Anda di halaman 1dari 13

AT-TALIM; Vol.

3, Tahun 2012

LANDASAN PENDIDIKAN NASIONAL

Ida Rianti, S.Ag.,M.Pd.I

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia membutuhkan pendidikan untuk menjalani kehidupannya.
Pendidikan memberi bekal manusia untuk menjalani kehidupan
menjadikan dewasa dengan dapat menentukan hal yang baik dan
benar, dan menjalani tugas untuk belajar sepanjang hayat. Tujuan
pendidikan tersebut untuk mengarah pada menjadikan manusia lebih
baik. Pendidikan berproses berdasarkan landasan yang memiliki peran
penting dalam pencapaian tujuan tersebut.
Salah satu landasan tersebut adalah landasan pendidikan yang
menentukan secara teratur rencana yang ditentukan untuk pencapaian
tujuan. Suatu landasan kebijakan pendidikan berarti adalah suatu dasar
keputusan untuk melakukan sesuatu dari stakeholder yang merancang
aturan pencapaian keputusan pendidikan. Landasan kebijakan
pendidikan tersebut menjadi acuan langkah dalam melaksanakan
pendidikan. Kebijakan yang diputuskan telah dipertimbangkan dan
disusun denga hati-hati dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas
pendidkan yang lebih baik. Setiap kebijakan pendidikan juga akan
berubah seiring dengan perkembangan zaman yang terjadi bahkan ada
perubahan kebijakan yang bersifar reformatif.
Menurut John Dewey dalam Tilaar (1999) menyebutkan Education
is the fundamental method of social progress and reform. All reforms
wich rest simply upon the enactment of law, or the thereathenig of
certain penalties, or upon changes in mechanical or autward
arrangements, are transitory and futile. Pendidikan adalah metode dasar
kemajuan sosial dan reformasi. Semua reformasi yang sisanya hanya
pada berlakunya hukum, atau memberlakukan denda tertentu, atau atas
perubahan pengaturan mekanis atau luar, yang sementara dan sia-sia.
Reformasi membuka ruang partisipasi formal dan informal secara
lebih luas. Kebebasan pers memberi sumbangan amat berarti bagi
partisipasi publik, sehingga pendidikan dasar dapat dengan cepat
menjadi isu publik untuk didiskusikan dan diadvokasi secara bebas.
Indonesia yang mengalami beberapa kali zaman kepemimpinan juga
memengaruhi perubahan kebijakan pendidikan namun landasan
kebijakan utama tetap dari Pembukaan Undang-Undang tahun 1945,
hingga pada Sistem Pendidikan Nasional dan Rencana Strategis di
bidang pendidikan. Sebagai seorang pendidik sangat penting
memahami suatu landasan kebijakan pendidian untuk melaksanakan

72
Landasan Pendidikan

pendidikan sesuai aturan yang berlaku, agar mencapai tujuan


pendidikan yang berkualitas dan terarah. Berdasarkan pembahasan di
atas maka pemakalah akan membahas tentang landasan kebijakan
pendidikan di Indonesia implikasinya di negara Indonesia, serta
perbandingan dengan landasan kebijakan di negara maju yaitu Amerika
Serikat.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas maka masalah yang
akan dibahas dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan Landasan?
2. Apakah yang dimaksud dengan kebijakan?
3. Apakah yang dimaksud dengan pendidikan?
4. Apakah yang dimaksud dengan Landasan Kebijakan Pendidikan?
5. Bagaimanakah Landasan Kebijakan Pendidikan Indonesia?
6. Bagaimanakan Kebijakan Negara Amerika Serikat

C. Tujuan Penulisan Makalah.


Untuk mengetahui pengertian Landasan.
Untuk mengetahui pengertian Kebijakan.
Untuk mengetahui pengertian Pendidikan.
Untuk mengetahui pengertian Landasan Kebijakan Pendidikan.
Untuk memahami Landasan Kebijakan Pendidikan Indonesia.
Untuk memahami Kebijakan Negara Amerika Serikat

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Landasan
Secara leksikal, landasan berarti tumpuan, dasar atau alas, karena
itu landasan merupakan tempat bertumpu atau titik tolak atau dasar
pijakan. Titik tolak atau dasar pijakan ini dapat bersifat material (contoh:
landasan pesawat terbang); dapat pula bersifat konseptual (contoh:
landasan pendidikan). Landasan yang bersifat koseptual identik dengan
asumsi, adapun asumsi dapat dibedakan menjadi tiga macam asumsi,
yaitu aksioma, postulat dan premis tersembunyi.
Berdasarkan The Free Dictionary by Farlex Landasan (based)
artinya adalah The fundamental principle or underlying concept of a
system or theory; a basis. Secara karta kerja berdasarkan
Dictionary.com yaitu the bottom support of anything; that on which a
thing stands or rests: Selanjutnya yaitu : a fundamental principle or
groundwork; foundation; basis: the base of needed reforms.
Berdasarkan arti penjabaran ringkas diatas maka dapat disimpulkan

73
AT-TALIM; Vol. 3, Tahun 2012

landasan adalah suatu prinsip yang inti dan pijakan atau


mengarisbawahi suatu konsep dalam sistem atau teori.

B. Pengertian Kebijakan
Kata policy secara etismologis berasal dari kata polis dalam
bahasa Yunani yang berarti negara-kota. Dalam bahasa latin kata ini
menjadi politia, yang artinya negara. Dalam bahasa Inggris lama, kata
tersebut menjadi policie, yang pengertiannya berkaitan dengan urusan
pemerintah atau administrasi pemerintah (Dunn,1981:). Dalam
pengertian umum kata ini diartikan sebagai, a course of action
intended to accomplish some end (Jones,1977:4) atau sebagai
whatever government chooses to do or not to do (Dye,1975:1).
Dalam bahasa Indonesia, kata kebijaksanaan atau kebijakan
yang diterjemahkan dari kata policy tersebut mempunyai konotasi
tersendiri. Kata kebijakan diambil dari kata bijaksana atau bijak yang
dapat disamakan dengan pengertian wisdom, yang berasal dari kata
sifat wise dalam Bahasa Inggris. Banyak definisi yang dibuat oleh para
ahli untuk menjelaskan arti kebijakan. Thomas Dye menyebutkan
kebijakan sebagai pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu (whatever government chooses to do or not to do).
Definisi ini dibuatnya dengan menghubungkan pada beberapa
definisi lain dari David Easton (1957) , dalam hayes (2001) . Easton
menyebutkan kebijakan pemerintah sebagai kekuasaan mengalokasi
nilai-nilai untuk masyarakat secara keseluruhan. Ini mengandung
konotasi tentang kewenangan pemerintah yang meliputi keseluruhan
kehidupan masyarakat. Tidak ada suatu organisasi lain yang
wewenangnya dapat mencakup seluruh masyarakat kecuali pemerintah.
Sementara Lasswell dan Kaplan (Ulul Albab, 2005) yang melihat
kebijakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan, menyebutkan
kebijakan sebagai program yang diproyeksikan berkenaan dengan
tujuan, nilai dan praktek (a projected program of goals, values and
practices). Carl Friedrich (Ulul Albab, 2005) mengatakan bahwa yang
paling pokok bagi suatu kebijakan adalah adanya tujuan (goal), sasaran
(objektive) atau kehendak (purpose). H. Hugh Heglo menyebutkan
kebijakan sebagai a course of action intended to accomplish some
end, atau sebagai suatu tindakan yang bermaksud untuk mencapai
tujuan tertentu.
Definisi Heglo ini selanjutnya diuraikan oleh Jones dalam kaitan
dengan beberapa isi dari kebijakan. Pertama, tujuan. Di sini yang
dimaksudkan adalah tujuan tertentu yang dikehendaki untuk dicapai (the
desired ends to be achieved). Bukan suatu tujuan yang sekedar
diinginkan saja. Dalam kehidupan sehari-hari tujuan yang hanya
diinginkan saja bukan tujuan, tetapi sekedar keinginan. Setiap orang
boleh saja berkeinginan apa saja, tetapi dalam kehidupan bernegara

74
Landasan Pendidikan

tidak perlu diperhitungkan. Baru diperhitungkan kalau ada usaha untuk


mencapainya, dan adafaktor pendukung yang diperlukan. Ke-dua,
rencana atau proposal yang merupakan alat atau cara tertentu untuk
mencapainya. Ke-tiga, program atau cara tertentu yang telah mendapat
persetujuan dan pengesahan untuk mencapai tujuan yang dimaksud.
Ke-empat, keputusan, yakni tindakan tertentu yang diambil untuk
menentukan tujuan, membuat dan menyesuaikan rencana,
melaksanakan dan mengevaluasi program dalam masyarakat.
Selanjutnya Heglo mengatakan bahwa kebijakan lebih dapat
digolongkan sebagai suatu alat analisis daripada sebagai suatu
rumusan kata-kata. Sebab itu, katanya, isi dari suatu kebijakan lebih
dapat dipahami oleh para analis daripada oleh para perumus dan
pelaksana kebijakan itu sendiri.
Bertolak dari sini, Jones merumuskan kebijakan sebagai
behavioral consistency and repeatitiveness associated with efforts in
and through government to resolve public problems (perilaku yang tetap
dan berulang dalam hubungan dengan usaha yang ada di dalam dan
melalui pemerintah untuk memecahkan masalah umum). Definisi ini
memberi makna bahwa kebijakan itu bersifat dinamis. Sejalan dengan
perkembangan studi yang makin maju, William Dunn mengaitkan
pengertian kebijakan dengan analisis kebijakan yang merupakan sisi
baru dari perkembangan ilmu sosial untuk pengamalannya dalam
kehidupan sehari-hari. Sebab itu dia mendefinisikan analisis kebijakan
sebagai ilmu sosial terapan yang menggunakan berbagai metode untuk
menghasilkan dan mentransformasikan informasi yang relevan yang
dipakai dalam memecahpersoalan dalam kehidupan sehari-hari. Di sini
dia melihat ilmu kebijakan sebgai perkembangan lebih lanjut dari ilmu-
ilmu sosial yang sudah ada.
Metodologi yang dipakai bersifat multidisiplin. Hal ini berhubungan
dengan kondisi masyarakat yang bersifat kompleks dan tidak
memungkinkan pemisahan satu aspek dengan aspek lain. Berikut
tahapan dalam membuat kebijakan menurut Sean Lennon Defining of
the Issue Setting the Agenda Formulating the Policy Adopting the Policy
Implemetation of the Policy Analysis / Interpretation of the courts.
Berdasarkan definsi-definsi diatas dapat disimpulkan bahwa
kebijakan merupakan rencana yang disusun oleh stakeholder atau
pemerintah untuk halayak umum yang bertujuan untuk mencapai suatu
tujuan dan bersifat dinamis karena adanya perubahan zaman. C.
Pengertian Pendidikan Berdasarkan sudut pandang pedagogik,
sebagaimana dikemukakan M.J. Langeveld (1980) dapat disimpulkan
bahwa pendidikan atau mendidik adalah suatu upaya orang dewasa
yang dilakukan secara sengaja untuk membantu anak atau orang yang
belum dewasa agar mencapai kedewasaan. Pendidikan berlangsung
dalam pergaulan antara orang dewasa dengan anak atau orang yang

75
AT-TALIM; Vol. 3, Tahun 2012

belum dewasa dalam suatu lingkungan. Karena pendidikan itu


diupayakan secara sengaja, maka dalam hal ini pendidik tentunya telah
memiliki tujuan pendidikan. Untuk mencapai tujuan tersebut pendidik
memilih isi pendidikan tertentu dan menggunakan alat pendidikan
tertentu pula.
Dari uraian di atas, dapat diidentifikasi adanya enam unsur yang
terlibat dalam pendidikan atau pergaulan pendidikan, yaitu:
(1) tujuan pendidikan,
(2) pendidik,
(3) anak didik,
(4) isi pendidikan,
(5) alat pendidikan,
(6) lingkungan pendidikan.

Berdasarkan Dictionary of Education dinyatakan bahwa pendidikan


adalah: ( a) proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, (b)
proses sosial yang terjadi pada orang yang dihadapkan pada pengaruh
lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari
sekolah), sehingga mereka dapat memperoleh perkembangan
kemmapuan sosial dan kemampuan individu yang optimum (Fattah,
1996 ). Pengertian lain dijelaskan oleh Crow and Crow (1960) dalam
Fattah (1996) Modern educational thepry and practise not only are
aimed at preparation for future living but also are operative indetermining
the patern of present.
Komite Internasional UNESCO yang diketuai oleh Jacques Delors
tentang pendidikan untuk abad XXI, yakni pendidikan yang harus
dilaksanakan atas dasar dua buah prinsip, yakni prinsip pertama,
pendidikan atau pembelajaran berlangsung sepanjang hayat (lifelong
education, lifelong learning) dan prinsip kedua, pendidikan mempunyai
empat sendi atau pilar. (i) belajar mengetahui, termasuk belajar
bagaimana belajar (learning to know, including learning how to learn), (ii)
belajar berbuat (learning to do), (iii) belajar menjadi seseorang (learning
to be), dan (iv) belajar hidup bersama, hidup dengan orang lain (learning
to live together, learning to live with others).
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan pendidikan
adalah suatu proses yang dialami oleh setiap individu sepanjang hayat
baik disengaja atau tidak disengaja dalam rangka mengembangkan
kemampuan diri untuk menghadapi berbagai aspek kehidupan.

C. Landasan Kebijakan Pendidikan


Kata landasan dalam hukum/kebijakan berarti melandasi atau
mendasari atau titik tolak.Sementara itu kata hukum dapat dipandang
sebagai aturan baku yang patut ditaati. Aturan baku yang sudah
disahkan oleh pemerintah ini , bila dilanggar akan mendapatkan sanksi

76
Landasan Pendidikan

sesuai dengan aturan yang berlaku pula. Landasan hokum/kebijakan


dapat diartikan peraturan baku sebagai tempat terpijak atau titik tolak
dalam melaksanakan kegiatan kegiatan tertentu, dalam hal ini
kegiatan pendidikan Education policy refers to the collection of rules,
both stated and implicit, or the regularities in practice that govern the
behavior of persons in schools. Education policy analysis refers to the
scholarly study of education policy. Examples of education policy
analysis may be found in such academic journals as Education Policy
Analysis Archives.
Kebijakan Pendidikan mengacu pada kumpulan aturan, baik
dinyatakan dan implisit, atau keteraturan dalam praktek yang mengatur
perilaku orang di sekolah-sekolah. analisis kebijakan Pendidikan
mengacu pada studi ilmiah kebijakan pendidikan Landasan kebijakan
pendidikan juga akan berhubungan pihak yang berwenang
melaksanakan undang-undang yaitu pihak yang merancang kebijakan
tersebut. Pihak tersebut adalah pemerintah, pemerintah beserta pihak
yang terkait harus mengkondisikan agar kebijakan berjalan mengarah
pada tujuan utama pendidikan suatu negara dan berbasis landasan
pendidikan.
Analisis kebijakan dikaitkan dengan pendidikan, maka analisis
kebijakan pendidikan adalah suatu prosedur ilmiah untuk menelaah dan
merumuskan seluruh isu-isu dan permasalahan pendidikan berdasarkan
analisa yang tajam dan metode berfikir yang kritis yang selanjutnya
menghasilkan sebuah pemikiran atau rumusan yang berguna bagi
kebijakan pendidikan. Memahami kebijakan pendidikan membutuhkan
sebuah kontemplasi dari pengaruh dan niat kebijakan sepanjang empat
dimensi teori kebijakan. Dengan memanfaatkan empat dimensi teori
kebijakan termasuk normatife, structural, konstituentive, dan teknis,
individu dapat menentukan dimensi penting dari kebijakan.1
Empat dimensi teori kebijakan dapat digunakan untuk evaluasi
kebijakan selain itu dimensi ini mencakup bagaimana evaluasi kebijkan
dapat meningkatkan efektifitas pendidikan, termasuk kurikulum,
pengajaran dan penilaian. Berikut penjelasan dari ke empat dimensi
tersebut:
a. Dimensi Normatif : Dimensi ini terdiri dari nilai-nilai standar, dan
filosofi yang mendorong masyarakat untuk melakukan perbaikan dan
perubahan semua kebijakan, oleh karena itu semua kebijakan
adalah refleksi dari masyarakat.
b. Dimensi Struktural, yaitu berisi langkah-langkah pemerintah dan
stuktur organisasi, metode dan prosedur yang menyatakan dan
mendukung kebijakan pendidikan.

