sistem
pendidikan nasional masing-masing sebuah negara terletak pada kebudayaan dan nilai-nilai
bangsa itu sendiri dan berkembang melalui sejarah sehingga dapat memberikan warna dalam
seluruh gerak hidup suatu bangsa.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.[2]
UU Sisdiknas
Di dalam Pasal 1 poin 6 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional disebutkan bahwa Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai
guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan
lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan
pendidikan.
Pendidik ialah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan
sasaran peserta didik. Peserta didik mengalami pendidikannya dalam tiga lingkungan yaitu
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Sebab itu yang
bertanggung jawab terhadap pendidikan yaitu orang tua, guru, pemimpin program
pembelajaran, pelatihan, dan masyarakat/organisasi.
1. Sebagai Demonstrator
2. Sebagai Manajer/pengelola kelas
3. Sebagai Mediator/fasilitator
4. Sebagai Evaluator
5. Untuk memperbanyak sumber-sumber ilmu peserta didik
6. Memberikan pendidikan yag bermutu kepada peserta didik
7. Bekerja sama dengan lembaga pemerintah dalam hal pasilitas dan anggaran
pendidikan
8. dari pemerintah dalam bentuk proyek-proyek pembangunan, penelitian-penelitian
bersaing, pertandingan karya ilmiah anak-anak, dan perlombaan-perlombaan lainnya.
9. Dari kerjasama dengan instansi lain, baik pemerintah, swasta, maupun dunia usaha.
Kerjasama ini bisa dalam bentuk proyek penelitian, pengabdian kepada masyarakat
dan proyek pengembangan bersama.
10. Membentuk pajak pendidikan, dapat dimulai dari satu desa yang sudah mapan, satu
daerah kecil, dan sebagainya. Program ini dirancang bersama antara lembaga
pendidikan dengan pemerintah setempat dan masyarakat. Dengan cara ini bukan
orang tua siswa saja yang akan membayar dana pendidikan, melainkan semua
masyarakat
11. Usaha-usaha lain, misalnya :
Seperti diketahui setiap lembaga pendidikan mengelola sejumlah dana pendidikan yang
bersumber dari pemerintah (untuk lembaga pendidikan negeri), masyarakat, dan usaha
lembaga itu sendiri. Secara formal sistem pendidikan Indonesia diarahkan pada tercapainya
cita-cita pendidikan yang ideal dalam rangka mewujudkan peradaban bangsa Indonesia yang
bermartabat.
Namun demikian, sesungguhnya sistem pendidikan Indonesia saat ini tengah berjalan di atas
rel kehidupan sekulerisme yaitu suatu pandangan hidup yang memisahkan peranan agama
dalam pengaturan urusan-urusan kehidupan secara menyeluruh, termasuk dalam
penyelenggaran sistem pendidikan. Meskipun, pemerintah dalam hal ini berupaya
mengaburkan realitas (sekulerisme pendidikan) yang ada sebagaimana terungkap dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 4 ayat 1
yang menyebutkan, Pendidikan Nasional bertujuan membentuk manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak dan berbudi mulia, sehat, berilmu, cakap,
serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab terhadap kesejahteraan
masyarakat dan tanah air. Perlu difahami bahwa sekularisme bukanlah pandangan hidup
yang tidak mengakui adanya Tuhan.
Penyelenggaraan sistem pendidikan nasional berjalan dengan penuh dinamika. Hal ini
setidaknya dipengaruhi oleh dua hal utama yaitu political will dan dinamika sosial. Political
will sebagai suatu produk dari eksekutif dan legislatif merupakan berbagai regulasi yang
terkait dengan penyelenggaraan pendidikan diantaranya tertuang dalam Pasal 20, Pasal 21,
Pasal 28 C ayat (1), Pasal 31, dan Pasal 32 UUD 1945, maupun dalam regulasi derivatnya
seperti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sisdiknas yang diamandemen menjadi
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, serta berbagai rancangan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang kini
tengah di persiapkan oleh pemerintah (RUU BHP, RPP Guru, RPP Dosen, RPP Wajib
belajar, RPP Pendidikan Dasar dan Menengah, dsb).
Kemudian dalam cakupan yang lebih operasional, maka peraturan menteri; peraturan daerah
yang dibuat para gubernur, walikota/bupati; serta keseriusan para anggota DPRD juga
memiliki andil yang besar untuk mewujudkan penyelenggaraan pendidikan nasional dalam
lingkup daerah.
Adapun berkembangnya dinamika sosial sebagai bentuk aksi-reaksi masyarakat terhadap
keberlangsungan berbagai bidang kehidupan (politik, ekonomi, sosial-budaya, bahkan
ideologi) ditengah-tengah mereka juga turut mempengaruhi dinamika pendidikan, karena
berbagai bidang kehidupan tersebut realitasnya merupakan subsistem yang saling
mempengaruhi satu sama lain dalam suatu sistem yang lebih besar yaitu sistem pemerintahan.
Pendidikan merupakan salah satu subsistem yang sentral, sehingga senantiasa perlu
mendapatkan perhatian dan perbaikan dalam menjaga kontinuitas proses kehidupan dalam
berbagai aspek di tengah-tengah masyarakat (negara) tersebut (input-proses-output).
Demikian, dalam upaya untuk memperbaiki sistem pendidikan nasional ternyata memerlukan
adanya perbaikan pula dalam aspek sistemik (regulasi) serta meningkatnya kontrol sosial dari
masyarakat.
Pengertian sistem berasal dari bahasa Latin (systma) dan bahasa Yunani (sustma) yaitu
suatu kesatuan yang terdiri dari atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan
aliran informasi, materi atau energi. Istilah ini sering dipergunakan untuk menggambarkan
suatu setentitas yang berinteraksi.
Sistem juga merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan yang berada dalam
suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak, contoh umum misalnya seperti negara.
Negara merupakan suatu kumpulan dari beberapa elemen kesatuan lain seperti provinsi yang
saling berhubungan sehingga membentuk suatu negara dimana yang berperan sebagai
penggeraknya yaitu rakyat yang berada dinegara tersebut.
Dalam hal lembaga atau organisasi persekolahan, sistem dapat berarti elemen di sekolah yang
saling berhubungan, yang melakukan kegiatan bersama untuk memudahkan aliran informasi,
materi atau energi di dalam sekolah yang bertujuan untuk memperoleh satu kesamaam
informasi, keputusan bersama, pendapat, tujuan dan sasaran dalam membangun kehidupan
sekolah secara utuh dan menyeluruh. Elemen-elemen yang ada disekolah meliputi: (1) Kepala
Sekolah, (2) Wakil Kepala Sekolah, (3) Program Keahlian, (4) Bengkel atau Laboratorium,
(5) Dewan Guru, (6) Wali Kelas, (7) Siswa, (8) Orang tua Siswa, (9) Tata Usaha, dan (10)
Komite Sekolah.
Sistem merupakan himpunan komponen yang saling berkaitan yang bersama-sama berfungsi
untuk mencapai suatu tujuan. Artinya, Sistem merupakan himpunan komponen atau
subsistem yang terorganisasikan dan berkaitan sesuai rencana untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.
Sistem pendidikan Nasional Indonesia berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia (UUD No
2 Th 1989, pasal 1, ayat (2)), yaitu kebudayaan yang timbul sebagai usaha budinya rakyat
Indonesia, yang berbentuk:
Kebudayaan yang lama dan asli yang terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan di
daerah-daerah di seluruh Indonesia.
Kebudayaan baru yang dikembangkan menuju kearah kemajuan adab, budaya, dan
persatuan, dengan tidak menolak kebudayaan asing yang dapat mengembangkan dan
memperkaya kebudayaan sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa
Indonesia (Penjelasan pasal 32, UUD 1945).
Sistem Pendidikan Nasional Indonesia berakar pada kebinekaan yang satu atau Bhieka
Tunggal Ika. Sistem Pendidikan Nasional Indonesia harus menyerap dan mengembangkan
karakteristik geografis, demografis, sosial budaya, sosial politik, dan sosial ekonomi daerah-
daerah di seluruh wilayah Indonesia dalam kerangka persatuan dan kesatuan Indonesia.
Yang menjadi landasan idiil Pendidikan di Indonesia ialah Pancasila. Landasan idiil ini tidak
mengalami perubahan sejak tahun 1945 ketika Indonesia memproklamasikan
kemerdekaannya. Seperti yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945;
dan yang bersifat regulasi atau mengatur bersumber pada pasal 31, ayat (1) dan (2), martabat
manusia Indonesia dalam rangka upaya untuk mewujudkan nasioanal (UU No 2 Th 1989,
pasal 3). Hal ini menganding arti bahwa fungsi Pendidikan Nasional adalah:
3. Karakteristik Tujuan
1. Beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur,
2. Memiliki pengetahuan dan keterampilan,
3. Memiliki kesehatan jasmani dan rohani,
4. Memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
4. Karakteristik Kesisteman (Sistemik)
Dalam bahasa pendekatan sistem, Pendidikan Nasional adalah sebuah sistem dari sistem
kehidupan bernegara kebangsaan untuk mencapai tujuan nasional;
Pendidikan Nasional mempunyai tugas utama agar tiap-tiap warga negara berhak mendapat
pengajaran (UUD 1945, pasal 39). Untuk membuka pendidikan yang seluas-luasnya,
Pendidikan Nasional mencakup baik jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar
sekolah. Dalam bahasa pendekatan sistem, Sistem Pendidikan Nasioanal terdiri atas sub
sistem pendidikan sekolah dan sub sistem pendidikan luar sekolah. Sehubungan penyediaan
kesempatan pendidikan yang luas, maka dianut asa pendidikan seumur hidup;
Pendidikan Nasional mengatur bahwa jalur pendidikan sekolah terdiri atas tiga jenjang utama
(pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi), yang masing-masing
jenjang terbagi pula dalam tingkatan dan juga jenis pendidikan ( lihat bagan sistem
persekolahan nasional).
5. Karakteristik Pendidikan
Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia usaha adalah kegiatan dengan mengerahkan tenaga,
pikiran, atau badan untuk mencapai suatu maksud; pekerjaan ( perbuatan, prakarsa, ikhitiar,
daya upaya) untuk mencapai sesuatu. Sedangkan sadar adalah insyaf,yakin, merasa tahu, dan
mengerti. Jadi usaha sadar adalah kegiatan atau pekerjaan dngan mengerahkan tenaga,
pikiran, atau badan untuk mencapi suatu maksud, yang diinsyafi, diyakini, dihayati, dan
dipahami oleh orang yang melakukannya.
Dengan demikian, pendidikan sebagai usaha sadar merupakan kegiatan atau pekerjaan yang
dilakukan seseorang atau sekelompok orang dengan cara menggerakkan kemmpuan jiwa dna
raganya, yang didorong adanya niat baik ingin membantu pihak lain agar dapat
mengembangkan kemampuan-kemampuan kognitif, efektif, dan/atau psikomotor yang ada
dalam dirinya.
Karakteristik Bimbingan
Karakteristik Pengajaran
Dalam memahami konsep pengajaran , ada baiknya mengikuti sebagian uraian dari Lindley J.
Stiles yang dimuat dalam Encyclopedia of educational Research . Uraian itu antara lain
menyatakan sebagai berikut: Definisi lama tentang pengajaran (intruction) dalam kaitannya
dalam pendidikan, ditekankan pada proses penyampaian pengetahuan atau keterampilan
kepada siswa. Kata intruction sendiri bersal dari dua kata Latin: in yang berarti dalam , dan
srou yang berarti saya membangun. Membangun pengetahuan, informasi, sikap,
keterampilan, pemahaman, apresiasi, tingka laku dalam diri orang lain, telah umum dianut
sbagai konsep tentang proses pengajaran.
Karakteristik Latihan
P.J. Hills dalam A Dictionari of Education membataskan latihan (training) lebih berkenaan
dengan penerapan pengetahuaan dari pada pengusaan pengetahuan. Pertama-pertama, latihan
adalah proses pengubahan yang tertuju pembentukan suatu pola tingka laku yang di
harapkan. Bagaimanapun dalam sebagian besar organisasi, dianut pandangann bahwa latihan
adalah suatu proses untuk mempersiapkan orang untuk suatu pekerjaan, membantu mereka
untuk memperbaiki penampilan mereka, dan perkembangan potensi mereka sepenuhnya.
Meurut Ivor K. Davies, pengajaran keterampilan (skill lesson) mencakup tiga langkah
sebagai berikut:
1. Penjelasan, yang berlangsung kurang lebih 15 persen dari waktu yang tersedia.
Langka ini berisi penjelasan tentang apa yang akan dilakukan dan hasil-hasilnya.
2. Demonstrasi, yang berlangsung selama kurang lebih 25 persen dari keseluruhan
waktu yang tersedia.
6. Karakteristik Fungsi
Peranan-peranan yang akan dimainkan oeh setiap individu setelah menyelesaikan pendidikan
adalah sebagai:
DAFTAR PUSTAKA
Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait
secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang terdapat di dalam Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pelaksanaan pendidikan
nasional berlandaskan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. selengkapnya download disini Makalah