Idam Nurcahyanti
ABSTRAK
Masalah kependudukan merupakan masalah yang cukup besar di Indonesia. Program Keluarga
Berencana (KB) dilaksanakan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk. Salah satu alat
kontrasepsi yang memiliki efektivitas yang tinggi adalah kontrasepsi yang bersifat jangka panjang.
Jumlah akseptor Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Indonesia masih sedikit yaitu 25,26%.
Dukungan suami merupakan salah satu faktor eksternal dalam pemilihan alat kontrasepsi dimana
menjadi penguat untuk mempengaruhi seseorang dalam berperilaku. Dukungan suami dalam KB
merupakan bentuk nyata dari peran dan tanggung jawab para pria. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan dukungan suami dalam pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang.
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional.
Populasi sejumlah 307 siswi. Besar sampel sejumlah 120 responden, dengan teknik pengambilan
sampel proportionate stratified random sampling. Analisis data penelitian ini menggunakan uji
fisher Exact.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mendapat dukungan dalam
Pemilihan metode Kontrasepsi jangka panjang sebanyak 106 responden (88,3%) dan sebagian kecil
memilih Metode kontrasepsi jangka panjang sebanyak 40 responden (33,3%). Hasil Uji Fisher
Exact didapatkan hasil p-value 0,033 < = 0,05 disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara dukungan suami dalam pemilihan Metode kontrasepsi jangka panjang pada Ibu akseptor KB
berusia lebih dari 35 tahun di Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan kabupaten Semarang.
Ada hubungan dukungan suami dalam pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang.
Large population is a problem in Indonesia. Family planning program (KB) had been
implemented to reduce the rate of population growth. Long-term contraceptive method is one of the
highly effective contraceptives. In indonesia, the number of long term contraceptive acceptors is
still low which is 25,26%. The husbands support is one of the external factors in selecting a
contraceptive method as a reinforcement influencing a mother. The husbands support in choosing a
contraceptive is a real form of his roles and responsibilities. This study aims to find the correlation
of the husbands support in selecting long-term contraceptive method.
This was a descriptive-correlative study with cross sectional approach. The population in this
study was 307 respondents. The samples were 120 respondents sampled by using proportionate
stratified random sampling technique. The data analysis used the Fisher exact test.
The results of this study indicated that most respondents were supported by their husband in
selecting a long term contraceptive method who where 106 respondents (88,3%) and only a few of
them select a long- term contraceptive method who where 40 respondents (33,3%). By using the
Fisher Exact Test obtained p-value 0,033<= 0,05, which would be concluded that there was a
significant correlation between the husbands support in selecting a long term contraceptive method
in the contraceptive acceptors of mothers aged over 35 years old at Sidomukti Village Bandungan
Subdistrict Semarang Regency.
There is a correlation of the husbands support in selecting a long-term contraceptive method.
PEMBAHASAN
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui
bahwa dari 120 responden, sebagian besar
Analisis Univariat
tidak memilih Metode Kontrasepsi Jangka
1. Dukungan suami dalam pemilihan Metode
Panjang yaitu sejumlah 80 responden (66,7%)
Kontrasepsi Jangka Panjang
dan sebagian kecil memilih Metode
Adanya dukungan suami dalam
Kontrasepsi Jangka Panjang yaitu sejumlah
pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka
40 responden ( 33,3%)
Panjang disebabkan karena karena sosial
budaya yang sangat tinggi yang
Analisa Bivariat
mengharuskan suami memberikan
Tabel 3. Hubungan antara Dukungan
dukungan dan kasih sayang untuk istrinya.
Suami dalam pemilihan Metode
Sejalan dengan pendapat Suryono (2008),
Kontrasepsi Jangka Panjang
dukungan suami dipengaruhi oleh faktor
pada Ibu Akseptor KB Berusia
sosial budaya setempat.
lebih dari 35 Tahun di Desa
dukungan suami juga dipengaruhi oleh
Sidomukti Kecamatan Bandungan
adanya peran suami. Karyanti (2004), juga
Kabupaten Semarang tahun 2014
Pemilihan MKJP
berpendapat bahwa peran suami dalam
Dukungan Total menghidupkan kasih sayang dan harga diri
Tidak Ya P-value
Suami pada ibu dapat dicurahkan melalui sikap
f % f % f %
Tidak 13 92,9 1 7,1 14 100 0,005 perhatian serta pemberian dukungan
Mendukung kepada ibu. Dukungan suami dapat
Mendukung 67 63,2 39 36,8 106 100 diungkapkan dengan penghargaan
Jumlah 80 66,7 40 33,3 120 100
terhadap ibu melalui rasa simpati,
berminat terhadap ibu, bersikap toleran
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa terhadap kelemahan-kelemahan ibu,
dari 14 responden yang tidak mendapat menunjukkan kehangatan dan rasa tenang
dukungan dari suami sebagian besar tidak atau suka tanpa syarat dan juga mencoba
memilih Metode Kontrasepsi Jangka Panjang untuk membantu ibu dalam menghadapi
yaitu sejumlah 13 responden (92,9%) dan suatu permasalahan. Bagi ibu, dukungan
sebagian kecil memilih Metode Kontrasepsi suami terhadap ibu merupakan sikap yang
Jangka Panjang yaitu sejumlah 1 responden harus dikembangkan, karena pada
(7,1%). hakikatnya ibu selalu dibayang-bayangi
Sedangkan dari 106 responden yang oleh kebutuhan-kebutuhan, terutama
mendapat dukungan dari suami sebagian kebutuhan untuk tetap mendapatkan kasih
besar tidak memilih Metode Kontrasepsi sayang atau dicinta.
Jangka Panjang yaitu sejumlah 67 responden Tidak Adanya dukungan suami dalam
(63,2%) dan sebagian kecil memilih Metode pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka
Kontrasepsi Jangka Panjang yaitu sejumlah Panjang disebabkan oleh faktor keyakinan
39 responden (36,8%). atau kepercayaan. Menurut Pendit (2004),
Uji Kendall's tau didapat p-value 0,005. baik suami maupun istri dalam kehidupan
Oleh karena p-value = 0,005 < (0,05) maka berkeluarga harus dapat menerima dan
Ho ditolak dan disimpulkan bahwa ada
memberikan kepercayaan kepada dan dari kesehatan. Kemudahan untuk memperoleh
masing-masing pihak supaya bisa saling suatu informasi dapat membantu
mendukung mempercepat seseorang untuk
Selain karena faktor kepercayaan, memperoleh suatu pengetahuan yang baru.
dukungan suami cukup juga dipengaruhi Selain karena faktor pekerjaan,
oleh jarak rumah akseptor KB dengan pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka
lokasi pelayanan keluarga berencana Panjang menunjukkan bahwa sebagian
Kemudahan dalam menjangkau lokasi besar tidak memilih Metode Kontrasepsi
pelayanan kesehatan ini berhubungan Jangka Panjang juga dipengaruhi oleh
dengan faktor keamanan atau keselamatan pendidikan.
bagi istri. Jika istri merasa aman atau Sejalan dengan pendapat Notoatmodjo
merasa mudah untuk menjangkau lokasi (2007), pendidikan memengaruhi proses
pelayanan keluarga berencana tanpa harus belajar, makin tinggi pendidikan seseorang
menimbulkan masalah yang lebih serius, makin mudah orang tersebut untuk
maka hal ini dapat mendorong minat atau menerima suatu informasi sebaliknya jika
motivasi istri untuk mengikuti kegiatan rendah pendidikan seseorang maka makin
keluarga berencana. sulit orang tersebut untuk menerima suatu
Sejalan dengan penelitian BKKBN informasi.
(2004), menyatakan bahwa kemudahan BKKBN (2005), juga menyatakan
dan ketersediaan pelayanan berdampak bahwa pendidikan merupakan salah satu
positif terhadap penggunaan suatu alat faktor yang sangat menentukan
kontrasepsi. pengetahuan dan persepsi seseorang
2. Pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka terhadap pentingnya suatu hal, termasuk
Panjang. pentingnya keikutsertaan dalam KB. Ini
Tingginya Pemilihan Non Metode disebabkan seseorang yang berpendidikan
Kontrasepsi Jangka Panjang dipengaruhi tinggi akan lebih luas pandangannya dan
oleh pekerjaan responden yang jarang lebih mudah menerima ide dan tata cara
berinteraksi dengan orang lain. kehidupan baru.
Pekerjaan mempunyai peranan penting Rendahnya pemilihan Metode
dalam mendapatkan informasi tambahan Kontrasepsi Jangka Panjang dipengaruhi
di luar pendidikan formal. Pada ibu-ibu oleh umur responden
bekerja sering berinteraksi dengan orang Umur responden berpengaruh pada
lain sehingga lebih mudah berbagi pemilihan alat kontrasepsi, umur antara 35
informasi sesama teman kerja, sedangkan tahun lebih merupakan fase mengakhiri
pada ibu yang lingkup kerjanya hanya kehamilan yaitu fase tidak ingin hamil lagi
dirumah saja tidak dapat berbagi diperlukan jika wanita sudah tidak ingin
informasi. anak lagi.
Hal ini sesuai dengan teori Menurut Saifuddin (2010),
Notoadtmodjo (2010), bahwa pekerjaan berdasarkan perencanaan keluarga, dapat
memiliki peranan penting dalam ditentukan fase-fase penggunaan alat
menentukan kualitas manusia, pekerjaan kontrasepsi yang ideal. Umur kurang dari
memberikan kesenjangan antara informasi 20 tahun merupakan fase menunda
kesehatan dan praktek yang memotivasi kehamilan, diperlukan pada wanita yang
seseorang untuk memperoleh informasi menikah dengan umur masih muda, umur
dan berbuat sesuatu untuk menghindari antara 20 tahun sampai 35 tahun adalah
masalah kesehatan. Selain itu juga fase menjarangkan kehamilan dengan cara
didukung dengan Teori Suparyanto (2011), mengatur jarak kehamilan yang baik yaitu
bahwa dalam pekerjaan umumnya terjadi antara 2 sampai 4 tahun, dan umur antara
interaksi antar pekerja, dalam interaksi, 35 tahun lebih merupakan fase mengakhiri
baik sesama pekerja maupun dengan kehamilan yaitu fase tidak ingin hamil lagi
konsumen banyak saling bertukar diperlukan jika wanita sudah tidak ingin
informasi, salah satunya informasi tentang anak lagi.
Sejalan dengan pendapat pengetahuan (knowledge) merupakan hasil
Kusumaningrum (2009), umur dalam tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
hubungannya dengan pemakaian pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
kontrasepsi berperan sebagai faktor Pengetahuan atau kognitif merupakan domain
intrinsik. Umur berhubungan dengan yang penting dalam membentuk tindakan
struktur organ, fungsi faaliah, komposisi seseorang (overt behavior). Di Desa
biokimiawi termasuk sistem hormonal Sidomukti, masyarakat dan keluarga yang
seorang wanita. Perbedaan fungsi faaliah, masih menganggap partisipasi pria, belum
komposisi biokimiawi, dan sistem atau tidak penting dilakukan dan pandangan
hormonal pada suatu periode umur yang cenderung menyerahkan tanggung jawab
menyebabkan perbedaan pada kontrasepsi pelaksanaan KB dan kesehatan reproduksi
yang dibutuhkan khususnya dalam hal informasi sepenuhnya
Selain karena faktor umur cukup juga kepada wanita. Sehingga suami tidak mau
dipengaruhi oleh faktor jumlah anak. ikut campur dan jarang mengajak istri untuk
Jumlah anak akan berkaitan dengan tingkat berdiskusi mengenai KB.
kesejahteraan suatu keluarga. Sesuai pendapat Friedman (2004),
Sesuai dengan pendapat Juliaan dukungan informasional merupakan
(2010), jumlah anak berkaitan erat dengan dukungan yang melibatkan pemberian
program KB karena salah satu misi dari informasi, saran atau umpan balik tentang
program KB adalah terciptanya keluarga situasi dan kondisi individu, Jenis informasi
dengan jumlah anak yang ideal yakni dua seperti ini dapat menolong individu untuk
anak dalam satu keluarga, laki-laki mengenali dan mengatasi masalah dengan
maupun perempuan sama saja. Para wanita lebih mudah. Dukungan informasi dapat
umumnya lebih menyadari bahwa jenis berupa saran, nasehat dan petunjuk dari orang
kelamin anak tidak penting sehingga bila lain, sehingga individu dapat mengatasi dan
jumlah anak sudah dianggap ideal maka memecahkan masalahnya.
para wanita cenderung untuk mengikuti Responden yang mendapat dukungan
program KB. suami memilih Metode Kontrasepsi Jangka
Menurut Sugiarti Dkk (2012), jumlah Panjang dan yang tidak mendapat dukungan
anak mulai diperhatikan setiap keluarga suami juga tidak memilih Metode Kontrasepsi
karena berkaitan dengan tingkat Jangka Panjang. Hal ini dikarenakan
kesejahteraan , semakin banyak anak sokongan, penunjang dan bantuan yang
semakin banyak pula tanggungan kepala diberikan oleh seorang suami sebagai
keluarga dalam mencukupi kebutuhan pasangan hidup sekaligus orang yang pertama
materil selain itu juga untuk menjaga dan utama yang akan memengaruhi akseptor
kesehatan sistem reproduki karena dalam menentukan keputusan pilihan yaitu
semakin sering melahirkan semakin rentan memilih kontrasepsi yang digunakan. Sejalan
terhadap kesehatan ibu. dengan pendapat Dagun (2005), suami adalah
seorang yang pertama dan utama dalam
memberi dorongan kepada istri sebelum pihak
Analisis Bivariat lain memberikan dorongan dan perhatian
Responden yang mendapat dukungan seorang suami terhadap istri yang akan
suami tetapi tidak memilih Metode memilih KB
Kontrasepsi Jangka Panjang. Hal ini Suparyanto (2011), juga berpendapat
dikarenakan kurangnya informasi yang bahwa dalam melaksanakan Keluarga
diperoleh suami sehingga dalam memberikan Berencana, dukungan suami sangat
dukungan pemilihan alat kontrasepsi hanya diperlukan. Seperti diketahui bahwa di
secara umum. Menurut Mubarak (2007), Indonesia, keputusan suami dalam
kemudahan memperoleh informasi dapat mengizinkan istri adalah pedoman penting
membantu mempercepat seseorang untuk bagi istri untuk menggunakan alat
memperoleh pengetahuan yang baru. kontrasepsi. Bila suami tidak mengizinkan
Notoatmodjo (2004), juga berpendapat bahwa atau mendukung, hanya sedikit istri yang
berani untuk tetap memasang alat kontrasepsi dan suasana hangat itu juga menyebabkan
tersebut. Dukungan suami sangat berpengaruh keadaan damai dan tenteram dalam hati.
besar dalam pengambilan keputusan Sebab lain orang Jawa senang mempunyai
menggunakan atau dipengaruhi oleh faktor anak karena adanya kepercayaan bahwa anak
sosial budaya. Pada masyarakat tertentu anak merupakan jaminan dihari tua. Sehingga ada
laki-laki dianggap tidak dan metode apa yang kecenderungan mereka akan menambah
akan dipakai. jumlah anak untuk menjamin masa tuanya.
Responden yang tidak mendapat
dukungan suami memilih Metode Kontrasepsi PENUTUP
Jangka Panjang. Hal ini dipengaruhi oleh
umur responden. Kesimpulan
Hal ini didukung oleh penelitian 1. Gambaran Pemilihan Metode Kontrasepsi
Imbarwati (2009), faktor-faktor yang Jangka Panjang Gambaran Dukungan
memengaruhi pemakaian IUD di 4 provinsi Suami dalam pemilihan Metode
yaitu Jawa Timur, Bali, Sumatera Barat dan Kontrasepsi Jangka Panjang dalam
Bengkulu tahun 2004, menunjukkan bahwa kategori mendukung yaitu sebanyak 106
umur wanita menunjukkan hubungan dengan responden (88,3%) dan dalam kategori
pemakaian IUD. Peserta IUD umumnya tidak mendukung yaitu sebanyak 14
berumur lebih tua dibandingkan dengan responden (11,7%).
peserta KB suntik atau pil. 2. sebagian besar tidak memilih
Selain dipengaruhi oleh faktor umur, menggunakan Metode Kontrasepsi Jangka
responden yang tidak mendapat dukungan Panjang yaitu sejumlah 80 responden
suami sebagian kecil memilih Metode (66,7%) dan sebagian kecil memilih
Kontrasepsi Jangka Panjang juga dipengaruhi Metode Kontrasepsi Jangka Panjang yaitu
oleh faktor paritas. sejumlah 40 responden (33,3%).
Menurut Nasution (2011), jumlah anak 3. Ada hubungan yang signifikan antara
masih hidup erat kaitannya dengan tingkat dukungan suami dalam pemilihan Metode
kesejahteraan. Pada keluarga dengan tingkat Kontrasepsi jangka Panjang dengan nilai
kesejahteraan tinggi pada umumnya lebih -value = 0,005 < = 0,05.
mementingkan kualitas anak daripada
kuantitas anak. Sementara itu pada keluarga Saran
miskin anak dianggap memiliki nilai 1. Bagi peneliti selanjutnya
ekonomi. Pada umumnya lebih banyak Bagi peneliti lain yang melakukan
mempunyai anak dibandingkan dengan penelitian serupa pada saat penelitian
keluarga dengan tingkat ekonomi menengah diharapkan juga mempertimbangkan
keatas. Hal ini disebabkan karena pada faktor lain, seperti dukungan keluarga,
umumnya keluarga miskin mempunyai sosial budaya, ekonomi dan petugas
tingkat pendidikan yang rendah, menikah kesehatan.
pada usia muda dan mempunyai banyak anak. 2. Bagi tenaga kesehatan (Bidan Desa)
Imbarwati (2009), juga berpendapat Hendaknya bidan mampu
bahwa jumlah anak lebih bernilai meningkatkan cakupan Metode
dibandingkan anak perempuan (budaya Kontrasepsi Jangka Panjang, dengan cara
patrinial), namun pada masyarakat lain justru memberikan KIE (Komunikasi, Informasi
sebaliknya, anak perempuan justru dianggap dan Edukasi) lebih spesifik yaitu mengarah
bernilai dibandingkan anak laki-laki (budaya dalam penggunaan Metode Kontrasepsi
matrinial). Faktor budaya yang antara lain Jangka Panjang
menyebabkan suatu pasangan berkeinginan 3. Bagi Akseptor KB
untuk menambah anak terus hingga keinginan Diharapkan akseptor KB
untuk memiliki anak tertentu terwujud. menggunaan alat kontrasepsi sesuai
Koentjaraningrat (2005), juga berpendapat dengan perencanaan keluarga yaitu pada
bahwa orang Jawa percaya anak laki-laki akan usia lebih dari 35 tahun menggunakan alat
memberikan suasana hangat dalam keluarga
kontrasepsi yang efektif (Metode Fatimah (2004). Faktor-faktor yang
Kontrasepsi Jangka Panjang) memengaruhi pemakaian IUD di empat
provinsi ( jawa Timur, bali, Sumatera
DAFTAR PUSTAKA Barat, dan Bengkulu). BKKBN : Jakarta
Friedman, Marilyn M. 2004. Keperawatan
Arikunto, S. 2006. Prosedur penelitian suatu Keluarga . Jakarta : EGC
Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Handayani, S. 2010. Keluarga Berencana dan
Cipta. Kontrasepsi. Yogyakarta : Pustaka Rihana.
Arum dan Sujiyatini. 2009. Panduan Lengkap Hartanto, hanafi. 2004. Keluarga Berencana
Pelayanan KB Terkini. Jogjakarta : Nuha dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar
Medika. harapan
Asih, Oesman. 2009. Faktor-faktor yang Hidayat. 2007. Metodologi Penelitian
memengaruhi pemakaian kontrasepsi Kesehatan. Jakarta: Bineka Cipta
jangka panjang (MKJP). Analisis Imamah, 2009, Perempuan dan Kesehatan
Lanjut SDKI 2007 : BKKBN Jakarta Reproduksi, Jurnal Kesetaraan dan
Badan Pusat Statistik (BPS). 2010. Laju Keadilan Gender, Vol.4(2)
Pertumbuhan Penduduk. Imbarwati. 2009. Beberapa faktor yang
hppt//www.bps.go.id. Diperoleh tanggal berkaitan dengan penggunaan KB IUD
28 Januari 2014. dan Non IUD di Kecamatan Pedurungan
BKB-PP.2013. Laporan Umpan balik Kota semarang. Tesis program magister
Program KB Bulan Oktober 2013. ilmu kesehatan Masyarakat Universitas
Kabupaten Semarang 2013 : BKB-PP Diponegoro. Semarang.
BKB-PP.2013. Laporan Umpan balik Indira. (2009). Faktor-Faktor yang
Program KB Bulan Oktober 2013. Mempengaruhi Pemilihan Jenis
Kecamatan Bandungan Kabupaten Kontrasepsi yang Digunakan pada
Semarang : BKB-PP. Keluarga Miskin. Semarang : Undip
BKKBN. 2005. Informasi Produk Copper T. Digital Library.
Bandung : PT Kimia Farma. Jatmiko, Bambang Priyo. 2013. Pertumbuhan
BKKBN. 2008. Pedoman Penanggulangan Penduduk Dunia Lampaui Prediksi.
Efek samping/ komplikasi kontrasepsi. http://www.repository.kompas.ac.id/17834
Jakarta : Direktorat pelaporan dan statistik /1/DWI%20CHRISTINA.pdf. Diperoleh
BKKBN. 2010. Visi dan Misi Program tanggal 25 Februari 2014
Keluarga Berencana. Jakarta : Direktorat Juliaan. 2010. Pola pemakaian kontrasepsi.
pelaporan dan statistik Analisis lanjut 2010. BKKBN. Jakarta
BKKBN. 2012. Profil Kesehatan Kabupaten Karyanti, 2004. Peran Suami Pada Istri
Semarang. Semarang : BKKBN Terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi di
BKKBN. 2013. Laporan umpan balik Desa Kepatuhan Tualang Sidoarjo.
pelayanan kontrasepsi. Jakarta : http://digilib.itb.ac.id. Diperoleh tanggal 1
Direktorat pelaporan dan statistik Juni 2014
BKKBN.2006. Pedoman Kebijakan Teknis KBBI. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Kb dan Kespro. Jakarta: Kantor Menteri http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.
Negara Kependudukan. php . Diperoleh pada tanggal 6 juni 2014
Dagun (2005). Prioritaskan KB Pria. Koentjaraningrat.2005. Kebudayaan
http://www.medicastore.com/kb. Jawa.Jakarta : Balai Pustaka
Diperoleh tanggal 6 Juni 2014 Kusumaningrum, radita (2008). Faktor-faktor
Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang. 2012. yang memengaruhi pemilihan jenis
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang. kontrasepsi pada pasangan usia subur.
Semarang: Dinkes Kabupaten Semarang. http://jurnalkesehatan.com//Radita
Dinkes.2009. istilah-istilah dalam Kusumaningrum/2008. Diperoleh tanggal
KB.http://dinkes.go.id . Diperoleh pada 13 juni 2014
tanggal 29 Januari 2014. Mubarak. (2011). Promosi Kesehatan untuk
Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.
Murtiningsih, dkk. (2007). Materi KIE Siswanto, Susila, Suyanto. 2013. Metodologi
Keluarga Berencana. Jakarta : BKKBN Penelitian Kesehatan dan Kedokteran.
Nasution. (2011). Faktor-Faktor yang Yogyakarta: Bursa Ilmu.
Mempengaruhi Penggunaan MKJP di Smeltzer. 2004. Buku Ajar Keperawatan
Enam Wilayah Indonesia (Analisis Lanjut Medikal Bedah. Volume 2 Edisi 8.
