Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS

PNEUMONIA

Diajukan untuk
Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Radiologi
RS Islam Sultan Agung

Disusun oleh :

1) Anggi Atasha S 01.210.6079


2) Adi Danang P 01.210.6065
3) Putri Kusuma W 3010.120.6816
4) Revi A 01.206.5295
5) Siti Sofi H 3010.120.6846

Pembimbing:

dr. Bambang Satoto, Sp. Rad (K)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2017

1
LEMBAR PENGESAHAN
RADIOGRAPH BASED DISCUSSION

Diajukan guna melengkapi tugas kepaniteraan klinis bagian ilmu radiologi


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung

Nama :
Anggi Atasha S 01.210.6079

Adi Danang P 01.210.6065

Putri Kusuma W 3010.120.6816

Revi A 01.206.5295

Siti Sofi H 3010.120.6846

Judul : Pneumonia
Bagian : Ilmu Radiologi
Fakultas : Kedokteran UNISSULA
Pembimbing : dr. BambangSatoto, Sp. Rad (K)

Telah diajukan dan disahkan


Semarang, 2016
Pembimbing,

dr. BambangSatoto, Sp. Rad

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. 2
DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 5


2.1. DEFINISI ......................................................................................... 5
2.2. ETIOLOGI ....................................................................................... 5
2.3. ANATOMI PARU-PARU.............................................................. 6
2.4. PATOFISIOLOGI .......................................................................... 7
2.6. DIAGNOSIS .................................................................................... 9
2.7. DIAGNOSIS BANDING............................................................... 13
BAB III LAPORAN KASUS .............................................................................. 16
3.1 Identitas Penderita ................................................................................ 16
3.2 Anamnesis (Alloanamnesis) .................................................................. 16
3.3 Pemeriksaan Fisik ................................................................................. 17
3.5 Pemeriksaan Penunjang ....................................................................... 19
3.6 Pembacaan Hasil Foto Thoraks ........................................................... 21
3.7 Kesan ...................................................................................................... 21
3.8 Diagnosis ................................................................................................ 21
BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................... 22
BAB V KESIMPULAN ..................................................................................... 23

3
BAB I
PENDAHULUAN

Infeksi saluran napas bawah akut (ISNBA) masih terus menjadi masalah
kesehatan yang utama meskipun kemajuan dalam identifikasi baik agen-agen
penyebab baru ataupun lama sangat pesat, dan kemampuan obat-obat antimikroba
telah banyak ditingkatkan. Selain itu masih banyak terdapat kontroversi berkenaan
dengan pendekatan diagnostic dan pilihan pengobatan. (1)
ISNBA dapat dijumpai dalam berbagai bentuk, tersering adalah dalam bentuk
pneumonia. Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru
(alveoli). Juga bisa didefinisikan peradangan yang mengenai parenkim paru, distal
dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. Dan
menimbulkan angka kesakitan yang tinggi, dengan gejala-gejala batuk, demam, dan
sesak nafas.(1)
Secara klinis pneumonia dapat diklasifikasikan sebagai suatu peradangan
paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit, dan lain-
lain). Secara anatomis pneumonia dapat diklasifikasikan sebagai pneumonia lobaris,
pneumonia segmentalis, dan pneumonia lobularis yang dikenal sebagai
bronkopneumonia dan biasanya mengenai paru bagian bawah. Selain itu pneumonia
dapat juga dibedakan berdasarkan tempat dapatannya, yaitu pneumonia komunitas
dan pneumonia rumah sakit.(2)

4
BAB II
PNEUMONIA

2.1. DEFINISI
Pneunomia adalah peradangan alat parenkim paru, distal dari bronkiolus
terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, yang disebabkan oleh
mikroorganisme (bakteri.virus,jamur,protozoa) (2)

2.2. ETIOLOGI
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme yaitu bakteri,
virus, jamur, protozoa, yang sebagian besar disebabkan oleh bakteri. Penyebab
tersering pneumonia bakterialis adalah bakteri positif-gram, Streptococcus
pneumonia yang menyebabkan pneumonia streptokokus. Bakteri staphylococcus
aureus dan streptococcus aeruginosa. Pneumonia lainnya disebabkan oleh virus,
misalnya influenza.
Pneumonia lobaris adalah peradangan jaringan akut yang berat yang disebabkan oleh
pneumococcus. Nama ini menunjukkan bahwa hanya satu lobus paru yang terkena.
Ada bermacam-macam pneumonia yang disebabkan oleh bakteri lain, misalnya
bronkopneumonia yang penyebabnya sering haemophylus influenza dan
pneumococcus.(3)

5
2.3. ANATOMI PARU-PARU
Paru-paru merupakan organ yang elastic, berbentuk kerucut, dan letaknya
berada di dalam rongga dada atau thorax. Kedua paru-paru saling terpisah oleh
mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar. Setiap
paru-paru mempunyai apeks (bagian atas paru-paru) dan basis.
Paru-paru kanan lebih besar dari pada paru-paru kiri. Paru-paru kanan dibagi
menjadi 3 lobus yaitu lobus superior, lobus medius, dan lobus inferior. Paru-paru
kanan terbagi lagi atas 10 segmen yaitu pada lobus superior terdiri atas 3 segmen
yakni segmen pertama adalah segmen apical, segmen kedua adalah segmen
posterior, dan segmen ketiga adalah segmen anterior.
Pada lobus medius terdiri atas 2 segmen yakni segmen keempat adalah
segmen lateral, dan segmen kelima adalah segmen medial. Pada lobus inferior terdiri
atas 5 segmen yakni segmen keenam adalam segmen apical, segmen ketujuh adalah
segmen mediobasal, segmen kedelapan adalah segmen anteriobasal, segmen
kesembilan adalah segmen laterobasal, dan segmen kesepuluh adalah segmen
posteriobasal.(4)

6
Paru-paru kiri terbagi atas dua lobus yaitu lobus superior dan lobus inferior.
Paru-paru kiri terdiri dari 8 segmen yaitu pada lobus superior terdiri dari segmen
pertama adalah segmen apikoposterior, segmen kedua adalah segmen anterior,
segmen ketiga adalah segmen superior, segmen keempat adalah segmen inferior.
Pada lobus inferior terdiri dari segmen kelima segmen apical atau segmen
superior, segmen keenam adalah segmen mediobasal atau kardiak, segmen ketujuh
adalah segmen anterobasal dan segmen kedelapan adalah segmen posterobasal.(4)

2.4. PATOFISIOLOGI
Patogenesis pneumonia nosokomial pada prinsipnya sama dengan pneumonia
komuniti. Pneumonia terjadi apabila mikroba masuk ke saluran napas bagian bawah. Ada
empat rute masuknya mikroba tersebut ke dalam saluran napas bagian bawah yaitu :
1. Aspirasi, merupakan rute terbanyak pada kasus-kasus tertentu seperti kasus
neurologis dan usia lanjut

7
2. Inhalasi, misalnya kontaminasi pada alat-alat bantu napas yang digunakan
pasien
3. Hematogenik
4. Penyebaran langsung

Dikutip dari kepustakaan 3

2.5. KLASFIKASI
(2)
A. Berdasarkan klinis dan epidemiologi
1. Pneumonia komuniti (Community-acquired pneumonia= CAP)
2. Penumonia nosokomial (Hospital-acquired Pneumonia= HAP)
3. Pneumonia pada penderita immunocompromised Host
4. Pneumonia aspirasi

B. Berdasarkan lokasi infeksi (2)


1. Pneumonia lobaris
Sering disebabkan aspirasi benda asing atau oleh infeksi bakteri
(Staphylococcus), jarang pada bayi dan orang tua. Pneumonia yang terjadi

