Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

Apendiks disebut juga umbai cacing. Organ yang tidak diketahui fungsinya ini
sering menimbulkan masalah kesehatan. Peradangan akut apendiks memerlukan
tindak bedah segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya.
Apendiks Vermiformis merupakan derivat dan evolusi dari caecum. Pada bayi,
apendiks tampak sebagai divertikulum berbentuk seperti kerucut, terletak pada
ujung inferior dari caecum. Dengan tumbuh kembang bayi dan perkembangan
dari caecum maka apendiks terletak pada sisi kiri dan dorsal + 2,5 cm dari katub
ileocaecal. Insidensi apendisitis akut di negara maju lebih tinggi dari pada di
negara berkembang. Namun, dalam tiga-empat dasawarsa terakhir kejadiannya
menurun secara bermakna. Hal ini diduga disebabkan oleh meningkatnya
penggunaan makanan berserat dalam menu sehari-hari. Apendisitis dapat
ditemukan pada semua umur, hanya pada anak kurang dari satu tahun jarang
dilaporkan. Insidensi tertinggi pada kelompok umur 20-30 tahun, setelah itu
menurun. Insidensi pada laki-laki dan perempuan umumnya sebanding, kecuali
pada umur 20-30 tahun, insidensi pada pria lebih tinggi.1,2,3,4
Perforasi apendiks akan mengakibatkan peritonitis purulenta yang ditandai
dengan demam tinggi, nyeri makin hebat yang meliputi seluruh perut, dan perut
menjadi tegang dan kembung. Appendikular abses merupakan akibat lain dari
perforasi. Teraba masa lunak di abdomen kanan bawah. Seperti tersebut diatas
karena perforasi terjadilah walling off (pembentukan dinding) oleh omentum
atau viscera lainnya, sehingga terabalah massa (infiltrat) di regio abdomen kanan
bawah tersebut. Masa mula-mula bisa berupa plegmon, kemudian berkembang
menjadi rongga yang berisi pus.5,6

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Apendiks disebut juga umbai cacing. Fungsi organ ini tidak diketahui namun sering
menimbulkan masalah kesehatan. Peradangan akut apendiks memerlukan tindakan
bedah segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya.1,2

2.2 Anatomi
Apendiks Vermiformis merupakan derivat dan evolusi dari caecum. Pada bayi,
apendiks tampak sebagai divertikulum berbentuk seperti kerucut, terletak pada
ujung inferior dari caecum. Dengan tumbuh kembang bayi dan perkembangan dari
caecum maka apendiks terletak pada sisi kiri dan dorsal + 2,5 cm dari katub
ileocaecal.4

Dinding apendiks terdiri dari semua lapisan dinding usus, tiga taenia koli
membentuk lapisan luar dari lapisan muskulus longitudinal . Pertemuan ketiga
taenia koli merupakan letak basis apendiks dan merupakan petunjuk posisi apendiks.
Posisi basis apendiks dengan caecum adalah konstan, dimana sisi bebas apendiks
ditemukan pada berbagai variasi misalnya: pelvic, retrocaecal, retroileal.4

Jaringan limfoid apendiks mulai tampak setelah usia 2 minggu setelah lahir. Jumlah
folikel limfoid akan meningkat secara bertahap hingga mencapai puncaknya yaitu
sekitar 200 folikel pada usia 12 20 tahun. Setelah umur 30 tahun folikel limfoid ini
akan berkurang setengahnya dan kemudian akan menghilang atau tinggal sisa-
sisanya pada umur 60 tahun.4

Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm (beranjak


3-15 cm), dan diameter 0.7 cm. Di pangkal apendiks terdapat valvula apendicularis
(Gerlachi). Lumennya sempit di bagian proksimal dan lebar di bagian distal.
Namun demikian, pada bayi, apendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya
dan menyempit kearah ujungnya. Keadaan ini mungkin menjadi sebab rendahnya
insiden appendisitis pada usia itu. Pada 65% kasus, apendiks terletak intraperitoneal.

2
Kedudukan itu memungkinkan apendiks bergerak dan ruang geraknya bergantung
pada mesoapendiks penggantungnya.3,4
Pada kasus selebihnya apendiks terletak retroperitoneal, yaitu di belakang sekum, di
belakang colon asendens atau di tepi lateral colon asendens. Gejala klinik
apendisitis ditentukan oleh letak apendiks.4

Persarafan parasimpatis berasal dari cabang n.vagus yang mengikuti a. Mesenterica


superior dan a. Apendicularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari n.toracalis
X. Karena itu nyeri visceral pada apendistis bermula disekitar umbilicus.4,5

Perdarahan apendiks berasal dari a.apendicularis yang merupakan arteri tanpa


kolateral. Jika arteri ini tersumbat, misalnya trombosis pada infeksi, apendiks akan
mengalami ganggren.4

2.3 Fisiologi
Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml perhari. Lendir itu secara normal dicurahkan
ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir kedalam lumen. Hambatan aliran di
muara apendiks tampaknya berperan pada patogenensis apendisitis.2,3

Imunoglobulin sekretor yang dihasilkan oleh GALT (gut associated lymphoid


tissue) yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk apendiks, ialah IgA.
Imunoglobulin itu sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Namun
demikian pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh sebab
jumlah jaringan limfe disini kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlah disaluran
cerna dan seluruh tubuh.2

3
2.4 Apendisitis Akut
A. Epidemiologi
Apendisitis akut atau radang apendiks akut merupakan kasus infeksi
intraabdominal yang sering dijumpai di negara-negara maju, sedangkan pada
negara berkembang jumlahnya lebih sedikit, namun dalam tiga dasawarsa
terakhir menurun secara bermakna. Kejadian ini diduga disebabkan oleh
menurunnya pengkonsumsian makanan berserat dalam menu sehari-hari.2,3

Insiden pada laki-laki dan perempuan umumnya sebanding, kecuali pada usia
20-30 tahun, insiden pada laki-laki lebih tinggi. Apendisitis dapat menyerang
orang dalam berbagai umur, umumnya menyerang orang dengan usia dibawah
40 tahun, khususnya antara 8 sampai 14 tahun, dan sangat jarang terjadi pada
usia dibawah 2 tahun.2,3

B. Etiologi
Apendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Apendisitis dapat terjadi karena
berbagai macam penyebab, antara lain obstruksi oleh fecalith, tumor, atau
bahkan oleh cacing (Oxyurus vermicularis), akan tetapi paling sering disebabkan
obstruksi oleh fecalith. Hasil observasi epidemiologi juga menyebutkan bahwa
obstruksi fecalith adalah penyebab terbesar.1,2,4

Penelitian epidemiologi menunjukan peran kebiasaan makan makanan rendah


serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. Konstipasi akan
menaikkan tekanan intrasekal. Yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional
apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Hal ini akan
mempermudah timbulnya apendisitis akut.1,5

C. Patofisiologi
Kapasitas lumen apendiks normal sekitar 0,1 ml, tidak ada lumen yang
sebenarnya. Sekresi 0,5 cc distal dari penyumbatan akan meyebabkan
peningkatan tekanan sekitar 60 cm H2O. Distensi menyebabkan stimulasi

4
serabut syaraf visceral yang menyebabkan rasa kembung, nyeri difus pada
bagian tengah abdomen atau epigastrium bawah.4,5

Distensi terus berlangsung karena sekresi mukosa yang terus-menerus dan


juga karena multiplikasi dari flora normal apendiks. Dengan meningkatnya
tekanan pada apendiks , tekanan vena juga meningkat, sehingga kapiler dan
venule menutup tapi aliran arteriole tetap mengalir sehingga terjadi kongesti dan
pelebaran vaskuler. Distensi ini biasanya menyebabkan reflex muntah, nausea,
dan nyeri visceral semakin bertambah.2

Proses inflamasi terus berlanjut ke lapisan serosa dan ke peritoneum parietal,


yang mana menimbulkan nyeri yang khas, nyeri berpindah ke kuadran kanan.
Mukosa gastrointestinal termasuk apendiks sangat rentan terhadap gangguan
aliran darah. Karena kesatuan ini sudah terganggu sejak awal, maka bakteri
dengan mudah masuk ke lapisan yang lebih dalam. Timbulnya demam, takikardi
dan lekositosis karena absorbsi dari produk jaringan dan endotoksin.
Endotoksin juga merupakan stimulator makrofag untuk memproduksi sitokin
proinflamator (IL1, IL 6, TNF) yang kemudian merangsang sumsum tulang
dan hepatosit sehingga terjadi peningkatan lekosit dan CRP dalam darah .3,5

Ketika distensi sudah mencapai tekanan arteriole , daerah yang mendapat aliran
darah sedikit, lebih dahulu terkena, yaitu terjadi infark pada daerah
antimesenterial. Jika distensi, invasi bakteri, gangguan aliran darah, dan proses
infark terus berlanjut, terjadilah perforasi. Biasanya perforasi terjadi pada salah
satu area infark pada daerah antimesenterial.3,4,5

Sesuai dengan yang disebutkan diatas, maka pada fase awal apendisitis, mukosa
mengalami inflamasi terlebih dahulu. Kemudian inflamasi ini akan meluas ke
lapisan submukosa, termasuk juga lapisan muskularis dan lapisan serosa pada
waktu 24-48 jam pertama. Usaha pertahanan tubuh adalah membatasi proses
radang dengan menutup apendiks dengan omentum, usus halus, atau adneksa
sehingga terbentuk massa periapendikular yang dikenal dengan istilah infiltrat
apendisitis. Di dalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses yang dapat
mengalami perforasi. Jika tidak terbentuk abses, apendisitis akan sembuh dan

5
masa apendikuler akan menjadi tenang untuk selanjunya akan mengurai diri
secara lambat.2,4,5

Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna tetapi akan
terbentuk jaringan parut yang menyebabkan perlengketan dengan jaringan
sekitarnya. Perlengketan ini dapat menimbulkan keluhan berulang di perut
kanan bawah. Pada suatu ketika organ ini dapat meradang akut lagi dan
dinyatakan sebagai mengalami eksaserbasi akut.1,2

D. Gambaran Klinis
Apendisitis akut sering tampil dengan gejala yang khas yang didasari oleh
radang mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat, disertai
maupun tidak oleh rangsang peritoneum lokal. Gejala klasik apendisitis
merupakan nyeri visceral di daerah epigastium di sekitar umbilikus. Keluhan ini
sering disertai mual dan kadang ada muntah. Umumnya nafsu makan menurun.
Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ke kanan bawah ke titik Mc.Burney,
disini nyeri akan dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga
merupakan nyeri somatik setempat. Kadang tidak ada nyeri epigastrium tetapi
terdapat konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan pencahar. Tindakan
itu dianggap berbahaya karena bisa mempermudah terjadinya perforasi. Bila
terdapat perangsangan peritoneum biasanya pasien mengeluh sakit perut bila
berjalan atau batuk.1,2,3

Bila apendiks terletak retrosekal di luar rongga perut, karena letaknya terlindung
sekum maka tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak ada
tanda rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih ke arah perut sisi kanan atau nyeri
timbul saat berjalan, karena kontraksi otot polos psoas mayor yang menegang
dari dorsal.1,2

Apendiks yang terletak di rongga pelvis, bila meradang, dapat menimbulkan


gejala dan tanda rangsangan sigmoid atau rectum hingga peristaltik meningkat,
pengosongan rectum akan menjadi lebih cepat dan berulang-ulang. Jika
apendiks tadi menempel ke kandung kemih, dapat terjadi peningkatan frekuensi
kencing, karena rangsangan dindingnya. Pada beberapa keadaan, apendisitis

6
agak sulit di diagnosis sehingga tidak ditangani pada waktunya dan terjadi
komplikasi.1,2

E. Pemeriksaan
Demam biasanya ringan, dengan suhu sekitar 37,5-38,5 C. Bila suhu lebih
tinggi, mungkin sudah terjadi perforasi. Bisa terjadi perbedaan suhu aksilar dan
rectal sampai 1 C. Pada inspeksi abdomen tidak ditemukan gambaran spesifik.
Kembung sering terlihat pada penderita dengan komplikasi perforasi.
Penonjolan perut kanan bawah bisa dilihat pada massa atau abses apendicular.2,4

Pada palpasi didapatkan nyeri yang terbatas pada regio iliaka kanan, bisa disertai
nyeri lepas. Defans muskuler menunjukan adanya rangsangan peritoneum
parietal. Nyeri tekan perut kanan bawah ini merupakan kunci diagnosis. Pada
penekanan perut kiri bawah akan dirasakan nyeri di perut kanan bawah yang
disebut tanda Rovsing. Pada apendisitis retrosekal atau retroileal diperlukan
palpasi dalam untuk menentukan adanya rasa nyeri. Peristaltik usus sering
normal, peristaltik usus dapat hilang karena ileus paralitik pada peritonitis
generalisata akibat apendisitis perforata. Pemeriksaan colok dubur menyebabkan

7
nyeri bila daerah infeksi bisa dicapai dengan jari telunjuk, misalnya pada
apendisitis pelvika.2,4

Pada apendisitis pelvika tanda perut sering meragukan, maka kunci diagnosis
adalah nyeri terbatas sewaktu dilakukan colok dubur. Pemeriksaan uji psoas dan
uji obturator merupakan pemeriksaan yang lebih ditujukan untuk mengetahui
letak apendiks. Uji psoas dilakukan dengan rangsangan psoas lewat
hiperekstensi atau fleksi aktif. Bila apendiks yang meradang menempel di
m.psoas, tindakan tersebut akan menimbulkan nyeri. Uji obturator digunakan
untuk melihat apakah apendiks yang meradang kontak dengan m.obturator
internus yang merupakan dinding panggul kecil. Dengan gerakan fleksi dan
endorotasi sendi panggul pada posisi terlentang, apendisitis pelvika akan
menimbulkan nyeri.2,4

F. Diagnosis

Apendisitis akut dapat didiagnosis secara klinis dengan anamnesis dan


pemeriksaan fisik. Selayaknya diagnosis sesegera mungkin ditegakkan dan
appendix dapat segera diangkat bila ternyata terjadi appendisitis.2,4

Diagnosis menjadi mudah untuk ditegakkan bila tampak tanda dan gejala dari
apendisitis klasik pada pasien, tanda dan gejala tersebut seperti :
a. Nyeri pada bagian abdominal kurang dari 72 jam;
b. Muntah 1-3 kali;
c. Facial flush;
d. Tenderness pada fossa iliaca kanan;
e. Demam dengan suhu antara 37,3-38,5 C;
f. Tidak ada bukti terjadi infeksi traktus urinarius pada pemeriksaan urin
dengan mikroskop.

Tanda inflamasi peritoneal bagian fossa iliaca kanan yang berupa rasa nyeri,
sering tidak tampak. Kita perlu untuk menyuruh pasien agar batuk, bila terjadi
inflamasi pada peritoneum parietal maka pasien akan merasakan nyeri. Selain
itu dapat dilakukan rebound tenderness untuk membantu menegakkan

8
diagnosis, yaitu dengan melakukan perkusi pada fossa iliaca kanan, rasa nyeri
akan dirasakan oleh pasien akibat peritonitis.2,4,5

SKOR ALVARADO

Manifestations Value
Symptoms Migration of pain 1
Anorexia 1
Nausea/vomiting 1
Signs Right Lower Quadrant Tenderness 2
Rebound pain 1
Elevated temperature 1
Lab Values Leukocytosis 2
Left Shift 1
Total Points 10

Interpretasi : 5 6 : Possible
78 : Probable
9 10 : Very Probable

PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
Jika gejala klinis dan nilai laboratorium sudah khas untuk apendisitis, maka
tidak diperlukan konfirmasi radiologis. Gambaran foto polos abdomen yang
paling sering ditemukan tapi bukan diagnostik untuk apendisitis yaitu scoliosis
dari vertebra, cekung (concave) ke kanan. Kadang dapat ditemukan gambaran
caecum yang dilatasi dengan air fluid level. Kalsifikasi fecolith dapat ditemukan
pada 10- 15 % kasus , tapi adanya gambaran fecolith tidak patognomonis untuk
apendisitis karena banyak apendiks normal yang telah diangkat terdapat fecolith.
Oleh karena itu foto polos abdomen tidak menolong dalam menegakkan
diagnosa apendisitis.1,2,3

Ultrasonografi sudah luas digunakan dalam mengevaluasi penderita kecurigaan


apendisitis. Gambaran ultrasonografi pada apendisitis non perforasi yaitu:

9
diameter apendiks > 6 mm, dinding yang hipoechoic dengan tebal > 2 mm,
fecolith atau cairan yang terlokalisir. Gambaran pada apendisitis perforasi yaitu
target sign dan struktur tubular dengan adanya lapisan dinding yang hilang
(inhomogen), cairan bebas perivesical atau pericaecal.1,3

G. Diagnosis Banding4,5,6
Abses hepar
Nyeri dan teraba massa di kuadran kanan atas.
Penyakit Crohn
Pada onset aku terjadi nyeri pada abdomen kanan bawah, serangan nyeri
abdomen berulang dan diare yang episodik sehingga terjadi penurunan berat
badan. Disertai gejala ekstraabdomen, artriris, uveitis, iritis.
Diverticulum Meckel
Penyakit ini merupakan kelainan yang memiliki gejala yang sangat mirip
dengan apendisitis akut, hanya letaknya yang lebih ke medial.
Karsinoma caecum
Teraba massa di sebalah kanan, namun pertumbuhan massa lambat dan
sering ditemukan pada orang di atas 40 tahun.

H. Penatalaksanaan Apendisitis
Bila kita mendapati pasien dengan nyeri pada fossa iliaca kanan, pasien itu
memiliki tanda dan gejala lain dari apendisitis dan kita dengan yakin
mendiagnosisnya sebagai apendisitis, maka segera lakukan_appendictomy.
Bila kita mendapati pasien dengan nyeri pada fossa iliaca kanan, namun
belum dapat dipastikan diagnosis dari pasien tersebut apakah apendisitis
atau penyakit lainnya, maka kita harus mereview pasien tersebut secara periodik,
bila perlu pasien kita sarankan untuk rawat inap agar dapat dipantau
perkembangannya dengan baik, bila setelah dipantau masih menimbulkan
keraguan maka kita dapat melakukan pemeriksaan pemeriksaan yang dapat
mendukung diagnosis.5

10
I. Komplikasi
Perforasi
Perforasi baik berupa perforasi bebas maupun perforasi pada apendiks yang
telah mengalami pendindingan sehingga berupa masa yang terdiri dari
kumpulan apendiks, sekum dan keluk usus. Perforasi disertai nyeri abdomen
yang hebat, dan demam yang lebih tinggi. Terjadi pada 20% penderita
terutama usia lanjut. Rasa nyeri bertambah dasyat dan mulai dirasa
menyebar, demam tinggi (rata-rata 38,3 der. C). Jumlah lekosit yang
meninggi > 18.000/mm3 merupakan tanda khas kemungkinan sudah terjadi
perforasi.4,6

Peritonitis
Merupakan komplikasi paling sering (30-45% penderita). Peritonitis lokal
disebabkan karena mikroperforasi dari apendiks gangrenosa dan diblokade
oleh omentum. Bila perforasi berlanjut terjadilah peritonitis generalisata.
Bertambahnya rasa nyeri, defans musculer yang meluas, distensi abdomen,
bahkan ileus paralitik, merupakan gejala-gejala peritonitis umum. Bila
demam makin tinggi dan timbul gejala-gejala sepsis, menunjukkan
peritonitis yang makin berat.4,6

11
Abses / infiltrat
Merupakan akibat lain dari perforasi. Teraba masa lunak di abdomen
kanan bawah. Seperti tersebut diatas karena perforasi terjadilah walling
off (pembentukan dinding) oleh omentum atau viscera lainnya,
sehingga terabalah massa (infiltrat) di regio abdomen kanan bawah
tersebut. Masa mula-mula bisa berupa plegmon, kemudian berkembang
menjadi rongga yang berisi pus.4,6

Massa periapendikuler
Massa apendiks terjadi bila apendisitis gangrenosa atau mikroperforasi
ditutupi pendindingan oleh omentum dan atau kerluk usus. Pada massa
periapendikuler yang pendindinganya belum sempurna, dapat terjadi
penyebaran pus ke seluruh rongga peritoneum jika perforasi diikuti
peritonitis purulenta generalisata. Pada massa periapendikuler yang terfiksir
dan pendindingannya sempurna, pada orang dewasa dirawat dahulu dan
diberi antibiotik sambil diawasi suhu tubuh, ukuran massa, serta luasnya
peritonitis. Bila sudah tidak ada demam, massa periapendikuler hilang dan
leukosit normal, penderita boleh pulang dan apendiktomi elektif dapat
dikerjakan 2-3 bulan kemudian agar perdarahan akibat perlengketen dapat
ditekan sekecil mungkin.4,6

Apendisitis perforata

Adanya fekalit di dalam lumen, umur (orang tua atau anak muda), dan
keterlambatan diagnosis merupakan faktor yang berperan dalam terjadinya
perforasi apendiks. Insiden perforasi 60% pada usia diatas 60 tahun. Faktor
yang mempengaruhi tingginya insidens perforasi pada orang tua adalah
gejalanya yang samar, keterlambatan berobat, adanya perubahan anatomi
apendiks berupa penyampitan lumen dan arteriosklerosis. Insidens tinggi
pada anak disebabkan oleh dinding apendiks yang masih tipis, dan kurang
komunikatif sehingga memperpanjang waktu diagnosis dan proses
pendindingan kurang sempurna, akibat perforasi berlangsung cepat dan
omentum anak belum berkembang.4,6

12
2.5 Apendikular Abses

a. Definisi
Merupakan akibat lain dari perforasi. Teraba masa lunak di abdomen kanan
bawah. Seperti tersebut diatas karena perforasi terjadilah walling off
(pembentukan dinding) oleh omentum atau viscera lainnya, sehingga terabalah
massa (infiltrat) di regio abdomen kanan bawah tersebut. Masa mula-mula bisa
berupa plegmon, kemudian berkembang menjadi rongga yang berisi pus.
Dengan USG bisa dideteksi adanya bentukan abses ini. Untuk massa atau
infiltrat ini, beberapa ahli menganjurkan antibiotika dulu, setelah 6 minggu
kemudian dilakukan appendektomi. Hal ini untuk menghindari penyebaran
infeksi. Abses apendikular adalah komplikasi apendisitis akut yang merupakan
invasi usus besar oleh bakteri biasanya karena obstruksi. Abses apendikular
adalah kumpulan nanah akibat perforasi atau pecahnya usus buntu akut
meradang. Nanah tetap terlokalisasi dekat dengan usus buntu, karena adhesi
dinding dibentuk oleh struktur perut sekitarnya. Ini mencegah kebocoran nanah
dan infeksi menyebar ke seluruh rongga peritoneal. Ketika usus buntu menjadi
meradang (usus buntu), komplikasi timbul jika infeksi ini tidak diobati
segera. Pada beberapa pasien, usus buntu dapat menyebabkan gangren usus
buntu. Dalam sebagian besar pasien kumparan usus dan omentum dalam rongga
perut cenderung menutupi usus buntu meradang gangren. Ini membentuk suatu
massa apendikular. Proses supuratif terus dalam massa apendikular dapat
menyebabkan pembentukan abses. Pengembangan abses biasanya mengikuti
pecahnya usus buntu dalam massa apendikular. Abses tetap dibatasi oleh dinding
rongga yang dibentuk oleh gulungan meradang usus, usus buntu dan omentum
dan biasanya terbentuk di perut kanan bawah. Tempat lain dari abses
apendikular berada di panggul dan di belakang usus buntu. Beberapa pasien
dengan apendisitis akut yang secara medis dikelola dengan antibiotik juga dapat
kadang-kadang berkembang menjadi abses apendikular.4,6
b. Tanda dan Gejala
Pasien dengan abses apendikular biasanya memiliki riwayat nyeri kolik hebat di
perut kanan bawah (fossa iliaka kanan) dengan berawa lembut pembengkakan
pada perut kanan bawah. Baca lebih lanjut tentang lokasi nyeri usus

13
buntu . Sebuah demam tinggi dengan menggigil dan kerasnya juga hadir.Gejala
lain mungkin termasuk muntah, sembelit atau kurang sering, diare. Pada
pemeriksaan perut mungkin kaku dan bengkak bisa dirasakan. Ada jenis lain
dari abses di perut yang dapat menimbulkan gejala yang sama di lokasi yang
diberikan.5,6
c. Diagnosis
Diagnosis abses apendikular didasarkan pada gejala klinis, klinis dan
penyelidikan. Pemeriksaan darah lengkap menunjukkan peningkatan jumlah sel
darah putih. X-ray kadang-kadang dapat menunjukkan adanya abses meskipun
USG dan CT scan lebih umum digunakan investigasi radiologi untuk
mengkonfirmasi kehadiran abses dan untuk menilai ukuran abses.4,6
d. Pengobatan
Pasien dengan abses yang lebih besar dari 4 cm dan demam tinggi biasanya
diterapi dengan drainase abses. Drainase dapat dilakukan melalui rektum
(transrectal), melalui vagina (transvaginal) atau melalui kulit (percutaneous)
tergantung pada lokasi. Abses apendikular panggul dikeringkan secara
transrectal atau transvaginal. Beberapa pasien mungkin memerlukan drainase
bedah terbuka (laparotomi). Drainase abses didukung dengan terapi antibiotik.
Pasien dengan abses kecil yang berada dalam kondisi baik dapat dikelola
awalnya dengan antibiotik saja. Pasien menunjukkan tidak ada respon maka
mungkin memerlukan drainase abses. Hal ini untuk menghindari risiko
komplikasi yang berhubungan dengan menjahit dari sekum meradang.
Manajemen yang buruk atau pecahnya abses apendikular dapat menyebabkan
lebih berbahaya infeksi peritoneal umum (peritonitis).5,6

14
BAB III
PENUTUP

Apendikular abses merupakan akibat lain dari perforasi. Teraba masa lunak di abdomen
kanan bawah. Seperti tersebut diatas karena perforasi terjadilah walling off
(pembentukan dinding) oleh omentum atau viscera lainnya, sehingga terabalah massa
(infiltrat) di regio abdomen kanan bawah tersebut. Masa mula-mula bisa berupa
plegmon, kemudian berkembang menjadi rongga yang berisi pus. Masa mula-mula bisa
berupa plegmon, kemudian berkembang menjadi rongga yang berisi pus. Dengan USG
bisa dideteksi adanya bentukan abses ini. Untuk massa atau infiltrat ini, beberapa ahli
menganjurkan antibiotika dulu, setelah 6 minggu kemudian dilakukan appendektomi.
Pasien dengan abses apendikular biasanya memiliki riwayat nyeri kolik hebat di perut
kanan bawah (fossa iliaka kanan) dengan berawa lembut pembengkakan pada perut
kanan bawah. Baca lebih lanjut tentang lokasi nyeri usus buntu . Sebuah demam tinggi
dengan menggigil dan kerasnya juga hadir.Gejala lain mungkin termasuk muntah,
sembelit atau kurang sering, diare. Pada pemeriksaan perut mungkin kaku dan bengkak
bisa dirasakan. Ada jenis lain dari abses di perut yang dapat menimbulkan gejala yang
sama di lokasi yang diberikan.1,2,3,4

Pasien dengan abses yang lebih besar dari 4 cm dan demam tinggi biasanya diterapi
dengan drainase abses. Pasien dengan abses kecil yang berada dalam kondisi baik dapat
dikelola awalnya dengan antibiotik saja. Pasien menunjukkan tidak ada respon maka
mungkin memerlukan drainase abses. Hal ini untuk menghindari risiko komplikasi yang
berhubungan dengan menjahit dari sekum meradang. Manajemen yang buruk atau
pecahnya abses apendikular dapat menyebabkan lebih berbahaya infeksi peritoneal
umum (peritonitis).5,6

15

Anda mungkin juga menyukai