1
Coper, Fusarelli&Randall, 2004, Dennis, 2007

77
AT-TALIM; Vol. 3, Tahun 2012

c. Dimensi constituentive terdiri dari asumsi individu, kelompok


kepentingan, dan penerima yang mengerahkan kekuatan atas,
adalah pihak, dan keuntungan dari proses pembuatan kebijakan.
d. Dimensi teknis mencakup pengembangan, praktek, implementasi,
dan penilaian kebijakan pendidikan.

Pemahaman kebijakan pendidikan memerlukan bahwa para


pembuat kebijakan merenungkan pengaruh dan konsekuensi dari
kebijakan pendidikan sepanjang dimensi

D. Landasan Kebijakan Pendidikan Indonesia


Landasan yuridis atau kebijakan pendidikan Indonesia adalah
seperangkat konsep peraturan perundang-undangan yang menjadi titik
tolak system pendidikan Indonesia, yang menurut Undang-Undang
Dasar 1945 meliputi, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia,
Undang-Undang Peraturan Pemerintah pengganti undang-undang,
peraturan pemerintah, dan lainnya. Berikut landasan kebijakan
pendidikan yang diselenggarakan di Indonesia:
1) Dalam pembukaan (UUD 1945, antara lain : Atas berkat Ramat
Tuhan yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan
luhur, supaya berkehidupan berkebangsaan yang bebas, maka
rakyat Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaannya.
Kemudian daripada itu untuk membentuk statu pemerintahan negara
republik Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial, maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam statu undang-undang
dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam statu susunan negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar
kepada : Ketuhanan yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dab
beradap, persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan, serta
dengan mewujudkan statu keadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia. (Dikti).
2) Pasal 31 UUD 1945 menyatakan bahwa (1) Setiap warga negara
berhak mendapatkan pendidikan; (2) Setiap warga negara wajib
mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya; (3)
Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan
serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa;
(4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-
kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja

78
Landasan Pendidikan

negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk


memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional; serta
(5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk
kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.
3) UU RI No. 2 Tahun 2003 tentang: Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara.
4) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan
menyatakan bahwa pendidikan nasional Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
5) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional. Pendidikan Pasal 1 yang berisi bahwa
Standar nasional pendidikan adalah criteria minimal tentang sistem
pendidikan diseluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

E. Kebijakan Pendidikan di Negara Amerika Serikat.


Negara Amerika sangat memeperhatikan pembuatan kebijakan
pendidikan berdasarkan karakterisitk geografis dan demografis serta
factor sejarah. Luas negara kurang lebih 9,4 juta km persegi yang
secara fisik memiliki sangat bervariasi, beriklim yang bervariasi sehingga
keadaan flora dan fauna yang juga beragam. Berdasarkan keragaman
tersebut karakterisitk utama sistem pendidikan Amerika Serikat yang
sangat menonjol adalah desentralisasi. Karakter desentralistik ini berupa
pemerintah pusat tidak memiliki mandar untuk mengontrol atau
mengadakan pendidikan untuk masyarakat. Setiap pemerintah federal.
Negara bagian, dan pemerintah daerah memiliki atauran dan tanggung
jawab adminstratif masing-masing yang sangat jelas. Amerika Serikat
tidak mempunyai sistem pendidikan yang terpusat atau yang bersifat
nasional. Namun Amerika Serikat memiliki tujuan pendidikan secara
umum yaitu (Syah Nur, 2002) :
Untuk mencapai kesatuan dalam kebinekaan
Untuk mengembangkan cita-cita dan praktek demokrasi

79
AT-TALIM; Vol. 3, Tahun 2012

Untuk membantu pengembangan idnvidu


Untuk memperbaiki kondisi social masyarakat
Untuk mempercepat kemajuan social.
Setiap negara menydiakan pendidikan secara gratis bagi anak-
anak sekolah negeri, mulai dari Taman Kanak-Kanak ditambah 12 tahun
pada jenajang berikutnya. Setiap undang-ungan tidak sama diantara
negara-negara bagian, namun pada dasarnya pendidikan adalah wajib
bagi anak-anak dan remaja dari umur 6 atau 7 sampai 16 tahun. Dalam
system pendidikan Amerika Serikat, terdapat beberapa pola struktur
pendidikan, baik pada tingkat dasar dan menengah, maupun pada
tingkat pendidikan tinggi. Pada tingkat dasar dan menengah terdapat
pola sebagai berikut:
1) Taman Kanak-Kanak+Pendidikan Dasar grade 1-8+4 tahun SLTA:
2. Taman Kanak-Kanak+Sekolah Dasar grade 1-6=3 tahun SLTP=3
tahun SLTA; 3. Taman Kanak-kanak+Sekolah Dasar grade 1-4/5+4
Tahun SLTP + 4 tahun SLTA dan 4. Setelah menyelesaikan
pendidikan tingkat Taman Kanak-Kanak+12 tahun, pada beberapa
buah negara bagian, dilanjutkan 2 tahun pada tingkat akademi
9Junior/Cummunity College) Sebagaian dari system pendidikan
dasar dan menengah Pada pendidikan tinggi, struktur dan
jenis/jenjang pendidikan pada dasarnya dikelompokkan dalam tiga
bentuk, baik pendidikan tinggi negeri maupun swasta, yaitu: 1.
Pendidikan tinggi 2 tahun yang disebut Junior, Cimmunity atau
Technical Collegel. Memberikan sertifikat, dan kadang kendala
memberikan gelar Associate of Art (A.A) 2. Pendidikan tinggi 4
tahun yang menyediakan Strata -1 disamping pendidikan
professional. Tingkat ini lazim disebut undergraduate.
2) Universitas biasanya terdiri dari berbagai fakultas yang menyediakan
program Diploma, S-1, Pascasarjana S-2 (Master) dan kebanyakan
menyediakan program Doktor (S-3) Kebijakan umum pendidikan
dasar dan menengah dipegang oleh sebuah badan yang disebut
Board of Education yang berfungsi memebuat kebijaknakebijakan
serta menentukan anggara pendidikan, sementara Departemen
Pendidikan engara bagian bertanggung jawab atas semua
pendidikan dan semua tingkat, yang kadang-kadang juga mencakup
pendidikan tinggi. Kurikulum sekolah, penentuan persyaratan
sertifikasi, guru-guru, dan pembiyaan sekolah menjadi tanggung
jawab badan ini. Pimpinan bagian pendidikan ini disebut
Comissioner atau Superintendent biasanya ditunjuk oleh Board
of education atau oleh gubernur, tetapi pada beberap negara bagian
pimpinan itu dipilih. Pada dasrnya, operasional sekolah dilasanakan
oleh unit-unit yang lebih rendah, bahkan langsung oleh sebuah
sekolah dasar. Mereka pada prinsipnya memiliki kebebasan atau
otonomi yang luas.

80
Landasan Pendidikan

BAB III
PENUTUP

Pengertian Landasan. Landasan adalah suatu prinsip yang inti dan


pijakan atau mengarisbawahi suatu konsep dalam sistem atau teori.
Pada landasan untuk konseptual landasan mengandung asumsi.
Pengertian kebijakan. Kebijakan merupakan rencana yang disusun
oleh stakeholder atau pemerintah untuk khalayak umum yang bertujuan
untuk mencapai suatu tujuan dan bersifat dinamis karena adanya
perubahan zaman.
Pengertian pendidikan. Pendidikan adalah suatu proses yang
dialami oleh setiap individu sepanjang hayat baik disengaja atau tidak
disengaja dalam rangka mengembangkan kemampuan diri untuk
menghadapi berbagai aspek kehidupan.
Landasan Kebijakan. Pendidikan Landasan kebijakan pendidikan
merupakan suatu dasar untuk melakukan melaksanakan undang-
undang oleh pihak yang berwenang termasuk juga pihak yang
merancang kebijakan tersebut. Pihak yang dominan adalah tersebut
adalah pemerintah, pemerintah beserta pihak yang terkait harus
mengkondisikan agar kebijakan berjalan mengarah pada tujuan utama
pendidikan suatu negara dan berbasis landasan pendidikan.
Landasan Kebijakan Pendidikan Indonesia Landasan yuridis atau
kebijakan pendidikan Indonesia adalah seperangkat konsep peraturan
perundang-undangan yang menjadi titik tolak system pendidikan
Indonesia, yang menurut Undang-Undang Dasar 1945 meliputi, Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia, Undang-Undang Peraturan
Pemerintah pengganti undang-undang, peraturan pemerintah, dan
lainnya.
Kebijakan Negara Amerika Serikat Kebijakan pendidikan negara
Amerika Serikat disusun berdasarkan kondisi geografis negara dan
demografis negara hingga menggunakan kebijakan desentralisasi.
Kebijakan ini meng-arahkan pada setiap negara bagian memiliki aturan
administrative sendiri untuk menjalankan pendidikan hingga tingkat
lembaga sekolha. Namun pemerintah pusat beserta dewan yudikatif,
legislative membantu penuh dalam memecahkan masalah pendidikan
dan memberikan infrastruktur yang layak untuk kebutuhan sekolah.
Saran Suatu hal memerlukan pijakan kuat untuk teori yang akan
digunakan dalam rangka membuat suatu kebijakan untuk membuat
rencana, diharapkan untuk benar-benar mengkaji masalah agar dapat
membuat kebijakan yang sesuai dengan nilai-nilai dan kebutuhan
masyarakat.
Kebijakan yang dibuat seharusnya suatu kebijakan hrslah kontinue
dan berkelanjutan. Sosialisasi suatu kebijakan penting terlebih lagi untuk
kebijakan pendidikan. Sosialisasi tersebut harus dilakukan hingga

81
AT-TALIM; Vol. 3, Tahun 2012

semua element pendidikan mengetahui dan memahami serta dapat


menerapkan dengan profesional. Setelah sosialisasi tercapai
pemerintah dapat menganalisis apakah kebijakan yang disusun telah
mencapai tujuan dan berjalan dengan baik atau malah belum tepat
dalam mengeluarkan kebijakan. Analisis ini sangat penting agar dapat
melihat mana kekurangan dan kelebihan suatu kebijakan.

DAFTAR PUSTAKA

Fattah, Nanang.1996. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung : PT


Remaja Rosdakarya
Tilaar. 1999. Pendidikan Kebudayaan dan Masyarakat Madani
Indonesia. Bandung: PT Remadja Rosdakarya.
Syah, Agustiar Nur. 2002. Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara.
Bandung: Penerbit Lubuk Agung.

82
Landasan Pendidikan

TEROBOSAN PEDAGOGIS
MEWUJUDKAN MASYARAKAT ADIL DAN MAKMUR
MELALUI PENYELENGGARAAN SISTEM
PENDIDIKAN NASIONAL
Zawaqi Afadal Jamil
E-mail: zawaqiafdaljamil@yahoo.com

Abstrak
Masyarakat adil dan makmur merupakan cita-cita bangsa
Indonesia yang sesungguhnya. Cita-cita ini bahkan sudah
diamantkan dalam pembukaan UUD 1945. Upaya perwujudan
masyarakat adil dan makmur dapat dilaksanakan melalui
penyelenggaraan sistem pendidikan nasional. Dalam kerangka
sistem kenegaraan sangat disadari bahwa adil dan makmur
merupakan hak segala warga bangsa Indonesia. Pancasila
sebagai ideologi dan falsafah bangsa serta UUD 1945
merupakan suatu cita-cita besar yang dapat memberikan
jaminan bagi masyarakat Indonesia yang memiliki keadilan dan
kemakmuran hidup jika semua itu dapat diwujudkan. Sebagai
warga Indonesia semangat dan optimisme terhadap perwujudan
masyarakat yang adil dan makmur tentulah tak boleh sirna,
bahkan harus dipupuk serta berkarya dengan baik dan jujur
untuk menggapai cita-cita luhur bangsa. Oleh karenanya
diperlukan terobosan pedagogis pendidikan.

Kata Kunci: Terobosan pedagogis, adil dan makmur, dan


penyelenggaraan sistem pendidikan nasional.

A. Pendahuluan
Cita-cita bangsa Indonesia setelah dinyatakan merdeka adalah
mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Setelah
Indonesia merdeka 17 Agustus 1945, upaya mewujudkan cita-cita
mengisi kemerdekaan bangsa dibentuklah suatu pemerintahan.
Merdeka merupakan bentuk kebebasan bagi indonesia menentukan jati
diri bangsa sesuai ideologi falsafah bangsa yang dianut. Kemerdekaan
dipandang sebagai potensi yang tidak bisa dibandingkan dengan
apapun untuk mewujudkan cita-cita bangsa menjadikan masyarakat
yang adil dan makmur. Cita-cita mewujudkan keadilan dan kemakmuran
masyarakat sangat disadari sebagai hak bagi seluruh warga Indonesia
tanpa kecuali. Dengan kesadaran yang dimiliki oleh pejuang
kemerdekaan bangsa Indonesia, sehingga cita-cita tersebut
diejawantahkan dalam pembukaan UUD 1945 dan berfalsafakan

83
AT-TALIM; Vol. 3, Tahun 2012

Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia. Dalam kaitan ini


dinyatakan oleh Soediarto (2008 : 20) menyatakan hampir tidak ada
negara di dunia yang pembukaan UUD-nya penuh dengan nuansa dan
semangat kebangsaan seperti Pembukaan UUD 1945.
Sebagai cita-cita dan hak bagi semua warga negara Indonesia
memperoleh keadilan dan kemakmuran di negara republik ini, dengan
bermacam strategi dan program pemerintah telah berupaya melakukan
gerakan dan penguatan sumber daya yang dimilki Indonesia. Upaya
penguatan bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan,
dan keamanan selalu digalakkan. Perwujudan pemerataan kehidupan
sosial, ekonomi, kesehatan, keamanan, pendidikan, dan lainnya selalu
menjadi topik besar bagi pemerintah Indonesia untuk mencapai
kemakmuran dan keadilan dalam menjalankan pemerintahannya.
Namun setelah 66 tahun Indonesia merdeka perwujudan masyarakat
yang mendapat keadilan dan kemakmuran jauh belum dirasakan oleh
mayoritas masyarakat Indonesia, kecuali kecukupan dan kesejahteraan
hidup hanya dinikmati oleh segelintir orang di negara yang memiliki
sumber daya yang kaya ini.
Pancasila sebagai ideologi dan falsafah bangsa serta UUD 1945
merupakan suatu cita-cita besar yang dapat memberikan jaminan bagi
masyarakat Indonesia yang memiliki keadilan dan kemakmuran hidup
jika semua itu dapat diwujudkan. Sebagai warga Indonesia semangat
dan optimisme terhadap perwujudan masyarakat yang adil dan makmur
tentulah tak boleh sirna, bahkan harus dipupuk serta berkarya dengan
baik dan jujur untuk menggapai cita-cita luhur bangsa.
Berikut ini dikemukakan bagan deskripsi terobosan perwujudan
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur melalui penyelenggaraan
sistem pendidikan nasional yang berorientasi pedagogis.
TEROBOSAN PERWUJUDAN MASYARAKAT INDONESIA YANG ADIL
DAN MAKMUR MELALUI PENYELENGGARAAN SISTEM PENDIDIKAN
NASIONAL YANG BERORIENTASI PEDAGOGIS

84

Anda mungkin juga menyukai