2011). Jakarta : Puslitbang KB dan Jakarta : EGC
Kesehatan Reproduksi BKKBN Sudibyo.2013. Bias Gender Dalam Pelayanan
Nasution.(2009). Faktor-Faktor yang KB di Kelurahan Anduonohu, Kecamatan
Mempengaruhi Keikutsertaan Wanita Poasia, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara,
Pasangan Usia Subur dalam Penggunaan Skripsi Fak. Kedokteran. Universitas
KB IUD di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Indonesia
Percut Sei Tuan Tahun 2010. Medan : Sugiarti Dkk. (2012). Faktor Pasangan yang
USU. Mempengaruhi Pemilihan Jenis
Notoatmodjo S. 2010. Metodologi Penelitian Kontrasepsi pada Wanita Usia Subur.
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. http://www.journal.unsil.ac.id. Diakses
Notoatmodjo. (2007). Promosi kesehatan dan Tanggal : 23 Juli 2013.
ilmu perilaku. Jakarta : PT Rieneka Cipta Sugiyono. 2008. Statistika untuk penelitian.
Novianti. 2009. Peranan Dukungan Suami Bandung : Alfabeta
Istri Dalam Pemilihan Alat Kontrasepsi Suparyanto. (2011). Konsep Suami. http://dr-
Pada Peserta KB di Soak Bayu Kab Musi suparyanto.com/2011/05/konsep-
Banyuasin Sumatera Selatan Tahun 2009. suami.html. Diperoleh tanggal 5 juni
Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat 2014
Universitas Indonesia, Depok Suryono, B.A. 2008. Partisipasi Pria dalam
Nursalam. 2004. Konsep dan Penerapan Kesehatan Reproduksi. http://prov.
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Bkkbn.go.id. Diperoleh tanggal tanggal 3
Jakarta : Salemba Medika. Februari 2014.
Pendit, B. U. 2006. Ragam Metode Suyanto. 2009. Metodologi Penelitian
Kontrasepsi. Jakarta : EGC Kesehatan dan Kedokteran. Yogyakarta:
Rahardian (2004). Peningkatan Peran Pria Bursa Ilmu
Dan Kb Berwawasan Gender (Online). Syamsiah. 2011.Peranan Dukungan Suami
www.medicastore.com. Diperoleh tanggal dalam Pemilihan Alat Kontraepsi Pada
255 Mei 2014 Peserta KB di Kelurahan Serasan Jaya,
Riyanto A. 2010. Pengolahan Data dan Soak Baru dan Balai Agung Kecamatan
Analisis Data Kesehatan. Yogjakarta: Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin
Nuha Medika. Sumatera Selatan Tahun 2011. Tesis. FKM
Saifuddin. 2006. Buku Panduan Praktis UI. Jakarta; 2004
pelayanan Kontrasepsi . Jakarta : Tridasa Wati (2009) Cara Tepat Memilih Alat
Printer. Kontrasepsi Keluarga Berencana bagi
Saifudin, AB. 2010. Buku Panduan Praktis wanita.
Pelayanan Kontraepsi. Jakarta : YBPSP http://www.medicastore.com/kb.Diperoleh
Saryono dan Ari Setiawan. 2011. Metodologi tanggal 7 Juni 2014
Penelitian Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Wiknjosastro, H. 2005. Ilmu kebidanan.
Medika. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Sastroasmoro S dan Ismael S. 2011. Dasar- Prawirohardjo.
dasar Metodologi Penelitian Klinis. Wiknjosastro, H. 2008. Ilmu kebidanan.
Jakarta: Sagung Seto. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Siregar. 2004. Pengaruh nilai dan jumlah anak Prawirohardjo
pada Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera.
http://www.repository.unand.ac.id/17834/1
/DWI%20CHRISTINA.pdf. Diperoleh
pada tanggal 2 Januari 2014.
HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DALAM PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI
JANGKA PANJANG PADA IBU AKSEPTOR KB BERUSIA LEBIH DARI 35 TAHUN
DI DESA SIDOMUKTI KECAMATAN BANDUNGAN
KABUPATEN SEMARANG
ARTIKEL
Disusun Oleh :
IDAM NURCAHYANTI
030111a026