Disusun oleh:
Arfian Deny Prakoso 1410029049
Joko Santoso 1410029053
Nesia Yaumi 1410029043
Ruth Djalung 1410029051
Nur Aprilia R 1410029052
Dewi Guntar R 1410029054
Pembimbing:
dr. Cort Darby Tombokan, SH, Sp.F
ii
harapan penulis semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan serta bagi mereka yang membutuhkannya.
Penulis
iii
ABSTRAK
Hukum kesehatan adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung
dengan pemeliharaan / pelayanan kesehatan dan penerapannya, dan hal ini
menyangkut hak dan kewajiban baik dari perorangan dan seluruh lapisan masyrakat.
Dalam proses penegakan hukum, peran ilmu dan bantuan dokter diperlukan oleh
jajaran penegak hukum yang dikenal sebagai ilmu kedokteran forensik. Rekam Medis
dan Visum Et Repertum merupakan alat bukti bahwa dokter telah mengupayakan
semaksimal mungkin melalui tahapan proses upaya pelayanan kesehatan dan dapat
diketahui dengan jelas apa yang telah terjadi pada seseorang dan para praktisi
hukum dapat menerapkan norma-norma hukum pada perkara pidana yang
menyangkut tubuh dan jiwa.
ABSTRACT
Health law is all legal provisions that are directly related to the maintenance / health
services and its application, and it concerns the rights and obligations of both the
individual and the entire layer of society. In the law enforcement process, the role of
science and medical help is required by law enforcement ranks, known as the science
of forensic medicine. Medical Record and post mortem is evidence that physicians
have sought as much as possible through the stages of the process of health care and
can be clearly known what had happened to someone and legal practitioners can
apply legal norms in a criminal case concerning the body and soul ,
iv
DAFTAR ISI
v
DAFTAR SINGKATAN
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
1
melaksanakan profesi), salah satu kendala yang dihadapi dalam proses pembuktian
ialah keterangan ahli yang diatur dalam pasal 186 KUHAP.
Keterangan ahli yang dimaksudkan disini dapat juga sudah diberikan pada
waktu pemeriksaan oleh penyidik atau penuntut umum yang dituangkan dalam satu
bentuk laporan dan dibuat dengan mengingat sumpah pada waktu ia menerima
jabatan/pekerjaan tersebut. Jika keterangan tersebut dikaitkan dengan hubungan
antara dokter atau dokter gigi dan pasien yang dituangkan dalam bentuk tertulis atau
tidak tertulis. Keterangan ahli yang berwujud tertulis dapat berupa rekam medis dan
juga visum et repertum.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada karya tulis ilmiah ini adalah :
1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan karya tulis ilmiah ini adalah:
1.4 Manfaat
1.4.1 Terhadap Penulis
Menambah pengetahuan dan melatih keterampilan dalam
menganalisis dan menulis suatu kajian ilmiah secara sistematis dan
relevan.
2
1.4.3 Terhadap Masyarakat
Memberi pengetahuan tentang fungsi dari hukum kesehatan dalam
peradilan.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
BAB 3
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
3.2 Saran
5
DAFTAR PUSTAKA
Amir, A. (1999). Rekam Medik. In M. J. Hanafiah, & A. Amir, Etika Kedokteran dan
Hukum Kesehatan (pp. 55-65). Jakarta: EGC.
Budiyanto, A., Widiatmaka, W., Sudiono, S., Mun'im, W. A., Sidhi, Swasti , H., &
Sampurna, B. (1997). Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran
Forensik Fakultas Kedokteran Indonesia.
Dewi, A.I., 2008. Etika dan Hukum Kesehatan, Pustaka Book Publisher: Yogyakarta.
Eleanora, F. N. (2013). Analisis Yuridis Rekam Medis Sebagai Alat Bukti Surat.
Forum Ilmiah, 387-394.
6
Ginting, G. (2014). HAK PATEN UNTUK MEMPEROLEH PELAYANAN
KESEHATAN DI RUMAH SAKIT DI TINJAU DARI HAK ASASI MANUSIA.
Manado: Universitas Sam Ratulangi.
Hanafiah, M. J., & Amir, A. (1999). Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan.
Jakarta: EGC.
Ikatan Dokter Indonesia. (2002). Kode Etik Kedokteran Indonesia dan Pedoman
Pelaksanaan Kode Etik Kedokteran Indoesia. Jakarta: Majelis Kehormatan Etik
Kedokteran Indonesia.
Indrawati, Sina, L., & Djamika. (2013). perlindungan hukum terhadap pasien
sebagai konsumen yang mengalami mallpraktik jasa pelayanan kesehatan
(Studi di Rumah Sakit Umum Daerah Sangatta Kabupaten Kutai Timur).
Malang: Universitas Brawijaya.
Isnoviana, M. (2008, Desember 30). Hak dan Kewajiban Pasien - Dokter. Retrieved
from https://fkunisba2010.files.wordpress.com/2010/12/hak-dan-kewajiban-
dokter-pasien.pdf
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (n.d.). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
(Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa) Retrieved 07 03, 2015, from
KBBI: KBBI.web.id/bukti
7
Kansil, CST., 1991. Pengantar Hukum Kesehatan Indonesia. PT RINEKA CIPTA :
Jakarta
Leenen, H.J.J., Health Law, Health Legislation and society. 1986. Jakarta : Tim
Pengkajian Hukum Kesehatan Badan Pembinaan Hukum Nasional, Departemen
Kehakiman.
Mulyadi, L. (2002). Hukum Acara PIdana (Suatu Tinjauan Khusus Terhadap Surat
Dakwaan, Eksepsi dan Putusan Peradilan). Bandung: Citra Aditya Bakti.
8
Prof. DR. Soejono Soekanto, S. M. (1987). Pengantar Hukum Kesehatan. Bandung:
Remadja Karya CV.
Sampurna, B., Samsu, Z., & Siswaja, T. D. (2008). Peranan Ilmu Forensik dalam
Penegakan Hukum. Jakarta.
Sampurna, B., Samsu, Z., & Siswaja, T. D. (2008). Peranan Ilmu Forensik dalam
Penegakkan Hukum. Jakarta: Penerbit fakultas kedokteran Universitas
Indonesia.
9
Soekanto, S. (1987). Rekam Kesehatan. In S. Soekanto, & Herkuntanto, Pengantar
Hukum Kesehatan (pp. 146-151). Bandung: Remadja Karya.
Wijayanta, T., Dini, S. F., Basuki, K., Herliana, Halili, H., Sutanto, & Supartinah, R.
(2010). Penerapan Prinsip Hakim Pasif dan Aktif serta Relevansinya terhadap
Konsep Kebenaran Formal. 22.
10
Wiradharma, D., & Hartati, D. S. (2010). Penuntun Kuliah Hukum Kedokteran.
Jakarta: Sagung Seto.
Yuliati. (2005). Kajian Yuridis Perlindungan Hukum Bagi Pasien dalam Undang-
Undang RI Nomor 29 tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran Berkaitan
dengan Malpraktik. Malang: Universitas Brawijaya.
11