8
pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder disebabkan oleh
obstruksi bronkus misalnya pada aspirasi benda asing atau proses keganasan.
Pada gambaran radiologis, terlihat gambaran gabungan konsolidasi
berdensitas tinggi pada satu segmen/lobus atau bercak yang
mengikutsertakan alveoli yang tersebar. Air bronchogram adalah udara yang
terdapat pada percabangan bronchus, yang dikelilingi oleh bayangan opak
rongga udara. Ketika terlihat adanya bronchogram, hal ini bersifat diagnostik
untuk pneumonia lobaris/

2. Bronko pneumonia (Pneumonia lobularis)


Inflamasi paru-paru biasanya dimulai di bronkiolus terminalis. Bronkiolus
terminalis menjadi tersumbat dengan eksudat mukopurulen membentuk
bercak-bercak konsolidasi di lobulus yang bersebelahan. Penyakit ini
seringnya bersifat sekunder, mengikuti infeksi dari saluran nafas atas, demam
pada infeksi spesifik dan penyakit yang melemahkan sistem pertahanan
tubuh. Pada bayi dan orang-orang yang lemah, Pneumonia dapat muncul
sebagai infeksi primer.

3. Pneumonia interstisial
Terutama pada jaringan penyangga, yaitu interstitial dinding bronkus dan
peribronkil. Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan
mycoplasma. Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan
interstisial prebronkial. Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus
masih terlihat, diliputi perselubungan yang tidak merata

2.6. DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis pneumonia dapat dilakukan melalui:

2.6.1 Gambaran Klinis


Gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis pneumonia. Gejala-gejala
meliputi: (6)
1. Demam dan menggigil akibat proses peradangan
9
2. Batuk yang sering produktif dan purulen
3. Sputum berwarna merah karat atau kehijauan dengan bau khas
4. Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia apabila infeksinya serius.

Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut bagian
atas selama beberapa hari, kemudian diikuti dengan demam, menggigil, suhu tubuh
kadang-kadang melebihi 40 C, sakit tenggorokan, nyeri otot dan sendi. Juga disertai
batuk, dengan sputum mukoid atau purulen, kadang-kadang berdarah.
Pada pemeriksaan fisik dada terlihat bagiam yang sakit tertinggal waktu
bernafas , pada palpasi fremitus dapat mengeras, pada perkusi redup, pada auskultasi
terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronchial yang kadang-kadang
melemah. Mungkin disertai ronkhi halus, yang kemudian menjadi ronkhi basah kasar
pada stadium resolusi.

2.6.2 Pemeriksaan Laboratorium


Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit, biasanya
>10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul, dan pada hitungan jenis leukosit
terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED. Untuk menentukan
diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Kultur
darah dapat positif pada 20-25% penderita yang tidak diobati. Anlalisa gas darah
menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis
respiratorik.(5)

2.6.3 Gambaran Radiologis


Gambaran Radiologis pada foto thorax pada penyakit pneumonia antara lain: (5)
Perselubungan homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus atau segment paru
secara anantomis.
Batasnya tegas, walaupun pada mulanya kurang jelas.
Volume paru tidak berubah, tidak seperti atelektasis dimana paru mengecil.
Tidak tampak deviasi trachea/septum/fissure/ seperti pada atelektasis.
Silhouette sign (+) : bermanfaat untuk menentukan letak lesi paru ; batas lesi
dengan jantung hilang, berarti lesi tersebut berdampingan dengan jantung atau di
lobus medius kanan.
10
Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura.
Bila terjadinya pada lobus inferior, maka sinus phrenicocostalis yang paling
akhir terkena.
Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler.
Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign (terperangkapnya
udara pada bronkus karena tiadanya pertukaran udara pada alveolus).
Foto thorax saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia,
hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi, misalnya penyebab
pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae,
Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran
bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukan konsolidasi
yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus

1.Pneumonia Lobaris
Foto Thorax

11
Tampak gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi pada satu
segmen/lobus (lobus kanan bawah PA maupun lateral)) atau bercak yang
mengikutsertakan alveoli yang tersebar. Air bronchogram biasanya ditemukan
pada pneumonia jenis ini.
2. Bronchopneumonia (Pneumonia Lobularis)
Foto Thorax

Merupakan Pneumonia yang terjadi pada ujung akhir bronkiolus yang dapat
tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi

12
dalam lobus. Pada gambar diatas tampak konsolidasi tidak homogen di lobus
atas kiri dan lobus bawah kiri.
3. Pneumonia Interstisial
Foto Thorax

Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstitial


prebronkial. Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat,
diliputi oleh perselubungan yang tidak merata.

2.6.4 Pemeriksaan Bakteriologis


Bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi nasotrakeal/transtrakeal, torakosintesis,
bronkoskopi, atau biopsi. Kuman yang predominan pada sputum disertai PMN yang
kemungkinan penyebab infeksi.

2.7. DIAGNOSIS BANDING


Differential Diagnosis dari penyakit pneumonia adalah sebagai berikut:
A.TuberculosisParu(TB)
Tuberculosis Paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
M. tuberculosis. Jalan masuk untuk organism M. tuberculosis adalah saluran
pernafasan, saluran pencernaan. Gejala klinis TB antara lain batuk lama yang

13
produktif (durasi lebih dari 3 minggu), nyeri dada, dan hemoptisis dan gejala
sistemik meliputi demam, menggigil, keringat malam, lemas, hilang nafsu makan
dan penurunan berat badan.(7)

Tampak gambaran cavitas pada paru lobus atas kanan pada foto thorax proyeksi PA

B.Atelektasis
Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak sempurna dan
menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak mengandung
udara dan kolaps. Memberikan gambaran yang mirip dengan pneumonia tanpa air
bronchogram. Namun terdapat penarikan jantung, trakea, dan mediastinum ke arah
yang sakit karena adanya pengurangan volume interkostal space menjadi lebih
sempit dan pengecilan dari seluruh atau sebagian paru-paru yang sakit. Sehingga
akan tampak thorax asimetris. (8)

14
Atelektasis pada foto thorax proyeksi PA

C. Efusi Pleura
Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia, tanpa air bronchogram. Terdapat
penambahan volume sehingga terjadi pendorongan jantung, trakea, dan mediastinum
kearah yang sehat. Rongga thorax membesar. Pada edusi pleura sebagian akan
tampak meniscus sign, tanda khas pada efusi pleura. (9)

Efusi pleura pada foto thorax posisi PA


15
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Penderita

Nama : Valentino Adelio Wicaksono

Usia : 3 tahun

Jenis kelamin : Laki laki

Alamat : KP Pabean RT RW 1/3 Kuningan,Semarang Utara

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Suku bangsa : Jawa (WNI)

Ruangan :

No. RM : 01.304.528

Tanggal masuk : 27 Desember 2016

Tanggal Pemeriksaan : 27 Desember 2016

3.2 Anamnesis (Alloanamnesis)

a. Keluhan Utama :

- Febris

b. Keluhan Penyerta :

- Batuk berdahak
- Sesak nafas

c. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien dibawa orangtuanya pada tanggal 26 Desember 2016 . Ibunya


mengatakan pasien mengalami batuk sejak 1 minggu SMRS disertai
sesak nafas. Batuk dan sesak nafas tidak membaik saat beristirahat Ibu
pasien juga mengeluhkan bahwa anaknya mengalami demam terus
menerus tetapi tidak terlalu tinggi dan muntah. Pasien sudah diberi obat
batuk dan penurun panas tetapi gejala tidak berkurang.

16
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit serupa :Disangkal
Riwayat Opname : Disangkal
Riwayat Hipertensi : Disangkal
Riwayat DM : Disangkal
Riwayat alergi obat / makanan : Disangkal

e. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat penyakit serupa :Disangkal
Riwayat Hipertensi : Disangkal
Riwayat DM : Disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
Riwayat Alergi : Disangkal

Riwayat Sosial Ekonomi

- Biaya ditanggung oleh BPJS.

3.3 Pemeriksaan Fisik

Kesadaran : GCS E4M6V5

Keadaan umum : Lemas

Tekanan darah : 130/90 mmHg

Nadi : 98 x/menit regular

Pernapasan : 28 x/menit

Suhu : 39,5oC

3.4 Status Generalisata

Kulit

Warna : Kuning Langsat

Turgor : Kembali cepat

Ikterik : (-)
17
Pucat : (-)

Kepala

Rambut : Hitam

Mata : Konj. Pucat (-/-) ,sclera ikterik (-/-) , reflek cahaya (-/-)

Telinga : serumen (-/-)

Hidung : Sekret (-/-) , NCH (-/-)

Mulut

Bibir : Pucat (-) ,Sianosis (-)

Lidah : Atrofi (-)

Leher

Inspeksi : Simetris

Palpasi : Pembesaran KGB (-)

Toraks

Inspeksi : Simetris , retraksi (-) , bentuk dada normal

Palpasi : Normal, sterm fremitus (normal/normal)

Perkusi : dextra redup / sinistra sonor

Auskuktasi paru : bronkovesikuler (+/+), Rhonki (+/-), wheezing (-/-)

Ekstremitas

18
Kanan Kiri Kanan Kiri

Pucat (-) (-) (-) (-)

Edem (-) (-) (-) (-)

Akral dingin (-) (-) (-) (-)

3.5 Pemeriksaan Penunjang


3.5.1 Laboratorium darah

Hemoglobin 10,2 g/dl

Eritrosit 4,1 x 106 / mm3

Leukosit 13,5 x 103 / mm3

Hematokrit 33%

Trombosit 95x103 / mm3

19
3.5.2 Foto Thoraks ( 27/12/2016 )

20
3.6 Pembacaan Hasil Foto Thoraks
X FOTO THORAX AP LATERAL (Non Kontras)
COR :
- Tak membesar
PULMO :
- Tampak kesuraman homogen batas tak tegas pada lapangan
tengah paru kanan.
- Corakan bronkovaskuler meningkat
- Diafragma dan sinus kostofrenikus baik
3.7 Kesan
Cor : Tidak membesar

Pulmo : Pneumonia

3.8 Diagnosis

Pneumonia

21
BAB IV

PEMBAHASAN

Pasien datang ke poli anak, pada tanggal 27 Desember 2016 dengan KU

tampak lemah. Setelah dilakukan alloanamnesa kepada pengantar, didapatkan data

pasien demam 1 minggu SMRS disertai sesak nafas. Batuk dan sesak nafas tidak

membaik saat beristirahat Ibu pasien juga mengeluhkan bahwa anaknya mengalami

demam terus menerus tetapi tidak terlalu tinggi dan muntah. Pasien sudah diberi obat

batuk dan penurun panas tetapi gejala tidak berkurang. Kemudian dilakukan

pemeriksaan fisik, dan untuk mengetahui penanganan lebih lanjut perlu diketahui

penyebabnya, maka pasien perlu menjalani pemeriksaan X-Foto Thorax AP dan

Lateral .

Dari hasil pemeriksaan X-Foto Thorax AP Lateral didapatkan gambaran

tampak kesuraman homogen batas tak tegas pada lapangan tengah paru kanan yang

menunjukkan adanya infiltrat, corakan bronkovaskuler meningkat, Diafragma dan

kostofrenikus baik, Cor dalam batas normal (CTR<50%)

22
BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil X-Foto Thorax AP Lateral, pasien dalam kasus ini

didapatkan diagnosis Pneumonia.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Rahajoe N, Supriyanto B, setyanto D. Respirologi anak. Edisi ke-1. Jakarta:


IDAI; 2013
2. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis dan penatalaksanaan
Pneumonia Komuniti.2003
3. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis dan penatalaksanaan
Pneumonia Nosokomial.2003
4. Alsagaff, Hood, Abdul Mukty. 2005. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya:
Airlangga University Press, hal: 15-56
5. GoodmanAmerican thoracic society. Guidelines for management of adults with
community-acquired pneumonia. Diagnosis, assessment of severity,
antimicrobial therapy, and prevention. Am J Respir Crit.Care Med 2001; 163:
1730-54.
6. Goodman, P.C. 2008. Pulmanary Infections In Adults. Dalam: Granger &
Allisons Diagnostic Radiology A textbook of Medical Imaging. 5th Ed.
Philadelphia: Churchill Livingstone Elsevier
7. Rasad, S. 2005. Tuberkulosiss paru. Dalam: Radiologi Diagnostik FK UI.
Jakarta : Gaya Baru
8. Kusumawidjaja K. 2005. Emfisema, atelectasis dan bronkiektasis. Dalam:
radiologi diagnostic FK UI. Edisi kedua. Jakarta: Gaya Baru
9. Kusumawidjaja K. 2005. Pleura dan Mediastinum. Dalam: Radiologi Diagnostik
FK UI. Jakarta: Gaya Baru

24

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen24 halaman
    Bab 1
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Tutorial Rudo Refrensi
    Tutorial Rudo Refrensi
    Dokumen2 halaman
    Tutorial Rudo Refrensi
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Joko 1
    Joko 1
    Dokumen10 halaman
    Joko 1
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen11 halaman
    Bab I
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen11 halaman
    Bab I
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Kriteria Waham
    Kriteria Waham
    Dokumen6 halaman
    Kriteria Waham
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen18 halaman
    Bab Ii
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Kriteria Waham
    Kriteria Waham
    Dokumen1 halaman
    Kriteria Waham
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen11 halaman
    Bab I
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Skenario 1 Blok 11
    Skenario 1 Blok 11
    Dokumen19 halaman
    Skenario 1 Blok 11
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Joko
    Joko
    Dokumen28 halaman
    Joko
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Kala Zion
    Kala Zion
    Dokumen16 halaman
    Kala Zion
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • KOntrak Belajar
    KOntrak Belajar
    Dokumen10 halaman
    KOntrak Belajar
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Eqis DHF
    Eqis DHF
    Dokumen7 halaman
    Eqis DHF
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Lokal
    Lokal
    Dokumen1 halaman
    Lokal
    Fauzanadryan
    Belum ada peringkat
  • Kriteria Waham
    Kriteria Waham
    Dokumen1 halaman
    Kriteria Waham
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Ards
    Ards
    Dokumen24 halaman
    Ards
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • CBT Anestesi 25desember
    CBT Anestesi 25desember
    Dokumen12 halaman
    CBT Anestesi 25desember
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Notulen MMK
    Notulen MMK
    Dokumen1 halaman
    Notulen MMK
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Sinusitis Tutorial DR Bambang
    Sinusitis Tutorial DR Bambang
    Dokumen29 halaman
    Sinusitis Tutorial DR Bambang
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Uveitis
    Uveitis
    Dokumen9 halaman
    Uveitis
    viamia
    Belum ada peringkat
  • KASUS PNEUMONIA DR BAMS Edit
    KASUS PNEUMONIA DR BAMS Edit
    Dokumen30 halaman
    KASUS PNEUMONIA DR BAMS Edit
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Ards
    Ards
    Dokumen24 halaman
    Ards
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Fix TB
    Fix TB
    Dokumen1 halaman
    Fix TB
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Bab 3 DM
    Bab 3 DM
    Dokumen4 halaman
    Bab 3 DM
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Rudo
    Jurnal Rudo
    Dokumen34 halaman
    Jurnal Rudo
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Case Uretrolithiasis DR - BB Emy Iin Luqman
    Case Uretrolithiasis DR - BB Emy Iin Luqman
    Dokumen35 halaman
    Case Uretrolithiasis DR - BB Emy Iin Luqman
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • CBT Anestesi 25desember
    CBT Anestesi 25desember
    Dokumen12 halaman
    CBT Anestesi 25desember
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • JURNAL
    JURNAL
    Dokumen2 halaman
    JURNAL
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat