Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KASUS

PNEUMONIA

Diajukan untuk
Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Radiologi
RS Islam Sultan Agung

Disusun oleh :

Anggi Atasha S (01.210.6079) Vereri karina (30101206637)

Joko santosa ( 012116423) Heavin rahmat (012116407)

Pembimbing:

dr. Bambang Satoto, Sp. Rad (K)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2017

1
LEMBAR PENGESAHAN

RADIOGRAPH BASED DISCUSSION

Diajukan guna melengkapi tugas kepaniteraan klinis bagian ilmu radiologi

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung

Nama :
1. Anggi Atasha S 01.210.6079

2. Adi Danang P 01.210.6065

3. Putri Kusuma W 3010.120.6816

4. Revi A 01.206.5295

5. Siti Sofi H 3010.120.6846

Judul : Pneumonia

Bagian : Ilmu Radiologi

Fakultas : Kedokteran UNISSULA

Pembimbing : dr. BambangSatoto, Sp. Rad (K)

Telah diajukan dan disahkan

Semarang, 2016

Pembimbing,

dr. BambangSatoto, Sp. Rad

2
BAB I
PENDAHULUAN

Infeksi saluran napas bawah akut (ISNBA) masih terus menjadi masalah
kesehatan yang utama meskipun kemajuan dalam identifikasi baik agen-agen
penyebab baru ataupun lama sangat pesat, dan kemampuan obat-obat antimikroba
telah banyak ditingkatkan. Selain itu masih banyak terdapat kontroversi berkenaan
dengan pendekatan diagnostic dan pilihan pengobatan. (1-4)
ISNBA dapat dijumpai dalam berbagai bentuk, tersering adalah dalam bentuk
pneumonia. Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru
(alveoli). Juga bisa didefinisikan peradangan yang mengenai parenkim paru, distal
dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. Dan
menimbulkan angka kesakitan yang tinggi, dengan gejala-gejala batuk, demam, dan
sesak nafas. (1)
Secara klinis pneumonia dapat diklasifikasikan sebagai suatu peradangan
paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit, dan lain-
lain). Secara anatomis pneumonia dapat diklasifikasikan sebagai pneumonia lobaris,
pneumonia segmentalis, dan pneumonia lobularis yang dikenal sebagai
bronkopneumonia dan biasanya mengenai paru bagian bawah. Selain itu pneumonia
dapat juga dibedakan berdasarkan tempat dapatannya, yaitu pneumonia komunitas
dan pneumonia rumah sakit.( 1,8)

3
BAB II
PNEUMONIA

2.1. DEFINISI
Pneunomia adalah peradangan alat parenkim paru, distal dari bronkiolus
terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, yang disebabkan oleh
mikroorganisme (bakteri.virus,jamur,protozoa)(1)

2.2. ETIOLOGI
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme yaitu bakteri,
virus, jamur, protozoa, yang sebagian besar disebabkan oleh bakteri. Penyebab
tersering pneumonia bakterialis adalah bakteri positif-gram, Streptococcus
pneumonia yang menyebabkan pneumonia streptokokus. Bakteri staphylococcus
aureus dan streptococcus aeruginosa. Pneumonia lainnya disebabkan oleh virus,
misalnya influenza.
Pneumonia lobaris adalah peradangan jaringan akut yang berat yang disebabkan oleh
pneumococcus. Nama ini menunjukkan bahwa hanya satu lobus paru yang terkena.
Ada bermacam-macam pneumonia yang disebabkan oleh bakteri lain, misalnya
bronkopneumonia yang penyebabnya sering haemophylus influenza dan
pneumococcus. (1,2)

4
2.3 ANATOMI PARU-PARU
Paru-paru merupakan organ yang elastic, berbentuk kerucut, dan letaknya
berada di dalam rongga dada atau thorax. Kedua paru-paru saling terpisah oleh
mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar. Setiap
paru-paru mempunyai apeks (bagian atas paru-paru) dan basis.
Paru-paru kanan lebih besar dari pada paru-paru kiri. Paru-paru kanan dibagi
menjadi 3 lobus yaitu lobus superior, lobus medius, dan lobus inferior. Paru-paru
kanan terbagi lagi atas 10 segmen yaitu pada lobus superior terdiri atas 3 segmen
yakni segmen pertama adalah segmen apical, segmen kedua adalah segmen
posterior, dan segmen ketiga adalah segmen anterior.
Pada lobus medius terdiri atas 2 segmen yakni segmen keempat adalah
segmen lateral, dan segmen kelima adalah segmen medial. Pada lobus inferior terdiri
atas 5 segmen yakni segmen keenam adalam segmen apical, segmen ketujuh adalah
segmen mediobasal, segmen kedelapan adalah segmen anteriobasal, segmen
kesembilan adalah segmen laterobasal, dan segmen kesepuluh adalah segmen
posteriobasal.

5
Paru-paru kiri terbagi atas dua lobus yaitu lobus superior dan lobus inferior.
Paru-paru kiri terdiri dari 8 segmen yaitu pada lobus superior terdiri dari segmen
pertama adalah segmen apikoposterior, segmen kedua adalah segmen anterior,
segmen ketiga adalah segmen superior, segmen keempat adalah segmen inferior.
Pada lobus inferior terdiri dari segmen kelima segmen apical atau segmen
superior, segmen keenam adalah segmen mediobasal atau kardiak, segmen ketujuh
adalah segmen anterobasal dan segmen kedelapan adalah segmen posterobasal.(9,10)

2.6 PATOFISIOLOGI
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi
sampai usia lanjut. Pecandu alcohol, pasien pasca operasi, orang-orang dengan
gangguan penyakit pernapasan, sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan
tubuhnya , adalah yang paling berisiko.
Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan
yang sehat. Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia
6
lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan
merusak organ paru-paru.
Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu mikroorganisme paru
banyak disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan yang dilakukan oleh pejamu.
Selain itu, toksin-toksin yang dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis
dapat secara langsung merusak sel-sel system pernapasan bawah. Ada beberapa cara
mikroorganisme mencapai permukaan:
1. Inokulasi langsung
2. Penyebaran melalui pembuluh darah
3. Inhalasi bahan aerosol
4. Kolonisasi dipermukaan mukosa

Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah cara Kolonisasi.
Secara inhalasi terjadi pada infeksi virus, mikroorganisme atipikal, mikrobakteria
atau jamur. Kebanyakan bakteri dengan ukuran 0,5 2,0 nm melalui udara dapat
mencapai bronkus terminal atau alveoli dan selanjutnya terjadi proses infeksi. Bila
terjadi kolonisasi pada saluran napas atas (hidung, orofaring) kemudian terjadi
aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi mikroorganisme, hal ini
merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru. Aspirasi dari
sebagian kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50%) juga
pada keadaan penurunan kesadaran, peminum alkohol dan pemakai obat (drug
abuse). (2)
Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan
reaksi radang berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan
diapedesis eritrosit sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuknya
antibodi.
Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan yang
paling mencolok. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, ataupun
seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru
kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru,
infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri
pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia.
Terdapat empat stadium anatomic dari pneumonia terbagi atas: (6)
7
1. Stadium kongesti (4 12 jam pertama)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan
aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat
pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel
imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan
prostaglandin. Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen.
Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan
otot polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini
mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstitium sehingga
terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di
antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen
dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan
sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin.
2. Stadium hepatisasi merah (48 jam selanjutnya)
Terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat dan fibrin yang
dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang
terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan,
sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium
ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak.
Stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam.
3. Stadium hepatisasi kelabu (konsolidasi)
Terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada
saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi
fagositosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus
masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu
dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.
4. Stadium akhir (resolusi)
Eksudat yang mengalami konsolidasi di antara rongga alveoli dicerna secara
enzimatis yang diserap kembali atau dibersihkan dengan batuk. Parenkim paru
kembali menjadi penuh dengan cairan dan basah sampai pulih mencapai keadaan
normal.

8
2.7. KLASFIKASI
A. Berdasarkan klinis dan epidemiologi.(2)
1. Pneumonia komuniti (Community-acquired pneumonia= CAP)
2. Penumonia nosokomial (Hospital-acquired Pneumonia= HAP)
3. Pneumonia pada penderita immunocompromised Host
4. Pneumonia aspirasi

B. Berdasarkan lokasi infeksi.(2)


1. Pneumonia lobaris
Sering disebabkan aspirasi benda asing atau oleh infeksi bakteri
(Staphylococcus), jarang pada bayi dan orang tua. Pneumonia yang terjadi
pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder disebabkan oleh
obstruksi bronkus misalnya pada aspirasi benda asing atau proses keganasan.
Pada gambaran radiologis, terlihat gambaran gabungan konsolidasi
berdensitas tinggi pada satu segmen/lobus atau bercak yang
mengikutsertakan alveoli yang tersebar. Air bronchogram adalah udara yang
terdapat pada percabangan bronchus, yang dikelilingi oleh bayangan opak
rongga udara. Ketika terlihat adanya bronchogram, hal ini bersifat diagnostik
untuk pneumonia lobaris/

2. Bronko pneumonia (Pneumonia lobularis)


Inflamasi paru-paru biasanya dimulai di bronkiolus terminalis. Bronkiolus
terminalis menjadi tersumbat dengan eksudat mukopurulen membentuk
bercak-bercak konsolidasi di lobulus yang bersebelahan. Penyakit ini
seringnya bersifat sekunder, mengikuti infeksi dari saluran nafas atas, demam
pada infeksi spesifik dan penyakit yang melemahkan sistem pertahanan
tubuh. Pada bayi dan orang-orang yang lemah, Pneumonia dapat muncul
sebagai infeksi primer.

3. Pneumonia interstisial
Terutama pada jaringan penyangga, yaitu interstitial dinding bronkus dan
peribronkil. Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan
mycoplasma. Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan
9
interstisial prebronkial. Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus
masih terlihat, diliputi perselubungan yang tidak merata

2.8 DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis pneumonia dapat dilakukan melalui:

2.8.1 Gambaran Klinis


Gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis pneumonia. Gejala-gejala
meliputi:
1. Demam dan menggigil akibat proses peradangan
2. Batuk yang sering produktif dan purulen
3. Sputum berwarna merah karat atau kehijauan dengan bau khas
4. Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia apabila infeksinya serius.

Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut bagian
atas selama beberapa hari, kemudian diikuti dengan demam, menggigil, suhu tubuh
kadang-kadang melebihi 40 C, sakit tenggorokan, nyeri otot dan sendi. Juga disertai
batuk, dengan sputum mukoid atau purulen, kadang-kadang berdarah.
Pada pemeriksaan fisik dada terlihat bagiam yang sakit tertinggal waktu
bernafas , pada palpasi fremitus dapat mengeras, pada perkusi redup, pada auskultasi
terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronchial yang kadang-kadang
melemah. Mungkin disertai ronkhi halus, yang kemudian menjadi ronkhi basah kasar
pada stadium resolusi. (5,6,8,15)

2.8.2 Pemeriksaan Laboratorium


Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit, biasanya
>10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul, dan pada hitungan jenis leukosit
terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED. Untuk menentukan
diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Kultur
darah dapat positif pada 20-25% penderita yang tidak diobati. Anlalisa gas darah
menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis
respiratorik.

10
2.8.3 Gambaran Radiologis
Gambaran Radiologis pada foto thorax pada penyakit pneumonia antara lain: (16-19)
Perselubungan homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus atau segment paru
secara anantomis.
Batasnya tegas, walaupun pada mulanya kurang jelas.
Volume paru tidak berubah, tidak seperti atelektasis dimana paru mengecil.
Tidak tampak deviasi trachea/septum/fissure/ seperti pada atelektasis.
Silhouette sign (+) : bermanfaat untuk menentukan letak lesi paru ; batas lesi
dengan jantung hilang, berarti lesi tersebut berdampingan dengan jantung atau di
lobus medius kanan.( 4,22)
Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura.
Bila terjadinya pada lobus inferior, maka sinus phrenicocostalis yang paling
akhir terkena.
Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler.
Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign (terperangkapnya
udara pada bronkus karena tiadanya pertukaran udara pada alveolus). (4,19,20)

Dikutip dari kepustakaan 23


Foto thorax saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia,
hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi, misalnya penyebab
pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae,
Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran
bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukan konsolidasi
yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus

11
1.Pneumonia Lobaris
Foto Thorax

Dikutip dari kepustakaan 19.

Dikutip dari kepustakaan 19.

Tampak gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi pada satu


segmen/lobus (lobus kanan bawah PA maupun lateral)) atau bercak yang
mengikutsertakan alveoli yang tersebar. Air bronchogram biasanya ditemukan
pada pneumonia jenis ini. (19)
12
CT Scan

Hasil CT dada ini menampilkan gambaran hiperdens di lobus atas kiri sampai ke
perifer.

2. Bronchopneumonia (Pneumonia Lobularis)


Foto Thorax

Merupakan Pneumonia yang terjadi pada ujung akhir bronkiolus yang dapat
tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi
dalam lobus. Pada gambar diatas tampak konsolidasi tidak homogen di lobus
atas kiri dan lobus bawah kiri. (4,19,21)
13
CT Scan

Tampak gambaran opak/hiperdens pada lobus tengah kanan, namun tidak


menjalar sampai perifer.

3. Pneumonia Interstisial
Foto Thorax

14
Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstitial
prebronkial. Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat,
diliputi oleh perselubungan yang tidak merata. (17)

CT Scan

Gambaran CT Scan pneumonia interstitiak pada seorang pria berusia 19


tahun. (A) Menunjukan area konsolidasi di percabangan peribronkovaskuler
yang irreguler. (B) CT Scan pada hasil follow up selama 2 tahun menunjukan
area konsolidasi yang irreguler tersebut berkembang menjadi bronkiektasis
atau bronkiolektasis (tanda panah) (17)

2.8.4 Pemeriksaan Bakteriologis


Bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi nasotrakeal/transtrakeal, torakosintesis,
bronkoskopi, atau biopsi. Kuman yang predominan pada sputum disertai PMN yang
kemungkinan penyebab infeksi.

2.9 PENATALAKSANAAN
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif. Pemberian antibiotik pada
penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji
kepekaannya, akan tetapi karena beberapa alasan yaitu : (2)

1. Penyakit yang berat dapat mengancam jiwa


2. Bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab
pneumonia.
3. Hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu.
15
Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris. Secara umum
pemilihan antibiotik berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat sebagai
berikut :

Tabel 1.2

Terapi Empirik Antibiotik Awal Untuk Pneumonia Nosokomial atau


Pneumonia Berhubungan Dengan Ventilator yang Tidak Disertai Faktro
Resiko Untuk Patogen Resisten Jamak, Onset Dini pada Semua Tingkat Berat
Sakit

Patogen Potensial Antibiotik yang Disarankan

Streptococcus pneumonia Seftriaxon, Levofloksasin,

Haemophilus influenza Moksifloksasin, atau

Bakteri gram (-) sensitif antibiotic : Ciprofloksasin

Escherichia coli (Klebsiella Ampisilin/sulbaktam atau


pneumonia, Enterobacter spp., Serratia
Ertapenem
marcescens)

Catatan : Karena Streptococcus pneumonia yang resisten penisilin semakin


sering terjadi maka, levofloksasin, moksifloksasin lebih dianjurkan. (1,2)

Terapi suportif dapat berupa :

1. Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96%


berdasarkan pemeriksaan analisis gas darah
2. Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, khususnya anjuran untuk batuk
dan napas dalam.
3. Pengaturan Cairan. Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia,
dan paru lebih sensitive pada pembebanan cairan terutama bila terdapat
pneumonia bilateral. Pemberian cairan pada pasien harus diatur dnegan baik,
termasuk pada keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal. Overhidrasi
untuk maksud mengencerkan dahak tidak diperkenankan.

16
4. Bila terdapat gagal napas , diberikan nutrisi dari lemak (50%) hingga dapat
dihindari produksi CO2 yang berlebihan. (1)

2.10 DIAGNOSIS BANDING


Differential Diagnosis dari penyakit pneumonia adalah sebagai berikut:
1.
EfusiPleura
Merupakan suatu kondisi dimana terdapat akumulasi cairan dalam cavum
pleura yang dapat disebabkan oleh banyak kelainan dalam paru. Pada
pemeriksaan foto thorax rutin tegak, cairan pleura tampak perselubungan
homogen menutupi struktur paru bawah yang biasanya relative radiopaq
dengan permukaan atas cekung, berjalan dari lateral atas ke medial bawah.
Karena cairan mengisi ruang hemithorax sehingga jaringan paru akan
terdorong ke arah sentral/hilus dan kadang-kadang mendorong mediastinum
ke arah kontralateral.(16)
ANTARA EFUSI PLEURA DAN PENUMONIA

Dikutip dari kepustakaan 22. Dikutip dari kepustakaan 18.


Persamaan :
- Memiliki densitas yang sama yaitu perselubungan yang homogen berdensitas
tinggi (relatif radiopaq) (16)
Perbedaan :
- Pada efusi pleura, cairan terakumulasi di dalam cavum pleura sehingga
gambaran khasnya tampak sinus costophrenicus tumpul karena sifat dari

17
cairan selalu mencari daerah yang terendah, sedangkan pada pneumonia
tidak.
- Pada pneumonia khas dapat ditemukan air bronchogram sign, jika proses
perselubungannya telah mengisi sampai 1 lobus parenkim paru
- Yang paling khas, bahwa pada efusi terdapat tanda-tanda pendesakan ke arah
hemithorax yang sehat, hal ini terjadi akibat akumulasi yang terus menerus
dari suatu rongga. Sedangkan pada pneumonia tidak terjadi penurunan atau
penambahan volume paru (16,18,22)
2. Atelektasis
Berarti alveoli mengempis (kolaps). Hal ini dapat terjadi pada satu tempat
yang terlokaslisir di paru, pada seluruh lobus, atau pada seluruh paru.
Penyebab yang paling sering adalah obstruksi saluran napas dan
berkurangnya surfaktan pada cairan yang melapisi alveoli. Karena
mengalami hambatan/obstruksi, sehingga aerasi paru dapat berkurang. Pada
gambaran radiologisnya akan memberikan bayangan densitas yang lebih
tinggi.(16)
ANTARA ATELEKTASIS DAN PENUMONIA

Dikutip dari kepustakaan 13Dikutip dari kepustakaan 18


Persamaan ;
- Memiliki densitas yang sama yaitu perselubungan yang homogen berdensitas
tinggi (relatif radiopaq) (16)

18
Perbedaan :
- Karena atelektasis merupakan kondisi dimana paru mengalami kolaps,
sehingga pada gambaran radiologisnya akan tampak tanda-tanda penarikan
ke arah hemithorax yang sakit, sedangkan pada pneumonia tidak. (16,18)
1. TBC Paru
Tuberculosis Paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Basil tuberkel ini
menyebabkan reaksi jaringan yang aneh dalam paru, antara lain (1) daerah
yang terinfeksi diserang oleh makrofag dan (2) daerah lesi dikelilingi oleh
jaringan fibrotik untuk membentuk yang idsebut tuberkel. Proses
pembentukan dinding ini membantu membatasi penyebaran basil tuberkel
dalam paru dan oleh karena itu ia merupakan bagian dari proses protektif
melawan infeksi. Tetapi hampir 3% dari seluruh penderita tuberculosis, jika
tidak diobati, maka tidak akan terbentuk proses pembatasan ini sehingga akan
menyebar ke seluruh lapangan paru, menyebabkan kerusakan jaringan dan
pembentukan kavitas abses yang besar. Sehingga gambaran radiologi yang
khas yang sering ditemukan di masyarakat dapat berupa TBC paru aktif, TBC
paru lama aktif, dan TBC paru lama tenang. Gambaran bercak berawan serta
cavitas pada TBC paru biasanya menempati lapangan atas paru.(4,14,16,18)

ANTARA TBC PARU DAN PENUMONIA

Persamaan :
- Memiliki densitas yang sama yaitu relatif radiopaq. (16)

19
Perbedaan :
- Pada TBC paru khas tampak bercak berawan pada lapangan paru atas, dan
adanya garis-garis fibrotik dan kasifikasi jika sudah masuk dalam masa
penyembuhan
- Sedangkan pada pneumonia, lokasi bisa di mana saja, mengenai 1 lobus
(pneumonia lobaris) dan terdapat air broncogram sign.(16,18)
2. Tumor paru
Tumor paru menyerupai banyak jenis penyakit paru lain dan tidak
mempunyai awitan yang khas. Tumor paru seringkali menyerupai
pneumonitis yang tidak dapat ditanggulangi. Namun secara radiologik,
gambaran tumor paru ini sangat khas menyerupai nodul yang berbentuk koin
(coin lesion). Pemeriksaan Tomografi Komputer dapat memberikan
informasi lebih banyak. Penilaian pada massa primer paru berupa besarnya
densitas massa yang dapat memberi gambaran perselubungan yang
inhomogen pada massa sifat ganas atau homogen pada massa jinak, tepi
massa tidak teratur/spikul pada massa ganas, dan batas rata pada massa jinak.
(3,4,16)

ANTARA TUMOR PARU DAN PENUMONIA

Dikutip dari kepustakaan 4


Persamaan :
- Memiliki densitas yang sama yaitu perselubungan yang homogen berdensitas
tinggi (relatif radiopaq) (16)

20
Perbedaan :
- Batas dari bayangan dari massa tumor tampak tegas, sedangkan bayangan
pada pneumonia tampat tidak tegas, kecuali jika mengenai 1 lobus yang
disebut dengan pneumonia lobaris
- Tanda air brochogram sign tidak akan ditemukan pada gambaran radiologi
tumor paru.
- Untuk memastikan lebih jauh lagi maka pada klinis tumor paru tidak harus
ada riwayat demam, sedangkan pada pneumonia harus ditemukan riwayat
demam. (4,8,16)

21
BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Penderita

Nama : Valentino Adelio Wicaksono

Usia : 3 tahun

Jenis kelamin : Laki laki

Alamat : KP Pabean RT RW 1/3 Kuningan,Semarang Utara

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Suku bangsa : Jawa (WNI)

Ruangan :

No. RM : 01.304.528

Tanggal masuk : 27 Desember 2016

Tanggal Pemeriksaan : 27 Desember 2016

3.2 Anamnesis (Alloanamnesis)

a. Keluhan Utama :

- Febris

b. Keluhan Penyerta :

- Batuk berdahak
- Sesak nafas

c. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien dibawa orangtuanya pada tanggal 26 Desember 2016 . Ibunya


mengatakan pasien mengalami batuk sejak 1 minggu SMRS disertai
sesak nafas. Batuk dan sesak nafas tidak membaik saat beristirahat Ibu
pasien juga mengeluhkan bahwa anaknya mengalami demam terus

22
menerus tetapi tidak terlalu tinggi dan muntah. Pasien sudah diberi obat
batuk dan penurun panas tetapi gejala tidak berkurang.

d. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat penyakit serupa :Disangkal
Riwayat Opname : Disangkal
Riwayat Hipertensi : Disangkal
Riwayat DM : Disangkal
Riwayat alergi obat / makanan : Disangkal

e. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat penyakit serupa :Disangkal
Riwayat Hipertensi : Disangkal
Riwayat DM : Disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
Riwayat Alergi : Disangkal

Riwayat Sosial Ekonomi

- Biaya ditanggung oleh BPJS.

3.3 Pemeriksaan Fisik

Kesadaran : GCS E4M6V5

Keadaan umum : Lemas

Tekanan darah : 130/90 mmHg

Nadi : 98 x/menit regular

Pernapasan : 28 x/menit

Suhu : 39,5oC

3.4 Status Generalisata

Kulit

Warna : Kuning Langsat

23
Turgor : Kembali cepat

Ikterik : (-)

Pucat : (-)

Kepala

Rambut : Hitam

Mata : Konj. Pucat (-/-) ,sclera ikterik (-/-) , reflek cahaya (-/-)

Telinga : serumen (-/-)

Hidung : Sekret (-/-) , NCH (-/-)

Mulut

Bibir : Pucat (-) ,Sianosis (-)

Lidah : Atrofi (-)

Leher

Inspeksi : Simetris

Palpasi : Pembesaran KGB (-)

Toraks

Inspeksi : Simetris , retraksi (-) , bentuk dada normal

Palpasi : Normal, sterm fremitus (normal/normal)

Perkusi : dextra redup / sinistra sonor

Auskuktasi paru : bronkovesikuler (+/+), Rhonki (+/-), wheezing (-/-)

24
Ekstremitas

Kanan Kiri Kanan Kiri

Pucat (-) (-) (-) (-)

Edem (-) (-) (-) (-)

Akral dingin (-) (-) (-) (-)

3.5 Pemeriksaan Penunjang


3.5.1 Laboratorium darah

Hemoglobin 10,2 g/dl

Eritrosit 4,1 x 106 / mm3

Leukosit 13,5 x 103 / mm3

Hematokrit 33%

Trombosit 95x103 / mm3

25
3.5.2 Foto Thoraks ( 27/12/2016 )

26
3.6 Pembacaan Hasil Foto Thoraks
X FOTO THORAX AP LATERAL (Non Kontras)
COR :
- Tak membesar
PULMO :
- Tampak kesuraman homogen batas tak tegas pada lapangan
tengah paru kanan.
- Corakan bronkovaskuler meningkat
- Diafragma dan sinus kostofrenikus baik
3.7 Kesan
Cor : Tidak membesar

Pulmo : Pneumonia

3.8 Diagnosis

Pneumonia

27
BAB IV

PEMBAHASAN

Pasien datang ke poli anak, pada tanggal 27 Desember 2016 dengan KU

tampak lemah. Setelah dilakukan alloanamnesa kepada pengantar, didapatkan data

pasien demam 1 minggu SMRS disertai sesak nafas. Batuk dan sesak nafas tidak

membaik saat beristirahat Ibu pasien juga mengeluhkan bahwa anaknya mengalami

demam terus menerus tetapi tidak terlalu tinggi dan muntah. Pasien sudah diberi obat

batuk dan penurun panas tetapi gejala tidak berkurang. Kemudian dilakukan

pemeriksaan fisik, dan untuk mengetahui penanganan lebih lanjut perlu diketahui

penyebabnya, maka pasien perlu menjalani pemeriksaan X-Foto Thorax AP dan

Lateral .

Dari hasil pemeriksaan X-Foto Thorax AP Lateral didapatkan gambaran

tampak kesuraman homogen batas tak tegas pada lapangan tengah paru kanan yang

menunjukkan adanya infiltrat, corakan bronkovaskuler meningkat, Diafragma dan

kostofrenikus baik, Cor dalam batas normal (CTR<50%)

28
BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil X-Foto Thorax AP Lateral, pasien dalam kasus ini

didapatkan diagnosis Pneumonia.

