleh-untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat
menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat,
sesuai dengan kondisi social budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan. Menolong diri sendiri artinya bahwa masyarakat mampu berperilaku
mencegah timbulnya masalah-masalah dan gangguan kesehatan, memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan serta mampu pula berperilaku mengatasi apabila masalah gangguan kesehatan
tersebut terlanjur terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Banyak masalah kesehatan
yang ada di negeri kita Indonesia, termasuk timbulnya Kejadian Luar Biasa (KLB) yang erat
kaitannya dengan perilaku masyarakat itu sendiri. Sebagai contoh KLB Diare dimana penyebab
utamanya adalah rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat seperti kesadaran akan buang air
besar yang belum benar (tidak di jamban), cuci tangan pakai sabun masih sangat terbatas, minum
air yang tidak sehat, dan lain-lain. Promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran
masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan saja,
tetapi juga disertai upaya-upaya menfasilitasi perubahan perilaku. Dengan demikian promosi
kesehatan adalah program-program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan
(perbaikan) baik di dalam masyarakat sendiri maupun dalam organisasi dan lingkungannya
(lingkungan fisik, sosial budaya, politik dan sebagainya). Atau dengan kata lain promosi
kesehatan tidak hanya mengaitkan diri pada peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku
kesehatan saja, tetapi juga meningkatkan atau memperbaiki lingkungan (fisik dan non-fisik)
dalam rangka memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat.

B . Faktor yang Mempengaruhi Masyarakat dalam Pola Perilaku


Umumnya ada empat faktor yang dapat mempengaruhi masyarakat agar merubah perilakunya,
yaitu
a. Fasilitasi, yaitu bila perilaku yang baru membuat hidup masyarakat yang melakukannya
menjadi lebih mudah, misalnya adanya sumber air bersih yang lebih dekat;
b. Pengertian yaitu bila perilaku yang baru masuk akal bagi masyarakat dalam konteks
pengetahuan lokal,
c. Persetujuan, yaitu bila tokoh panutan (seperti tokoh agama dan tokoh agama) setempat
menyetujui dan mempraktekkan perilaku yang di anjurkan dan
d. Kesanggupan untuk mengadakan perubahan secara fisik misalnya kemampuan untuk
membangun jamban dengan teknologi murah namun tepat guna sesuai dengan potensi yang di
miliki.
Pendekatan program promosi menekankan aspek bersama masyarakat, dalam artian:
1) Bersama dengan masyarakat fasilitator mempelajari aspek-aspek penting dalam kehidupan
masyarakat untuk memahami apa yang mereka kerjakan, perlukan dan inginkan,
2) Bersama dengan masyarakat fasilitator menyediakan alternatif yang menarik untuk perilaku
yang beresiko misalnya jamban keluarga sehingga buang air besar dapat di lakukan dengan aman
dan nyaman serta
3) Bersama dengan masyarakat petugas merencanakan program promosi kesehatan dan
memantau dampaknya secara terus-menerus, berkesinambungan.

C. Strategi Promosi Kesehatan


Pembangunan sarana air bersih, sarana sanitasi dan program promosi kesehatan dapat
dilaksanakan secara terpadu dan berkesinambungan apabila :
Program tersebut direncanakan sendiri oleh masyarakat berdasarkan atas identifikasi dan
analisis situasi yang dihadapi oleh masyarakat, dilaksanakan, dikelola dan dimonitor sendiri oleh
masyarakat.
Ada pembinaan teknis terhadap pelaksanaan program tersebut oleh tim teknis pada tingkat
Kecamatan.
Ada dukungan dan kemudahan pelaksanaan oleh tim lintas sektoral dan tim lintas program di
tingkat Kabupaten dan Propinsi.
Strategi untuk meningkatkan program promosi kesehatan, perlu dilakukan dengan langkah
kegiatan sebagai berikut :
1) Advokasi di Tingkat Propinsi dan Kabupaten
Pada tingkat Propinsi dan tingkat Kabupaten dalam pelaksanaan Proyek PAMSIMAS telah
dibentuk Tim Teknis Propinsi dan Tim Teknis Kabupten. Anggota Tim Teknis Propinsi dan Tim
Teknis Kabupaten, adalah para petugas fungsional atau structural yang menguasai teknis
operasional pada bidang tugasnya dan tidak mempunyai kendala untuk melakukan tugas
lapangan. Advokasi dilakukan agar lintas sektor, lintas program atau LSM mengetahui tentang
Proyek PAMSIMAS termasuk Program
Promosi Kesehatan dengan harapan mereka mau untuk melakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Mendukung rencana kegiatan promosi kesehatan. Dukungan yang dimaksud bisa berupa dana,
kebijakan politis, maupun dukungan kemitraan;
b. Sepakat untuk bersama-sama melaksanakan program promosi kesehatan; serta
c. Mengetahui peran dan fungsi masing-masing sektor/unsur terkait.
2) Menjalin Kemitraan di Tingkat Kecamatan.
Melalui wadah organisasi tersebut Tim Fasilitator harus lebih aktif menjalin kemitraan dengan
TKC untuk :
mendukung program kesehatan.
melakukan pembinaan teknis.
mengintegrasikan program promosi kesehatan dengan program lain yang dilaksanakan oleh
Sektor dan Program lain, terutama program usaha kesehatan sekolah, dan program lain di
PUSKESMAS.
3) Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Masyarakat
Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat mengelola program promosi kesehatan,
mulai dari perencanaan, implementasi kegiatan, monitoring dan evaluasi harus dilaksanakan
sendiri oleh masyarakat, dengan menggunakan metoda MPA-PHAST. Untuk meningkatkan
keterpaduan dan kesinambungan program promosi kesehatan dengan pembangunan sarana air
bersih dan sanitasi, di tingkat desa harus dibentuk lembaga pengelola, dan pembinaan teknis oleh
lintas program dan lintas sector terkait.
Pesan perubahan perilaku yang terlalu banyak sering membuat bingung masyarakat, oleh karena
itu perlu masyarakat memilih dua atau tiga perubahan perilaku terlebih dahulu. Perubahan
perilaku beresiko diprioritaskan dalam program higiene sanitasi pada Proyek PAMSIMAS di
sekolah dan di masyarakat :
Pembuangan tinja yang aman.
Cuci tangan pakai sabun
Pengamanan air minum dan makanan.
Pengelolaan sampah
Pengelolaan limbah cair rumah tangga
Setelah masyarakat timbul kesadaran, kemauan / minat untuk merubah perilaku buang kotoran
ditempat terbuka menjadi perilaku buang kotoran di tempat terpusat (jamban), masyarakat dapat
mulaimembangun sarana sanitasi (jamban keluarga) yang harus dibangun oleh masing-masing
anggotarumah tangga dengan dana swadaya. Masyarakat harus menentukan kapan dapat
mencapai agarsemua rumah tangga mempunyai jamban.Pembangunan sarana jamban sekolah,
tempat cuci tangan dan sarana air bersih di sekolah, menggunakan dana hibah desa atau sumber
dana lain. Fasilitator harus mampu memberikan informasipilihan agar masyarakat dapat memilih
jenis sarana sanitasi sesuai dengan kemampuan dan kondisilingkungannya (melalui pendekatan
partisipatori).
4) Peran Berbagai Pihak dalam Promosi Kesehatan
Peran Tingkat Pusat
Ada 2 unit utama di tingkat Pusat yang terkait dalam Promosi Kesehatan, yaitu:
1. Pusat Promosi Kesehatan dan
2. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Pengelolaan promosi kesehatan khususnya terkait program Pamsimas di tingkat Pusat perlu
mengembangkan tugas dan juga tanggung jawab antara lain:
a. Mengembangkan dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang terkait dengan
kegiatan promosi kesehatan secara nasional
b. Mengkaji metode dan teknik-teknik promosi kesehatan yang effektif untuk pengembangan
model promosi kesehatan di daerah
c. Mengkoordinasikan dan mengsinkronisasikan pengelolaan promosi kesehatan di tingkat pusat
d. Menggalang kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan lain yang terkait
e. Melaksanakan kampanye kesehatan terkait Pamsimas secara nasional
f. Bimbingan teknis, fasilitasi, monitoring dan evaluasi
Peran Tingkat Propinsi
Sebagai unit yang berada dibawah secara sub-ordinasi Pusat, maka peran tingkat Provinsi,
khususnya kegiatan yang diselenggrakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi antara lain sebagai
berikut:
a. Menjabarkan kebijakan promosi kesehatan nasional menjadi kebijakan promosi kesehatan
local (provinsi) untuk mendukung penyelenggaraan promosi kesehatan dalam wilayah kerja
Pamsimas
b. Meningkatkan kemampuan Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan promosi kesehatan,
terutama dibidang penggerakan dan pemberdayaan masyarakat agar mampu ber-PHBS.
c. Membangun suasana yang kondusif dalam upaya melakukan pemberdayaan masyarakat untuk
berperilaku hidup bersih dan sehat pada level provinsi
d. Menggalang dukungan dan meningkatkan kemitraan dari berbagai pihak serta
mengintegrasikan penyelenggaraan promosi kesehatan dengan lintas program dan lintas sektor
terkait dalam pencapaian PHBS dalam level Provinsi
Peran Tingkat Kabupaten
Promosi Kesehatan yang diselenggarakan di tingkat Kabupaten, khususnya yang dilakukan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dapat mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Meningkatkan kemampuan Puskesmas, dan sarana kesehatan lainnya dalam penyelenggaraan
promosi kesehatan, terutama dibidang penggerakan dan pemberdayaan masyarakat agar mampu
ber-PHBS.
b. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan yang bersumberdaya
masyarakat, sesuai sosial budaya setempat
c. Membangun suasana yang kondusif dalam upaya melakukan pemberdayaan masyarakat untuk
berperilaku hidup bersih dan sehat.
d. Menggalang dukungan dan meningkatkan kemitraan dari berbagai pihak serta mengintegrasikan
penyelenggaraan promosi kesehatan dengan lintas program dan lintas sektor terkait dalam
pencapaian PHBS.

D. Definisi Pendidikan Kesehatan


Promosi kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang
mempunyai dua sisi, yakni sisi ilmu dan sisi seni.
Dilihat dari sisi seni, yakni aplikasi pendidikan kesehatan adalah merupakan penunjang
bagi program-program kesehatan lain. Ini artinya bahwa setiap program kesehatan yang telah ada
misalnya pemberantasan penyakit menular/tidak menular, program perbaikan gizi, perbaikan
sanitasi lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak, program pelayanan kesehatan dan lain
sebagainya sangat perlu ditunjang serta didukung oleh adanya promosi kesehatan
Menurut WHO Promosi Kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu untuk mencapai
derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial, maka masyarakat harus mampu
mengenal serta mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi
lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya dan sebagainya).
Menurut Australian Health Foundansion Promosi kesehatan adalah program-program
kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat
sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya.
Promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan menyangkut pendidikan,
organisasi, kebijakan dan peraturan perundangan untuk perubahan lingkungan dan perilaku yang
menguntungkan kesehatan (Green dan Ottoson,1998).
Pendidikan kesehatan adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak secara
sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan pengetahuan
mengenai hal-hal yang memengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain.
Promosi kesehatan adalah ilmu dan seni membantu masyarakat menjadikan gaya hidup
mereka sehat optimal. Kesehatan yang optimal didefinisikan sebagai keseimbangan kesehatan
fisik, emosi, sosial, spiritual, dan intelektual. Ini bukan sekedar pengubahan gaya hidup saja,
namun berkairan dengan pengubahan lingkungan yang diharapkan dapat lebih mendukung dalam
membuat keputusan yang sehat.
Definisi yang bahkan lebih sederhana diajukan oleh Larry Green dan para koleganya
yang menulis bahwa pendidikan kesehatan adalah kombinasi pengalaman belajar yang dirancang
untuk mempermudah adaptasisukarela terhadap perilaku yang kondusif bagi kesehatan.

E. Tujuan Pendidikan kesehatan


Perhatian utama dalam promosi kesehatan adalah mengetahui visi serta misi yang jelas.
Dalam konteks promosi kesehatan Visi merupakan sesuatu atau tujuan apa yang ingin dicapai
dalam promosi kesehatan sebagai salah satu bentuk penunjang program-program kesehatan
lainnya.
Tentunya akan mudah dipahami bahwa visi dari promosi kesehatan tidak akan terlepas
dari koridor Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 tahun 1992 serta organisasi kesehatan dunia
WHO(World Health Organization).
Adapun visi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut : Meningkatnya kemampuan
masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental, dan
sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial.
Pendidikan kesehatan disemua program kesehatan, baik pemberantasan penyakit menular,
sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan lainnya
dan bermuara pada kemampuan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan individu, kelompok,
maupun masyarakat.
Dalam mencapai visi dari promosi kesehatan diperlukan adanya suatu upaya yang harus
dilakukan dan lebih dikenal dengan istilah Misi . Misi promosi kesehatan merupakan upaya
yang harus dilakukan dan mempunyai keterkaitan dalam pencapaian suatu visi.
Secara umum Misi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :
1.Advokasi(Advocation)
Advokasi merupakan perangkat kegiatan yang terencana yang ditujukan kepada para penentu
kebijakan dalam rangka mendukung suatu isyu kebijakan yang spesifik. Dalam hal ini kegiatan
advokasi merupakan suatu upaya untuk mempengaruhi para pembuat keputusan (decission
maker) agar dapat mempercayai dan meyakini bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu
mendapat dukungan melalui kebijakan atau keputusan-keputusan.

2.Menjembatani(Mediate)
Kegiatan pelaksanaan program-program kesehatan perlu adanya suatu kerjasama dengan
program lain di lingkungan kesehatan, maupun lintas sektor yang terkait. Untuk itu perlu adanya
suatu jembatan dan menjalin suatu kemitraan (partnership) dengan berbagai program dan sektor-
sektor yang memiliki kaitannya dengan kesehatan.Karenanya masalah kesehatan tidak hanya
dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan semua pihak juga perlu peduli terhadap
masalah kesehatan tersebut.Oleh karena itu promosi kesehatan memiliki peran yang penting
dalam mewujudkan kerjasama atau kemitraan ini.

3.Kemampuan/Keterampilan(Enable)
Masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mereka mampu dan memelihara serta
meningkatkan kesehatannya secara mandiri. Adapun tujuan dari pemberian keterampilan kepada
masyarakat adalah dalam rangka meningkatkan pendapatan keluarga sehingga diharapkan
dengan peningkatan ekonomi keluarga, maka kemapuan dalam pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan keluarga akan meningkat.

F. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan


Secara sederhana ruang lingkup promosi kesehatan diantaranya sebagai berikut :
1. Promosi kesehatan mencakup pendidikan kesehatan (health education) yang penekanannya
pada perubahan/perbaikan perilaku melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan.

2. Promosi kesehatan mencakup pemasaran sosial (social marketing), yang penekanannya pada
pengenalan produk/jasa melalui kampanye.

3. Promosi kesehatan adalah upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan informasi) yang
tekanannya pada penyebaran informasi.

4. Promosi kesehatan merupakan upaya peningkatan (promotif) yang penekanannya pada upaya
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.

5. Promosi kesehatan mencakup upaya advokasi di bidang kesehatan, yaitu upaya untuk
mempengaruhi lingkungan atau pihak lain agar mengembangkan kebijakan yang berwawasan
kesehatan (melalui upaya legislasi atau pembuatan peraturan, dukungan suasana dan lain-lain di
berbagai bidang /sektor, sesuai keadaan).
6. Promosi kesehatan adalah juga pengorganisasian masyarakat (community organization),
pengembangan masyarakat (community development), penggerakan masyarakat (social
mobilization), pemberdayaan masyarakat (community empowerment), dll.
Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Menurut Prof.Dr. Soekidjo Notoadmodjo, ruang lingkup
promosi kesehatan dapat dilihat dari 2 dimensi yaitu:
a).dimensi aspek pelayanan kesehatan, dan
b).dimensi tatanan (setting) atau tempat pelaksanaan promosi kesehatan.
Ruang Lingkup Berdasarkan Aspek Kesehatan.
Secara umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup 4 aspek pokok, yakni:
promotif,
preventif,
kuratif, dan
rehabilitatif.
Sedangkan ahli lainnya membagi menjadi dua aspek, yakni :
a. Aspek promotif dengan sasaran kelompok orang sehat, dan
b. Aspek preventif (pencegahan) dan kuratif (penyembuhan) dengan sasaran kelompok orang
yang memiliki resiko tinggi terhadap penyakit dan kelompok yang sakit.
Dengan demikian maka ruang lingkup promosi kesehatan dikelompok menjadi dua yaitu :
a. Pendidikan kesehatan pada aspek promotif.
b. Pendidikan kesehatan pada aspek pencegahan dan penyembuhan.
Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Berdasarkan Tatanan Pelaksanaan.
Ruang lingkup promosi kesehatan ini dikelompokkan menjadi :
a. Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga).
b. Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah.
c. Pendidikan kesehatan di tempat kerja.
d. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat umum.
e. Pendidikan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan.

Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pelayanan.


Pada ruang lingkup tingkat pelayanan kesehatan promosi kesehatan dapat dilakukan
berdasarkan lima tingkat pencegahan (five level of prevention) dari Leavel and Clark.
a. Promosi Kesehatan.
b. Perlindungan khusus (specific protection).
c. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment).
d. Pembatasan cacat (disability limitation)
e. Rehabilitasi (rehabilitation).

G. Komunikasi dalam Pendidikan Kesehatan.


Advocacy/advokasi di bidang kesehatan mulai digunakan dalam program kesehatan
masyarakat pertama kali oleh WHO pada tahun 1984 sebagai salah satu strategi global
Pendidikan atau Promosi Kesehatan.WHO merumuskan bahwa dalam mewujudkan visi dan misi
Promosi Kesehatan secara efektif menggunakan 3 strategi pokok,yaitu :
1).Advocacy,
2). Social support,
3). Empowerment.
Advokasi diartikan sebagai upaya pendekatan terhadap orang lain yang dianggap
mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu program atau kegiatan yang
dilaksanakan.Oleh karena itu yang menjadi sasaran advokasi adalah para pemimpin atau
pengambil kebijakan( policy makers) atau pembuat keputusan(decision makers) baik di institusi
pemerintah maupun swasta.
Dalam advokasi peran komunikasi sangat penting,sehingga komunikasi dalam rangka
advokasi kesehatan memerlukan kiat khusus agar komunikasi efektif.Kiat-kiatnya antara lain
sebagai berikut :
1. Jelas ( clear )
2. Benar ( correct )
3. Konkret ( concrete )
4. Lengkap ( complete )
5. Ringkas ( concise )
6. Meyakinkan ( Convince )
7. Konstekstual ( contexual )
8. Berani ( courage )
9. Hati hati ( coutious )
10. Sopan ( courteous )
Prinsip dasar Advokasi tidak hanya sekedar melakukan lobby politik,tetapi mencakup
kegiatan persuasif ,memberikan semangat dan bahkan sampai memberikan pressure atau tekanan
kepada para pemimpin institusi.
Tujuan advokasi yaitu :
Komitmen politik ( Political commitment )
Komitmen para pembuat keputusan atau penentu kebijakan sangat penting untuk mendukung
atau mengeluarkan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat,misalnya
untuk pembahasan kenaikan anggaran kesehatan,contoh konkrit pencanangan Indonesia Sehat
2010 oleh presiden. Untuk meningkatkan komitmen ini sangat dibutuhkan advokasi yang baik.
Dukungan kebijakan ( Policy support )
Adanya komitmen politik dari para eksekuti,maka perlu ditindaklanjuti dengan advokasi lagi
agar dikeluarkan kebijakan untuk mendukung program yang telah memperoleh komitmen politik
tersebut.
Penerimaan sosial (Social acceptance )
Penerimaan sosial artinya diterimanya suatu program oleh masyarakat. Suatu program kesehatan
yang telah memperoleh komitmen dan dukungan kebijakan,maka langkah selanjutnya adalah
mensosialisasikan program tersebut untuk memperoleh dukungan masyarakat.
Dukungan sistem ( System support )
Agar suatu program kesehatan berjalan baik maka perlunya sistem atau prosedur kerja yang jelas
mendukung.
Metode atau cara dan teknik advokasi untuk mencapai tujuan ada bermacam-macam, yaitu :
1. Lobi politik ( political lobying )
2. Seminar/presentasi
3. Media
4. Perkumpulan

Ada 8 unsur dasar advokasi,yaitu :


1. Penetepan tujuan advokasi
2. Pemanfaatan data dan riset untuk advokasi
3. Identifikasi khalayak sasaran
4. Pengembangan dan penyampaian pesan advokasi
5. Membangun koalisi
6. Membuat presentasi yang persuasif
7. Penggalangan dana untuk advokasi
8. Evaluasi upaya advokasi.

Ada 5 pendekatan utama advokasi,yaitu :


1. Melibatkan para pemimpin
2. Bekerja dengan media massa
3. Membangun kemitraan
4. Memobilisasi massa
5. Membangun kapasitas.

LANGKAH-LANGKAH ADVOKASI
1. Tahap Persiapan
Persiapan advokasi yang paling penting adalah menyusun bahan/materi atau instrumen
advokasi.Bahan advokasi adalah: data- informasi bukti yang dikemas dalam bentuk
tabel,grafik atau diagram yang mnjelaskan besarnya masalah kesehatan,akibat atau dampak
masalah, dampak ekonomi, dan program yang diusulkan/proposal program.
2. Tahap pelaksanaan
Pelaksanaan advokasi tergantung dari metode atau cara advokasi.
3. Tahap Penilaian

H. Sasaran Promosi Kesehatan


Berdasarklan pentahapan upaya promosi kesehatan, maka sasaran dibagi dalam tiga
kelompok sasaran, yaitu :
1. Sasaran Primer (primary target)
Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat dikelompokkan menjadi, kepala keluarga untuk
masalah kesehatan umum, Ibu hamil dan menyusui anak untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan
Anak) serta anak sekolah untuk kesehatan remaja dan lain sebagianya. Sasaran promosi ini
sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat (empowerment).
2. Sasaran Sekunder (secondary target)
Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh
adat, serta orang-orang yang memiliki kaitan serta berpengaruh penting dalam kegiatan promosi
kesehatan, dengan harapan setelah diberikan promosi kesehatan maka masyarakat tersebut akan
dapat kembali memberikan atau kembali menyampaikan promosi kesehatan pada lingkungan
masyarakat sekitarnya.
Tokoh masyarakat yang telah mendapatkan promosi kesehatan diharapkan pula agar dapat
menjadi model dalam perilaku hidup sehat untuk masyarakat sekitarnya.

3. Sasaran Tersier (tertiary target)


Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi kesehatan adalah pembuat keputusan
(decission maker) atau penentu kebijakan (policy maker). Hal ini dilakukan dengan suatu
harapan agar kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok tersebut akan
memiliki efek/dampak serta pengaruh bagi sasaran sekunder maupun sasaran primer dan usaha
ini sejalan dengan strategi advokasi (advocacy)

I. ETIKA
Menurut para ahli, etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam
pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan
etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ethos yang berarti norma-norma,
nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik, seperti yang
dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini:
Drs. O.P. Simorangkir : etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berprilaku
menurut ukuran dan nilai yang baik.
Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang tingkah laku
perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.
Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai
dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya.
Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika memberi
manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu
berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam
menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang
tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang perlu kita pahami bersama bahwa etika ini dapat
diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan kita, dengan demikian etika ini dapat dibagi
menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya.
Filsuf Aristoteles, dalam bukunya Etika Nikomacheia, menjelaskan tentang pembahasan Etika,
sebagai berikut :
Terminius Techicus, Pengertian etika dalam hal ini adalah, etika dipelajari untuk ilmu
pengetahuan yang mempelajari masalah perbuatan atau tindakan manusia.
Manner dan Custom, Membahas etika yang berkaitan dengan tata cara dan kebiasaan
(adat) yang melekat dalam kodrat manusia (In herent in human nature) yang terikat dengan
pengertian baik dan buruk suatu tingkah laku atau perbuatan manusia.
Pengertian dan definisi Etika dari para filsuf atau ahli berbeda dalam pokok perhatiannya; antara
lain:
Merupakan prinsip-prinsip moral yang termasuk ilmu tentang kebaikan dan sifat dari hak
(The principles of morality, including the science of good and the nature of the right).
Pedoman perilaku, yang diakui berkaitan dengan memperhatikan bagian utama dari
kegiatan manusia (The rules of conduct, recognize in respect to a particular class of human
actions).
Ilmu watak manusia yang ideal, dan prinsip-prinsip moral sebagai individual. (The science
of human character in its ideal state, and moral principles as of an individual).
Merupakan ilmu mengenai suatu kewajiban (The science of duty).
Macam-macam Etika
Dalam membahas etika sebagai ilmu yang menyelidiki tentang tanggapan kesusilaan atau etis,
yaitu sama halnya dengan berbicara moral (mores). Manusia disebut etis, ialah manusia secara
utuh dan menyeluruh mampu memenuhi hajat hidupnya dalam rangka asas keseimbangan antara
kepentingan pribadi dengan pihak yang lainnya, antara rohani dengan jasmaninya, dan antara
sebagai makhluk berdiri sendiri dengan penciptanya. Termasuk di dalamnya membahas nilai-
nilai atau norma-norma yang dikaitkan dengan etika, terdapat dua macam etika (Keraf: 1991:
23), sebagai berikut:
1. Etika Deskriptif
Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku manusia, serta apa
yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai. Artinya Etika
deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan
perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya.
Dapat disimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam penghayatan nilai atau tanpa nilai dalam
suatu masyarakat yang dikaitkan dengan kondisi tertentu memungkinkan manusia dapat
bertindak secara etis.
2. Etika Normatif
Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh
manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam
hidup ini. Jadi Etika Normatif merupakan normanorma yang dapat menuntun agar manusia
bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma
yang disepakati dan berlaku di masyarakat.
Membahas dan mengkaji ukuran baik buruk tindakan manusia, yang biasanya dikelompokkan
menjadi :
1. Etika umum; yang membahas berbagai hal yang berhubungan dengan kondisi manusia
untuk bertindak etis dalam mengambil kebijakan berdasarkan teori-teori dan prinsip-prinsip
moral.
2. Etika khusus; terdiri dari Etika sosial, Etika individu dan Etika Terapan.
Etika sosial menekankan tanggungjawab sosial dan hubungan antarsesama manusia dalam
aktivitasnya,
Etika individu lebih menekankan pada kewajiban-kewajiban manusia sebagai pribadi,
Etika terapan adalah etika yang diterapkan pada profesi
Dari berbagai pembahasan definisi tentang etika tersebut di atas dapat diklasifikasikan menjadi
tiga (3) jenis definisi, yaitu sebagai berikut:
1. Jenis pertama, etika dipandang sebagai cabang filsafat yang khusus membicarakan tentang
nilai baik dan buruk dari perilaku manusia.
2. Jenis kedua, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang membicarakan baik buruknya
perilaku manusia dalam kehidupan bersama.Definisi tersebut tidak melihat kenyataan bahwa ada
keragaman norma, karena adanya ketidaksamaan waktu dan tempat, akhirnya etika menjadi ilmu
yang deskriptif dan lebih bersifat sosiologik.
3. Jenis ketiga, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat normatif, dan
evaluatif yang hanya memberikan nilai baik buruknya terhadap perilaku manusia. Dalam hal ini
tidak perlu menunjukkan adanya fakta, cukup informasi, menganjurkan dan merefleksikan.
Definisi etika ini lebih bersifat informatif, direktif dan reflektif.
Etika dalam promosi kesehatan
Pada tahun 2002, American Public Health Association secara resmi mengadopsi dua belas
prinsip praktek kode etik untuk umum. Dua belas prinsip yang diuraikan:
1. Kesehatan masyarakat terutama harus membahas penyebab dasar penyakit dan persyaratan
untuk kesehatan, yang bertujuan untuk mencegah hasil kesehatan yang merugikan.
2. Kesehatan masyarakat harus mencapai kesehatan masyarakat dengan cara yang menghormati
hak-hak individu dalam masyarakat.
3. Kebijakan kesehatan masyarakat, program, dan prioritas harus dikembangkan dan dievaluasi
melalui proses yang menjamin kesempatan untuk masukan dari anggota masyarakat.
4. Kesehatan masyarakat harus mengadvokasi dan bekerja untuk pemberdayaan dari pemuda
anggota masyarakat, yang bertujuan untuk memastikan bahwa sumber daya dasar dan kondisi
diperlukan untuk kesehatan dapat diakses oleh semua.
5. Kesehatan masyarakat harus mencari informasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan kebijakan
yang efektif dan program yang melindungi dan mempromosikan kesehatan.
6. Institusi kesehatan umum harus menyediakan masyarakat dengan informasi yang mereka miliki
yang diperlukan untuk keputusan tentang kebijakan atau program-program dan harus
mendapatkan persetujuan masyarakat untuk pelaksanaannya.
7. Lembaga kesehatan publik harus bertindak secara tepat waktu pada informasi yang mereka
miliki dalam sumber daya dan mandat yang diberikan kepada mereka oleh masyarakat.
8. Program kesehatan umum dan kebijakan harus menggabungkan berbagai pendekatan yang
mengantisipasi dan menghormati nilai-nilai yang beragam, keyakinan, dan budaya dalam
masyarakat.
9. Program kesehatan umum dan kebijakan harus dilaksanakan dengan cara yang paling
meningkatkan lingkungan fisik dan sosial.
10. Lembaga kesehatan publik harus melindungi kerahasiaan informasi yang dapat membawa
kerugian bagi individu atau komunitas jika dibuat publik. Pengecualian harus dibenarkan
11. Atas dasar kemungkinan tinggi membahayakan signifikan terhadap individu atau orang lain.
12. Lembaga kesehatan publik harus memastikan kompetensi profesional karyawan mereka. Institusi
kesehatan umum dan karyawan mereka harus terlibat dalam kolaborasi dan afiliasi dengan cara
yang membangun kepercayaan publik dan efektivitas lembaga.
Kerangka kerja ini menekankan pentingnya hubungan yang kompleks antara orang-orang.
Hubungan tersebut adalah inti dari masyarakat, dan mendukung sejumlah prinsip etika.
Kass mengusulkan enam-bagian kerangka kerja etika :
Apa tujuan kesehatan masyarakat dari program yang diusulkan, yaitu, dibingkai dalam bentuk
tujuan akhir dari mengurangi morbiditas dan kematian, bukan tujuan terdekat, misalnya,
mengubah perilaku
Seberapa efektif program dalam mencapai tujuannya dinyatakan, yaitu, apakah Program akhirnya
menurunkan morbiditas dan mortalitas;
Apa yang diketahui atau beban potensial program ini, termasuk risiko privasi dan kerahasiaan,
risiko atas kebebasan dan otonomi dan risiko ke pengadilan.
Dapatkah beban diminimalkan? Apakah ada pendekatan alternatif?
Apakah program tersebut dilaksanakan secara adil?
Contoh dari Pedoman Perilaku Etis dalam Penelitian Kesehatan Aborigin dan Penduduk
Pribumi Selat Torres. Dokumen ini menggaris bawahi enam nilai pusat:
Timbal balik: harus ada keuntungan yang dihargai oleh masyarakat, memberikan kontribusi
untuk masyarakat persatuan dan kemajuan kepentingan mereka;
Respect: harus ada rasa hormat terhadap, dan penerimaan dari, nilai-nilai yang beragam;
Kesetaraan: semua orang harus diperlakukan sama, dan harus ada pemerataan manfaat;
Kelangsungan Hidup dan Perlindungan: menghindari merugikan Aborigin dan Torres Strait
Islander (ATSI) keunikan budaya dan pengakuan dari sejarah dan pengalaman masyarakat ATSI;
Tanggung jawab: menjamin bahwa mereka tidak melakukan kerusakan kepada individu atau
komunitas ATSI, atau untuk hal-hal yang mereka hargai dan dapat dipertanggungjawabkan
kepada rakyat;
Semangat dan Integritas: menghargai kedalaman dan kesatuan warisan budaya masa lalu,
kontemporer dan generasi masa depan; dan menunjukkan integritas dalam semua tindakan.
Meskipun ditulis bagi para peneliti, pedoman ini juga memberikan panduan yang berharga
untuk praktisi promosi kesehatan melaksanakan program-program di dalam masyarakat ATSI.

J. MENETAPKAN SASARAN
1. Sasaran primer
Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala upaya pendidikan atau promosi
kesehatan. Sesuai dengan permasalahan kesehatan, maka sasaran ini dapat dikelompokkan
menjadi kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu hamil dan menyusui untuk
masalah KIA (kesehatan ibu dan anak), anak sekolah untuk kesehatan remaja, dan sebagainya.
Upaya promosi yang dilakukan terhadap sasaran primer ini sejalan dengan strategi
pemberdayaan masyarakat (empow-erment).
2. Sasaran sekunder
Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan sebagainya. Disebut sasaran sekunder
karena dengan memberikan pendidikan kesehatan pada kelompok ini diharapkan untuk
selanjutnya kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat disekitarnya.
Disamping itu dengan perilaku sehat para tokoh masyarakat sebagai hasil pendidikan kesehatan
yang diterima, maka para tokoh masyarakat ini akan memberikan contoh atau acuan perilaku
sehat bagi masyarakat sekitarnya. Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran
sekunder ini adalah sejalan dengan strategi dukungan sosial (social support).
3. Sasaran tersier
Para pembuat keputusan atau penentuan kebijakan baik ditingkat pusat, maupun daerah adalah
sasaran tersier pendidikan kesehatan dengan kebijakan kebijakan atau keputusan yang
dikeluarkan oleh kelompok ini akan mempunyai dampak terhadap perilaku para tokoh
masyarakat (sasaran sekunder), dan juga kepada masyarakat umum (sasaran primer). Upaya
promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran tersier ini sejalan dengan strategi advokasi.

K. MENETAPKAN TUJUAN
Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal
melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya
yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan
yang optimal di seluruh wilayah Indonesia.

L. MENETAPKAN PESAN POKOK


Program-program pembangunan kesehatan dikelompokkan dalam pokok-pokok program yang
pelaksanaannya dilakukan secara terpadu dengan pembangunan sektor lain yang memerlukan
dukungan dan peran serta masyarakat. Disusun 7 Program pembangunan kesehatan yaitu
(DepKes RI, 1999) :
1. Program perilaku dan pemberdayaan masyarakat
2. Program lingkungan sehat
3. Program upaya kesehatan
4. Program pengembangan sumber daya kesehatan
5. Program pengawasan obat, makanan dan obat berbahaya
6. Program kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan
7. Program pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan
Untuk meningkatkan percepatan perbaikan derajat kesehatan masyarakat yang dinilai penting
untuk mendukung keberhasilan program pembangunan nasional ditetapkan 10 pogram unggulan
kesehatan(DepKes RI, 1999) :
1. Program kebijakan kesehatan, pembiayaan kesehatan dan hukum kesehatan
2. Program perbaikan gizi
3. Program pencegahan penyakit menular termasuk imunisasi
4. Program peningkatan perilaku hidup sehat dan kesehatan mental
5. Program lingkungan pemukiman, air dan sehat
6. Program kesehatan keluarga, kesehatan reproduksi dan keluarga berencana
7. Program keselamatan dan kesehatan kerja
8. Program anti tembakau, alkohol dan madat
9. Program pengawasan obat, bahan berbahaya, makanan dan minuman
10. Program pencegahan kecelakaan, rudapaksa dan keselamatan lalu lintas

M. MENETAPKAN METODE DAN SALURAN KOMUNIKASI


Merancang program komunikasi, pada tahap ini telah dapat menentukan perubahan perilaku dan
menempatkan pesan dengan tepat dengan memadukan semua informasi yang telah dikumpulkan,
selanjutnya dikomunikasikan dengan dukungan seperti audio visual (video, film), oral (radio),
cetak (poster, leaflet), visual (flip charts).

N. MENETAPKAN KEGIATAN OPERASIONAL


Untuk mencapai taraf kesehatan bagi semua, maka yang terpenting adalah menetapkan kegiatan
operasional yang harus tercakup dalam pelayanan kesehatan dasar:
1. Pendidikan tentang masalah kesehatan umum, cara pencegahan dan pemberantasannya
2. Peningkatan persediaan pangan dan kecukupan gizi
3. Penyediaan air minum dan sanitasi dasar
4. Pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana
5. Imunisasi
6. Pengobatan dan pengadaan obat
7. Oleh karena pelayanan kesehatan dasar merupakan kunci untuk mencapai derajat kesehatan
yang layak bagi semua, maka perencanaan, pengorganisasian dan penyelenggaraan yang efisien
mutlak diperlukan disamping harus berdasarkan : Perikemanusiaan, Kesehatan sebagai hak asasi,
Pemberdayaan dan kemandirian masyarakat
8. Pengutamaan upaya kesehatan promotif dan upaya kesehatan preventif
9. Pelayanan kesehatan perorangan yang sesuai kebutuhan
10. Dukungan sumber daya kesehatan
11. Misi Pembangunan Kesehatan
12. Dalam mewujudkan Visi Indonesia Sehat 2010, telah ditetapkan misi pembangunan kesehatan
(DepKes RI, 1999)
13. Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan
14. Untuk dapat terwujudnya Indonesia Sehat 2010, para penanggung jawab program
pembangunan harus memasukkan pertimbangan-pertimbangan kesehatan dalam semua kebijakan
pembangunannya. Oleh karena itu seluruh elemen dari Sistem Kesehatan Nasional harus
berperan sebagai penggerak utama pembangunan nasional berwawasan kesehatan.
15. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
16. Perilaku sehat dan kemampuan masyarakat untuk memilih dan mendapatkan pelayanan
kesehatan yang bermutu sangat menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan.
17. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau
18. Salah satu tanggung jawab sektor kesehatan adalah menjamin tersedianya pelayanan kesehatan
yang bermutu, merata dan terjangkau oleh masyarakat. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan
tidak hanya berada ditangan pemerintah, melainkan mengikutsertakan masyarakat dan potensi
swasta.
19. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta
lingkungannya
20. Untuk terselenggaranya tugas penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus diutamakan adalah
bersifat promotif dan preventif yang didukung oleh upaya kuratif dan rehabilitatif.
21. Strategi Pembangunan Kesehatan
22. Strategi pembangunan nasional harus berdasarkan pada kebijakan nasional, mencakup garis
besar kegiatan dimana semua sektor yang terlibat untuk mewujudkan kebijaksanaan tersebut.
Beberapa hal penting yang harus diterapkan adalah (DepKes RS, 1999): pembangunan
berwawasan kesehatan
23. Setiap program pembangunan nasional yang diselenggarakan di Indonesia harus memberikan
konstribusi positif terhadap kesehatan, yaitu terbentuknya lingkungan sehat dan pembentukan
perilaku sehat.

O. MENETAPKAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI


1. Memperkenalkan kepada masyarakat gagasan dan teknik perilaku Program promosi Hygiene
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), yang merupakan pendekatan terencana untuk
mencegah penyakit diare melalui pengadopsian perubahan perilaku oleh masyarakat secara
meluas. Program ini dimulai dari apa yang diketahui, diinginkan, dan dilakukan masyarakat.
Perencanaan suatu program promosi hygiene untuk masyarakat dilakukan berdasarkan jawaban
atau pertanyaan diatas atau bekerjasama dengan pihak yang terlibat, untuk itu diperlukan pesan-
pesan sederhana, positif, menarik yang dirancang untuk dikomunikasikan lewat sarana lokal
seperti poster, leaflet.
2. Mengidentifikasikan perubahan perilaku masyarakat, dalam tahap ini akan dilakukan identifikasi
perilaku beresiko melalui pengamatan terstruktur. Sehingga dapat ditentukan cara pendekatan
baru terhadap perbaikan hygiene sehingga diharapkan anak-anak terhindar dari lingkungan yang
terkontaminasi.
3. Memotivasi perubahan perilaku masyarakat, langkah-langkah untuk memotivikasi orang untuk
mengadopsi perilaku hygiene termasuk memilih beberapa perubaha perilaku yang diharapkan
dapat diterapkan.
4. Mencari tahu apa yang dirasakan oleh kelompok sasaran mengenai perilaku tersebut melalui
diskusi terfokus, wawancara dan melalui uji coba perilaku
5. Membuat pesan yang tepat sehingga sasaran mau melakukan perubahan perilaku.
6. Menciptakan sebuah pesan sederhana, positif, menarik berdasarkan apa yang disukai kelompok
sasaran.
P. HUBUNGAN DENGAN KLIEN
Tenaga kesehatan masyarakat berhubungan erat dengan klien/masyarakat. Hal ini ditunjukkan
dengan pentingnya peran tenaga kesehatan masyarakat dalam merubah perilaku masyarakat
menuju hidup bersih dan sehat.
Program promosi perilaku hidup bersih dan sehat yang biasa dikenal PHBS/Promosi Higiene
merupakan pendekatan terencana untuk mencegah penyakit menular yang lain melaui
pengadopsian perubahan perilaku oleh masyarakat luas. Program ini dimulai dengan apa yang
diketahui, diinginkan dan dilakukan masyarakat setempat dan mengembangkan program
berdasarkan informasi tersebut (Curtis V dkk, 1997; UNICEF, WHO. Bersih, Sehat dan
Sejahtera).
Program promosi PHBS harus dilakukan secara profesional oleh individu dan kelompok yang
mempunyai kemampuan dan komitmen terhadap kesehatan masyarakat serta memahami tentang
lingkungan dan mampu melaksanakan komunikasi, edukasi dan menyampaikan informasi secara
tepat dan benar yang sekarang disebut dengan promosi kesehatan. Tenaga kesehatan masyarakat
diharapkan mampu mengambil bagian dalam promosi PHBS sehingga dapat melakukan
perubahan perilaku masyarakat untuk hidup berdasarkan PHBS. Tenaga kesehatan masyarakat
telah mempunyai bekal yang cukup untuk dikembangkan dan pada waktunya disumbangkan
kepada masyarakat dimana mereka bekerja.

Q. KEPEDULIAN DENGAN DETERMINAN SOSIAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN


KESEHATAN
Perilaku adalah resultan antar stimulus (faktor eksternal) dengan respons (faktor internal) dalam
subjek atau orang yang berperilaku tersebut. Perilaku seseorang atau subjek dipengaruhi atau
ditentukan oleh faktor faktor baik dari dalam maupun dari luar subjek. Faktor yang
menentukan atau membentuk perilaku ini disebut determinan. Dalam bidang perilaku kesehatan
ada 3 teori yang sering menjadi acuan dalam penelitian penelitian kesehatan yaitu :
1. Teori Lawrence Green
Ada 2 determinan masalah kesehatan tersebut yaitu Behavioral factor (faktor perilaku) dan
Non Behavioral factor (faktor non perilaku). Dan faktor tersebut ditentukan oleh 3 faktor utama
yaitu :
a. Faktor faktor predisposisi, yaitu faktor faktor yang mempermudah atau mempredisposisi
terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai
nilai, tradisi dan sebagainya.
b. Faktor faktor pemungkin, yaitu faktor faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi
perilaku atau tindakan.
c. Faktor faktor penguat, yaitu faktor- faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya
perilaku.

2. Teori Snehandu B.Karr


Mengidentifikasi adanya 5 determinan perilaku, yaitu :
a. Adanya niat (intention) seseorang untuk bertindak sehubungan dengan objek atau stimulus diluar
dirinya.
b. Adany dukungan dari masyarakat sekitar (social support)
c. Terjangkaunya informasi, yaitu tersedianya informasi informasi terkait dengan tindakan yang
akan di ambil oleh seseorang
d. Adanya otonomi atau kebebasan pribadi untuk mengambil keputusan
e. Adanya kondisi dan situasi yang memuingkinkan
3. Teori WHO
Ada 4 determinan yaitu :
a.Pemikiran dan perasaan yaitu merupakan modal awal untuk bertindak atau berperilaku
b. Adanya acuan atau referensi dari seseorang atau pribadi yang dipercayai
c.Sumber daya yang tersedia merupakan pendukung untuk terjadinya perilaku seseorang atau
masyarakat
d.Sosio budaya merupakan faktor eksternal untuk terbentuknya perilaku seseorang.
R. PERTIMBANGAN-PERTIMBANGAN ETIS
Pertimbangan-pertimbangan etis yang perlu kita lakukan dan pikirkan yakni :
1. Promotor kesehatan tidak akan secara sengaja menunda pelayanan atau informasi, dilihat dari
status pengetahuan sekarang yang dapat memberikan manfaat kepada klien, mereka berusaha
mengikuti perkembangan promosi kesehatan
2. Promotor kesehatan akan menghargai kerahasiaan informasi yang dapat mereka akses kecuali
atas permintaan hokum dan demi kepentingan klien
3. Promotor kesehatan harus tidak melakukan kegiatan promosi kesehatan yang tidak kompoten
bisa kerjakan.

S. PENDEKATAN PROMOSI KESEHATAN


1. Pendekatan Medik
Tujuan dari pendekatan ini adalah kebebasan dari penyakit dan kecacatan yang didefinisikan
secara medic, seperti penyakit infeksi, kanker, dan penyakit jantung. Pendekatan ini melibatkan
kedokteran untuk mencegah atau meringankan kesakitan, mungkin dengan metode persuasive
maupun paternalistic. Sebagai contoh, memberitahu orang tua agar membawa anak mereka untuk
imunisasi, wanita untuk memanfaatkan klinik keluarga berencana dan pria umur pertengahan
untuk dilakukan screening takanan darah. Pendekatan ini memberikan arti penting dari tindakan
pencegahan medic dan tanggung jawab profesi kedokteran untuk membuat kepastian bahwa
pasien patuh pada prosedur yang dianjurkan.
2. Pendekatan Perubahan Perilaku
Tujuan dari pendekatan ini adalah mengubah sikap dan perilaku individu masyarakat, sehingga
mereka mengambil gaya hidup sehat . Contohnya antara lain mengajarkan orang bagaimana
menghentikan merokok, pendidikan tentang minum alcohol wajar , mendorong orang untuk
melakukan latihan olahraga, memelihara gigi, makan makanan yang baik dan seterusnya. Orang-
orang yang menerapkan pendekatan ini akan merasa yakin bahwa gaya hidup sehat merupakan
hal paling baik bagi kliennya dan akan melihatnya sebagai tanggung jawab mereka untuk
mendorong sebanyak mungkin orang untuk mengadopsi gaya hidup sehat yang menguntungkan.
3. Pendekatan Edukasional
Tujuan dari pendekatan ini adalah memberikan informasi dan memastikan pengetahuan dan
pemahaman tentang perihal kesehatan dan membuat keputusan yang ditetapkan atas dasar
informasi yang ada. Informasi tentang kesehatan disajikan dan orang dibantu untuk menggali
nilai dan sikap, dan membuat keputusan mereka sendiri. Bantuan dalam melaksanakan
keputusan-keputusan itu dan mengadopsi praktek kesehatan baru dapat pula ditawarkan, program
pendidikan kesehatan sekolah, misalnya menekankan membantu murid mempelajari ketrampilan
hidup sehat, tidak hanya memperoleh pengetahuannya. orang-orang yang mendukung
pendekatan ini akan memberi arti tinggi bagi proses pendidikan, akan menghargai hal individu
untuk memilih perilaku mereka sendiri, dan akan melihatnya sebagai tanggung jawab mereka
mengangkat bersama persoalan-persoalan kesehatan yang mereka anggap menjadi hal yang
paling baik bagi klien mereka.
4. Pendekatan Berpusat Pada Klien
Tujuan dari pendekatan ini adalah bekerja dengan klien agar dapat membantu mereka
mengidentifikasi apa yang ingin mereka ketahui dan lakukan, dan membuat keputusan dan
pilihan mereka sendiri sesuai dengan kepentingan dan nilai mereka. Peran promotor kesehatan
adalah bertindak sebagai fasilitator, membantu orang mengidentifikasi kepedulian-kepedulian
mereka dan memperoleh pengetahuan serta ketrampilan yang mereka butuhkan agar
memungkinkan terjadi perubahan. Pemberdayaan diri sendiri klien dilihat sebagai central dari
tujuan ini. Klien dihargai sama yang mempunyai pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan
berkontribusi dan siapa yang mempunyai hak absolute untuk mengontrol tujuan kesehatan
mereka sendiri.
5. Pendekatan Perubahan Sosial
Tujuan dari pendekatan ini adalah melakukan perubahan-perubahan pada lingkungan fisik, social
dan ekonomi, supaya dapat membuatnya lebih mendukung untuk keadaan yang sehat. Contohnya
adalah mengubah masyarakat, bukan pada pengubahan perilaku individu-individunya. Orang-
orang yang menerapkan pendekatan ini memberikan nilai penting bagi hak demokrasi mereka
mengubah masyarakat, mempunyai komitmen pada penempatan kesehatan dalam agenda politik
di berbagai tingkat dan pada pentingnya pembentukan lingkungan yang sehat daripada
pembentukan kehidupan individu-individu orang yang tinggal di tempat itu.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Promosi Kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui
proses pembelajaran dari-oleh-untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong
dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai dengan
kondisi social budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
Menurut para ahli, etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam
pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan
etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ethos yang berarti norma-norma,
nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik.
HUBUNGAN DENGAN KLIEN
Tenaga kesehatan masyarakat berhubungan erat dengan klien/masyarakat. Hal ini ditunjukkan
dengan pentingnya peran tenaga kesehatan masyarakat dalam merubah perilaku masyarakat
menuju hidup bersih dan sehat.
Program promosi perilaku hidup bersih dan sehat yang biasa dikenal PHBS/Promosi Higiene
merupakan pendekatan terencana untuk mencegah penyakit menular yang lain melaui
pengadopsian perubahan perilaku oleh masyarakat luas. Program ini dimulai dengan apa yang
diketahui, diinginkan dan dilakukan masyarakat setempat dan mengembangkan program
berdasarkan informasi tersebut (Curtis V dkk, 1997; UNICEF, WHO. Bersih, Sehat dan
Sejahtera).
Program promosi PHBS harus dilakukan secara profesional oleh individu dan kelompok yang
mempunyai kemampuan dan komitmen terhadap kesehatan masyarakat serta memahami tentang
lingkungan dan mampu melaksanakan komunikasi, edukasi dan menyampaikan informasi secara
tepat dan benar yang sekarang disebut dengan promosi kesehatan. Tenaga kesehatan masyarakat
diharapkan mampu mengambil bagian dalam promosi PHBS sehingga dapat melakukan
perubahan perilaku masyarakat untuk hidup berdasarkan PHBS. Tenaga kesehatan masyarakat
telah mempunyai bekal yang cukup untuk dikembangkan dan pada waktunya disumbangkan
kepada masyarakat dimana mereka bekerja.
KEPEDULIAN DENGAN DETERMINAN SOSIAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN
KESEHATAN
Perilaku adalah resultan antar stimulus (faktor eksternal) dengan respons (faktor internal) dalam
subjek atau orang yang berperilaku tersebut. Perilaku seseorang atau subjek dipengaruhi atau
ditentukan oleh faktor faktor baik dari dalam maupun dari luar subjek. Faktor yang
menentukan atau membentuk perilaku ini disebut determinan. Dalam bidang perilaku kesehatan
ada 3 teori yang sering menjadi acuan dalam penelitian penelitian kesehatan yaitu :
Teori Lawrence Green
Ada 2 determinan masalah kesehatan tersebut yaitu Behavioral factor (faktor perilaku) dan Non
Behavioral factor (faktor non perilaku). Dan faktor tersebut ditentukan oleh 3 faktor utama yaitu
:
Faktor faktor predisposisi, yaitu faktor faktor yang mempermudah atau mempredisposisi
terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai
nilai, tradisi dan sebagainya.
Faktor faktor pemungkin, yaitu faktor faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi
perilaku atau tindakan.
Faktor faktor penguat, yaitu faktor- faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya
perilaku.
2. Teori Snehandu B.Karr
Mengidentifikasi adanya 5 determinan perilaku, yaitu :
a. Adanya niat (intention) seseorang untuk bertindak sehubungan dengan objek atau stimulus
diluar dirinya.
b. Adany dukungan dari masyarakat sekitar (social support)
c. Terjangkaunya informasi, yaitu tersedianya informasi informasi terkait dengan tindakan
yang akan di ambil oleh seseorang
d. Adanya otonomi atau kebebasan pribadi untuk mengambil keputusan
e. Adanya kondisi dan situasi yang memuingkinkan

Teori WHO
Ada 4 determinan yaitu :
a. Pemikiran dan perasaan yaitu merupakan modal awal untuk bertindak atau berperilaku
b. Adanya acuan atau referensi dari seseorang atau pribadi yang dipercayai
c. Sumber daya yang tersedia merupakan pendukung untuk terjadinya perilaku seseorang atau
masyarakat
d. Sosio budaya merupakan faktor eksternal untuk terbentuknya perilaku seseorang.

B. SARAN
1. Bidan
Dalam melakukan promosi kesehatan bidan harus menjaga hubungan dengan klien, agar isi
dari promosi kesehatan yang disampaikan dapat diterima dan diterapkan oleh klien.
2. Klien
Dalam menerima promosi kesehatan klien harus berperan dalam menentukan keputusan untuk
dirinya sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
Notoatmojo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta
Novita, Nesi. 2011. Promosi Kesehatan dalam Pelayanan Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika
Mubarak, Wahit Iqbal. Promosi Kesehatan untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai