Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan nasional yang multi dimensi secara pengelolaannya melibatkan

segenap aparat pemerintahan, baik ditingkat pusat maupun ditingkat daerah bahkan

sampai ditingkat desa. Komponen atau aparat dimaksud hendaknya memiliki kemampuan

yang optimal dalam pelaksanaan tugasnya.

Tepatlah kiranya jika wilayah desa menjadi sasaran penyelenggaraan aktifitas

pemerintahan dan pembangunan, mengingat pemerintahan desa merupakan basis

pemerintahan terendah dalam struktur pemerintahan Indonesia yang sangat menentukan

bagi berhasilnya ikhtiar dalam Pembangunan nasional yang menyeluruh.

Mengingat kompleksnya aspek-aspek atau bidang yang hendak dibangun ditingkat

pemerintahan terendah tersebut, maka salah satu aspek yang terlebih dahulu perlu

dibangun adalah peningkatan kemampuan aparat pemerintah desa dalam pelaksanaan

tugas-tugas administrasi pemerintahan, disamping memperkuat partisipasi masyarakat

dan kelembagaannya serta aspek-aspek lainnya.

Hal tersebut sangat penting, karena pemerintah desa beserta aparatnya adalah

sebagai administrator penyelenggara utama aktifitas pemerintahan, pembangunan dan

kemasyarakatan maupun sebagai pembina ketentraman dan ketertiban di wilayah

kekuasaannya. Karena itu, peranan mereka demikian penting dan banyak menentukan

maju mundurnya suatu unit pemerintahan. Oleh sebab itu diperlukan aparat desa yang

benar-benar mampu dan dapat bekerjasama dalam pelaksanaan tugas yang menjadi
tanggung jawabnya.

Keberadaan aparat desa yang juga diserahi tugas dibidang administrasi,

menduduki posisi yang sangat penting karena sebagai organ pemerintahan yang paling

bawah mengetahui sacara pasti segala kondisi dan permasalahan yang ada di wilayahnya,

maka input pada pemerintah kecamatan yang menyangkut berbagai keterangan dan

informasi sangatlah dibutuhkan dalam pengambilan kebijaksanaan daerah maupun

nasional untuk kebutuhan pembangunan secara menyeluruh.

Dengan demikian kepala desa dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari, terutama

yang berbuhungan dengan penyajian data dan informasi yang dibutuhkan, semakin

dituntut adanya kerja keras dan kemampuan yang optimal guna memperlancar

pelaksanaan tugas pemerintahan.

Berangkat dari pemikiran tersebut, dikaitkan dengan kondisi rill sementara Aparat

Desa Gunci Kecamatan Sawang , Kabupaten Aceh utara sebagai tempat penelitian yang

direncanakan ini, menurut pengamatan awal penulis, menunjukkan bahwa kemampuan

kepala Desa Gunci dalam pelaksanaan tugas terutama dalam menyiapkan bahan dan

informasi yang dibutuhkan untuk kepentingan perencanaan pembangunan, hasilnya

masih minim atau belum terlaksana secara optimal. Hal ini terbukti dari pelaksanaan

tugas-tugas administrasi yang tidak terlaksana dengan baik dan konsisten sesuai

ketentuan, baik administrasi umum, administrasi penduduk, maupun administrasi

keuangan.

Belum tersedianya informasi atau pencatatan administrasir secara baik

sebagaimana tersebut diatas, maka hal itu terjadi karena adanya pengaruh berbagai faktor,

antara lain terutama faktor kemampuan sumber daya aparat desa sebagai penyelenggara
yang belum optimal. Dalam konteks penyelenggaraan pemerintahan desa yang terpenting

adalah bagaimana pemerintahan desa mampu meningkatkan kesejahteraan rakyatnya,

mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat desa, dan mampu meningkatkan daya

saing desanya. Hal tersebut hanya mungkin terwujud apabila urusan yang menjadi

kewenangan desa dapat terlaksana dengan baik. Tidak dapat dipungkiri, bahwa dalam

implementasinya terdapat berbagai permasalahan yang langsung maupun tidak langsung

menghambat pelaksanaan urusan-urusan pemerintahan tersebut.

Kapasitas yang masih rendah merupakan bagian dari permasalahan yang

ditunjukkan di lapangan. Diantaranya masih belum optimalnya aspek kelembagaan,

sumberdaya manusia, maupun manajemen pemerintahan desa. Pada tahun 2008 Pusat

Kajian Kinerja Otonomi Daerah, telah melaksanakan Kajian Peningkatan Kapasitas

Pemerintahan Desa, kajian ini telah menghasilkan cetak biru (blueprint) yang memuat

strategi-strategi penyelesaian masalah (problem solving) penyelenggaraan pemerintahan

desa dan menyusun modul-modul peningkatan kapasitas pemerintahan desa. Lebih lanjut

modul-modul tersebut merupakan hasil identifikasi aspek kapasitas yang perlu

ditingkatkan yaitu Perencanaan & Penganggaran Desa, Keuangan Desa, Penyusunan

Kebijakan Desa, Kepemimpinan Kepala Desa. Sehubungan dengan hal tersebut diatas,

menurut penulis tertarik untuk mengkaji lebih mendalam. Oleh karena itulah penulis

mengajukan judul proposal penelitian Peranan Kepala Desa danPerangkat desa dalam

Pelaksanaan Tugas Administrasi Pemerintah di Desa

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimanakah upaya peningkatan kepala desa dalam pelaksanaan tugas administrasi

pemerintahan di Desa Gunci Kec. Sawang Kab. Aceh Utara ?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Tujuan
a. Untuk mengetahui kemampuan kepala desa dan aparat desa dalam pelaksanaan tugas

administrasi pemerintahan di Desa Gunci.


b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi upaya peningkatan kemampuan

kepala desa dan aparat Desa dalam pelaksanaan tugas administrasi pemerintahan di Desa

Gunci.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan sebagai :

1. Bahan informasi dan kontribusi pemikiran kepada pemerintah Desa Gunci dan

masyarakat serta kepada semua pihak yang berkepentingan dalam upaya meningkatkan

pelaksanaan tugas-tugas administrasi desa dan terutama tugas dibidang pencatatan

register yang terpenting bagi kebutuhan pembangunan.


2. Bahan perbandingan dan informasi awal bagi peneliti lain yang hendak mengkaji secara

mendalam tentang pelaksanaan tugas-tugas administrasi desa pada umumnya dan register

desa pada khususnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kemampuan Kepala desa dan aparat Desa

Istilah "kemampuan" mempunyai banyak makna, Jhonson dalam (Cece

Wijaya,1991:3) berpendapat bahwa "kemampuan adalah perilaku yang rasional untuk

mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai kondisi yang diharapkan". Sementara itu,

menurut Kartono (1993:13) bahwa kemampuan adalah segala daya, kesanggupan,

kekuatan dan keterampilan teknik maupun sosial yang dianggap melebihi dari anggota

biasa.

Mengacu pada pengertian dan jenis kemampuan tersebut di atas, maka dalam suatu

organisasi pemerintahan Desa senantiasa perlu memiliki suatu daya kesanggupan,

keterampilan, pengetahuan terhadap pekerjaan dalam pengimplementasian tugas-tugas

dan fungsi masing-masing aparat Desa. Kemampuan yang penulis maksudkan adalah

kemampuan yang dilihat dari hasil kerjanya atau kemampuan kerjanya.

Kemampuan kerja seseorang menurut Tjiptoherianto (1993:36) mengemukakan

bahwa "kemampuan kerja yang rendah adalah akibat dari rendahnya tingkat pendidikan,

dan latihan yang dimiliki serta rendahnya derajat kesehatan".

Sementara itu, menurut Steers dalam (Rasyid,1992:6) bahwa "kemampuan

aparatur pemerintah sebenarnya tidak terlepas dari pembicaraan tingkat kematangan


aparatur yang didalamnya menyangkut keterampilan yang diperoleh dari pendidikan

latihan dan pengalaman.

Berdasarkan pandangan tersebut jelas bahwa kemampuan seseorang, dalam hal ini

aparat desa dapat dilihat dari tingkat pendidikan aparat, jenis latihan yang pernah diikuti

dan pengalaman yang dimilikinya. Secara konsepsional hal ini diperkuat dari pandangan

Steers tersebut sebelumnya bahwa untuk mengidentifikasi apakah Kegiatan dalam

organisasi dapat mencapai tujuannya salah satunya yang harus mendapat perhatian adalah

orang-orang yang ada dalam urganisasi tersebut.

Selanjutnya Steers berpendapat bahwa pada kenyataannya anggota organisasi yang

merupakan faktor yang mempunyai pengaruh yang paling penting dalam pencapaian

tujuan organisasi disebabkan orang-orang itulah yang menggerakkan roda organisasi.

Anggota organisasi yang dimaksud adalah aparat desa yang merupakan faktor

yang paling menentukan keberhasilan pelaksanaan tugas-tugas yang dibebankan

kepadanya.

Pemerintah Desa memiliki peran signifikan dalam pengelolaan proses sosial di

dalam masyarakat. Tugas utama yang harus diemban pemerintah desa adalah bagaimana

menciptakan kehidupan demokratik, memberikan pelayanan sosial yang baik sehingga

dapat membawa warganya pada kehidupan yang sejahtera, rasa tenteram dan berkeadilan.

Guna mewujudkan tugas tersebut, pemerintah desa dituntut untuk melakukan perubahan,

baik dari segi kepemimpinan, kinerja birokrasi yang berorientasi pada pelayanan yang

berkualitas dan bermakna, sehingga kinerja pemerintah desa benar-benar makin

mengarah pada praktek good local governance, bukannya bad governance.

Peluang untuk menciptakan pemerintahan desa yang berorientasi pada good local
governance sebenarnya dalam konteks transisi demokrasi seperti yang dialami oleh

bangsa Indonesia sekarang terbuka cukup lebar. Hal ini setidaknya didukung oleh kondisi

sosial pasca otoritarianisme Orde Baru yang melahirkan liberalisasi politik yang

memungkinkan seluruh elemen masyarakat di desa secara bebas mengekspresikan

gagasan-gagasan politiknya. Meskipun demikian, adanya perubahan sosial-politik dalam

masa transisi demokrasi ini tidak dengan serta merta dapat merubah dalam sekejap

wacana dan kinerja pemerintahan desa ke dalam visi demokratisasi dan good local

governance. Sekalipun strukturnya mengalami perubahan, dimana saat ini pemerintahan

desa tidak lagi bercorak korporatis dan sentralistik pada kepemimpinan Kepala Desa,

akan tetapi kultur dan tradisi paternalistik yang memposisikan Kepala Desa sebagai orang

kuat dan berpengaruh masih begitu melekat dengan kuat. Realitas ini memang tidak dapat

dilepaskan sebagai bagian dari proses konstruksi sosial yang begitu mendalam sehingga

membuat daya kognitif warga desa seringkali terasa kesulitan dalam membuat terobosan-

terobosan baru yang sejalan dengan semangat perubahan ketika berbenturan dengan

kebijakan seorang Kepala Desa.

Kondisi ini sedikit banyak juga dipengaruhi pula oleh lemahnya human resources

di desa yang populasinya relatif kecil dan sangat terbatas. Sebab itu guna mendobrak

kebekuan atau stagnasi sosial ini diperlukan terobosan dari kekuatan luar untuk bermitra

atau saling bekerja sama dengan aktor-aktor dan lembaga-lembaga potensial di desa

dalam melakukan perubahan sosial menuju ke arah situasi yang lebih baik dibandingkan

dengan sebelumnya.

2.2 Konsep Administrasi Pemerintahan Desa

Sebelum menjelaskan konsep/pengertian administrasi pemerintahan terlebih


dahulu perlu dijelaskan konsep "administrasi dan pemerintahan".

Menurut Siagian (1991:2) "Administrasi adalah keseluruhan proses pelaksanaan

dari keputusan-keputusan yang telah diambil dan pelaksanaan itu pada umumnya

dilakukan oleh dua orang manusia atau lebih untuk mencapai tujuan yang telah

ditentukan sebelumnya.

Dewasa ini, peranan Pemerintah Desa sebagai struktur perantara, yakni sebagai

penghubung antara masyarakat desa dengan pemerintah dan masyarakat di luar desa tetap

dipertahankan, bahkan ditambah dengan peranan lainnya yaitu sebagai agen

pembaharuan. Desa atau dengan nama lainnya yang sejenis menurut konstitusi

memperoleh perhatian istimewa. Berbagai bentuk perubahan sosial yang terencana

dengan nama pembangunan guna meningkatkan harkat dan martabat masyarakat desa

diperkenalkan dan dijalankan melalui Pemerintah Desa.

Sadu Wasistiono mengatakan bahwa, tanpa adanya Pemerintahan Desa yang kuat,

Desa dengan masyarakatnya hanya akan menjadi obyek permainan ekonomi maupun

politik dari pihak-pihak luar desa yang relatif lebih kuat posisinya.

Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005

tentang Desa sebagai pengganti Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2001 tentang

Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Desa sebagai regulasi yang mengatur tentang

Desa setelah setahun berlakunya UU No. 32 Tahun 2004.

Salah satu konsekuensi logis dari amanat Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun

2005 tentang Desa, terutama aktivitas Pemerintah Desa sebagai pelayan masyarakat,

maka diundangkanlah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2006 Tentang

Pedoman Administrasi Desa yang membantu aparat dan perangkat Pemerintah Desa di
dalam proses pencatatan data dan informasi berbagai urusan penyelenggaraan

Pemerintahan Desa.

2.2.1 Pengertian Administrasi

Secara etimologis, administrasi berasal dari bahasa latin ad+ministrare, suatu

kata kerja yang berarti melayani, membantu, menunjang, atau memenuhi. Istilah ini

berasal dari kata benda administratio dan kata sifat administratifus.

Administrasi juga dapat diartikan sebagai :

1. Suatu aktivitas yang terutama bersangkutan dengan cara untuk menyelenggarakan tujuan

yang telah ditentukan semula;

2. Suatu proses lazim terdapat dalam segenap usaha bersama, baik usaha berskala besar

maupun kecil-kecilan;

3. Suatu proses pengorganisasian dan bimbingan orang-orang agar dapat melaksanakan

suatu tujuan khusus;

4. Suatu proses penyelenggaraan dalam setiap usaha kerjasama sekelompok manusia untuk

mencapai tujuan-tujuan tertentu. (Syafiie, Tanjung, Modeong, 1999:17)

2.2.2 Administrasi Desa

Administrasi Desa menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun

2006 adalah keseluruhan proses kegiatan pencatatan data dan informasi mengenai

penyelenggaraan Pemerintahan Desa pada Buku Administrasi Desa.

a. Administrasi Umum adalah kegiatan pencatatan data dan informasi mengenai kegiatan

Pemerintahan Desa pada Buku Administrasi Umum, terdiri dari:


1. Buku Data Peraturan Desa;

2. Buku Data Keputusan Kepala Desa;

3. Buku Data Inventaris Desa;

4. Buku Data Aparat Pemerintah Desa;

5. Buku Data Tanah Milik Desa/Tanah Kas Desa;

6. Buku Data Tanah di Desa;

7. Buku Agenda; dan

8. Buku Ekspedisi.

b. Administrasi Penduduk adalah kegiatan pencatatan data dan informasi mengenai

penduduk dan mutasi penduduk pada Buku Administrasi Penduduk, terdiri dari:

1. Buku Data Induk Penduduk Desa;

2. Buku Data Mutasi Penduduk Desa;

3. Buku Data Rekapitulasi Jumlah Penduduk Akhir Bulan; dan

4. Buku Data Penduduk Sementara.

c. Administrasi Keuangan adalah kegiatan pencatatan data dan informasi mengenai

pengelolaan keuangan desa pada Buku Administrasi Keuangan, terdiri dari:

1. Buku Anggaran Penerimaan;

2. Buku Anggaran Pengeluaran Rutin;

3. Buku Anggaran Pengeluaran Pembangunan;

4. Buku Kas Umum;

5. Buku Kas Pembantu Penerimaan;

6. Buku Kas Pembantu Pengeluaran Rutin; dan


7. Buku Kas Pembantu Pengeluaran Pembangunan.

d. Administrasi Pembangunan adalah kegiatan pencatatan data dan informasi pembangunan

yang akan, sedang, dan telah dilaksanakan pada Buku Administrasi Pembangunan, terdiri

dari:

1. Buku Rencana Pembangunan;

2. Buku Kegiatan Pembangunan;

3. Buku Inventaris Proyek; dan

4. Buku Kader-Kader Pembangunan/Pemberdayaan Masyarakat.

e. Administrasi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) atau yang disebut dengan BPD

adalah kegiatan pencatatan data dan informasi mengenai BPD, terdiri dari:

1. Buku Data Anggota BPD;

2. Buku Data Keputusan BPD;

3. Buku Data Kegiatan BPD;

4. Buku Agenda BPD; dan

5. Buku Ekspedisi BPD.

Rangkaian kegiatan yang digolongkan sebagai administrasi mencakup: (1)

dilakukan oleh sekelompok orang (2 orang atau lebih); (2) berlangsung dalam suatu

kerjasama; (3) dimaksudkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Ketiga

faktor inilah yang merupakan tanda pengenal atau ciri khas dari administrasi yang apabila

faktor-faktor tersebut disingkat adalah sekelompok orang, kerjasama, dan tujuan tertentu.

Jadi bisa ditarik kesimpulan bahwa kerjasama adalah rangkaian perbuatan yang dilakukan
bersama-sama secara teratur oleh lebih seorang yang menimbulkan akibat yang

sebenarnya tidak akan terjadi apabila dilakukan oleh masing-masing seorang diri.

Berdasarkan pengertian tersebut dan apabila dikaitkan dengan aktifitas ditingkat

desa, maka berbicara tentang administrasi desa berarti yang dimaksud dengan

"administrasi adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh penyelanggara

pemerintahan desa untuk mencapai tujuan pemerintahan, seperti antara lain, baik dalam

menggerakkan partisipasi dalam pembangunan dan terwujudnya demokrasi Pancasila

secara nyata guna meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Selanjutnya konsep/pengertian pemerintah dan pemerintahan dalam kajian sistem

pemerintahan Indonesia, pemerintah dibedakan dengan istilah pemerintahan. Menurut

Saparin (1996:21) untuk membedakan pengertian kedua konsep tersebut, maka perlu

diterangkan secara etimologis, yaitu :

a. Pemerintah adalah kata nama subjek yang berdiri sendiri, contoh Pemerintah Daerah.
b. Pemerintah adalah kata jadian yang disebabkan karena subjeknya mendapat akhiran "an"

yang artinya pemerintah sebagai subjek melakukan tugas-tugas atau kegiatan, dimana

cara melakukan kegiatan itu disebut pemerintahan.

2.3 Tugas dan Fungsi Pemerintah Desa

Mengingat unit pemerintahan desa adalah bagian integral dari pemerintahan

nasional, maka pembahasan tentang tugas dan fungsi pemerintah desa tidak terlepas dari

tugas dan fungsi pemerintahan nasional seperti yang telah diuraikan dalam Undang-

Undang nomor 32 tahun 2004 pada pasal 127 tentang tugas pokok Kepala Desa yaitu :

a. Pelaksanaan kegiatan pemerintahan desa


b. Pemberdayaan masyarakat
c. Pelayanan masyarakat
d. Penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum
e. Pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum

Menurut Zainun (1990:3-5) terdapat empat kunci pokok tugas dan fungsi

administrasi dan manajemen pemerintahan Indonesia yaitu :

(1) Perumusan dan penetapan kebijakan umum,


(2) Kepemimpinan,
(3) Pengawasan,
(4) Koordinasi.

Keempat fungsi administrasi dan manajemen ini akan diterapkan pada setiap

tingkat pemerintahan yang ada dalam susunan pemerintahan negara Republik Indonesia.

Berdasarkan tugas fungsi pemerintahan tersebut, berarti pemerintah desa sebagai bagian

integral dari pemerintahan nasional juga menyelenggarakan fungsi-fungsi tersebut

meskipun dalam ruang lingkup yang lebih sempit. Oleh unit pemerintahan desa seperti

halnya pemerintah desa sebagai unit pemerintahan terendah mempunyai 3 fungsi pokok

yaitu :

1. Pelayanan kepada masyarakat

2. Fungsi operasional atau manajemen pembangunan,

3. Fungsi ketatausahaan atau registrasi (Sawe,1996:99)

Keseluruhan tugas dan fungsi administrasi pemerintah desa tersebut, tidak akan

terlaksana dengan baik, manakala tidak ditunjang dari aparatnya dengan melaksanakan

sebaik-baiknya apa yang menjadi tanggung jawab masing-masing aparat.

Menyadari betapa pentingnya tugas administrasi pemerintahan desa, maka yang

menjadi keharusan bagi Kepala Desa dan aparatnya adalah berusaha untuk

mengembangkan kecakapan dan keterampilan mengelola organisasi pemerintahan desa


termasuk kemampuannya untuk melaksanakan tugas-tugas dibidang pemerintahan,

pembangunan dan kemasyarakatan.

Selanjutnya menurut Beratha (1992:37) mengemukakan bahwa tugas pemerintah

desa termasuk dalam menjalankan administrasi adalah :

a. Tugas bidang pemerintahan

b. Tugas bidang pelayanan Kepala masyarakat.

c. Tugas bidang ketatausahaan.

Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih jelas tentang tugas-tugas administrasi

pemerintahan tersebut dijelaskan sebagai berikut :

I. Tugas bidang pemerintahan, meliputi :

1. Registrasi

Registrasi dilakukan dalam berbagai buku register mengenai berbagai hal dan

peristiwa yang menyangkut kehidupan tindakan masyarakat berdasarkan laporan yang

diperoleh melalui sub pelayanan umum dari masyarakat yang berkepentingan.

2. Tugas-tugas umum meliputi : menerima dan melaksanakan instruksi-instruksi dan

petunjuk-petunjuk dari pemerintah kecamatan dan pemerintah kabupaten mengenai

pemerintahan, tugas-tugas teknis, ; ketertiban, kesejahteraan dan keamanan,

3. Membuat laporan periodik mengenai keadaan dan perubahan penduduk, keamanan serta

sosial ekonomi.

4. Melaksanakan hal-hal yang sudah menjadi keputusan ditingkat desa.

5. Melaksanakan kerjasama dengan instansi ditingkat Desa dan menyelesaikan

permasalahan yang berhubungan dengan tanah,


II. Tugas bidang pelayanan umum, meliputi
1. Pemberian bermacam-macam izin, seperti izin tempat tinggal, izin meninggalkan desa,

izin usaha dan izin pendirian bangunan.


2. Memberikan macam-macam keterangan seperti : bukti diri, keterangan catatan kepolisian

dan sebagainya.

III. Tugas bidang ketatausahaan, meliputi :

Dokumentasi data, keadaan wilayah, laporan keuangan dan lain-lain.

Sementara itu, menurut instruksi Mendagri Nornor 21 Tahun 1992, pada pasal (2)

ditegaskan bahwa "desa mempunyai tugas melakukan penyelenggaraan pemerintahan

pembangunan dan kemasyarakatan dalam rangka penyelenagaraan urusan pemerintahan

umum dan urusan pemerintahan daerah dan wilayahnya.

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut (pasal 2) Desa mempunyai fungsi (pasal

3), yaitu :

a. Melakukan koordinasi terhadap jalannya pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan

dan pembinaan kemasyarakatan.


b. Melakukan tugas dibidang pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan yang menjadi

tanggung jawabnya.
c. Melakukan usaha dalam rangka peningkatan partisipasi dan swadaya gotong-royong

masyarakat.
d. Melakukan kegiatan dalam rangka pembinaan Ketentraman dan ketertiban wilayah.
e. Melakukan fungsi-fungsi lain yang dilimpahkan kepada pemerintah.

Pelaksanaan tugas dan fungsi desa tersebut, selanjutnya dijabarkan menjadi tugas

dan fungsi masing-msing unsur aparat baik Kepala Desa maupun aparatnya yang terdiri

dari : Sekretaris, Kepala-Kepala Urusan, Kepala-Kepala Lingkungan.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Gunci Kecamatan Sawang Kabupaten

Aceh Utara Penentuan lokasi ini antara lain didasarkan atas pertimbangan bahwa di desa

ini penyelengaraan administrasi pemerintahan seperti pencatatan register, belum

terlaksana dengan baik sesuai format dan ketentuan yang telah ditetapkan. Terkait dengan

pertimbangan tersebut juga karena Desa Gunci merupakan desa yang dekat dengan ibu

kota kecamatan dan seharusnya menyelenggarakan administrasi pemerintahannya dengan

lebih baik, namun kenyataannya tidak demikian.

3.2 Informan Penelitian

Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini meliputi 1 (satu) orang

Sekretaris Desa, 5 (lima) orang Kepala Urusan dan 3 (tiga) orang Kepala Dusun, maka

kami menetapkan Kepala Desa Gunci sebagai informan kunci (key informan).
3.3 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini, baik data primer maupun data

sekunder, dipergunakan beberapa teknik :

1. Wawancara, yaitu melakukan Tanya jawab langsung dengan para informan, dengan

menggunakan pedoman wawancara.

Sumber-sumber data yang akan diwawancarai dalam penelitian ini adalah:

1. Kepala Desa Gunci sebagai informan kunci (key informan).

2. Sekretaris Desa.

3. Tiga orang Kepala Urusan dan

4. Para Kepala Dusun

2. Observasi, yaitu secara langsung mengamati obyek yang menjadi kajian, terutama

mengamati secara langsung masing-masing aparat dalam pelaksanaan tugas sehari-hari

disamping mengamati cara kerja dan hasil kerja mereka.


3. Kaji Dokumen, yaitu menelaah dokumen-dokumen laporan hasil pelaksanaan tanggung

Jawab masing-masing aparat.

3.4 Analisis Data

Analisis data penelitian merupakan langkah yang sangat kritis dalam melakukan

penelitian yang bersifat ilmiah, karena dari analisis data itulah akan didapatkan arti dan

makna dalam memecahkan masalah-masalah yang akan diteliti. Data yang terkumpul

selama peneliti melakukan penelitian, akan diklasifikasi, dianalisis dan diinterpretasikan

secara mendetail, teliti dan cermat untuk memperoleh kesimpulan yang lebih obyektif

dari suatu penelitian.


Analisis data dalam penelitian ini akan dilakukan secara mendalam sebagai upaya

mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan informasi

lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Geografis


a. Keadaan Alam

Desa Gunci merupakan desa pedalaman yang dekat dengan ibukota Kecamatan

Sawang, jarak Desa Gunci kurang lebih lima puluh kilometer dari bagian Selatan Ibukota

kabupaten, dan kurang lebih sembilan puluh kilometer dengan Ibukota Propinsi Aceh,

dengan batas-batas wilayah sebagai berikut

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Lhok Cut

2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kab.Bandar Meriah

3) Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Sawang

4) Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kubu dan Blang Cut

Luas wilayah Desa Gunci kurang lebih 63 Km2 dengan rincian penggunaan
sebagai

Jenis tanah di Desa Gunci adalah tanah liat sedikit berkapur serta keadaan yang

umumnya adalah dataran berbukit. Sepanjang kawasan pemukiman penduduk umumnya

adalah hamparan datar yang membentang dari Utara ke Selatan.

b. Keadaan Iklim

Seperti halnya dalam lain yang ada di wilayah Kecamatan Sawang , Desa Gunci

beriklim tropis, suhu udara relatif dingin karena dipengaruhi oleh angin darat dan

banyaknya pepohonan sebagai pelindung.

c. Keadaan penduduk

Menurut catatan pemerintah Desa Gunci, jumlah penduduk pada akhir Desember

2006 adalah 1.074 jiwa yang terdiri dari 570 jiwa laki-laki dan 504 jiwa perempuan, Serta

560 rumah tangga yang berarti rata-rata penduduk per rumah tangga adalah antara 5 6

jiwa. Normalnva angka rata-rata penduduk, per-rumah tangga ini disebabkan karena di

