Anda di halaman 1dari 2

Hipertensi adalah masalah kesehatan yang cukup serius di seluruh dunia.

Disamping
angka kejadiannya yang meningkat secara terus-menerus, hipertensi juga dapat menyebabkan
beberapa komplikasi yang yang berakibat fatal dari menurunkan kualitas hidup penderita hingga
dapat menyebabkan kematian. Menurut World Health Organization (WHO) (2005), hipertensi
merupakan faktor risiko dari tingginya angka kejadian penyakit kardiovaskular di seluruh dunia.
Secara global, tingginya tekanan darah diperkirakan menjadi penyebab 7,1 juta kematian
atau sekitar 13% dari kesuluruhan penyebab kematian. Sekitar 62% penyakit serebrovaskular dan
49% penyakit jantung iskemik disebabkan oleh hipertensi. Bahkan di dunia, hipertensi menjadi
beban finansial yang cukup besar, baik bagi masyarakat maupun sistem kesehatan dan
menghabiskan banyak sumber daya.
Hingga saat ini, angka kejadian hipertensi di seluruh dunia cukup tinggi, dan memiliki
kecenderungan untuk mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 1980 jumlah
penderita hipertensi ditemukan sebanyak 600 juta penderita dan mengalami peningkatan menjadi
hampir 1 miliar pada tahun 2008 (WHO, 2013). Laporan statistik kesehatan dunia 2012
menyebutkan bahwa satu dari tiga orang dewasa di seluruh dunia menderita hipertensi.
Di Indonesia sendiri pada tahun 1995, satu dari sepuluh orang berusia diatas 18 tahun
mengalami hipertensi. Sedangkan pada tahun 2007, prevalensi kejadiannya meningakat menjadi
satu dari tiga orang berusia di atas 18 tahun mengalami hipertensi. Presentase kejadian hipertensi
di Indonesia adalah sebesar 31,7% dari penduduk Indonesia, dan diketahui bahwah 76,1% dari
keseluruhan penderita hipertensi tidak menyadari mengalami hipertensi (Kemenkes, 2013).
Di Provinsi Kalimantan Timur prevalensi kejadian hipertensi adalah sebesar 31,3% dan
prevalensi kejadiannya di Kota Bontang adalah sebesar 27,2% dari keseluruhan penduduk
(RISKESDAS, 2007). Sedangkan untuk di wilayah kerja puskesmas Bontang Utara II, yang
meliputi dua kelurahan yaitu kelurahan loktuan dan guntung, prevalensi hipertensi masing-
masing adalah sebesar 12% dan 28%. Paling banyak dialami pada kelompok usia antara 45-54
tahun dan paling banyak terjadi pada jenis kelamin perempuan.
Kejadian hipertensi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dalam penelitian yang
dilakukan Agnesia (2012), melaporkan bahwa faktor yang menyebabkan hipertensi adalah umur
karena semakin lanjut usia semakin berisiko terkena hipertensi. Faktor lain yang berpengaruh
adalah faktor genetik, obesitas dan kebiasaan merokok. Sedangkan dalam penelitian lain yang
dilakukan oleh Ade dkk (2009), melaporkan bahwa kejadian hipertensi dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain: usia >45 tahun (89,1%), berjenis kelamin wanita (56,5%), faktor
keturunan (65,2%), merokok (56,5%), dan pola asupan garam (65,2%).
Dalam hal ini, pemerintah Indonesia sudah melakukan upaya-upaya untuk mengatasi
kejadian hipertensi ini antaranya adalah mengembangkan dan memperkuat kegiatan deteksi dini
hipertensi secara aktif (skrining), meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan deteksi
dini melalui kegiatan posbindu Penyakit Tidak Menular (PTM), meningkatkan akses pasien
terhadap pengobatan hipertensi melalui revitalisasi Puskesmas untuk pengendalian PTM
(Kemenkes, 2012). Upaya menurunkan konsekuensi timbulnya penyakit hipertensi di butuhkan
deteksi awal dan manajemen kesehatan yang efektif. Kegiatan identifikasi faktor risiko
diharapkan mampu mendeteksi kasus hipertensi secara efektif (Anggraini, dkk., 2008).
Mengingat pentingnya tugas tenaga kesehatan Puskesmas dalam menanggulangi kasus
PTM di masyarakat terutama kasus hipertensi, penulis bermaksud melaksanakan mini project
mengenai program kelas hipertensi. Melalui upaya tersebut diaharapkan Puskesmas menjadi
ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat serta melakukan pelayanan yang lebih holistik
terutama terhadap kasus-kasus hipertensi dalam masyarakat melalui program pemberdayaan
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai