Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit kulit di Indonesia pada umumnya lebih banyak disebabkan oleh infeksi bakteri,
jamur, parasit, dan penyakit dasar alergi. Hal ini berbeda dengan negara Barat yang lebih banyak
dipengaruhi oleh faktor degeneratif. Disamping perbedaan penyebab, faktor lain seperti iklim,
kebiasaan dan lingkungan juga ikut memberikan perbedaan dalam gambar klinis penyakit kulit.

Jamur adalah mikroorganisme yang menyerupai tumbuh-tumbuhan (tetapi tanpa


fotosintesa), dapat ditemukan pada bahan organik dan tersebar luas secara alamiah sebagai
saprofit. Dari sekitar 100.000 macam jamur hanya kira-kira 100 yang human pathogen.

Penyakit kulit yang disebabkan infeksi jamur ini merupakan penyakit yang sering
dijumpai terutama di negara tropis karena keadaan suhu dan kelembaban udara berubah-ubah
setiap waktu. Udara yang lembab dan panas sepanjang tahun sangat cocok bagi berkembangnya
penyakit jamur. Prevalensi penyakit jamur lebih tinggi pada daerah tropis.

Penyakit kulit karena infeksi jamur secara umum dapat terbagi atas dua bentuk, bentuk
superfisial dan bentuk yang dalam (deep mycosis). Bentuk superfiasial terbagi atas golongan
dermatofitosis yang disebabkan oleh jamur dermatofita (antara lain: Tinea kapitis, tinea
korporis, tinea unguium, tinea cruris, tinea fasialis, tinea barbae, tinea manus, tinea pedis) dan
yang kedua golongan non dermatofitosis (pitiriasis versikolor, piedra, tinea nigra palmaris,
kandidiasis). Perbedaan antara dermatofitosis dan non dermatofitosis adalah pada
dermatofitosis melibatkan zat tanduk (keratin) pada stratum korneum epidermis, rambut dan
kuku yang disebabkan oleh dermatofit. Sedangkan non dermatofitosis disebabkan oleh jenis
jamur yang tidak dapat mengeluarkan zat yang dapat mencerna keratin kulit tetapi hanya
menyerang lapisan kulit yang paling luar. Diantara penyakit jamur superfisial yang sering
dijumpai di Indonesia salah satunya adalah pitiriasis versikolor. Pada penyakit kulit karena
infeksi jamur superfisial, seseorang terkena penyakit tersebut oleh karena kontak langsung
dengan benda-benda yang sudah terkontaminasi oleh jamur atau konta langsung dengan
penderita. Infeksi jamur yang non dermatofitosis salah satunya pitiriasis versikolor yang
disebabkan oleh jamur malassezia. Penyakit ini sangat menarik oleh karena keluhannya
bergantung pada tingkat ekonomi daripada kehidupan penderita. Bila penderita adalah orang
dengan golongan ekonomi lemah (misalnya: tukang becak, pembantu rumah tangga) penyakit
ini tidak dihiraukan. Tetapi pada penderita dengan ekonomi menengah keatas yang
mengutamakan penampilan maka penyakit ini adalah penyakit yang sangat bermasalah.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Pityriasis versicolor (PV) adalah penyakit jamur superfisial yang kronik, biasanya
asimtomatik, disebabkan oleh Malassezia furfur berupa bercak dengan pigmentasi yang
bervariasi pada umumnya mengenai badan. Bercak berwarna putih sampai coklat kehitaman.
Terutama meliputi badan dan kadang-kadang dapat menyerang ketiak, lipat paha, lengan,
tungkai atas, leher, muka dan kulit.

Pityriasis Versicolor adalah penyakit universal dan terutama di daerah tropis. Istilah
versicolor mengacu pada akibat yang ditimbulkan jamur ini yaitu perubahan warna kulit
tergantung dari kondisi kulit.

B. Epidemologi

Pitiriasis versikolor merupakan infeksi jamur superfisial yang paling sering

ditemukan. Prevalensi pitiriasis versikolor di Amerika Serikat diperkirakan 2-8% dari semua

penduduk. Prevalensi pitiriasis versikolor lebih tinggi di daerah tropis yang bersuhu panas dan

kelembapan relatif. Di dunia prevalensi angka pitiriasis versikolor mencapai 50% di daerah yang

panas dan lembab dan 1,1% di daerah yang dingin. Penyakit ini sering ditemukan pada usia 13-

24 tahun. Di Indonesia penyakit ini sering disebut panu dan angka kejadian di Indonesia belum

diketahui tetapi di Asia dan Australia pernah dilakukan secara umum percobaan
pada tahun 2008 didapatkan angka yang cukup tinggi karena didukungnya iklim di daerah

Asia.

C. Etiologi

M. furfur (sebelumnya dikenal dengan nama Pityrosporum ovale, P. orbiculare) adalah


jamur lipofilik yang normal terdapat pada keratin kulit dan folikel rambut. Jamur ini
merupakan organisme oportunistik yang dapat menyebabkan pityriasis versicolor. Jamur ini
membutuhkan asam lemak untuk tumbuh.

Kingdom : Fungi

Phylum : Basidiomycota

Class : Hymenomycetes

Order : Tremellales

Family : Filobasidiaceae

Genus : Malassezia.

Selain mengakibatkan PV, Malassezia Furfur juga dapat mengakibatkan dermatitis seboroik,
folikulitis, dan blefaritis. Koloni Malassezia furfur dapat tumbuh dengan cepat dan matur
dalam 5 hari dengan suhu 30-37° C. Warna koloni Malassezia Furfur adalah kuning krem.
Gambar. Koloni Malassezia Furfur

Malassezia furfur memiliki fragmen hifa dengan gambaran seperti sphagetti atau meatboll
saat dilihat dengan mikroskop. Sel jamur terdiri dari 2 bentuk:

1. Bentuk Hifa (pseudo hifa) yang merupakan bentuk vegetatif

2. Bentuk spora yang merupakan bagian jamur untuk bertahan hidup

D. Faktor Predisposisi

Suhu yang tinggi, kulit berminyak, hiperhidrosis, faktor herediter, pengobatan dengan
glukokortikoid, dan defisiensi imun. Pemakaian minyak seperti minyak kelapa merupakan
predisposisi terjadinya PV pada anak-anak .

Faktor predisposisi lain adalah:

1. Pengangkatan glandula adrenal

2. Penyakit Cushing

3. Kehamilan

4. Malnutrisi

5. Luka bakar

6. Terapi steroid
7. Supresi sistem imun

8. Kontrasepsi oral

9. Suhu Panas

10. Kelembapan

E. Patogenesis

Malassezia berubah dari bentuk blastospore ke bentuk mycelial. Hal ini dipengaruhi oleh
faktor predisposisi. Malassezia memiliki enzim oksidasi yang dapat merubah asam lemak
pada lipid yang terdapat pada permukaan kulit menjadi asam dikarboksilat. Asam
dikarboksilik ini menghambat tyrosinase pada melanosit epidermis dan dapat
mengakibatkan hipomelanosit. Tirosinase adalah enzim yang memiliki peranan penting
dalam pembentukan melanin. Malassezia Furfur dapat menginfeksi pada individu yang
sehat sebagaimana ia dapat menginfeksi individu dengan immunocompromised, misalnya
pada pasien kanker atau AIDS.

D. Gejala Klinis

Biasanya tidak ada keluhan (asimtomatis), tetapi dapat dijumpai gatal pada keluhan
pasien. Pasien yang menderita PV biasanya mengeluhkan bercak pigmentasi dengan alasan
kosmetik. Predileksi pitiriasis vesikolor yaitu pada tubuh bagian atas, lengan atas, leher,
abdomen, aksila, inguinal, paha, genitalia.

Bentuk lesi tidak teratur, berbatas tegas sampai difus dengan ukuran lesi dapat
milier, lentikuler, numuler sampai plakat. Ada dua bentuk yang sering dijumpai 8:

1. bentuk makuler: berupa bercak yang agak lebar, dengan squama halus diatasnya, dan tepi
tidak meninggi.

2. bentuk folikuler: seperti tetesan air, sering timbul disekitar rambut.


Gambar. Pityriasis versicolor menunjukkan lesi hiperpigmentasi dalam lesi Kaukasia (kiri
atas) dan hipopigmentasi dalam Aborijin Australia (kanan atas dan bawah ).

E. Diagnosa Banding

Vitiligo, pityriasis alba, postinflammatory hypopigmentation, tuberculoid leprosy

F. Diagnosis

1. Diagnosa ditegakkan dengan gejala klinis, penemuan klinis berupa makula, berbatas
tegas, bulat atau oval dengan ukuran yang bervarisasi.

2. Mikroskopi langsung. Kerokan kulit diambil dari bercak pityriasis versicolor, atau dengan
menggunakan cellotape yang ditempel pada bercak. Setelah diambil diletakkan di atas gelas
objek kemudian ditetesi KOH 10-20% atau campuran 9 bagian KOH 10-20% dengan 1 bagian
tinta Parker blueblack superchrome X akan lebih memperjelas pembacaan karena memberi
tampilan warna biru yang cerah pada elemen-elemen jamur. Kemudian dipanaskan sebentar
diatas lampu bunsen untuk memfiksasi, dan dilihat di bawah mikroskop dengan pembesaran
40 kali.

- Hasil Positif: hifa pendek, lurus, bengkok (seperti huruf i.v.j) dan gerombolan spora
budding yeast yang berbentuk bulat mirip seperti sphagetti with meatballs.

- Hasil Negatif: bila tidak ada lagi hifa, maka berarti bukan pitiriasis versicolor walaupun ada
spora.
3. Pemeriksaan dengan Wood's Lamp

Penyakit kulit yang disebabkan oleh golongan Malassezia dapat dideteksi dengan lampu
wood dimana akan timbul fluoresensi berwarna kuning keemasan.

G. Pengobatan

Karena koloni jamur ini pada permukaan kulit, maka pengobatan topikal sangat
efektif. Lotion atau sampo Selenium sulfide (2.5%) dioleskan pada bercak selama 10-15
menit, kemudian dicuci, digunakan selama satu minggu. Sampo ketokonazol digunakan
sama seperti selenium sulfide. Krim Azole (ketoconazole, econazole, micronazole,
clotrimazole) dioleskan selama 2 minggu. Solusio Terbinafine 1% solution dioleskan selama
7 hari. Topikal Terbinafine efektif pada pitriasis versikolor, dengan penggunaan satu atau
dua kali sehari selama dua minggu, terbukti dapat menyembuhkan dari penelitian terhadap
lebih dari 80% pasien pitiriasis versikolor, tinea pedis, tinea corporis/cruris.
Ketokonazol termasuk kelas antijamur imidazoles. Ketokonazol bekerja dengan
memperlambat pertumbuhan jamur yang menyebabkan infeksi. Obat ini diminum satu kali
sehari. Sediaan tablet ketokonazol adalah 200mg. Dosis Ketoconazole 400 mg (diminum
satu jam sebelum beraktifitas). Fluconazole 400 mg. Itraconazole 400 mg. Adapun efek
samping ketokonazol adalah nausea, dispepsia, sakit perut, dan diare.
Sampo ketokonazol digunakan satu atau dua kali seminggu. Selain itu juga dapat
digunakan losion atau sampo selenium sulfide, Salicylic acid atau sulfur bar Pyrithione zinc
ketokonazol 400 mg peroral sebulan sekali.
Disamping pengobatan, penting juga memberikan edukasi atau nasehat kepada penderita
agar:
- memakai pakaian yang tipis
- memakai pakaian yang berbahan cotton
- tidak memakai pakaian yang terlalu ketat.
H. Prognosis

Prognosis baik bila pengobatan dilakukan menyeluruh, tekun, dan konsisten.


Pengobatan harus diteruskan 2 minggu setelah fluoresensi negatif dengan pemeriksaan
lampu wood dan sediaan langsung negatif.

Meskipun jamur telah dieradikasi dengan pengobatan, tetapi hipopigmentasi menetap


selama beberapa minggu sampai melanosit memulai untuk memproduksi melanin lagi.
Daftar Pustaka

1. Wolff. K, Johnson. R.A, Suurmond. D . 2007. Fitzpatrick’s, The Color Atlas and Synopsis of
Clinical Dermatology, fifth edition. E-book : The McGraw-Hill Companies.
2. Budimulja, U. 2003. Ilmu penyakit Kulit dan kelamin, edisi ketiga : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta
3. Ellis, D. 2011. www.micologyonline.com. Universitas Adelaide. Tanggal akses 2 Juli 2011
4. Baillon. 2007. www.doctorfungus.com. Tanggal akses 1 Juni 2017
5. KJ, McClellan. 1999. Terbinafine. An update of its use in superficial mycoses. 58(1):179-202.
NCBI. New Zealand. Tanggal akses 1 Juli 2017
6. Brannon, H. 2004. Tinea Versicolor. Diambil dari www.about.com/Dermatology. diakses
tanggal 1 Juni 2017
7. Nasution, M.A. 2005. Mikologi dan Mikologi kedokteran, Beberapa Pandangan
Dermatologis, Pidato jabatan pengukuhan guru besar tetap USU. Medan.
8. Boel, T. 2003. Mikosis Superfisial. Fakultas kedokteran Gigi USU. Diambil dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1174/1/fkg-trelia1.pdf. diakses tanggal 1
Juni 2017.
9. Fitrie, A.A. 2004. Histologi dari Melanosit. Fakultas Kedokteran Bagian Histologi Universitas
Sumatera Utara. Diambil dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1929/1/histologi-alya2.pdf. tanggal akses
1 Juni 2017.

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen18 halaman
    Bab Ii
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Tutorial Rudo Refrensi
    Tutorial Rudo Refrensi
    Dokumen2 halaman
    Tutorial Rudo Refrensi
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Kriteria Waham
    Kriteria Waham
    Dokumen1 halaman
    Kriteria Waham
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen24 halaman
    Bab 1
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Kriteria Waham
    Kriteria Waham
    Dokumen6 halaman
    Kriteria Waham
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen11 halaman
    Bab I
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen11 halaman
    Bab I
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Lokal
    Lokal
    Dokumen1 halaman
    Lokal
    Fauzanadryan
    Belum ada peringkat
  • Joko 1
    Joko 1
    Dokumen10 halaman
    Joko 1
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Joko
    Joko
    Dokumen28 halaman
    Joko
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Skenario 1 Blok 11
    Skenario 1 Blok 11
    Dokumen19 halaman
    Skenario 1 Blok 11
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Eqis DHF
    Eqis DHF
    Dokumen7 halaman
    Eqis DHF
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • KOntrak Belajar
    KOntrak Belajar
    Dokumen10 halaman
    KOntrak Belajar
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Kriteria Waham
    Kriteria Waham
    Dokumen1 halaman
    Kriteria Waham
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Uveitis
    Uveitis
    Dokumen9 halaman
    Uveitis
    viamia
    Belum ada peringkat
  • Ards
    Ards
    Dokumen24 halaman
    Ards
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • RBD DR BAMS FINAL
    RBD DR BAMS FINAL
    Dokumen24 halaman
    RBD DR BAMS FINAL
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Ards
    Ards
    Dokumen24 halaman
    Ards
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Kala Zion
    Kala Zion
    Dokumen16 halaman
    Kala Zion
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • KASUS PNEUMONIA DR BAMS Edit
    KASUS PNEUMONIA DR BAMS Edit
    Dokumen30 halaman
    KASUS PNEUMONIA DR BAMS Edit
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Sinusitis Tutorial DR Bambang
    Sinusitis Tutorial DR Bambang
    Dokumen29 halaman
    Sinusitis Tutorial DR Bambang
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • CBT Anestesi 25desember
    CBT Anestesi 25desember
    Dokumen12 halaman
    CBT Anestesi 25desember
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Fix TB
    Fix TB
    Dokumen1 halaman
    Fix TB
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • CBT Anestesi 25desember
    CBT Anestesi 25desember
    Dokumen12 halaman
    CBT Anestesi 25desember
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Case Uretrolithiasis DR - BB Emy Iin Luqman
    Case Uretrolithiasis DR - BB Emy Iin Luqman
    Dokumen35 halaman
    Case Uretrolithiasis DR - BB Emy Iin Luqman
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Notulen MMK
    Notulen MMK
    Dokumen1 halaman
    Notulen MMK
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • JURNAL
    JURNAL
    Dokumen2 halaman
    JURNAL
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Rudo
    Jurnal Rudo
    Dokumen34 halaman
    Jurnal Rudo
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat
  • Bab 3 DM
    Bab 3 DM
    Dokumen4 halaman
    Bab 3 DM
    Rudo Utomo
    Belum ada peringkat