Anda di halaman 1dari 11

Sistem Pencernaan pada Tubuh Manusia

NessyaVanietamala

102016164

FakultasKedokteranUniversitas Kristen KridaWacana

Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta 11510

Email: nessya.2016fk164@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Sistem pencernaan merupakan sistem cerna yang ada dalam tubuh manusia yang diperankan
oleh berbagai organ tubuh manusia mulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus halus,
usus besar (intestinum crasum), rektum ke anus. Dengan bantuan organ-organ tersebut
membantu proses dari pencernaan. Pada usus besar mempunyai beberapa bagian, yaitu
caecum, appendix, colon ascendens, colon tranversum, colon descendens, dan colon sigmoid.
Colon sigmoid nanti akan melanjutkan diri menjadi rectum, kemudian anus. Reflek defeksasi
disebabkan oleh sfingter anus internus melemas dan rektum dan kolon sigmoid kontraksi
kuat.

Kata kunci: Usus besar, reflek defekasi

Abstract
Digestive system is a digestive system that exists in the human body that is played by various
organs of the human body from the mouth, esophagus, stomach, small intestine, intestine
(intestinum crasum), rectum to the anus. With the help of these organs help the process of
digestion. In the colon has several parts, namely caecum, appendix, colon ascendens, colon
tranversum, colon descendens, and sigmoid colon. Colon sigmoidnanti will continue to be the
rectum, then the anus. Defective reflexes caused by spongy internal anus sphincter and
rectum and sigmoid colon are strong contractions.
Key words: colon,Effects of defecation

Pendahuluan

Manusia memerlukan energi untuk dapat melakukan metabolisme. Energi didapatkan


dari mengkonsumsi makanan yang berada dari luar tubuh. Agar makanan dapat diserap
dengan baik maka diperlukan proses pencernaan. Proses pencernaan mengubah makanan dari
molekul-molekul besar menjadi molekul kecil yang dapat diserap dan dibawa oleh darah ke
seluruh bagian tubuh. Untuk melakukan proses pencernaan ini dibutuhkan saluran-saluran
pencernaan. Hasil akhir dari pencernaan yang dilakukan dalam tubuh manusia berupa feses

1
yang dikeluarkan melalui proses defekasi. Apabila terjadi penundaan proses defekasi, maka
tidak menutup kemungkinan akan terjadi konstipasi, dimana feses sulit untuk dikeluarkan.

Pada makalah kali ini, akan dibahas sistem pencernaan usus besar. Diharapkan melalui
makalah ini, mahasiswa dapat mengetahui struktur anatomi maupun histologi dari sistem
pencernaan, efek defekasi yang berperan dalam melakukan proses pencernaan, dan apa yang
akan terjadi jika tubuh mengalami defisiansi serat dan air.

Makroskopis dan Mikroskopis Usus Besar

Usus besar merupakan tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 5 kaki
(sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani. Diameter usus besar sudah
pasti lebih besar daripada usus kecil. Rata-rata sekitar 2,5 inci (sekitar 6,5 cm), tetapi makin
dekat anus semakin kecil.1 Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon dan rektum. Pada sekum
terdapat katup ileocaecaal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum. Appendiks sendiri
merupakan bangunan yang berupa tonjolan sebagai jari atau cacing, yang berpangkal pada
caecum. Dindingnya relatif tebal dibandingkan lumennya. Adanya lipatan tunica mucosa
kedalam dinding menyebabkan bentuk lumen yang tidak teratur. Pada orang dewasa lumen
agak membulat. Kadang-kadang lumennya berisi sisa-sisa sel sampai tersumbat. Appendix ini
berakhir buntu. Dindingnya berstruktur sebagai berikut : 1. Tunica mucosa.Tidak mempunyai
villi intestinalis, epitelnya berbentuk silindris selpais dengan sel piala. Banyak ditemukan sel
argentafin dan kadang-kadang sel paneth. Lamina propria, hampir seluruhnya terisi oleh
jaringan limfoid dengan adanya pula nodulus Lymmphaticus yang tersusun berderet-deret
sekeliling lumen. Diantaranya terdapat crypta lieberkuhn, lamina muscularis mucosa yang
sangat tipis dan terdesak oleh jaringan limfoid dan kadang-kadang terputus-putus. 2. Tunica
submucosa. Tebal, biasanya mengandung sel-sel lemak dan infiltrasi limfosit yang merata. Di
dalam jaringantunica submucosa terdapat anyaman pembuluh darah dan saraf. 3. Tunica
muscularis. Walaupun tipis, tapi masih dapat dibedakan adanya lapisan dua lapisan. 4. Tunica
serosa. Tunica serosa mempunyai struktur yang tidak berbeda dengan yang terdapat pada
intestinum tenue. Kadang-kadang pada potongan melintang dapat diikuti pula mesoappendix
yang merupakan alat penggantung sebagai lanjutan peritoneum viscerale. 5. Valvula
Ilecoececalis.3 Merupakan lipatan tunica mucosa dan tunica mucosa yang terdapat pada
muara ileum dalamcaecum. Dalam lipatan ini terdapat serabut otot polos memperkuat
struktur tersebut. Serabut-serabut tersebut berasal dari stratum circulare tunica muscularis.
Tepi bebas lipatan tersebut membatasi suatu celah tempat muara ileum. Sekum menempati

2
sekitar dua atau tiga inci pertama dari usus besar. Katup ileocaecaal mengontrol aliran kimus
dari ileum ke sekum.2 Dinding usus besar mempunyai tiga lapis yaitu lapisan mukosa (bagian
dalam), yang berfungsi untuk mencernakan dan absorpsi makanan, lapisan muskularis
(bagian tengah) yang berfungsi untuk menolak makanan ke bagian bawah, dan lapisan serosa
(bagian luar), bagian ini sangat licin sehingga dinding usus tidak berlengketan satu sama lain
di dalam rongga abdomen. 1,2,3 Pada sekum terdapat katup ileocaecal dan apendiks yang
melekat pada ujung sekum. Katup ileocaecal mengontrol aliran kimus dari ileum ke sekum.
Kolon dibagi lagi menjadi kolon asendens, transversum, desendens dan sigmoid (Price &
Wilson, 1994). Struktur usus besar terdiri atas kolon ascendens, saekum, kolon transversum,
kolon desendens, kolon sigmoid, dan rectum. Kolon ascendens berjalan ke atas dari sekum ke
permukaan inferior lobus kanan hati, menduduki regio iliaca dan lumbalis kanan. Setelah
mencapai hati, kolon ascendens membelok ke kiri, membentuk fleksura koli dekstra (fleksura
hepatik) dan dilanjutkan dengan kolon transversum. Saekum merupakan kantong yang
terletak di bawah muara ileum pada usus besar. Panjang dan lebarnya kurang lebih 6 cm dan
7,5 cm. Saekum terletak pada fossa iliaka kanan di atas setengah bagian lateralis ligamentum
inguinale. Biasanya saekum seluruhnya dibungkus oleh peritoneum sehingga dapat bergerak
bebas, tetapi tidak mempunyaimesenterium. Terdapat perlekatan ke fossa iliaka di sebelah
medial dan lateral melalui lipatan peritoneum yaitu plika caecalis, menghasilkan suatu
kantongperitoneumkecil,recessus retrocaecalis. Kolon transversum merupakan bagian usus
besar yang paling besar dan paling dapat bergerak bebas karena tergantung pada mesokolon,
yang ikut membentuk omentum majus.Panjangnya antara 45-50 cm, berjalan menyilang
abdomen dari fleksura coli dekstra sinistra yang letaknya lebih tinggi dan lebih ke
lateralis.Letaknya tidak tepat melintang ( transversal ) tetapi sedikit melengkung ke bawah
sehingga terletak di regio umbilikus, sedangkan kolon sigmoid sering disebut juga kolon
pelvinum panjangnya kurang lebih 40 cm dan berbentuk lengkungan huruf S. Terbentang
mulai dari apertura pelvis superior ( pelvic brim ) sampai peralihan menjadi rektum di depan
vertebra S-3. Tempat peralihan ini ditandai dengan berakhirnya ketiga teniae coli dan terletak
+ 15 cm di atas anus.Kolon sigmoid tergantung oleh mesokolon sigmoideum pada dinding
belakang pelvis sehingga dapat sedikit bergerak bebas. Rektum bagian ini merupakan
lanjutan dari usus besar, yaitu kolon sigmoid dengan panjang sekitar 15 cm. Rektum
memiliki tiga kurva lateral serta kurva dorsoventral.Mukosa rektum lebih halus dibandingkan
dengan usus besar. Rektum memiliki 3 buah valvula: superior kiri, medial kanan dan inferior
kiri. 2/3 bagian distal rektum terletak di rongga pelvik dan terfiksir, sedangkan 1/3 bagian
proksimal terletak dirongga abdomen dan relatif mobile. Kedua bagian ini dipisahkan oleh

3
peritoneum reflektum dimana bagian anterior lebih panjang dibanding bagian posterior. Pada
rektum terdapat pars ampullaris recti dan pars analis recti. Dimana pars ampullaris recti
sebagian besar tidak banyak berbeda strukturnya dengan colon. Glandula intestinalis
merupakan yang terpanjang diantara kelenjar usus. Kemudian makin jarang, memendekdan
menghilang pada pars analis recti. Tunicamuscularisnya terdiri dari dua lapisan tetapi tidak
terdapat taenia lagi. Tunica serosa diganti oleh tunica adventitia, hingga tidak dilapisi oleh
mesotil, sedangkan pars analis recti tunica mucosa membentuk lipatan longitudinal, sebanyak
sekitar 8 buah. Lipatanlongitudinale ini disebut Columna rectalis morgagni. Ujung lipatan-
lipatan tersebut bersatu membatasi lubang anus. Maka terbentuk sebagai katup valvula analis
dan ruang yang disebut sinus analis. Pada apeks katup anus, epitel silindris rektum digantikan
langsung oleh epitel gepeng berlapis tanpa kornifikasi dari saluran anus. Kelenjar intestinal
berakhir disini, lamina propria rektum digantikan oleh jaringan ikat padat ireguler dalam
laminapropria saluran anus. Submukosa rektum bersatu dengan lamina propria saluran anus.
Lamina propria dan submukosa keduanya amat vaskular pada daerah ini.
Plexushaemoroidalis interna yang terdiri dari vena terletak di dalam mukosa saluran anus
danpembuluh darah meluas dari sini ke dalam submukosa rektum. Hemoroid interna adalah
hasil dilatasi patologik dari pembuluh-pembuluh ini. Hemoroid eksterna berkembang dari
pembuluh-pembuluh plexus venosum eksterna pada bibir anus. Stratum circulare tunica
musculoaris pada akhirnya akan menebal membentuk m.spincter ani internum. Sedangkan
diluarnya terdapat bekas-bekas otot yang bergerak melingkar membentuk m.spincter ani
externus. Pada akhir pars analis recti terdapat perubahan epitil, dari epitil silindris selapis
menjadi epitil gepeng berlapis tanpa keratinisasi. Daerah perubahan tersebut melingkar,
disebut liner anorectale. Lebih lanjut epitel gepeng terlapis tadi akan mengalami keratinisasi
dan batasnya yang membentuk lingkaran disebut liniaanucutanea.Di daerah ini mulai muncul
folikel-folikel rambut dengan glandula sebacea. Galndula suderifera bersifat apokrin seperti
di axilla, disebut glandula circum-anale yang berbentuk tubuler.3

Usus besar terdiri atas membrane mukosa tanpa adanya lipatan kecuali pada bagian
distalnya (rektum).Vili usus tidak dijumpai pada usus ini. Kelenjar usus yang berukuran
panjang ditandai dengan banyaknya sel goblet, sel absorptif dan sedikit sel enteroendokrin.Di
dalam lamina propria, banyak dijumpai sel limfoid dan nodul yang sering kali menyebar
sampai ke dalam submukosa. Banyaknya jaringan limfoid ini berkaitan dengan banyaknya
bakteri di dalam usus besar. Muskularis terdiri atas berkas-berkas longitudinal luarnya
mengelompok dalam 3 pita longitudinal yang disebut taenia coli. Pada kolon bagian

4
intraperitoneal, lapisan/ tunika serosa ditandai dengan tonjolan kecil yang terdiri atas jaringan
lemak, yaitu apendiks epiploika. Di daerah anus, membran mukosa membentuk sederetan
lipatan memanjang, yaitu kolumna rektalis Morgagni.4

Usus besar memiliki empat lapisan morfologik seperti juga bagian usus lainnya. Akan
tetapi, ada beberapa gambaran yang khas pada usus besar saja. Lapisan otot longitudinal usus
besar tidak sempurna, tetapi terkumpul dalam tiga pita yang dinamakan taenia koli. Taenia
bersatu pada sigmoid distal, dengan demikian rektum mempunyai satu lapisan otot
longitudinal yang lengkap. Panjang taenia lebih pendek daripada usus, hal ini menyebab kan
usus tertarik dan berkerut membentuk kantong-kantong kecil peritoneum yang berisi lemak
dan melekat disepanjang taenia. Lapisan mukosa usus besar jauh lebih tebal daripada
lapisan.3

Mekanisme Pencernaan Usus Besar

kolon normalnya menerima sekitar 500 mL kimus dari usus halus per hari. Karena
sebagian besar pencernaan dan penyerapan telah diselesaikan di usus halus, sedangkan isi
yang disalurkan ke kolon terdiri dari residu makanan yang tak-tercena (misalnya selulosa),
komponen empedu yang tidak diserap, dan cairan. Kolon mengekstraksi H2O dan garam dari
isi lumennya untuk membentuk massa padat yang disebut feses untuk tubuh dikeluarjkan dari
tubuh. Fungsi utama usus besar adalah untuk menyimpan tinja sebelum defekasi. Selulosa
dan bahan lain yang tak tercerna di dalam diet membentuk sebagian besar massa dan
membantu mempertahankan keteraturan pergerakan usus dengan berkontribusi pada volume
isi kolon.3

Seperti pada organ pencernaan lainnya, usus besar juga memiliki motilitasnya sendiri.
Umumnya pergerakannya lambat sesuai dengan fungsinya yaitu untuk melakukan
penyerapan dan penyimpanan. Motilitas pada usus besar terbagi menjadi dua jenis gerak,
yaitu: gerakan mencampur atau yang disebut juga dengan haustrasi dan gerakan mendorong
atau yang dikenal dengan gerak massa.4
Pada kolon terdapat bagian yang disebut dengan taenia kolon, yaitu suatu lapisan
yang terdiri dari tiga pita otot longitudinal yang terpisah. Otot-otot ini lebih pendek dari
lapisan otot sirkular dan lapisan mukosa di bawahnya. Oleh karena itu lapisan di bawahnya
disatukan menjadi kantong atau yang disebut dengan haustra. Haustra ini seperti bahan rok
panjang yang berkumpul di tempat yang sempit dan mengalami pergerakan serta berpindah
lokasi akibat kontraksi dari lapisan otot polos sirkular. Jadi, gerakan mencampur atau yang