29
DAFTAR PUSTAKA

Daftar Pustaka
1. Rahajoe N, Supriyanto B, setyanto D. Respirologi anak. Edisi ke-1. Jakarta:
IDAI; 2013
2. Santoso M, Kurniadhi D, Tandean M, Oktavia E, Ciulianto R. Panduan
kepanitraan klinik pendidikan dokter. Jakarta: FK Ukrida; 2009
3. Meadow R, Newell S. Lecture notes pediatrika. Edisi ke-7. Jakarta: Erlangga;
2005
4. Marcdante KJ, Kliegman RM, Jenson HB, Behrman RE. Nelson ilmu
kesehatan anak esensial. Edisi ke-6. Singapura: Elsevier; 2014
5. Dahlan, Z. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Pulmonologi. Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta.
6. Price SA, Wilson LM. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit, Edisi 6, Volume 2: Penerbit EGC. Jakarta.
7. Soedarsono. 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Bagian Ilmu Penyakit Paru
FK UNAIR. Surabaya
8. Aru W, Bambang, Idrus A, Marcellus, Siti S, ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II. Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM;
2007.
9. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Komuniti.2003
10. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan Pneumonia Nosokomial.2003

30

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen24 halaman
    Bab 1
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Tutorial Rudo Refrensi
    Tutorial Rudo Refrensi
    Dokumen2 halaman
    Tutorial Rudo Refrensi
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Joko 1
    Joko 1
    Dokumen10 halaman
    Joko 1
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen11 halaman
    Bab I
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen11 halaman
    Bab I
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Kriteria Waham
    Kriteria Waham
    Dokumen6 halaman
    Kriteria Waham
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen18 halaman
    Bab Ii
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Kriteria Waham
    Kriteria Waham
    Dokumen1 halaman
    Kriteria Waham
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen11 halaman
    Bab I
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Skenario 1 Blok 11
    Skenario 1 Blok 11
    Dokumen19 halaman
    Skenario 1 Blok 11
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Joko
    Joko
    Dokumen28 halaman
    Joko
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Kala Zion
    Kala Zion
    Dokumen16 halaman
    Kala Zion
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • KOntrak Belajar
    KOntrak Belajar
    Dokumen10 halaman
    KOntrak Belajar
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Eqis DHF
    Eqis DHF
    Dokumen7 halaman
    Eqis DHF
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Lokal
    Lokal
    Dokumen1 halaman
    Lokal
    Fauzanadryan
    Belum ada peringkat
  • Kriteria Waham
    Kriteria Waham
    Dokumen1 halaman
    Kriteria Waham
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Ards
    Ards
    Dokumen24 halaman
    Ards
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • CBT Anestesi 25desember
    CBT Anestesi 25desember
    Dokumen12 halaman
    CBT Anestesi 25desember
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Notulen MMK
    Notulen MMK
    Dokumen1 halaman
    Notulen MMK
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • RBD DR BAMS FINAL
    RBD DR BAMS FINAL
    Dokumen24 halaman
    RBD DR BAMS FINAL
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Uveitis
    Uveitis
    Dokumen9 halaman
    Uveitis
    viamia
    Belum ada peringkat
  • Sinusitis Tutorial DR Bambang
    Sinusitis Tutorial DR Bambang
    Dokumen29 halaman
    Sinusitis Tutorial DR Bambang
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Ards
    Ards
    Dokumen24 halaman
    Ards
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Fix TB
    Fix TB
    Dokumen1 halaman
    Fix TB
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Bab 3 DM
    Bab 3 DM
    Dokumen4 halaman
    Bab 3 DM
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Rudo
    Jurnal Rudo
    Dokumen34 halaman
    Jurnal Rudo
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Case Uretrolithiasis DR - BB Emy Iin Luqman
    Case Uretrolithiasis DR - BB Emy Iin Luqman
    Dokumen35 halaman
    Case Uretrolithiasis DR - BB Emy Iin Luqman
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • CBT Anestesi 25desember
    CBT Anestesi 25desember
    Dokumen12 halaman
    CBT Anestesi 25desember
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • JURNAL
    JURNAL
    Dokumen2 halaman
    JURNAL
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat