Anda di halaman 1dari 17

KARYA TULIS ILMIAH

KLONING DAN INSEMINASI BUATAN DI


TINJAU DARI ETIKA DAN HUKUM

Disusun oleh:
Arfian Deny Prakoso 1410029049
Joko Santoso 1410029053
Nesia Yaumi 1410029043
Ruth Djalung 1410029051
Nur Aprilia R 1410029052
Dewi Guntar R 1410029054

Pembimbing:
dr. Cort Darby Tombokan, SH, Sp.F

Dibawakan Dalam RangkaTugas Kepaniteraan Klinik


SMF/Lab Forensik dan Medikolegal
Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
RSUD A.W.Sjahranie Samarinda
Februari, 2016
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, yang dengan nikmat-Nya sempurnalah seluruh


kebaikan. Alhamdulillah atas segala rahmat dan karunia-Nya, penulisan Karya Tulis
Ilmiah yang berjudul Kloning dan Inseminasi Buatan di Tinjau dari Etika dan Hukum
ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam kami sampaikan kepada
manusia paling mulia, Muhammad SAW yang senantiasa memperjuangkan dan
menyebarkan risalah agama Islam di muka bumi ini.
Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. dr. Emil Bachtiar, Sp.P selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Mulawarman.
2. dr. Sukartini, Sp.A selaku Ketua Program Studi Profesi Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Mulawarman.
3. dr. Cort Darby Tombokan, Sp.F, SH selaku Kapala Laboratorium dan SMF
Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman,
sekaligus sebagai pembimbing klinik selama menjalani kepaniteraan klinik di
Laboratorium Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas
Mulawarman.
4. Seluruh staff pada SMF Forensik dan Medikolegal Rumah Sakit Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda yang telah membimbing kami selama menjalani
kepaniteraan klinik di SMF Forensik dan Medikolegal Rumah Sakit Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda
5. Teman-teman Dokter Muda yang menjalani kepaniteraan klinik di Lab/SMF
Forensik dan Medikolegal di Rumah Sakit Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
6. Dan kepada semua pihak yang telah banyak membantu dan memberikan doa
serta semangat dalam penulisan skripsi.
Akhir kata penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Besar

ii
harapan penulis semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan serta bagi mereka yang membutuhkannya.

Samarinda, 11 Februari 2016

Penulis

iii
ABSTRAK
Hukum kesehatan adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung
dengan pemeliharaan / pelayanan kesehatan dan penerapannya, dan hal ini
menyangkut hak dan kewajiban baik dari perorangan dan seluruh lapisan masyrakat.
Dalam proses penegakan hukum, peran ilmu dan bantuan dokter diperlukan oleh
jajaran penegak hukum yang dikenal sebagai ilmu kedokteran forensik. Rekam Medis
dan Visum Et Repertum merupakan alat bukti bahwa dokter telah mengupayakan
semaksimal mungkin melalui tahapan proses upaya pelayanan kesehatan dan dapat
diketahui dengan jelas apa yang telah terjadi pada seseorang dan para praktisi
hukum dapat menerapkan norma-norma hukum pada perkara pidana yang
menyangkut tubuh dan jiwa.

Kata kunci: hukum kesehatan , alat bukti,

ABSTRACT

Health law is all legal provisions that are directly related to the maintenance / health
services and its application, and it concerns the rights and obligations of both the
individual and the entire layer of society. In the law enforcement process, the role of
science and medical help is required by law enforcement ranks, known as the science
of forensic medicine. Medical Record and post mortem is evidence that physicians
have sought as much as possible through the stages of the process of health care and
can be clearly known what had happened to someone and legal practitioners can
apply legal norms in a criminal case concerning the body and soul ,

Keyword: medical law, evidence

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


ABSTRAK ............................................................................................................ iv
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... vi
BAB 1 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 2
1.3 Tujuan ..................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ................................................................................................... 2
BAB 2 4
2.1 Kloning Pada Manusia ........................................................................... 4
2.1.1 Pengertian ......................................................................................................... 4
2.1.2 Latar Belakang ....................................................Error! Bookmark not defined.
2.1.3 Ruang Lingkup Hukum Kesehatan / KedokteranError! Bookmark not defined.
2.1.4 Sumber Hukum Kesehatan..................................Error! Bookmark not defined.
2.1.5 Tanggung Jawab Hukum Dokter ........................Error! Bookmark not defined.
2.1.6 Tujuan hukum kesehatan ....................................Error! Bookmark not defined.
2.1.7 Fungsi hukum kesehatan .....................................Error! Bookmark not defined.
2.2 Pembuktian Peradilan .......................... Error! Bookmark not defined.
BAB 3 5
1.1 Kesimpulan ............................................................................................. 5
3.2 Saran ........................................................................................................ 5
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 6

v
DAFTAR SINGKATAN

ASI Air Susu Ibu


BPJS Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial
DEPKES Departemen Kesehatan
HAM Hak Asasi Manusia
HIR Herzien Inlandsch Reglement
IDI Ikatan Dokter Indonesia
KODEKI Kode Etik Kedokteran Indonesia
KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
KUHPerd Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata
KUHAP Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
MKEK Majelis Kehormatan Etik Kedokteran
P3EK Panitia Pertimbangan dan Pembinaan Etika Kedokteran
PERHUKI Perhimpunan Hukum Kesehatan Indonesia
RM Rekam Medis
SJSN Sistem Jaminan Sosial Nasional
UU Undang-Undang
UUD Undang-Undang Dasar
WHO World Health Organization

vi
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hukum kesehatan menurut Anggaran Dasar Perhimpunan Hukum Kesehatan
Indonesia (PERHUKI), adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung
dengan pemeliharaan / pelayanan kesehatan dan penerapannya, dan hal ini
menyangkut hak dan kewajiban baik dari perorangan dan seluruh lapisan masyrakat
sebagai penerima pelayanan kesehatan maupun dari pihak penyelenggara pelayanan
kesehatan dan hukum serta sumber-sumber hukum lainnya.
Hukum Kesehatan mencakup komponen-komponen hukum bidang kesehatan
yang bersinggungan satu dengan lainnya, yaitu Hukum Kedokteran/ Kedokteran gigi,
Hukum keperawatan, Hukum Farmasi Klinik, Hukum Rumah Sakit, Hukum
Kesehatan Masyarakat, Hukum Kesehatan Lingkungan dan sebagainya.
Dalam proses penegakan hukum, peran ilmu dan bantuan dokter diperlukan
oleh jajaran penegak hukum yang dikenal sebagai ilmu kedokteran forensik, yaitu
cabang ilmu kedokteran yang sejak awal berkembangnya telah mendekatkan disiplin
ilmu kedokteran dan ilmu hukum. Namun sebaliknya , dalam perkembangan dan
peningkatan upaya pemeliharaan dan pelayanan kesehatan diperlukan juga
pengetahuan dan aturan hukum dan ini berada dalam cabang ilmu hukum yang
kemudian hadir sebagai Hukum Kesehatan.
Indonesia menganut asas pembuktian negatif dalam hukum pidana, yang berarti
bahwa seseorang tidak cukup untuk dinyatakan sebagai terbukti melakukan tindak
pidana berdasarkan alat-alat bukti yang sah menurut undang-undang secara
kumulatif, melainkan juga harus disertai dengan keyakinan hakim. alat-alat bukti
yang sah dalam undang-undang dioleh pasal 184 kitab undang-undang hukum acara
pidana (KUHAP) alat bukti yang sah adalah keterangan sakasi, keterangan ahli, surat,
petunjuk dan keterangan terdakwa. Dalam kasus dimana dokter atau rumah sakit
merupakan salah satu pihak (kasus kesalahan/kelalaian dokter atau rumah sakit dalam

1
melaksanakan profesi), salah satu kendala yang dihadapi dalam proses pembuktian
ialah keterangan ahli yang diatur dalam pasal 186 KUHAP.
Keterangan ahli yang dimaksudkan disini dapat juga sudah diberikan pada
waktu pemeriksaan oleh penyidik atau penuntut umum yang dituangkan dalam satu
bentuk laporan dan dibuat dengan mengingat sumpah pada waktu ia menerima
jabatan/pekerjaan tersebut. Jika keterangan tersebut dikaitkan dengan hubungan
antara dokter atau dokter gigi dan pasien yang dituangkan dalam bentuk tertulis atau
tidak tertulis. Keterangan ahli yang berwujud tertulis dapat berupa rekam medis dan
juga visum et repertum.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada karya tulis ilmiah ini adalah :

1. Bagaimana peran hukum kesehatan dalam proses peradilan pidana?


2. Bagaimana keterkaitan hukum kesehatan sebagai alat bukti di peradilan
pidana?

1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan karya tulis ilmiah ini adalah:

1. Mengetahui peran hukum kesehatan dalam proses peradilan pidana


2. Mengetahui keterkaitan hukum kesehatan sebagai alat bukti di peradilan
pidana

1.4 Manfaat
1.4.1 Terhadap Penulis
Menambah pengetahuan dan melatih keterampilan dalam
menganalisis dan menulis suatu kajian ilmiah secara sistematis dan
relevan.

1.4.2 Terhadap Institusi Terkait atau Pemerintah


Karya tulis ini diharapkan dapat bermanfaat bagi institusi-institusi
kesehatan di Indonesia untuk dapat meneliti lebih jauh dan
menatalaksanakan hukum kesehatan untuk pembuktian di peradilan.

2
1.4.3 Terhadap Masyarakat
Memberi pengetahuan tentang fungsi dari hukum kesehatan dalam
peradilan.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kloning Pada Manusia


2.1.1 Pengertian Kloning
2.1.2 Sejarah perkembangan dan Teknik Klonik
2.1.3 Dampak Teknologi Kloning bagi Kehidupan Manusia
2.1.4 Kloning di tinjau dari etika dan hukum
2.2 Inseminasi Buatan
1.5 Pengertian Inseminasi Buatan
1.6 Sejarah perkembangan dan Teknik inseminasi buatan
1.7 Dampak teknologi inseminasi buatan bagi kehidupan manusia
1.8 Inseminasi di tinjau dari etika dan hukum

4
BAB 3
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
3.2 Saran

5
DAFTAR PUSTAKA

Afandi, D. (2010). Visum et Repertum Perlukaan: Aspek Medikolegal dan Penentuan


Derajat Luka. Majalah Kedokteran Indonesia, 188-195.

Amir, A. (1999). Rekam Medik. In M. J. Hanafiah, & A. Amir, Etika Kedokteran dan
Hukum Kesehatan (pp. 55-65). Jakarta: EGC.

Anonym. (1997). Hukum Pembuktian Dalam Perkara Pidana. Jakarta, Indonesia:


Kejaksaan Agung Republik Indonesia.

anonym. (2012). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR


10 TAHUN 1966. TENTANG WAJIB SIMPAN RAHASIA KEDOKTERAN.
indonesia: Fakultas Hukum Unsrat.

Asshiddiqie, J. (2008). Demokrasi dan Hak Asasi Manusia. Jakarta.

Asshiddiqie, J. (2008). Konstitusi dan Hak Asasi Manusia. Jakarta: Mahkamah


Konstitusi Republik Indonesia.

Bakry, M. R. (2010). IMPLEMENTASI HAK ASASI MANUSIA DALAM KONSEP.


Jakarta: Universitas Indonesia.

Budiyanto, A., Widiatmaka, W., Sudiono, S., Mun'im, W. A., Sidhi, Swasti , H., &
Sampurna, B. (1997). Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran
Forensik Fakultas Kedokteran Indonesia.

Dahlan, S. Soponyono, E. 2001. Hukum Kedokteran. Fakultas Hukum Universitas


Diponegoro Semarang: Semarang.

Dewi, R. W. (2003). Aspek Hukum Rekam Medis . Perspektif, 227-235.

Dewi, A.I., 2008. Etika dan Hukum Kesehatan, Pustaka Book Publisher: Yogyakarta.

Dipradja, A. S. (1981). Pokok-Pokok Hukum Acara PIdana Indonesia. Bandung:


Alumni.

Eleanora, F. N. (2013). Analisis Yuridis Rekam Medis Sebagai Alat Bukti Surat.
Forum Ilmiah, 387-394.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. (1997). Ilmu Kedokteran Forensik.


Jakarta: Universitas Indonesia.

6
Ginting, G. (2014). HAK PATEN UNTUK MEMPEROLEH PELAYANAN
KESEHATAN DI RUMAH SAKIT DI TINJAU DARI HAK ASASI MANUSIA.
Manado: Universitas Sam Ratulangi.

Hamzah, A. (1985). Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: Ghalia.

Hanafiah, M. J. (1999). Pengertian Hukum Kedokteran Dan Hukum Kesehatan. In M.


J. Amir, Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan (p. 3). Jakarta: EGC.

Hanafiah, M. J., & Amir, A. (1999). Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan.
Jakarta: EGC.

Harahap, M. Y. (2014). Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Persidangan,


Penyitaan, Pembuktian, Dan Putusan Pengadilan. Jakarta: Sinar Grafika.

Harahap, Y. (1993). Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP. Jakarta:


Pustaka Kartini.

Hill, J. (2012). Legislative Restrictions on Abortion. American Medical Association


Journal of Ethics, 133-136.

Ikatan Dokter Indonesia. (2002). Kode Etik Kedokteran Indonesia dan Pedoman
Pelaksanaan Kode Etik Kedokteran Indoesia. Jakarta: Majelis Kehormatan Etik
Kedokteran Indonesia.

Ilyas, A. (2012). Asas-Asas Hukum Pidana. Yogyakarta: Mahakarya Rangkang.

Indrawati, Sina, L., & Djamika. (2013). perlindungan hukum terhadap pasien
sebagai konsumen yang mengalami mallpraktik jasa pelayanan kesehatan
(Studi di Rumah Sakit Umum Daerah Sangatta Kabupaten Kutai Timur).
Malang: Universitas Brawijaya.

Isnoviana, M. (2008, Desember 30). Hak dan Kewajiban Pasien - Dokter. Retrieved
from https://fkunisba2010.files.wordpress.com/2010/12/hak-dan-kewajiban-
dokter-pasien.pdf

Julihasuratna. (2014). PERANAN VISUM ET REPERTUM SEBAGAI ALAT BUKTI


DALAM DAKWAAN PENUNTUT UMUM TERHADAP TINDAK PIDANA
PENGANIAYAAN BERAT. Makassar: Fakultas Hukum Universitas Hasanudin.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (n.d.). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
(Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa) Retrieved 07 03, 2015, from
KBBI: KBBI.web.id/bukti

7
Kansil, CST., 1991. Pengantar Hukum Kesehatan Indonesia. PT RINEKA CIPTA :
Jakarta

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). (1981). Jakarta.

Leenen, H.J.J., Health Law, Health Legislation and society. 1986. Jakarta : Tim
Pengkajian Hukum Kesehatan Badan Pembinaan Hukum Nasional, Departemen
Kehakiman.

Liana, G. S. (2010). Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Informed Consent


Antara Dokter dan Pasien di RSUD SULTHAN THAHA SAIFUDIN TEBO,
JAMBI. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.

Liana, S. G. (2010). Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Informed Consent


Antara Dokter dan Pasien di RSUD Sulthan Thaha Saifudin Tebo, Jambi.
Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.

Locke, J. (2008). Second Treatise of Government. Jonathan Bennet.

Lontoh, D. D. (2008). PELAKSANAAN PERJANJIAN TERAPEUTIK DALAM


PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS PADA KONDISI PASIEN DALAM
KEADAAN TIDAK MAMPU DI RUMAH SAKIT TELOGOREJO SEMARANG.
Semarang: Universitas Diponegoro.

Maliangga, J. (2013). HAK INFORMED CONSENT SEBAGAI HAK PASIEN


DALAM PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA. Lex et Sociates, 5-14.

Mertokusumo, S. (1981). Hukum Acara Perdata Indonesia. Yogyakarta: Liberty.

Mulyadi, L. (2002). Hukum Acara PIdana (Suatu Tinjauan Khusus Terhadap Surat
Dakwaan, Eksepsi dan Putusan Peradilan). Bandung: Citra Aditya Bakti.

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 585 Tahun 1989

Poernomo, B. (1982). Pandangan Terhadap Asas-Asas Umum Hukum Pidana.


Yogyakarta: Liberty.

Poernomo, B., 2008, Hukum Kesehatan, Aditya Media : Yogyakarta

Prodjodikoro, W. (1967). Hukum Atjara Pidana Indonesia. Djakarta: Sumur


Bandung.

8
Prof. DR. Soejono Soekanto, S. M. (1987). Pengantar Hukum Kesehatan. Bandung:
Remadja Karya CV.

Republik Indonesia. (1999). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun


1999 Tentang Hak Asasi Manusia. Jakarta: Sekretariat Negara.

Republik Indonesia. (2004). Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun


2004 tentang Praktik Kedokteran. Jakarta: Sekretariat Negara.

Republik Indonesia. (2004). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun


2004 Tentang Praktik Kedokteran. Jakarta: Sekretariat Negara.

Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 Tentang Rumah


Sakit. Jakarta: Sekretariat Negara .

Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia nomor 36 Tahun


2009 Tentang Kesehatan. Jakarta: Sekretariat Negara.

Republik Indonesia. (2014). Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014. Jakarta:


Sekretariat Negara.

Republik Indonesia. (2014). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun


2014 Tentang Tenaga Kesehatan. Retrieved Juni 22, 2015, from
www.hukumonline.com.

RI, M. (2008). REKAM MEDIS. PERATURAN MENTERI kESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA. Indonesia.

Rompas, A. F. (2015). KAJIAN YURIDIS PASAL 134 KUHAP TENTANG


BEDAH MAYAT DALAM PENEGAKAN HUKUM PIDANA INDONESIA.
Lex et Societatis, 140-150.

Sampurna, B., Samsu, Z., & Siswaja, T. D. (2008). Peranan Ilmu Forensik dalam
Penegakan Hukum. Jakarta.

Sampurna, B., Samsu, Z., & Siswaja, T. D. (2008). Peranan Ilmu Forensik dalam
Penegakkan Hukum. Jakarta: Penerbit fakultas kedokteran Universitas
Indonesia.

Sanjoyo, R. (2010). Aspek Hukum Rekam Medis.

Soeikromo. (2014). Proses Pembuktian dan Penggunaan Alat-Alat Bukti pada


Perkara Perdata di Pengadilan. II.

9
Soekanto, S. (1987). Rekam Kesehatan. In S. Soekanto, & Herkuntanto, Pengantar
Hukum Kesehatan (pp. 146-151). Bandung: Remadja Karya.

Subekti, R. (1987). Hukum Pembuktian. Jakarta: Pradnya Paramita.

Sujadi. (2010). VISUM ET REPERTUM PADA TAHAP PENYIDIKAN DALAM


MENGUNGKAP TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN. 1-10.

Susanti, R. (2013). Peran Dokter sebagai Saksi Ahli di Persidangan. 2 (2).

Syamsuddin, R. (2011). Peranan Visum et Repertum di pengadilan. 11 Nomor 1 Mei


2011.

Syamsuddin, R. (2011). PERANAN VISUM ET REPERTUM DI PENGADILAN. Al


Risalah, 187-200.

Titisari, N. W. (2008). Pelaksanaan Persetujuan Tindakan Medis Dalam Melindungi


Pasien ASKESKIN dalam Melindungi Pasien Askeskin di RSU "RA Kartini"
Kabupaten Jepara. Semarang: Universitas Diponegoro.

Tresna, R. (1959). Komentar Atas Reglemen Hukum Atjara Di Dalam Pemeriksaan


Di Muka Pengadilan Negeri Atau HIR. Jakarta: W. Versluys.

Undang-Undang RI Nomor 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan

Undang-Undang RI Nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan

Wahjuningati, E. (2010). REKAM MEDIS DAN ASPEK HUKUMNYA. 69-77.

Wahjuningati, E. (2010). REKAM MEDIS DAN ASPEK HUKUMNYA. Surabaya:


Fakultas Hukum Universitas Bhayangkara .

Waluyo, B. (1996). Sistem Pembuktian dalam Peradilan Indonesia. Jakarta: Sinar


Grafika.

Waluyo, B. (1996). Sistem Pembuktisn Dalam Peradilan Indonesia. Jakarta: Sinar


Grafika.

WHO. (2015). Retrieved 2015, from Health:


http://www.who.int/trade/glossary/story046/en/

Wijayanta, T., Dini, S. F., Basuki, K., Herliana, Halili, H., Sutanto, & Supartinah, R.
(2010). Penerapan Prinsip Hakim Pasif dan Aktif serta Relevansinya terhadap
Konsep Kebenaran Formal. 22.

10
Wiradharma, D., & Hartati, D. S. (2010). Penuntun Kuliah Hukum Kedokteran.
Jakarta: Sagung Seto.

Yuliati. (2005). Kajian Yuridis Perlindungan Hukum Bagi Pasien dalam Undang-
Undang RI Nomor 29 tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran Berkaitan
dengan Malpraktik. Malang: Universitas Brawijaya.

Yuriza, Z. G. (2010). Penegakan Hukum Pidana di Bidang Kesehatan Melalui


Pelaksanaan Informed Consent di Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pinang
Propinsi Kepulauan Riau. Riau: Universitas Islam Riau.

11

Anda mungkin juga menyukai