5
disebut dengan haustrasi ini terjadi karena adanya kontraksi sel-sel otot polos kolon yang
membuat kolon membentuk haustra. Kontraksi ini hampir serupa dengan segmentasi usus
halus tapi terjadi lebih jarang. Gerakan mencampur ini terjadi saat lokasi kantong haustra
berubah, yaitu saat kantong yang melemas dan membentuk kantong baru mulai berkontraksi
secara perlahan dilanjutkan dengan kantong yang semula berkontraksi melemas secara
perlahan dan begitu seterusnya sehingga seakan-akan terjadi gerakan maju mundur untuk
mencampur isi kolon. Kontraksi ini umumnya diatur oleh refleks lokal yang melibatkan
pleksus intrinsik.4
Umumnya beberapa kali dalam sehari terjadi peningkatan motilitas pada kolon saat
segmen besar kolon ascenden dan transversum berkontraksi secara simultan dan mendorong
tinja secara cepat. Kontraksi inilah yang dinamakan pergerakan massa atau gerakan
mendorong di mana terjadi kontraksi yang mendorong isi kolon ke bagian distal usus besar,
yaitu tempat bahan disimpan hingga terjadi defekasi. Pergerakan massa tersebut dipicu oleh
refleks gastrokolon yang diperantarai oleh gastrin dan saraf autonom ekstrinsik. Refleks ini
juga yang menyebabkan setelah makan misalnya sarapan sering diikuti oleh keinginan untuk
buang air besar. Saat makanan masuk ke saluran cerna, ada refleks yang memindahkan
makanan tersebut ke bagian distal usus besar sehingga tersedia tempat untuk makanan yang
baru masuk. Refleks gastroileum memindahkan isi usus halus yang masih ada ke usus besar
dan refleks gastrokolon mendorong isi kolon ke rektum yang nantinya juga akan memicu
refleks defekasi.4

Sekresi dan Penyerapan

Usus besar tidak mengeluarkan enzim pencernaan. Tidak ada yang diperlukan karena proses
telah selesai sebelum kimus memasuki kolon. Sekresi pada usus besar memiliki fungsi
proteksi di mana mukosa usus besar mensekresikan larutan mukus basa (NaHCO3) yang akan
melindungi usus besar dari cedera mekanis ataupun kimiawi. Mukus sendiri berfungsi
sebagai pelumas agar feses mudah bergerak sementara NaHCO3 memiliki fungsi untuk
menetralkan asam yang berpotensi untuk menyebabkan iritasi. Peningkatan sekresi
merupakan respon terhadap stimulasi mukosa kolon yang diperantarai refleks pendek dan
persarafan parasimpatis. Meskipun tidak terjadi pencernaan di usus besar, tapi bakteri kolon
mencerna selulosa untuk kepentingan mereka.5

Kolon mengandung beragam bakteri yang bermanfaat.

6
Karena gerakan kolon yang lambat, bakteri memiliki waktu untuk tumbuh dan menumpuk di
usus besar. Sebaliknya, di usus halus isi biasanya dipindahkan secara cepat sehingga bakteri
tidak dapat tumbuh. Selain itu, mulut, lambung, dan usus halus mengeluarkan bahan-bahan
antibakteri, tetapi kolon tidak. Namun, tidak semua bakteri yang tertelan dihancurkan oleh
lisozim dan HCL. Bakteri yang tertahan hidup terus berkembang di usus besar. Jumlah
bakteri yang hidup di kolon manusia adalah sekitar 10 kali lebih banyak daripada jumlah sel
yang ada di tubuh manusia, diperkirakan 500 hingga 1000 spesies bakteri berbeda biasanya
hidup di kolon. Mikroorganisme kolonik ini biasanya tidak saja tidak membahayakan tetapi
pada kenyataannya bermanfaat. Bakteri penghuni (1) meningkatkan imunitas usus dengan
berpotensi patogen, (2) mendorong motilitas kolon, (3) membantu memelihara integritas
mukosa kolon, dan (4) memberi kontribusi nutrisi. Sebagai contoh, bakteri menyintesis
vitamin K yang dapat diserap dan meningkatkan keasaman kolon sehingga mendorong
penyerapan kalsium, magnesium, dan seng. Selain itu, berbeda dari anggapan sebelumnya,
sebagian dari glukosa yang dibebaskan selama pemrosesan serat makanan oleh bakteri
diserap oleh mukosa kolon.5

Usus besar menyerap garam dan air, mengubah isi lumen menjadi feses.

Sebagian penyerapan berlangsung di dalam kolon, tetapi dengan tingkatan yang lebih rendah
daripada usus halus. karena permukaan lumen kolon cukup halus, luas permukaan
absorptifnya jauh lebih kecil daripadad usus halus. Selain itu, kolon tidak dilengkapi oleh
mekanisme transpor khusus seperti yang dimiliki oleh usus halus. jika motilitas usus halus
yang tinggi menyebabkan isi usus cepat masuk ke kolon sebelum absorpsi nutrien tuntas,
kolon tidak dapat menyerap sebagian besar bahan ini dan bahan akan keluar bersama tinja.4

Kolon dalam keadaan normal menyerap garam dan H2O. Natrium diserap secara
aktif, Cl- mengikuti secara osmotik. Kolon menyerap sejumlah elektrolit lain serta vitamin K
yang disintesis oleh bakteri kolon.5

Melalui absorpsi garam dan H2O terbentuk massa tinja yang padat. dari 500 mL
bahan yang masuk ke kolon setiap hari dari usus halus, kolon normalnya menyerap sekitar
350 mL, meninggalkan 150 mL feses untuk dikeluarkan dari tubuh setiap hari. Bahan feses
ini biasanya terdiri dari 100 g H2O dan 50 g bahan padat, termasuk selulosa yang tidak
tercerna, bilirubin, bakteri, dan sejumlah kecil garam. Karena itu, berbeda dari pandangan
umum, saluran cerna bukan merupakan saluran ekskresi utama untuk mengeluarkan zat sisa
dari tubuh. Produk sisa utama yang diekskresikan di tinja adalah bilirubin. Komstituen-

7
konstituen tinja lain adalah residu makanan yang tidak terserap dan bakteri, yang sebenarnya
tidak pernah menjadi bagian tubuh. Bakteri hampir mendekati sepertiga berat feses.4

Gas usus diserap atau dikeluarkan

Kadang-kadang, selain feses yang dari anus, gas usus, atau flatus, juga keluar. Gas ini
terutama berasal dari dua sumber: (1) udara yang tertelan (hingga 500 mL udara mungkin
tertelan ketika makan) dan (2) gas yang diproduksi oleh fermentasi bakteri di kolon. Adanya
gas yang mengalir melalui isi lumen menimbulkan suara bergeduk. Eruktasi (bersendawa)
mengeluarkan sebagian besar udara yang tertelan dari lambung, tetapi sebagian masuk ke
usus. Di usus biasanya hanya sedikit terdaat gas karena gas cepat diserap atau diteruskan ke
dalam kolon. Sebagian besar gas di kolon disebabkan oleh aktivitas bakteri, dengan jumlah
dan sifat gas bergantung pada jenis makanan yang dikonsumsi dan karakteristik bakteri
kolon. Beberapa makanan, misalnya kacang, mengandung tipe-tipe karbohidrat yang tidak
dapat dicerna oleh manusia tetapi dapat diserang oleh bakteri penghasil gas. Banyak dari gas
ini diserap melalui mukosa usus. Sisanya dikeluarkan melalui anus.6

Untuk secara selektif mengeluarkan gas ketika feses juga ada di rektum, yang
bersangkutan secara sengaja mengontraksi otot-otot abdomen dan sfingter anus eksternus
secara bersamaan. Ketika kontraksi abdomen meningkatkan tekanan yang menekan sfingter
anus eksternus menutup, terbentuk gradien tekanan yang memaksa udara keluar dengan
kecepatan tinggi melalui lubang anus yang berbentuk celah dan terlalu sempit untuk
keluarnya feses. Lewatnya udara dengan kecepatan tinggi menyebabkan tepi-tepi lubang anus
bergetar, menghasilkan nada rendah khas yang menyertai keluarnya gas.6

Proses Defekasi

Proses defekasi diawali dengan adanya mass movement dari usus besar desenden yang
mendorong tinja ke dalam rektum. Mass movement timbul +/- 15 menit setelah makan dan
hanya terjadi beberapa kali dalam sehari. Adanya tinja dalam tinja dalam rektum
menyebabkan peregangan rektum dan pendorongan tinja kearah sfinkter ani.7

Reflek Defekasi

Reflek defekasi timbul saat tinja memasuki rektum, maka peregangan rektum selanjutnya
menimbulkan rangsangan sensoris pada dinding usus dan pelvis, sehingga menimbulkan
gelombang peristaltik pada usus besar desenden, sigmoid dan rektum, mendorong tinja

8
kearah anus. Distensi rektum menimbulkan impuls pada serat-serat sensoris asendens yang
selanjutnya dibawa ke kortek yangmenimbulkan kesadaran tentang adanya distensi.
Sementara itu terjadi kontraksisementara otot lurik sfingter ani eksternus, puborectal sling (
bagian dari muskulus levator ani). Dengan demikian terjadilah reflek yang disebut reflek
inflasi.7

Gambar 1: Reflek Defekasi8

Pengantaran impuls sarafke arah distal melalui pleksus mienterikus pada bagian kaudal
dinding rektum akan menyebabkan reflek inhibisi otot polos muskulus sfingter ani internus.
Peristiwa ini disebut reflek relaksasi rektosfingter. Relaksasi sfingter ani internus ini terjadi
secara proposional terhadap volume dan kecepatan distensi rektum. Keadaan ini diikuti oleh
penghambatan sfingter ani eksternus, yang melibatkan jalur refleks dan fasilitasi kortikal.
Refleks puborektalis akan mengakibatkan melebarnya sudut anorektal ( normal 60 105o
menjadi 140o) menyebabkan jalur anus tidak terhalangi. Peningkatan tekanan abdomen
dihubungkan dengan peristaltik pada dinding abdomen, menyebabkan keluarnya tinja
sehingga terjadi pengosongan rektum.7

9
Gambar 2.Perubahan sudut anorektal saat defekasi.8

Setelah tinja keluar, maka segera terjadi terjadireflek penutupan, aktivitas ini terjadi sangat
cepat yaitu kembalinya otot dasar panggul, sudut anorektal dan tonus spingter ke posisi
semula.

Kesimpulan

Sistem pencernaan merupakan proses yang terjadi dalam tubuh manusia yang akan
diperankan oleh organ-organ dalam tubuh yang masing-masingnya mempnyai fungsi sendiri.
Usus besar (intestinum crasum) merupakan salah satu organ yang berperan. Usus besar ini
mempunyai beberapa bagian, yaitu caecum, appendix vermiformis, colon ascendens, colon
tranversum, colon descendens, dan colon sigmoid yang berbentuk huruf S. sampah-sampah
hasil metabolisme akan di tampung dalam rectum dan ketika sudah penuh dikeluarkan
melalui anus. Dalam usus besar tidak ada pencernaan tetapi ada gerakan untuk mencampur
dan mendorong kimus untuk diteruskan ke anus, lalu akan merangsang reflek defekasi.
Apabila tertunda terlalu lama akan mengakibatkan konstipasi yang menyebabkan susah
buang air besar.

10
Daftar pustaka

1. Wibowo DS. Anatomi tubuh manusia. Jakarta: Grasindo; 2008.h.88-91.


2. Widjaja H. Anatomi abdomen. Jakarta: EGC; 2008.h.93.
3. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi dasar teks dan atlas. In: Frans Dany, editor.
Saluran Cerna. Jakarta: EGC; 2007.h.278-307
4. Luis Carlos Junqueira, dan Jos Carnerio. Histologi Dasar : Teks Dan Atlas. Jakarta :
EGC 2007;295-306.
5. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2012.h.693-688
6. Gibson J. Fisiologi dan anatomi modern untuk perawat. Jakarta: EGC; 2003.h.199-
204.
7. Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. Biokimia Harper. In: Bani
AP,Sikumbang TMN. Pencernaan dan absorpsi. 25th ed. Jakarta: EGC ; 2003.h.632-
44.
8. Fungsi usus besar dalam pencernaan [homepage on internet] Jakarta [2016 march 7;
cited 2017 july 19]. Available from: http://www.sridianti.com/fungsi-usus-besar-
dalam-pencernaan.html.

11

Anda mungkin juga menyukai