Anda di halaman 1dari 3

Pembahasan

Studi ini menganalisa efikasi dari pengobatan pada pasien dengan demensia (terutama
MCI, VaD, AD, dan campuran dari MCI, VaD dan AD) dari 235 studi untuk menentukan
intervensi paling efektif pada pasien tua dengan demensia dengan menggunakan analisa meta-
analisa. SMD telah digunakan untuk menyinkronkan efikasi pengobatan dengan menggali
perbedaan dalam skor fungsi kognitif dari studi yang telah dilakukan di berbagai Negara yang
berbeda. Kami menemukan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap efikasi pengobatan
demensia adalah tahun publikasi studi (lebih bernilai tinggi pada studi yang lebih baru) dan usia
pasien demensia. Efikasi pengobatan meningkat secara signifikan dengan tahun publikasi studi
(p <0,001). Sebailiknya, efikasi pengobatan menurun dengan durasi pengobatan (dalam minggu)
dan rerata usia (p = 0,007 dan p < 0,001, secara berturut-turut). Efikasi pengobatan pada pasien
yang lebih tua denga AD lebih rendah dibanding pada pasien yang lebih muda dengan VaD.
Hasil dari perbandingan efikasi pengobatan pada 44.854 pasien dengan demensia menyatakan
bahwa pengobatan 2 dan pengobatan 5 menunjukkan efikasi paling tinggi pada pasien yang
relative muda dengan demensia vascular, MMSE merupakan skala primer yang digunakan dan
efikasi pengobatan yang dievaluasi menggunakan within group differences lebih tinggi
dibanding yang dievaluasi menggunakan between group differences.
Kami menjelaskan temuan pada studi kami sebagai berikut. Seperti literature yang telah
kami tinjau mengenai demensia sebelumnya, kami menemukan bahwa saat ini, relative banyak
studi mengenai efikasi pengobatan demensia hanya terfokus pada VaD. Hal itu terjadi
kemungkinan karena penyebab AD masih belum diketahui, sehingga banyak studi yang fokus
pada efikasi pengobatan VaD. Untuk mengelola heterogenitas ini, kami melakukan meta analisa
yang meliputi studi mengenai demensia dari berbagai Negara untuk memahami efikasi
pengobatan demensia. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengidentifikasi pengobatan mana
yang efektif ketika etiologi AD tidak diketahui. Kami menemukan bahwa pengontrolan terhadap
patologi yang mendasari VaD lebih efektif dalam memperbaiki disfungsi kognitif dibanding
pengobatan menggunakan antipsikotik dan cognititive enhancer drug. Di sini, kami
menyarankan kepada para klinisi untuk mengenali pasien muda dengan VaD dan mengobati
mereka lebih awal menggunakan pengobatan anti-stroke. Sebagai tambahan, kami
mengidentifikasi pengobatan alternative lain termasuk donepezil, cholinesterase inhibitor, dan
huperzine sebagai obat baru yang menjanjikan untuk pengoabatan yang efektif untuk demensia.
Beberapa pasien dan keluarga pasien meragukan efikasi dari pengobatan alternative,
terutama pengobatan herbal Cina. Kekuatan dari studi ini adalah bahwa terapi alternative
merupakan pilihan yang cocok dan berkhasiat untuk pasien demensia. Untuk meningkatkan
outcome pada pasien demensia, kami menyarankan dengan menyediakan pengobatan sesuai
kebutuhan seperti farmakoterapi dikombinasikan dengan terapi tingkah laku, terapi alternative
atau terapi lain. Meskipun studi lebih lanjut untuk menentukan etiologi dari demensia diperlukan,
klinisi bisa optimis dengan penggunaan terapi kombinasi untuk meningkatkan kualitas dari
pengobatan.
Pada studi ini, fokus kami terutama pada penggalian terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi efikasi pengobatan (dengan farmakoterapi atau non farmakoterapi) terhadap
fungsi konitif pada demensia. Pertama-tama, sebuah studi farmakoterapi yang termasuk pada
studi ini sebaiknya dikonfirmasi keefektifannya terlebih dahulu. Beberapa antibody monklonal
terbaru, seperti Bapineuzumab atau Solanezumab, obat-obatan ini awalnya menarik perhatian
media secara luas yang menyatakan bahwa obat-obatan tersebut merupakan sebuah terobosan.
Tetapi kami tidak memasukkan obat-obatan tersebut pada studi kami. Karena, pada 6 Agustus
2012, Pfizer Inc. dan Johnson & Johnson menyatakan bahwa mereka mengakhiri pengembangan
formula intravena dari Bapineuzumab. Obat ini tidak bekerja lebih baik dibanding placebo pada
dua percobaan tahap akhir pada pasien AD ringan dan sedang. Hasil tersebut dikonfirmasi lebih
lanjut oleh hasil meta-analisa terbaru bahwa kelompok Bapineuzumab tidak superior dibanding
kelompok placebo pada ADAS-Cog11 dan MMSE (Abushouk et al. 2017). Selain itu,
Solanezumab juga merupakan sebuah antibody monoclonal yang telah diteliti oleh Eli Lilly
sebagai sebuah neuroprotektor pada pasien AD. Obat ini juga gagal menunjukkan hasil yang
menjanjikan percobaan fase III (Doody et al. 2014).
Studi kami kali ini memiliki beberapa keterbatasan. Kami merencanakan untuk
mengidentifikasi semua studi dari Negara-negara bagian barat dan timur; namun, kami tidak
dapat menyertakan artikel yang tidak dipublikasi maupun yang telah dipublikasi yang
menggunakan bahasa local. Pada studi ini, sebagian besar dari paper yang disertakan adalah yang
berasal dari Cina, terutama yang menjalani terapi alternative (seperti: akupuntur, premarin,
statin, kapsul halus butylphthalide, donepezil, dan huperzine A); hal ini kemungkinan akan
mengganggu penarikan kesimpulan berdasarkan temuan pada studi ini. Setidaknya beberapa
pengobatan Cina tradisional atau pengobatan alternative baru efektif.
Kelemahan dari meta-analisa sebelumnya adalah penggunaan database elektronik yang
hanya mengandung artikel bebahasa inggris atau artikel dengan bahasa inggris yang resmi.
Kekuatan dari meta-regresi ini adalah menyertakan artikel yang ditulis dalam bahasa inggris dan
Cina. Kami menggunakan metode statistic meta-regresi multiple dengan SMD sebagai variabel
respon untuk menggali faktor yang berperan secara potensial terhadap heterogenitas di antara
berbagai meta-analisa yang berdasar pada kriteria inklusi dan eksklusi, penggunaan
farmakoterapi atau terapi lain, dan penggunaan berbagai rating scale. Meta regresi semacam itu
dapat menyediakan tinjauan komprehensif dari semua terapi demensia yang ada. Mengingat hal
di atas, beberapa database berbahas local lainnya, seperti Korea, jepang dan India,
direkomendasikan untuk dilakukan meta-analisis seperti yang dilakukan meta-analisa serupa
seperti yang kita lakukan dalam waktu dekat karena dementia menyerang terutama pada orang
tua di seluruh dunia.
Kesimpulannya, meta-regresi ini adalah upaya pertama untuk mengumpulkan semua
meta-analisa yang telah dipublikasikan dan randomized control trial terhadap demensia yang
dilakukan pada Negara barat dan timur. Berbagai modalitas pengobatan demensia seperti
antipsikotik, terapi simptomatik untuk cerebrovaskular accident, dan pengobatan alternative
lainnya telah termasuk dalam studi ini. Diantara modalitas pengobatan, kami menemukan bahwa
intervensi demensia yang paling efektif di pasaran adalah pengobatan simptomatik dari VaD.
Pengobatan antipsikotik untuk demensia merupakan metode dengan efikasi yang paling rendah
untuk memperbaiki fungsi kognitif. Terapi alternative lainnya efektif saat ini. Studi tambahan
terhadap penyebab dan diagnosis dini dari AD dibutuhkan.

Anda mungkin juga menyukai