Desa Gunci rumah yang ada berfungsi sebagai rumah tinggal keluarga.

d Keadaan Penduduk menurut Mata Pencaharian

Sejalan dengan kondisi alam dan letak geografisnya sebagai wilayah daratan dan

berada dilingkungan pusat kota kecamatan dan daerah pertanian, maka mata pencanarian

masyarakatnya cukup bervariasi

e. Keadaan Pendidikan

Secara umum terlihat pendidikan di Desa Gunci dapat dinilai sedang, dari hasil
penelitian saya, Tanya jawab pada penduduk desa rata-rata mereka tamatan SMP dan

SMA.Selain itu untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan penduduk,

khususnya generasi muda yang berumur 18 - 45 tahun, diselenggarakan atau diikutkan

untuk mengikut berbagai pelatihan jika ada permintaan dari pemerintah daerah.

f. Keadaan Penduduk Menurut Agama

Penduduk Desa Gunci seluruhnya adalah pemeluk agama Islam yang taat

menjalankan ibadah khususnya sholat.

g. Keadaan Adat-Istiadat

Mengenai adat istiadat, dewasa ini kurang mengikat lagi atau sudah berada pada

masa transisi khususnya adat istiadat yang menyangkut pergaulan muda-mudi. Hal ini

dimungkinkan tejadi karena heterogenitas penduduk dan wilayahnya yang termasuk

kawasan dekat pemerintahan kecamatan. Dalam bidang kehidupan lainnya, seperti adat

perkawinan pada umumnya masih mengikat.

2. Perumahan

Di Desa Gunci terdapat 460 buah rumah yang terdiri atas 367 buah permanen, 67

buah rumah semi permanen dan 26 buah rumah pagan. Sebagian besar dari rumah

tersebut sudah menggunakan fasilitas penerangan listrik dari PLN.

3. Keadaan Kesehatan Masyarakat

Umumnya penyakit yang sering dikeluhkan masyarakat di Desa Gunci adalah

malaria. Hal ini dimungkinkan karena kondisi lingkungan Desa Gunci umumnya masih

dipenuhi semak belukar yang dapat menjadi sarang nyamuk malaria. Informasi yang

diperoleh dalam waktu 3 tahun terakhir angka penyakit malaria yang dialami penduduk

berkisar antara 10 sampai 20 orang pertahun.


4. Keadaan Keamanan

Kondisi keamanan Desa Gunci dalam kurun waktu 3 tahun terakhir ini termasuk

dalam kategori aman. Jarang terjadi tindakan-tindakan kriminal yang tidak diinginkan

terutama di kalangan pemuda. Seperti perkelahian, pencurian, perampokan dan tindakan-

tindakan lain yang meresahkan masyarakat.

4.2 STRUKTUR ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI PEMERINTAH DESA

Struktur organisasi Pemerintah Desa Gunci, mengacu pada ketentuan perundang-

undangan yang ditetapkan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah

propinsi dan selanjutnya dijabarkan oleh pemerintah Kabupaten Aceh Utara Hingga

sekarang ini struktur organisasi Pemerintah Desa Gunci mengacu pada Perda No. 20

Tahun 2000 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Dalam dan dalam

Operasional Struktur pemerintahan Selanjutnya dapat dijelaskan banwa berdasarkan

ketentuan tersebut, ditetapkan adanya beberapa fungsi pemerintahan dalam yaitu :

1. Melakukan koordinasi terhadap jalannya pemerintahan dalam, pelaksanaan

pembangunan dan pernbinaan kemasyrakatan;


2. Melakukan tugas di bidang pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan yang menjadi

tanggung jawabnya;
3. Melakukan usaha dalam rangka peningkatan partisipasi dan swadaya gotong-royong

masyarakat;
4. Melakukan kegiatan dalam rangka pembinaan ketentraman dan ketertiban wilayah dan
5. Melakukan fungssi-fungsi lain yang dilimpahkan kepada pemerintah dalam.

Adapun tugas masing-masing unsur pemerintah dalam adalah sebagai berikut :

1. Kepala desa

Kepala desa mempunyai tugas : melakukan penyelenggaraan pemerintahan,

pembangunan dan kemasyarakatan dalam rangka penyelenggaraan urusan pemerintahan


umum dan urusan pemerintahan daerah di wilayahnya.

2. Sekretaris Dalam

Sekretaris Dalam mempunyai tugas : membantu Kepala desa di bidang pembinaan

administrasi dan memberikan pelayapan teknis administratif kepada seluruh perangkat

pemerintah dalam.

3. Kepala Urusan Pemerintahan

Kepala Urusan Pemerintahan mempunyai tugas rnembantu Kepala desa dalam

pembinaan pemerintahan.

4. Kepala Urusan Pembangunan

Kepala Urusan Pembangunan mempunyai tugas membantu Kepala desa dalam

pembinaan pembangunan.

5. Kepala Urusan Umum

Kepala Urusan Umum mempunyai tugas : membantu Kepala desa dalam bidang

administrasi dan rumah tangga dalam.

6. Kepala Lingkungan

Kepala Lingkungan mempunyai tugas : membantu melaksanakan tugas-tugas

operasional Kepala desa dalam wilayah kerjanya, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

1. Keadaan Aparat Desa Gunci

Sampai dengan akhir Desember 2009, jumlah aparat Desa Gunci sebanyak 7

orang yang satu orang berstatus pegawai negeri sipil.

Dari jumlah 7 orang aparat desa 1 orang pengawai negeri golongan I A sedangkan

yang 6 orang lainnya adalah orang biasa ( bukan pegawai negeri sipil )
4.3. KEMAMPUAN KEPALA DESA DALAM PELAKSANAAN TUGAS

ADMINISTRASI PEMERINTAH DI DESA GUNCI

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa tugas dan fungsi pemerintah

dalam demikian luas dan kompleks (admiristrasi dalam arti luas) yaitu meliputi seluruh

aspek kehidupan masyarakat. Hal ini berarti tugas perangkat desa juga demikian adanya,

karena perangkat desa adalah merupakan salah satu unsur pemerintahan dalam, oleh

karena itu untuk kepentingan kajian ini dibatasi pada pelaksanaan tugas perangkat desa

dalam arti sempit (ketatausahaan) yang meliputi: surat-menyurat dan penyimpanannya

(kearsipan).

Adapun pelaksanaan tugas dimaksud dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Pencatatan atau Registrasi

Register adalah suatu aktivitas pemerintahan dengan maksud untuk

mendokumentasikan berbagai peristiwa dan atau kegiatan yang telah terjadi melalui

pencatatan-pencatatan di dalam format yang telah ditetapkan.

Daftar register dalam penyelenggaraan pemerintahan pada tingkat dalam hingga

sekarang ini yang digunakan di Desa Gunci adalah berdasarkan pada Kepmendagri

Nomor 414.3/316/PMD/2003, tentang Register Dalam. Dalam Keputusan tersebut,

ditetapkan adanya tiga jenis buku yang terdiri dari (1). Buku Administrasi Umum,

meliputi Buku Kekayaan dan inventaris dalam, buku tanah, buku keputusan dalam dan

buku agenda; (2). Buku Administrasi Penduduk, meliputi Buku Induk Penduduk dan

Buku Rekapitulasi Penduduk Akhir Bulan (3). Buku Administrasi Keuangan meliputi

Buku Kas Umum dan Buku Kas Pembantu.

Berdasarkan hasil penelitian (kaji dokumen) menunjukkan bahwa pelaksanaan


tugas pemerintahan Desa Gunci dalam pencatatan atau pengisian Buku-buku register

tersebut, dapat dinilai "kurang efektif", bahkan cenderung "tidak efektif. Hal tersebut

terlihat dari sembilan buku register yang harus diisi oleh perangkat desa, ternyata yang

terisi hanya 5 buku, yaitu : Buku Agenda, Buku Aparat, Buku Keputusan Dalam, Buku

Induk Penduduk dan Buku Kas Pembantu.

Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa buku yang terisi tersebut, data atau

informasinya tidak akurat dan tidak lengkap. Rincian tentang ketidaklengkapan pengisian

buku-buku tersebut, sebagai berikut

a. Buku Agenda

Buku Agenda adalah buku tentang pencatatan surat-surat masuk dan keluar.

Dalam penelitian ini tercatat 14 surat masuk dan 8 surat keluar. Dan penelitian yang

dilakukan pada buku agenda terlihat bahwa 10 kolom yang tersedia pada agenda surat

masuk ternyata kolom 5, 6, 7, 10 yaitu : nama instansi yang mengirim, penanggung jawab

pengelola dan kolom keterangan tidak terisi.

b. Buku Aparat

Buku Aparat adalah buku tempat pencatatan berbagai informasi tentang keadaan

aparat pemerintah dalam. Dari 11 kolom yang tersedia, ternyata yang terisi hanya 6

kolom, sedangkan yang tidak terisi sebanyak 5 kolom, yaitu ; kolom NIP, Tempat dan

tanggal lahir, Pangkat/Golongan, Tanggal Keputusan Pengangkatan dan kolom

keterangan.

c. Buku Keputusan Dalam

Buku Keputusan Dalam adalah buku tempat mencatat data/informasi mengenai,

kebijakan atau keputusan pemerintah dalam, sehubungan dengan penyelenggaraan


pemerintahan dan pembangunan di tingkat dalam.

d. Buku Induk Penduduk

Buku Induk Penduduk adalah buku tempat mencatat seluruh penduduk yang

menjadi warga di dalam tersebut, serta berbagai karakteristik yang melingkupi, setiap

individu warga tersebut.

e. Buku Kas Umum

Buku Kas Umum adalah buku tempat pencatatan setiap kegiatan penerimaan rutin

dan pembangunan serta pengeluaran dan pembangunan setiap hari. Buku Kas umum

berfungsi untuk mengetahui berapa jumlah penerimaan dan pengeluaran setiap hari

terhadap keadaan uang tunai yang ada pada kas dalam.

2. Pembuatan Pencatatan Monografi Dalam

Pembuatan dan pencatatan Monografi Dalam merupakan salah satu tugas dari

perangkat desa. Tugas tersebut perlu dilaksanakan dan untuk selanjutnya ditampilkan

dalam ruang kantor dalam. Hal ini penting mengingat papan monografi tersebut dapat

memberikan informasi dan data kepada pihak luar atau masyarakat umum tentang

keadaan Wilayah dengan berbagai potensinya.

3. Penyimpanan Dokumen

Penyimpanan dokumen-dokumen atau arsip secara baik adalah salah satu tugas

perangkat desa. Dengan penyimpanan arsip yang baik dapat membantu aparat desa upaya

menemukan kembali, jika data itu dibutuhkan untuk suatu kepentingan. Namun dari kaji

dokumen dan pengamatan penulis, ternyata tugas tersebut tidak dilaksanakan dengan

baik. Hal ini terbukti dengan tidak ditemukannya arsip dan atau register-register yang
tidak dipaparkan sebelumnya pada kantor dalam. Akan tetapi daftar register dimaksud

tersimpan dan atau berserakan di rumah Kepala desa.

Berdasarkan seluruh uraian sebelumnya, khususnya uraian tentang kondisi rill

pelaksanaan, tugas perangkat desa dalam arti sempit, yang meliputi : pencatatan register,

pembuatan dan pencatatan monografi dalam, dan penyimpanan dokumen/arsip, diperoleh

gambaran bahwa pelaksanaan tugas dimaksud dapat dinilai kurang efektif bahkan

cenderung tidak efektif. Hal tersebut terlihat dari tidak akuratnya data dan atau informasi

yang diuraikan dan tidak terealisasinya seluruh tugas dan fungsi yang diharuskan. Bahkan

data-data dan atau informasi yang dipaparkan tidak "op to date lagi, karena

data/informasi yang berlangsung adalah data/informasi yang belangsung beberapa tahun

sebelumnya yaitu data antara tahun 2008 hingga tahun 2012.

Lebih jauh dapat dijelaskan bahwa "tidak efektifnya" pelaksanaan tugas perangkat

desa dimaksud, diketahui melalui aktifitas kearsipan atau penyimpanan dokumen yang

tidak efektif, bahkan cenderung gagal dilaksanakan sebagaimana mestinya. Maksudnya

adalah bahwa arsip-arsip surat-menyurat yang harusnya disusun dan tersimpan pada

kantor tetapi hal itu tidak dilakukan. Akan tetapi dokumen/arsip Surat-Surat dimaksud

tidak disimpan rapi (berserakan), sehingga sangat sulit untuk menemukannya kembali

bila dibutuhkan.

Selain itu, dari pengamatan penulis selama melakukan penelitian terlihat bahwa

aparat atau perangkat desa kurang efektif dalam melaksanakan tugas sehari-hari, bahkan

cenderung tidak efektif ditinjau dari aspek disiplin waktu. Hal ini terlihat dari kehadiran

aparat pada setiap hari kerja sangat terbatas, bahkan sering tedadi seorang aparat tidak
masuk kantcr selama satu minggu. Bahkan kadangkala pada hari-hari tertentu kantor

tidak terbuka karena aparat tidak ada yang hadir. Akibatnya sering terjadi pelayanan pada

masyarakat dilakukan di rumah aparat, terutama di rumah Kepala Desa atau Sekretaris

Desa.

Keadaan tersebut, semakin memperjelas, bahwa pelaksanaan tugas pemerintahan

dalam dan atau perangkat desa cenderung semakin tidak efektif, terutama pelaksanaan

tugas-tugas administrasi dalam arti sempit.

4.4. UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN KEPALA DESA DALAM

PELAKSANAAN TUGAS ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DI DESA GUNCI

1. Pembinaan Disiplin Pegawai/ karyawan

Upaya pemberdayaan dapat dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dan

efektifitas kerja Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas pokoknya dan fungsi

organisasi adalah melalui pembinaan disiplin, hal ini dimaksudkan agar para pegawai

dalam melaksanakan tugas sehari-harinya senantiasa patuh dan taat pada berbagai

ketentuan yang berlaku dan menunjukan prestasi kerja yang tinggi.

Usaha untuk meningkatkan kualitas kerja melalui pembinaan disiplin, diperlukan

suatu pedoman atau kerangka yang memuat dengan jelas sistem metode dan prosedur

pembinaan serta tujuan dan sasaran setiap bentuk pegawai yang bermental baik berdaya

guna, berhasil guna dan sadar akan tanggung jawab dalam melaksanakan dan

menjalankan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan.

Adapun bentuk penerapan disiplin pegawai pada Kantor Desa Gunci adalah

pembinaan disiplin waktu kerja, sebab dengan ketepatan pada jam masuk kantor sangat

erat kaitannya dengan disiplin lainnya. Menurut pengamatan penulis bahwa penerapan
disiplin waktu jam kerja pada dasarnya belum dilaksanakan dengan baik. Pelanggaran

disiplin waktu bagi pegawai Desa Gunci cenderung sering terjadi.

a. Disiplin Aparat

Faktor disiplin yang dimaksud dalam uraian ini adalah disiplin ditinjau dari aspek

ketepatan dan kebutuhan setiap aparat terhadap waktu yang telah ditentukan pada setiap

hari kerja. Dari uraian sebelumnya menunjukkan bahwa umumnya aparat pemerintan

Desa Gunci kurang efektif dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya atau

dengan kata lain, bahwa salah satu faktor yang berpengaruh negatif dan dapat

menghambat kemampuan terhadap pelaksanaan tugas-tugas administrasi dalam adalah

ketidakdisiplinnya aparat desa pelaksanaan tugas mereka.

1). Pendidikan Dan Pelatihan

Pendidikan dan pelatihan adalah merupakan upaya untuk memberdayakan aparat,

terutama untuk meningkatkan kemampuan intelektual dengan kepribadian manusia.

Pendidikan yang dilakukan dalam suatu proses pengembangan kemampuan bertujuan

kearah yang diinginkan oleh organisasi yang bersangkutan. Sedangkan pelatihan adalah

merupakan bagian dari proses pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan atau keterampilan khusus seseorang.

Pendidikan dan pelatihan yang diikuti oleh aparat Desa Gunci diharapkan

nantinya mampu mengerjakan tugas-tugasnya dengan baik yang dibebankan kepadanya

tanpa arahan langsung dari pihak atasannya. Pendidikan dan pelatihan dapat dipandang

sebagai salah satu jalur untuk meningkatkan kemampuan aparat desa usaha melayani

kepentingan masyarakat. Pentingnva program pendidikan dan pelatihan adalah bertujuan:

Untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam mengelolah kegiatan-kegiatan sesuai


dengan profesinya.

2) Pemberian Motivasi Kerja

Bentuk motivasi kerja yang di berikan oleh kepala desa adalah memberikan

dorongan dan menyerahkan sepenuhnya tugas-tugas kepada bawahannya untuk

dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab.

3) Pengembangan Karir Di Tempat Kerja

Dalam rangka untuk lebih meningkatkan kualitas sumberdaya aparat Desa Gunci,

maka semua aparat yang telah mengikuti program pendidikan dan pelatihan diberikan

kesempatan untuk mengembangkan karirnya di tempat kerjanya yang sebagai salah satu

upaya pemberdayaan aparat. Pengembangan karir berarti bahwa seorang pegawai ingin

terus berkarya dalam organisasi tampatnya bekerja untuk jangka waktu yang lama.

Demikian Hal tugas lainnya seperiti juru tulis, sekretaris kantor, kepala bagian tata usaha

dan sebagainya.

Tujuan pengembangan karir tersebut diatas diharapkan pada bawahan nantinya mampu

untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dalam organisasi dengan

berdasarkan pada pendidikan dan pelatihan yang mereka dapackan dalam pengembangan

karirnya.

4.5. FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG

Menyimak uraian sebelumnya, terutama uraian tentang kondisi riil pelaksanaan tugas

perangkat desa Gunci di bidang penyelenggaraan tugas-tugas administrasi Pemerintah

Desa. Keadaan tersebut tentunya disebabkan adanya pengaruh negatif dari beberapa

faktor,
1. Faktor Pendukung

Adapun faktor-faktor yang mendukung pemerintahan dalam, dalam pelaksanaan tugas

pencatatan atau regsiter, Pembuatan Data Monografi dan Pendokumentasian atas

pengarsipan.

a. Perangkat Lunak

Perangkat lunak yang dimaksudkan disini adalah aturan dan atau petunjuk pengisian

buku-buku register. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pertunjuk yang

dimaksudkan termasuk format-format register serta contoh format monografi dan teknik

pengarsipan tersedia di kantor desa Gunci

b. Perangkat Keras

Perangkat keras yang dimaksudkan disini adalah sarana kantor. Dari hasil pengamatan

penulis, sarana kantor ini cukup memadai untuk pelaksanaan kegiatan pemerintahan di

tingkat kelurahan termasuk peralatannya seperti mesin ketik, meja, kursi kerjo dan lain-

lain.

2. Faktor Penghambat

a. Kemampuan untuk mengukur/mengetahui Keterampilanan Setiap Aparat

Faktor kemampuan dan atau keterampilan setiap aparat pada bidang tugas yang menjadi

tugas dan tanggung jawabnya merupakan salah satu faktor penentu efektif tidaknya

pelaksanaan tugas yang dibebankan kepadanya. Namun kenyataan menunjukkan bahwa

faktor ini kurang dimiliki oleh setiap aparat/perangkat Desa Gunci, meskipun tingkat

pendidikan formal setiap aparat dinilai cukup memadai, dimana dari jumlah 7 orang

aparat yang terdiri dari : Kepala Desa, Sekretaris Desa, lima orang kepala Urusan, dan 5

orang Kepala data/informasi yang disajikan dalam daftar register dan monografi yang
ada, juga terkait dengan kurang mampunya para kepala-kepala lingkungan dalam

menyampaikan berbagai laporan atau data yang dibutuhkan oleh bagian sekretariat untuk

kebutuhan pencatatan register dan pembuatan monografi dalam.

Keadaan tersebut dipertegas dari hasil wawancara penulis dengan Kepala Desa

Gunci, T JAMALUDDIN TBK Yang pada intinya menyatakan bahwa "aparat sekretariat

yaitu sekretaris dan kepala-Kepala urusan, termasuk kepala-kepala lingkungan cenderung

kurang komitmen dan dedik.asi untuk melaksanakan tugasnya dengan baik, karena

disebabkan oleh masih rendahnya kemampuan/keterampilan mereka, terutarna dalam hal

pelaporan dan pencatatan berbagai aktifitas atau peristiwa yang teradi dalam

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan".

b. Disiplin Aparat

Faktor disiplin yang dimaksud dalam uraian ini adalah disiplin ditinjau dari aspek

ketepatan dan kepatuhan setiap aparat terhadap waktu yang telah ditentukan pada setiap

hari kerja. Dari uraian sebelumnya menunjukkan bahwa umumnya aparat pemerintah

Desa Gunci kurang efektif dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.

Berdasarkan pengamatan saya menunjukkan bahwa frekuensi kehadiran aparat

setiap hari kerja dapat dinilai sangat minim, karena itu sangat wajar jika pelaksanaan

tugas khususnya pencatatan register tidak terlaksana dengan baik khususnya bagi aparat

yang berfungsi sebagai aparat sekretariat, sedangkan untuk enam orang aparat lainnya

(Kepala-kepala lingkungan) dimana kehadiran kerja mereka pada setiap hari kerja di

kantor desa sangat minim, Hal ini disebabkan karena dalam melaksanakan tugas tidak

diharuskan untuk selalu hadir di kantor desa kecuali jika diundang atau dipanggil oleh

pimpinan.
Lebih jauh dapat dijelaskan tentang frekuensi kehadiran kepala desa dan aparat

desa mengikuti setiap pertemuan atau rapat yang dilakukan di dalam, informasi yang

diperoleh menunjukkan bahwa dari 4 kali pertemuan selama periode dari bulan Juni

hingga bulan Agustus ternyata tidak semua aparat menghadirinya meskipun secara formal

mereka diundang (wawancara dengan Kepala Desa,).

c. Dukungan Pemerintah

Oleh karena aparat pemerintah desa, terutama kepala desa bukan pegawai negeri

sipil dan perangkatnya adalah sekretaris yang pegawai negeri sipil, maka efektifitas

pelaksanaan tugas dan tanggung jawab mereka sangat ditentukan oleh adanya dukungan

pemerintah, baik pemerintah kabupaten maupun pemerintah desa terutama Kepala desa.

Dukungan yang dimaksudkan di sini adalah upaya dari pemerintah untuk

memberikan bantuan kepada setiap aparat desa terutama perangkat desa dan kepala-

kepala lingkungan, berupa bimbingan teknis administrasi, keterampilan, pengawasan dan

pengendalian. Namun dari hasil analisis penulis menunjukkan bahwa dukungan

pemerintah tersebut tidak terwujud. Hal ini terbukti dari pelaksanaan tugas setiap aparat

tidak terealisasi dengan baik, hal ini berarti bahwa karena disebabkan oleh keterampilan

administrasi yang tertulis karena penempatan staf desa tidak sesuai dengan spesifikasi

jurusan dari staf desa..

d. Kondisi Kerja

Kondisi kerja yang dimaksudkan dalam uraian ini adalah suasana kerja yang

dapat mendorong seorang pegawai/aparat untuk mengaktualisasikan potensinya dan

menampilkan pekerjaannya secara baik. Agar kondisi tersebut dapat terwujud, maka

suasana kooperatif dan kolaboratif, Fasilitas kerja yang memadai, kejelasan tugas dan
tanggung jawab setiap aparat, harus diciptakan.

Namun dari hasil analisis penulis terhadap uraian sebelumnya, diperoleh

gambaran bahwa kondisi kerja seperti tersebut tidak termasuk. Tidak disiplinnya aparat

desa mematuhi waktu-waktu kerja, tidak terampilnya dan minimnya dedikasi dan

komitmen terhadap tugas, merupakan refleksi dari suasana kerja yang tidak kooperatif,

kolaboratif, kurangnya kejelasan tugas dan tanggung jawab masing-masing

perangkat/aparat, dan karena minimnya fasilitas kerja.

Hal yang disebutkan terakhir, diperkuat dari hasil wawancara penulis dengan

perangkat desa (Sekretaris dan Kepala-kepala Urusan) yang pada intinya menyatakan

bahwa "dalam melaksanakan tugas mereka, fasilitas yang tersedia kurang mendukung

atau memadai. Lebih jauh dijelaskan bahwa fasilitas yang kurang memadai tersebut,

antara lain : peralatan kantor seperti meja dan kursi kerja, ruang kerja, lemari tempat

penyimpanan arsip, mesin ketik, kertas dan lain sebagainya.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian sebelumnya terutama uraian Pada bab hasil penelitian dan

pembahasan, dikaitkan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka dapat

ditarik beberapa Kesimpulan pokok sebagai berikut :

1. Upaya peningkatan kemampuan aparat Desa Gunci dalam pelaksanaan tugas administrasi

pemerintahan, khususrnya administrasi pemerintahan desa yang meliputi antara lain :

a. Pembinaan disiplin Pegawai

b. Pendidikan dan pelatihan di bidang komputerlisasi

c. Motivasi kerja

d. Pengembangan karir

2. Upaya peningkatan kemampuan aparat Desa Gunci dikarenakan kondisi pelaksanaan

tugas pemerintahan desa disebabkan oleh beberapa faktor yang melingkupi kepala desa

dan aparat desa. Faktor-faktor yang dimaksud adalah minimnya

keterampilan/kemampuan setiap aparat desa sehubungan dengan tugas-tugas tersebut,

masih rendahnya disiplin kerja ditinjau dari aspek waktu, minimnya pemberian

bimbingan terhadap aparat, pengawasan dan, pengendalian yang tidak efektif, serta

kondisi kerja yang kurang mendukung.


B. Saran

Untuk lebih meningkatkan kemampuan penyelenggaraan administrasi

pemerintahan di Desa Gunci, khususnya tugas-tugas administrasi desa, ada beberapa

saran pokok yang dapat dijadikan pertimbangan adalah sebagai berikut :

1. Hendaknya pemerintah lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas dukungan terhadap

penyelenggaraan pemerintah ditingkat desa, baik dukungan berupa bimbingan teknis

administrasi maupun pengawasan dan pengendalian.


2 Hendaknya di antara para Aparat desa dapat menciptakan suasana yang penting serta

memperbaiki kondisi kerja yang dapat mendukung pelaksanaan tugas-tugas sehari-hari,

oleh karena itu setiap aparat perlu meningkatkan dedikasi dan komitmennya sebagai abdi

masyarakat, abdi negara dan abdi bangsa.


DAFTAR PUSTAKA

Amirin, Tatang M. 1990. Menyusun Rencana Penelitian, Rajawali Press J

Beratha, I Nyoman. 1992. Desa, Masyarakat Desa dan Pembangunan. Ghalia Indonesia.

Kartono, Kartini. 1993. Pemerintahan dan Kepemimpinan. Rajawali Press.

Rasyid, M. 1992. Pembangunan Kualitas dan Usaha-Usaha Peningkatan Aparatur Pemerintah.

Universitas Tadulako Palu

Sawe, Jamaluddin. 1996. Konsep Dasar Pembangunan Pedesaan. APDN Press.

Saparin, Sumber. 1996. Tata Pemerintahan dan Administrasi Pemerintahan Desa. Ghalia

Indonesia.

Siagian, SP. 1991. Administrasi Pembangunan. Haji Masagung. Jakarta

Singarimbun, Masri dan Sofyan Efendi. 1984. Metode Penelitian Survey. LP3ES.

Syarif, Roesli. 1991. Teknik Manajemen Latihan dan Pembinaan. Bina Aksara. Bandung

Tjiptoherianto, Prijono. 1993. Pembangunan Sumber Daya Manusia. Prisma.

Widjaya, AW. 1992. Pemerintahan Desa dan Administrasi Desa. Rajawali Press.

Anda mungkin juga menyukai