SKIZOFRENIA PARANOID
Oleh :
Ichwan Zuanto
107103003842
Penguji:
dr. Prasetiyawan, SpKJ
Pasien datang ke RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi (RSMM) diantar oleh keluarganya.
A. Keluhan Utama :
Pasien dibawa ke IGD Psikiatri RSMM karena marah-marah,
mengancam dan memukul kaca pada 1 hari SMRS.
4
Menurut ibu pasien, semenjak saat itu pasien menunjukkan
perubahan perilaku seperti suka marah-marah, menyendiri, berbicara dan
tertawa sendiri, sikap penuh curiga dengan orang lain, dan sempat ingin
bunuh diri. Pada saat ditanya mengapa ingin bunuh diri, pasien
mengatakan bahwa ada yang memasuki tubuhnya dan memerintahkan
dirinya untuk bunuh diri.
Sebelum pasien dibawa berobat ke RSMM, pasien sudah pernah
dibawa ke psikolog dan psikiater di Yayasan Bagja Waluya Bogor.
Keluarga pasien mengaku bahwa pasien sudah agak membaik ketika
diobati oleh psikiater di Yayasan Bagja Waluya Bogor namun pengobatan
pasien terpaksa harus berhenti oleh karena alasan biaya.
D. Riwayat Hidup :
a. Prenatal dan Perinatal :
Pasien merupakan anak ke-5 dari 6 bersaudara. Pasien merupakan
anak yang diharapkan dan direncanakan. Kondisi ibu saat mengandung
5
dalam keadaan baik. Pasien lahir spontan, cukup bulan, dan tidak
memiliki kelainan bawaan.
6
2. Riwayat Pekerjaan :
Pasien sebelumnya pernah bekerja di sebuah percetakan besar
di Jakarta namun akibat permasalahan antara pasien dengan atasannya,
pasien akhirnya berhenti bekerja dan mulai mengalami gangguan
kejiwaan. Setelah itu, pasien bekerja tidak tetap seperti menjadi tukang
parkir, dan cleaning service. Pada saat bekerja, pasien sering mendapat
teguran karena sering tidur pada saat jam kerja. Hal ini terjadi ketika
pasien sedang dalam masa rawat jalan. Untuk sementara ini, pasien
tidak sedang melakukan pekerjaan apapun.
3. Riwayat Perkawinan :
Pasien belum pernah menikah.
4. Riwayat Agama :
Pasien beragama Islam. Pasien termasuk orang yang disiplin
dalam menjalani ibadah dan kegiatan keagamaan lainnya namun
semenjak mengalami masalah pada pekerjaan dan kemudian pada
kejiwaannya, pasien mulai kurang disiplin dalam menjalankan ibadah
dan kegiatan keagamaan lainnya.
5. Aktivitas Sosial :
Pasien termasuk orang yang aktif dalam kegiatan di lingkungan
masyarakat sekitarnya. Dalam lingkungan pergaulan, pasien termasuk
orang yang pemalu dan tertutup namun mudah dipengaruhi oleh
teman-teman sebayanya.
6. Riwayat Psikoseksual :
Pengetahuan tentang seksual dianggap tabu oleh pasien dan
keluarga pasien. Pasien mengakui tidak pernah melakukan hubungan
seksual.
7
7. Riwayat pelanggaran hukum:
Pasien tidak pernah terlibat dalam proses pengadilan yang
berkaitan dengan hukum.
f. Riwayat sosio-ekonomi:
Pasien tinggal dengan ibu kandung pasien. Keluarga pasien
tergolong status ekonomi menengah ke bawah. Keluarga pasien
tinggal di lingkungan padat penduduk.
Ayah kandung pasien meninggal dunia sekitar 6 tahun yang
lalu, pada saat pasien berumur 32 tahun. Kemudian pasien tinggal
bersama ibu kandung pasien.
F. Riwayat Keluarga :
Pasien merupakan anak ke-5 dari 6 bersaudara. Pasien
merupakan anak yang paling disayang oleh kedua orang tua pasien
karena prestasinya semasa di sekolah. Hubungan dan komunikasi
antara anggota keluarga terjalin dengan baik, tidak ada pertengkaran
yang membuat keretakan dalam hubungan keluarga pasien. Tidak
ditemukan adanya riwayat gangguan serupa pada keluarga pasien.
8
Keterangan: = Meninggal
= Laki -laki
= Tinggal serumah
= Perempuan
= Pasien
9
III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
Berdasarkan pemeriksaan pada tanggal 25 April 2012
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan : Seorang laki-laki berusia 38 tahun,
terlihat seusai dengan usianya, perawatan diri cukup, habitus atletikus
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Pembicaraan : Pasien berbicara secara spontan,
artikulasi cukup jelas, intonasi dan volume suara cukup, ide cerita
banyak.
4. Perilaku dan Psikomotor : Selama pemeriksaan pasien tampak
tenang.
5. Sikap terhadap pemeriksa : tampak tenang, kooperatif, dan penuh
perhatian.
C. Gangguan Persepsi
Pada saat dilakukan pemeriksaan pada tanggal 25 April 2012 tidak
ditemukan adanya gangguan persepsi atau perilaku halusinatorik.
Berdasarkan anamnesis terhadap pasien ditemukan pernah terdapat
riwayat halusinasi auditorik 2nd order/ commanding.
D. Pikiran
Proses dan bentuk pikir : banyak ide, koheren.
Isi pikir : tidak ditemukan adanya gangguan isi pikir.
Berdasarkan anamnesis, ditemukan riwayat waham kejar yang tergambar
dalam cerita pasien dan orang tua pasien yaitu pasien bersikap curiga dan
takut pada semua minuman yang ibu pasien berikan kepadanya.
F. Pengendalian impuls
Baik, pasien terlihat tenang dan kooperatif selama pemeriksaan.
11
G. Daya nilai dan tilikan
1. Daya nilai sosial : baik, menurut pasien marah, mengancam dan
memukul kaca adalah perbuatan yang salah.
2. Uji Daya nilai : baik, pasien mencuri adalah perbuatan dosa.
3. Penilaian realita : tidak terdapat hendaya dalam menilai realita.
4. Tilikan : derajat 4
12
B. Status Neurologis
1. GCS : 15 (E4, V5, M6)
2. Kaku Kuduk : (-)
3. Pupil : Bulat, isokor, refleks cahaya
langsung-tidak langsung +/+
4. Kesan Parese nervus Kranialis : (-)
5. Motorik : Kekuatan (5), tonus baik,
rigiditas (-), spasme (-), hipotoni (-), eutrofi , tidak ada gangguan
keseimbangan dan koordinasi.
6. Sensorik : Tidak ada gangguan sensibilitas
7. Refleks fisiologis : (+)
8. Gejala ekstrapiramidal : (-)
9. Gaya Berjalan dan Postur Tubuh : Normal
10. Stabilitas Postur Tubuh : Normal
11. Tremor di kedua tangan : (-)
13
Pasien termasuk orang yang pemalu dan jarang bergaul dengan
tetangga atau teman sebaya di lingkungan sekitarnya namun seringkali
aktif dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan di lingkungan tempat
tinggalnya. Pasien merupakan orang yang mudah terpengaruh oleh teman-
temannya. Pasien mengaku cenderung melakukan sesuatu agar mendapat
perhatian dari lingkungan sekitar dan agar dapat diterima oleh teman-
teman sebayanya.
Pasien merasa sering dimanfaatkan oleh teman-teman di
lingkungan kerjanya dan juga pasien merasa tidak dapat cepat beradaptasi
dengan lingkungan tempat dia bekerja sehingga tidak dapat menemukan
tempat kerja yang tetap.
Pada pemeriksaan fisik status internus dan neurologis tidak
ditemukan kelainan. Pada anamnesis ditemukan riwayat asosiasi
longgar/inkoheren (berbicara tidak menyambung), afek tidak serasi (tidak
berekspresi), perilaku autistik (berbicara dan tertawa sendiri), penurunan
fungsi mandiri (jarang mandi dan makan), kemungkinan waham kejar
(curiga dengan pemberian ibu/ keluarga pasien), halusinasi (auditorik 2nd
order/ commanding), vagabondase (suka keluyuran pada malam hari
tanpa tujuan). Pada pemeriksaan status mental tidak ditemukan adanya
gangguan alam perasaan, gangguan persepsi, gangguan proses dan isi
pikir, dan hendaya dalam daya nilai dan penilaian realita.
Skema Perjalanan Gangguan Tn. N
14
VI. FORMULASI DIAGNOSTIK
Pada pasien ini ditemukan adanya pola perilaku atau psikologis yang secara
bermakna dan khas berkaitan dengan suatu gejala yang menimbulkan hendaya
(disfungsi)dalam berbagai fungsi psikososial dan kegiatan sehari-harinya. Terdapat
pula penderitaan (distress) yang dialami pasien. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwapasien mengalami gangguan jiwa.
Diagnosis Aksis I
Berdasarkan autoanamnesis dan alloanamnesis pasien tidak memiliki
riwayat cedera kepala, riwayat tindakan operatif dan riwayat kondisi medis
lain yang dapat secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi fungsi
otak. Berdasarkan pemeriksaan fisik juga tidak ditemukan kondisi medis
umum yang dapat mempengaruhi fungsi otak. Oleh karena itu, gangguan
mental organik (F00-09) dapat disingkirkan.
Diagnosis gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan
zat psikoaktif (F10-F19) belum dapat disingkirkan karena walaupun
pasien sudah menghentikan konsumsi alkohol dan ganja melebihi 48
jam sebelum keluhan muncul (efek primer) namun pasien mengaku
terakhir kali mengkonsumsi alkohol sebulan sebelum masuk rumah
sakit dan untuk ganja, pasien mengaku lupa kapan terakhir kali
mengkonsumsinya. Untuk itu, efek sekunder penggunaan alkohol
belum dapat disingkirkan.
Pada anamnesis ditemukan riwayat asosiasi longgar/inkoheren
(berbicara tidak menyambung), afek tidak serasi (tidak berekspresi),
perilaku autistik (berbicara dan tertawa sendiri), penurunan fungsi
mandiri (jarang mandi dan makan), kemungkinan waham kejar (curiga
dengan pemberian ibu/ keluarga pasien), halusinasi (auditorik 2nd
order/ commanding), vagabondase (suka keluyuran pada malam hari
tanpa tujuan). Pada pemeriksaan status mental tidak ditemukan adanya
gangguan alam perasaan, gangguan persepsi, gangguan proses dan isi
pikir, dan hendaya dalam daya nilai dan penilaian realita. Dari gejala-
gejala tersebut, diagnosis lebih diberatkan pada F20.0 Skizofrenia
Paranoid.
15
Diagnosis Aksis II
Pasien memiliki ciri kepribadian histrionik karena pasien cenderung
melakukan sesuatu agar mendapat perhatian dari orang-orang disekitarnya dan
dapat diterima dalam pergaulan di lingkungannya.
Diagnosis Aksis IV
Pasien diduga mengalami stress berupa perubahan dalam kondisi kerja/
konflik dengan rekan kerja, kehilangan pekerjaan sebelumnya dan sampai
sekarang belum juga mendapatkan pekerjaan (perubahan besar dalam
pekerjaan), perubahan dalam kondisi keuangan, dan di samping itu, pasien
juga mempunyai sebuah impian yang ingin diwujudkan oleh pasien namun
sampai saat ini belum dapat tersampaikan, yaitu impian ingin menikah. Jika
diklasifikasikan ke dalam skoring skala stress menurut Holmes dan Rahe,
maka masalah yang dialami oleh pasien saat ini tergolong ke dalam stressor
dengan risiko gangguan psikopatologis 50%.
Diagnosis Aksis V
Berdasarkan Skala Global Assesment of Functioning (GAF)dalam satu
tahun terakhir (the high level past year (HLPY)) adalah 61-70. Skala GAF
pada saat pemeriksaan (current) didapatkan nilai 51-60 (gejala sedang,
disabilitas sedang)
Psikoterapi
Psikoterapi dilakukan bersamaan dengan pemberian psikofarmaka,
dilakukan terhadap pasien dan keluarga.
Terhadap pasien :
1. Memberikan psikoterapi edukatif, yaitu memberikan informasi
danedukasi tentang penyakit yang diderita, faktor risiko, gejala,
dampak, faktor penyebab, cara pengobatan, prognosis, dan risiko
kekambuhan agar pasien tetap patuh minum obat dan segera datang ke
dokter bila timbul gejala serupa dikemudian hari. Selain itu, harus
dijelaskan pula bahwa pengobatan akan berlangsung lama, adanya efek
samping obat dan pengaturan dosis obat hanya boleh diatur oleh dokter
2. Memberikan psikoterapi suportif dengan memotivasi pasien untuk
terus minum obat secara teratur, serta memiliki semangat untuk
sembuh. Selain itu, memberikan dukungan atas hal-hal positif yang
dilakukan pasien
17
Terhadap keluarga:
1. Memberikan informasi dan edukasi tentang penyakit pasien, faktor
risiko, gejala, dampak, faktor penyebab, cara pengobatan, prognosis
dan risiko kekambuhan, faktor yang meningkatkan risiko kekambuhan,
sehingga keluarga dapat mendukung pasien ke arah kesembuhan
dengan maksimal.
2. Menjelaskan bahwa pengobatan akan berlangsung lama, adanya efek
samping obat dan pengaturan dosis obat hanya boleh diatur oleh
dokter.
3. Mengajak anggota keluarga untuk ikut berpartisipasi dalam
penatalaksanaan pasien.
X. PROGNOSIS
a. Quo ad vitam : Ad bonam
b.Quo ad functionam : Ad bonam
c. Quo ad sanationam : Dubia ad malam
18