Anda di halaman 1dari 2

Buruknya Budaya Menulis Bangsa Indonesia

Saat ini Indonesia memiliki 3.151 perguruan tinggi negeri dan swasta yang
tersebar di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan
banyaknya perguruan tinggi di Indonesia diharapkan mampu menjalankan Tri
Dharma Perguruan Tinggi seutuhnya, terutama penelitian. Hasil yang kita harapkan
adalah bagaimana agar hasil dari penelitian ini dapat di ketahui oleh masyarakat
dunia. Salah satunya dengan publikasi ilmiah. Dengan banyaknya penelitian yang
dihasilkan juga akan membuat perkembangan yang pesat pada Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi di Indonesia.

Angka publikasi ilmiah bisa menjadi salah satu indikator untuk menilai
bagaimana budaya menulis ilmiah yang ada di perguruan tinggi di Indonesia.
Apabila angka publikasinya rendah, maka otomatis dapat disimpulkan bahwa
budaya menulis masih sangat rendah atau dalam kategori buruk. Berdasarkan data
dari situs SCImago Journal & Country Rank, Indonesia menempati peringkat ke –
61 dunia dengan jumlah dokumen publikasi ilmiah sebanyak 25.481. Jumlah ini
masih sangat tertinggal jauh dari negara yang menempati urutan pertama yaitu
Amerika Serikat.

Indonesia juga masih kalah dengan negara – negara tetangga seperti


Singapura, Malaysia, dan Thailand. Singapura sendiri menempati peringkat ke – 32
dunia dengan jumlah dokumen publikasi ilmiah sebanyak 171.037 , kemudian
disusul dengan Malaysia yang menempati peringkat ke – 37 dunia dengan jumlah
dokumen publikasi ilmiah sebanyak 125.084, dan terakhir untuk Thailand yang
menempati peringkat ke – 43 dunia dengan jumlah dokumen publikasi ilmiah
sebanyak 95.690. Untuk menyenangkan hati, kita bangga masih unggul dari negara
Brunei Darussalam yang menempati peringkat ke – 134 dunia.

Kita dapat menyimpulkan bahwa, rendahnya jumlah dokumen publikasi


ilmiah di Indonesia bisa disebabkan oleh budaya menulis yang masih sangat rendah
atau bisa di bilang masih sangat buruk. Hal ini disebabkan oleh keinginan untuk
menulis yang kurang dari mahasiswa sendiri dan tidak ada kebijakan yang
mewajibkan setiap mahasiswa wajib menghasilkan satu buah karya ilmiah untuk di
publikasikan.

Untuk mengatasi hal itu, pada tahun 2012 Direktorat Jenderal Perguruan
Tinggi mengeluarkan surat edaran yang mewajibkan seluruh mahasiswa S1 , S2 dan
S3 diwajibkan untuk mempublikasikan karya ilmiahnya. Tentunya hal ini masih
saja tidak cukup. Masih perlu adanya kebijakan lain dari perguruan – perguruan
tinggi dan terobosan dalam mengadakan pelatihan serta lomba – lomba penulisan
ilmiah.

Kebijakan yang bisa dibuat adalah dengan mewajibkan kepada seluruh


penerima beasiswa apapun di perguruan tinggi untuk membuat sebuah karya ilmiah.
Hal ini memang terdengar agar memaksakan, tetapi jika didasari dengan keinginan
yang kuat untuk menulis maka akan tercapai.

Tentunya hal di atas tidak akan berhasil seutuhnya, jika kita tidak pernah
mengadakan kegiatan pelatihan penulisan di kampus – kampus . Kita perlu
mengadakan pelatihan penulisan secara intensif agar semangat untuk menulis dapat
terjaga terus dan pemikiran - pemikiran yang salah tentang karya ilmiah dapat kita
luruskan. Seperti kegiatan Indonesia Health Student Scientific Meeting ini.

Tentunya dengan solusi di atas maka budaya menulis ilmiah Indonesia akan
lebih baik lagi dan meningkat setiap tahunnya. Kita masih punya harapan besar agar
peringkat publikasi ilmiah Indonesia bisa naik dan mengejar ketertinggalan kita.

Anda mungkin juga menyukai