Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan pada suatu kota/wilayah yang menganggap
pembangunan yang dilakukan pada masa sekarang meruapakan pembangunan untuk menunjang
kehidupan di masa yang akan datang. Pembangunan berkelanjutan juga tidak hanya memandang dari
satu aspek saja, entah itu ekonomi, lingkungan, social budaya ataupun politik, tetapi memandang
semua aspek yang ada menjadi satu kesatuan system, yang dimana jika salah satu sub systemnya rusak
akan mempengaruhi yang lain, yang dimana ini berarti tidak akan terjadi hasil yang maksimal dari
pembangunan tersebut. Tentunya pada saat ini seluruh kota/wilayah diseluruh dunia mengkonsepkan
pembangunan wilayah/kota mereka dengan prinsip kota berkelanjutan dengan berbagai upaya. Salah
satu kota di Indonesia yang sekarang ini sudah mulai membangun kotanya dengan prinsip
pembangunan yang berkelanjutan yaitu Kota Makassar.
Kota Makassar merupakan salah satu Kota Metropolitan yang ada di Indonesia, dengan luas wilayah
175,77 km2 yang dihuni oleh penduduk dari suku, etnis dan agama yang beranekaragam. Sebagai Ibu
Kota Sulawesi Selatan, Kota Makassar memiliki peranan yang sangat penting dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi-sosial masyarakat baik untuk dirinya sendiri maupun daerah-daerah lainnya
yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan, khususnya daerah-daerah hinterland yang memiliki
keterkaitan fungsi ruang dengan Kota Makassar. Kota Makassar sendiri mengalami perkembangan
yang pesat dalam berbagai aspek, ini dibuktikan dengan bertambahnya sarana dan prasarana penunjang
untuk memenuhi segala kebutuhan sehari-hari penduduk Kota Makassar. Tentunya hal ini menambah
daya tarik Kota Makassar sebagai pusat dari berbagai kegiatan, seperti pendidikan, pemerintahan,
pelayanan jasa, perdagangan dan berbagai pusat-pusat kegiatan lainnya untuk Kawasan Timur
Indonesia. Hal ini berimbas pada peningkatan jumlah penduduk, yang dimana kepadatan penduduk di
Kota Makassar sudah tergolong tinggi, yaitu mencapai 1,7 juta jiwa, jumlah ini sudah melebihi
standarisasi minimal penduduk pada Kota Metropolitan yaitu sebanyak satu juta jiwa. Besarnya
pergerakan penduduk Kota Makassar juga secara otomotis meningkatkan kepadatan jumlah
kendaraan, yang dimana jumlah pertumbuhan kendaraan sebesar 13-14 persen pertahun untuk
kendaraan roda dua dan 8-10 persen pertahun untuk kendaraan roda empat, sementara pertumbuhan
jalan hanya 0,001 persen pertahun. Jumlah kendaraan baik roda dua maupun roda empat mencapai 2,4
juta (1,1 juta roda dua dan 1,3 juta roda empat) lebih tinggi dari jumlah penduduk Kota Makassar yaitu
sebanyak 1,7 juta jiwa. Hal ini juga tentunya memperbesar kemungkinan untuk terjadinya masalah
klasik kota, yaitu seperti kemacetan, polusi udara, kebisingan dan bahkan bencana banjir. Saat ini kita
sudah dapat melihat permasalahan diatas terjadi didepan mata. Dan tidak hanya melihat tetapi kita pun
merasakannya sebagai penduduk Kota Makassar.Tentunya pertambahan jumlah kendaraan ini akan
terus meningkat setiap tahunnya seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Kota Makassar.
Bahkan salah satu pakar transportasi, Prof.Ir. Sakti Adji Adisasmita memperkirakan pada tahun 2021
seluruh jalan di Kota Makassar berada dalam kodisi sangat kritis.
Sejatinya transportasi merupakan urat nadi pada suatu kota/wilayah, yang berarti bagaimana bisa
kota/wilayah itu berkembang dengan baik jika tidak memiliki system transportasi yang baik juga.
Apalagi untuk menuju kota yang berkelanjutan, rasanya tidak mungkin. Maka dari itu pemerintah Kota
Makassar pun tak henti-hentinya berupaya mengatasi permasalahan diatas dengan berbagai cara, mulai
dari pembenahan prasarana sampai kepada menghadirkan kebijakan kebijakan agar meminimalisir
permasalahan yang ada. Dan dalam upayanya, salah satu tindakan yang dilakukan pemerintah kota
Makassar yaitu dengan mengeluarkan kebijkan Trans Mamminasata yang merupakan layanan
angkutan massal, biasa disebut dengan Bus Rapid Transit (BRT), yang sudah mulai beroperasi pada 1
Juli 2015.
Penulisan essai ini bermaksud untuk mengetahui kendala dari penerapan BRT Mamminasata.

1.2 Tujuan dan Sasaran


Adapun tujuan dari penulisan essai ini, yaitu :
1. Agar mengetahui factor apa saja yang menghambat penerapan dari Bus Rapit Transit
Mamminasata
Adapun sasaran dari penulisan essai ini, yaitu :
1. Agar mengetahui factor apa yang menghambat

1.3 Ruang Lingkup


BAB II
GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM TRANSPORTASI

4.1. Pengertian dan Ruang Lingkup Sistem Transportasi


2..1. Pengertian Sistem Transportasi
Pengertian system transportasi dapat dipahami melalui dua pendekatan yaitu: system
transportasi menyeluruh (makro) dan sistem transportasi mikro yang merupakan hasil
pemecah dari sistem transportasi makro menjadi sistem yang lebih kecil yang masng-masing
saling terkait dan saling mempengaruhi. Sistem transportasi mikro terdiri dari (Tamin,2000):
1. Sistem Kegiatan
Sistem kegiatan atau tata guna lahan mempunyai jenis kegiatan tertentu yang akan
membangkitkan pergerakan dan akan menarik pergerakan dalam proses pemenuhan
kebutuhan. Sistem ini merupakan sistem pola kegiatan tata guna lahan yang terdiri dari
sistem pola kegiatan social, ekonomi, kebudayaan dan lain-lain. Besarnya pergerakan
sangat berkaitan dengan jenis dan intensitas legiatan yang dilakukan.
2. Sistem Jaringan
Sedangkan sistem jaringan merupakan moda transportasi (sarana) dan media
(prasarana/infrastruktur) tempat moda transportasi bergerak. Sistem jaringan meliputi
: sistem jaringan jalan raya, terminal bis, stasiun kereta api, badara dan pelabuhan laut.
3. Sistem Pergerakan
Sistem pergerakan ditimbulkan karena interaksi antara sistem kegiatan dan sistem
jaringan. Sistem pergerakan yang ada merupakan sistem pergerakan barang dan
manusia
4. Sistem Kelembagaan
Sistem kelembagaan merupakan instansi yang mengatur sistem transportasi
beserta kebijakan-kebijakan yang mengaturnya.
2..2. Pengertian dan Ruang Lingkup Sistem Transportasi Darat
2.1.2.1 Pengertian Transportasi Darat
Sistem transportasi darat merupakan segala bentuk sarana prasarana yang menjadi
satu kesatuan yang ditujukan untuk mencapai suatu perwujudan dari perencanaan
transportasi yang baik.
2.1.2.2 Ruang Lingkup Transportasi Darat
Transportasi darat terdiri atas :
a. Transportasi Jalan Raya
Dalam transportasi jalan raya ini menggunakan alat angkutan berupa
manusia, binatang, sepeda, sepeda motor, becak, bus truk dan kendaraan
bermotor lainnya.
b. Transportasi Jalan Rel
Dakam transportasi jalan rel imi menggunakan angkutan berupa kereta
api, yan gterdiri atas lokomotif, gebong, tangki, boks khusus, trailer dan kereta
penumpang. Jalan yang digunakan berupa rel baja.

2..3. Dasar Hukum Transportasi Darat


Dalam perencanaan maupun penerapan dari transportasi darat tentunya membutuhkan
dasar-dasar ataupun aturan-aturan yang harus diikuti dan dipatuhi. Adapun beberapa
peraturan yang berkaitan dengam transportasi darat yaitu :
1. Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungqn wajib kajib
kecelakaan penumpang dan Undang

2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Sistem Transportasi


2.2 Tujuan dasar perencanaan transportasi adalah memperkirakan jumlah serta lokasi kebutuhan akan
transportasi
2.1.1 Pengertian Sistem Transportasi Darat
BAB III
KARAKTERISTIK PERSOALAN DAN MASALAH

4.1. Profil Wilayah Kota Makassar


2..1. Letak Geografis
Kota Makassar terletak antara 1190 241738 bujur Timur dan 508619 Lintang Selatan
yang berbatasan sebelah utara dengan Kabupaten Maros, sebelah timur Kabupaten Maros,
sebelah selatan Kabupaten Gowa dan sebelah barat adalah selat Makassar. Luas wilayah kota
makassar tercatat 175,77 km persegi yang meliputi 14 kecamatan. Pada tahun 2015, jumlah
Kelurahan di Kota Makassar tercatat memiliki 143 kelurahan, 996 RW dan 4968 RT. Dan
memiliki batas-batas wilayah administratif dari letak Kota Makassar, antara lain :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pangkep
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Maros
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa
- Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar

Secara geografis, letak Kota Makassar berada di tengah diantara pulau-pulau besar lain dari
wilayah kepulauan nusantara sehingga menjadikan Kota Makassar dengan sebutan angin
mammiri ini menjadi pusat pergerakan spasial dari wilayah Barat ke bagian Timur maupun
Utara ke Selatan Indonesia. Dengan posisi ini menyebabkan Kota Makassar memiliki daya
tarik kuat bagi para imigran dari daerah Sulawesi Selatan itu sendiri maupun daerah lain
seperti provinsi yang ada di kawasan Timur Indonesia untuk datang mencari tempat tinggal
dan lapangan pekerjaan.

2..2. Topografi dan Kemiringan Lereng


Kota Makassar memiliki topografi dengan kemiringan lahan 0-2 derajat (datar) dan
kemiringan lahan 3-15 derajat (bergelombang) dengan hamparan daratan rendah yang berada
pada ketinggian anatara 0-25 meter dari permukaan laut. Hal ini memungkinkan Kota
Makassar berpotensi pada pengembangan permukiman, perdagangan, jasa, industry, rekreasi,
pelabuhan laut dan fasiltas penunjang laiinya. Kondisi ini juga merupakan salah satu penyebab
Kota Makassar sering mengalami genangan air pada musim hujna, terutama pada saat turun
hujan bersamaan dengan naiknya air pasang.
Secara umum topografi Kota Makassar dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu :
Bagian barat kea rah utara relative rendah dekat dengan pesisir pantai
Bagian timur dengan keadaan topografi berbukit seperti di Kelurahan Antang
Kecamatan Manggala.
Perkembangan fisik Kota Makssar cenderung mengarah kebagian timur dan bagian selatan
kota. Hal ini terlihat dengan giatnya pembangunan perumahan di KEcamatan Biringkanaya,
Kecamatan Tamalanrea, Kecamatan Manggala, Kecamatan Panaukkang, Kecamatan
Rappocini dan Kecamatan Tamalate.
2..3. Geologi dan Jenis Tanah
Wilayah Kota Makassar terbagi dalam berbagai morfologi bentuk lahan. Satuan-satuan
morfologi bentuk lahan yang terdapat di Kota Makassar dikelompokkan menjadi dua yaitu :
Satuan morfologi dataran alluvial pantai; dan
Satuan morfologi perbukitan bergelombang
2..4. Hidrologi
Kota Makassar memiliki garis pantai sepanjang 32 km dengan kondisi hidrologi Kota
Makassar dipengaruhi oleh dua sungai besar yang bermuar di pantai sebelah barat kota. Sungai
Jeneberang yang bermuara disebelah selatan dan Sungai Tallo yang bermuara di sebelah
utara.
2..5. Klimatologi
Kota Makassar termasuk daerah yang beriklim tropis, karena letaknya menghampiri garis
khatulistiwa.
Kelembaban udara berkisar antara 67 % - 86 %
Curah hujan tahunan rata-rata 337 mm, dimana curah hujan tertinggi dicapai pada
bulan Januari dengan rata-rata 660 mm/bulan dan terendah pada bulan Agustus
berkisar 14,4 mm/bulan dengan jumlah hari hujan berkisar 149 hari hujan pertahun.
Temperatur/suhu udara di Kota Makassar rata-rata sekitar 26C sampai dengan 33 C.
Kecepatan angin rata-rata 2-3 Knot/Jam
Penyinaran matahari rata-rata 49,33

2..6. Penggunaan Lahan

2..7. Aspek Kependudukan dan Ketenagakerjaan


2..7.1. Kependudukan
Penduduk Kota Makassar berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2015 sebanyak
1.449.401 jiwa yang terdiri atas 717.047 jiwa penduduk laki-laki dan 732.354 jiwa
penduduk perempuan. Dibandingkan dengan proyeksi jumlah penduduk tahun 2014,
penduduk Kota Makassar mengalami pertumbuhan sebesar 1,41 persen dengan
masing-masing presentase pertumbuhan penduduk laki-laki sebesar 1,45 persen dan
penduduk perempuan sebesar 1,37 persen. Sementara itu besarnya angka rasio jenis
keamin tahun 2015 penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 97,91.
Kepadatan penduduk di Kota Makassar tahun 2015 mencapai 8.246 jiwa/km2
dengan rata-rata jumlah penduduk per rumah tangga empat orang.

Tabel 3.1
Jumlah Penduduk dan Laju PErtumbuhan Penduduk Menurut KEcamatan
di Kota Makassar tiga tahun terkahir
Laju Pertumbuhan
Jumlah Penduduk
Penduduk per Tahun
No Kecamatan
2013 2014 2015 2013- 2014-
2014 2015
1. Mariso 57790 58327 58815 0,88 0,84
2. Mamajang 60236 60537 60779 0,45 0,40
3. Tamalate 183039 186921 190694 2,07 2,02
4. Rappocini 158325 160499 162539 1,32 1,27
5. Makassar 83550 84014 84396 0,51 0,45
6. Ujuang 27802 28053 28278 0,85 0,80
Pandang
7. Wajo 30258 30505 30772 0,76 0,71
8. Bontoala 55578 55937 56243 0,60 0,55
9. Ujung Tanah 48133 48531 48882 0,78 0,72
10. Tallo 137260 137997 138598 0,49 0,44
11. Panakukkang 145132 146121 146968 0,63 0,58
12. Manggala 127915 131500 135049 2,75 2,70
13. Biringkanaya 185030 190829 196612 3,08 3,03
14. Tamalanrea 108024 109471 110826 1,29 1,24
Total 1408072 1429242 1449401 1,46 1,41
Sumber ; Kota Makassar Dalam Angka 2016

2..7.2. Ketenagakerjaan
Pada tahun 2015 jumlah pencari kerja terdaftar di Kota Makassar pada Dinas
Tenaga Kerja Kota Makassar sebesar 10.326 pekerja dengan penurunan 2,80 persen.
Dari 10.326 pekerja yang terdaftar sebesar 8.351 telah ditempatkan bekerja.
Perbandingan pencari kerja laki-laki lebih sedikit dibandingkan perempuan, terdaftar
5.052 laki-laki dan 5.274 pencari kerja perempuan yang terdaftar pada Dinas Tenaga
Kerja.
Pendidikan terakhir SMA yang paling mendominasi terhadap pencari kerja, yaitu
sebesar 43,91 persen ( 4.534 pekerja ) dan yang ditempatkan sebanyak 906 pekerja
di tahun 2015. Hal ini juga berarti kepada besarnya jumlah pengangguran di Kota
Makassar.
Tabel 3.2
Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Jenis Kegiatan
Selama Seminggu yang Lalu dan Jenis Kelamin di Kota Makassar Tahun
2015
Jenis Kelamin
Kegiatan Utama Jumlah
Laki-Laki Perempuan
Angkatan Kerja 368820 224340 593160
Bekerja 323289 198565 521854
Pengangguran Terbuka 45531 25775 71306
Bukan Angkatan Kerja 156408 324916 481324
Sekolah 96992 109255 206247
Mengurus Rumah Tangga 19088 201701 220789
Lainnya 40328 13960 54288
Total 525228 549256 107484
Tingkat Partisipasi
70,22 40,84 55,20
Angkatan Kerja
Tingkat Pengangguran 12,35 11,49 12,02
Sumber : Kota Makassar Dalam Angka 2016

3.2. Ketrkaitan Komponen Sistem Transportasi


3.2. Isu dan Persoalan
Penggunaan kendaraan pribadi yang terus menerus meningkat menjadi hal yang hamper dirasakan
oleh seluruh kota di Indonesia tidak terkecuali Kota Makassar. Yang dimana kondisi dari transportasi
Kota Makassar itu sendiri sudah sangat mengkhawatirkan, yang dimana dibuktikan dengan
peningkatan jumlah kendaraan bermotor sebesar 2,4 juta, jumlah ini sudah melebihi dari jumlah
penduduk di Kota Makassar yaitu sebesar 1,7 juta jiwa. Yang jika tidak ditangani secepatnya bisa
menimbulkan banyak permasalahan transportasi, baik dari segi ketrbatasan prasarana transportasi,
kemacetan, tingkat polusi dan kebisingan yang tinggi. Tentunya permasalahan transportasi tersbut bisa
mempengaruhi penggunaan lahan bahkan perkembangan Kota Makassar untuk kedepannya. Maka dari
itu perlu perencanaan transportasi yang sekiranya dapat menekan laju dari peningkatan penggunaan
transportasi pribadi. Salah satu cara yaitu dengan lebih memanfaatkan pengembangan sistem angkutan
umum massal, baik itu lebih kepada jenis atau penyedian moda angkutan maupun kepada kebijakan
kebijakan yang tentunya bisa menjadi solusi permasalahan diatas.
Dalam penyediaan angkutan umum massal, Kota Makassaar sendiri masih bertumpu pada
penggunaan angkutan umum non bus, yang didalam bahasa Makassar disebut dengan pete-pete.
Angkutan umum ini melayani pergerakan masyarakat baik itu didaerah pinggiran maupun pada daerah
pusat kota dan terkadang justru menjadi sumber kemacetan karena jumlahnya yang sudah terlampau
banyak saat ini.
BAB IV
KESIMPULAN

4.1. Solusi dan Pemecahan Masalah

DAFTAR PUSTAKA

http://dephub.go.id/berita/baca/benahi-transportasi-kota-makassar,--harus-ada-langkah-
ekstrim/?cat=QmVyaXRhfHNlY3Rpb24tNjU=
http://belajjarilmuteknik.blogspot.co.id/2013/12/sistem-transportasi.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Trans_Mamminasata
http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/19882
http://ubermenschaddres.blogspot.co.id/2016/06/bus-rapid-trans-mamminasata-dan-world.html
http://wwwperadabanpecinta.blogspot.co.id/2012/12/ujian-take-home-mata-kuliah-perencanaan.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/59188/Chapter%20II.pdf;jsessionid=6BA78B3A8
2F1775FD34043F173215FDE?sequence=3
https://makassarkota.bps.go.id/index.php/publikasi/113
https://portal.makassar.go.id/makassarku/geografis/karakteristik-fisik

Anda mungkin juga menyukai