Pengertian
Tumor adalah jaringan baru (neoplasma) yang timbul dalam tubuh akibat pengaruh
berbagai faktor penyebab dan menyebabkan jaringan setempat pada tingkat gen dan
adanya kehilangan kendali normal atas pertumbuhannya. Tumor maksila adalah suatu
pertumbuhan jaringan baru yang terjadi di sinus maksilaris cenderung menginvasi
jaringan sekitarnya dan bermetastase ke tempat-tempat jauh.
2. Etiologi
1. Etiologi tumor ganas sinonasal belum diketahui dengan pasti, tetapi diduga
beberapa zat kimia atau bahan industri merupakan penyebab antara lain nikel, debu
kayu, kulit, formaldehid, kromium, isopropyl oil dan lain-lain. Pekerja di bidang ini
mendapat kemungkinan terjadi keganasan sinonasal jauh lebih besar. Alkohol, asap
rokok, makanan yang diasin atau diasap diduga meningkatkan kemungkinan terjadi
keganasan, sebaliknya buah-buahan dan sayuran mengurangi kemungkinan terjadi
keganasan(2).
2. Pajanan terhadap radio aktif Thorotrast dalam waktu yang lama meningkatkan
resiko tumor sinus maksila
3. Sinusitis kronis meningkatkan resiko terbentuknya tumor
4. Konsumsi tembakau meningkatkan resiko terhadap terbentuknya tumor sinus
maksila (squamous cell carcinoma), meskipun mekanisme serta pengaruh tembakau
terhadap peningkatan resiko ini belum diketahui secara pasti(5).
3. Patofisiologi
Tumor menyebar secara lokal sewaktu tonjolan-tonjolan mencederai dan mematikan
sel-sel yang disekitarnya. Tumor yang sedang tumbuh dapat mematikan sel-sel
disekitarnya dengan menekan sel-sel tersebut atau dengan menghancurkan suplai darah
dan mengeluarkan bahan kimia serta enzim yang menghancurkan integritas membran
sel disekitarnya, sehingga sel tersebut mengalami lisis dan kematian. Setelah sel-sel
disekitarnya mati tumor dapat dengan mudah tumbuh untuk menempati ruang yang
ditinggalkan.
Pertumbuhan Sel yang Abnormal
Invasi Jaringan
Reseptor nyeri
Keterbatasan aktivitas
Korteks serebri
Gangguan dalam proses mastikasi
Nyeri
Pemberian makanan cair
Saat pasien berobat biasanya tumor sudah dalam fase lanjut. Hal ini yang juga
menyebabkan diagnosis terlambat adalah karena gejala dininya mirip dengan rinitis atau
sinusitis kronik sehingga sering diabaikan pasien maupun dokter(2).
5. Komplikasi
1) Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehingga terjadi
peradangan atau infeksi yang hebat pada intra abdomen.
2) Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi terlalu lama pada organ intra
abdomen.
3) Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan cepat.
4) Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma. (Brunner
and Suddarth, 2002)
6. Pemeriksaan penunjang
1. Diagnosis pasti ditegakkan berdasarkan pemeriksaan histopatologi. Biopsi tumor
sinus maksila, daapat dilakukan melalui operasi Caldwell-Luc yang inisisinya
melalui sulcus ginggivo-bukal
2. Foto polos sinus paranasal, untuk melihat adanya erosi tulang dan perselubungan
padat unilateral.
3. CT Scan, sarana terbaik untuk melihat perluasan tumor dan destruksi tulangtulang
4. MRI (Magnetic resonance imaging), baik untuk melihat perluasan tumor ke
jaringan padat dan untuk membedakan jaringan tumor dari jaringan norma tetapi
kurang begitu baik dalam memperlihatkan dsetruksi tulang(2).
7. Pengkajian
a. Identitas
Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku dan gaya
hidup.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama, pada umumnya keluhan utama pada kasus tumor dan keganasan
adalah nyeri pada daerah yang mengalami masalah. Nyeri merupakan keluhan utama
pada tumor ganas.
2) Riwayat penyakit sekarang, pengumpulan data dilakukan sejak keluhan muncul
dan secara umum mencangkup awitan gejala dan bagaimana gejala tersebut
berkembang. Kadang-kadang klien mengeluhkan adanya suatu pembengkakan atau
benjolan. Pembengkakan atau benjolan ini dapat timbul secara perlahan-lahan dalam
jangka waktu yang lama dan dapat juga secara tiba-tiba.
3) Riwayat penyakit terdahulu, pada pengkajian ini, ditemukan kemungkinan
penyebab yang mendukung terjadinya tumor dan keganasan. Adanya riwayat fraktur
terbuka yang meninggalkan bekas sikatriks dapat mendukung terjadinya suatu lesi pada
jaringan lunak. Factor kebiasaan kurang baik seperti merokok akan mendukung
terjadinya keganasan pada system pernapasan yang dapat bermetastasis kesistem
musculoskeletal.
4) Riwayat penyakit keluarga, kaji tentang adakah keluarga dari generasi yang
terdahulu yang mengalami keluhan yang sama dengan klien. Beberapa kelainan genetic
dikaitkan dengan terjadinya keganasan tulang, misalnya sarcoma jaringan lunak atau
soft tissue sarcoma (STS).
5) Riwayat psikososial, kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya
dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam
kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat. Pengamatan
atau observasi juga mencakup adaptasi dan penyesuaian yang mungkin sudah dilakukan
klien.
6) Pola fungsi kesehatan seperti :
a. Persepsi terhadap kesehatan - manejemen kesehatan : disini kita menanyakan
ke pasien apakah dia mengkonsumsi rokok, alcohol, dan apakah dia
mempunyai riwayat alergi atau tidak
b. Nutrisi dan metabolik : disini kita mengkaji pasien mempunyai diet khusus
atau tidak, anjuran diet sebelumnya, nafsu makan pasien, apakah pasien
mempunyai gangguan menelan.
c. Pola eliminasi
Kebiasaan BAB di rumah dan di rumah sakit
Kebiasaan BAK di rumah dan di rumah sakit
d. Pola aktivitas dan latihan
kemampuan perawatan diri : skor : 0 = mandiri, 1= dibantu sebagian, 2 = perlu
bantuan orang lain, 3 = perlu bantuan orang lain dan alat, 4 = tergantung/ tidak
mampu. Aktifitas yang di kaji seperti : makan/ minum, mandi, toileting,
berpakaian, mobilisasi di tempat tidur, berpindah, ambulasi ROM.
e. Oksigenasi : disini kita mengkaji tentang pemenuhan oksigen dari pasien
tersebut, apakah dia menglami gangguan dalam pemenuhan oksigen atau tidak
f. Pola istirahat dan tidur : disini kita mengaji waktu tidur dari pasien, jumlah
tidur/ istirahat, frekuensinya, apakah pasien mengalami insomnia atau tidak
g. Pola kognitif dan perseptual : pengkajiannya meliputi : status mental, bicara,
bahasa yang digunakan, kemampuan membaca, kemampuan mengerti,
kemampuan berinteraksi, pendengaran, penglihatan, pasien mengalami
vertigo/ tidak, management nyeri.
h. Pola persepsi diri dan konsep diri : pengkajiannya meliputi citra diri, identitas
diri, peran diri, ideal diri, harga diri
i. pola seksual dan reproduksi
j. Pola peran hubungan meliputi : status perkawinan, pekerjaan, kulitas bekerja,
sistem dukungan keluarga, dukungan keluarga saat masuk rumah sakit.
k. Pola keyakinan nilai (agama yang dianut, larangan agama, kebiasaan
sembahyang di rumah/ di rumah sakit)
c. Pengkajian Fisik
1. TTV
2. Kepala
3. Leher
4. Paru & Jantung
5. Abdomen
6. Punggung
7. Anus & Genital
8. Ekstremitas Atas
9. Ekstremitas Bawah
3.
a. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan asuhan NIC Label : a. Untuk dapat mengetahui S :-
nutrisi kurang dari keperawatan selama 3x24 NutritionTherapy status nutrisi klien sehingga
O:
kebutuhan tubuh b.d jam, diharapkan status nutrisi dapat melakukan intervensi
a. Lakukan pengkajian
faktor biologis klien meningkat, dengan yang tepat. - Tidak mengalami tanda
lengkap mengenai
ditandai dengan berat kriteria hasil : b. Untuk mengetahui apakah malnutrisi.
nutrisi klien.
badan 20% atau lebih jumlah kalori harian sudah - Menunjukkan prilaku,
NOC Label : Nutritional b. Monitor intake
dibawah berat badan terpenuhi perubahan pola hidup
Status makanan klien dan
ideal. c. Untuk mempercepat untuk meningkatkan
hitung kalori harian.
a. Intake makanan klien peningkatan berat badan dan/atau
meningkat. klien.
b. Rasio BB/TB klien c. Siapkan pasien d. Agar lambung pasien tidak mempertahankan berat
seimbang.(IMT=18-23) makanan tinggi protein, terangsang secara berlebihan badan yang sesuai.
tinggi kalori dan sehingga pasien tidak
A:
minuman yang siap nyaman.
dikonsumsi. e. Agar pasien nyaman Tujuan tercapai
NOC Label : Appetite d. Bantu pasien memilih sebelum dan selama makan. P : Pertahankan
a. Adanya peningkatan nafsu makanan yang lunak, intervensi
makan. lembut dan tanpa asam.
b. Klien menikmati makanan. e. Berikan perawatan
mulut sebelum makan.
NOC label :
Nutritional status : NIC Label:Nutrition
nutrient intake Monitoring
a. Asupan kalori pasien dapat a. Untuk mengetahui apakah
a. Catat perubahan
terpenuhi intake makanan mampu
signifikan status nutrisi
b. Asupan protein pasien meningkatkan status nutrisi
klien pada treatment
dapat terpenuhi kembali klien.
awal.
c. Asupan lemak pasien b. Untuk dapat mengetahui
b. Berat badan klien pada
dapat terpenuhi adanya peningkatan berat
interval yang spesifik.
badan.
a. Untuk mengetahui kebiasaan
NIC Label :Nutrition makan klien agar dapat
Counseling menentukan intervensi yang
a. Tentukan intake tepat.
makanan klien dan b. Agar dapat memperbaiki
kebiasaan makan pola makan klien menjadi
b. Identifikasi fasilitas dari lebih baik.
pola makan untuk .
dirubah.
4. Bersihan jalan napas Setelah dilakukan tindakan Nic Label : S: pasien mengatakan
tidak efektif keperawatan selama ...... x24 batuk dengan sputum
berhubungan dengan jam diharapkan pasien jernih yang disertai darah
deformitas hidung menunjukkan keefektifan Airway Management Airway Management dan sesak nafas berkurang
ditandai dengan jalan nafas dengan kriteria 1. Kaji TTV klien, catat 1. Tanda-tanda vital dalam
dispnea, sputum yang hasil: jika ada perubahan. rentang normal.
disertai darah
NOC LABEL : 2. Posisikan klien pada 2. Posisi semi fowler O: RR pasien dalam
posisi yang memberikan ekspansi paru rentang normal (16-
memaksimalkan potensi yang optimal sehingga 18x/menit)
Respiratory Status : pertukaran udara (posisi pasien dapat
Airway Patency semi fowler) memaksimalkan potensial
5. Mual berhubungan Setelah diberikan asuhan NIC LABEL: 1. Untuk mengetahui S : pasien mengatakan
dengan farmaseutikal keperawatan selama x 24 frekuensi, durasi, intensitas tidak mual lagi
Nausea Management
(efek kemoterapi) jam diharapkan rasa mual serta factor pencetus dari
O : pasien nampak
ditandai dengan yang dirasakan oleh klien 1. Melakukan pengkajian mual klien.
tenang, frekuensi mual
pasien melaporkan hilang atau berkurang dengan mual dari frekuensi, 2. Agar klien bias menangani
berkurang
mual dan keenganan criteria hasil: durasi, intensitas, dan mualnya sendiri.
terhadap makanan factor pencetusnya. 3. Agar dapat memberikan A : tujuan tercapai
NOC LABEL:
2. Mendorong pasien terapi yang tepat bagi klien.
Nausea & Vomiting control untuk belajar
1. Klien mengungkapkan menangani mualnya 4. Untuk mengalihkan rasa P : Pertahanakan
timbulnya mual. sendiri. mual yang dirasakan oleh intervensi
2. Dapat menjelaskan factor 3. Mengidentifikasi factor klien.
penyebab mual yang menyebabkan 5. Membantu meredam rasa
3. Menggunakan obat mualnya. mual yang dirasakan oleh
antiemetic (anti mual) 4. Menganjurkan klien klien.
yang direkomendasikan. istirahat dan tidur yang
Nausea & Vomiting Severity cukup untuk
mengurangi mualnya.
1. Frekuensi mual
5. Ajarkan klien teknik
berkurang
non-farmakologi untuk
2. Intensitas mual berkurang
memanajemen
mualnya.
9. Kepustakaan
1. Dhingra PL. Neoplasms of Nasal Cavity. In : Dhingra PL, Diseases of Ear, Nose and Throat.
2. Roezin, A, Armiyanto. Tumor Hidung dan Sinonasal. Dalam Soepardi, EA et al., (Eds)
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. ed 6 Balai
3. Tjahdewi, S, Wiratno. Tumor Ganas Hidung Dan Sinus Paranasal Analisa Klinik Pada 55
Penderita. Dalam Kumpulan Naskah Ilmiah Kongress XII. Balai Penerbit Universitas
(Eds) Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. ed 6 Balai
5. Cancer Institute Stanford Medicine. Diagnosis and Treatment of Cancer in the Maxillary
6. Barnes, L et al., Head and Neck Tumours. In : Barnes, L et al., (Eds) Tumours of the Nasal
7. Bull, PD. Carcinoma Of The Maxillary Antrum. In : Bull, PD. Diseases of the Ear, Nose
8. Greene, FL et al., Nasal Cavity and Paranasal Sinuses. In: Greene, FL et al., (Eds) AJJ
Cancer Staging Atlas. American Joint Committee on Cancer, Springer. America 2006; pp.
53-60
9. Bailey JB. Neoplasms of the Nose and Paranasal Sinuses. In : Bailey Jb (Ed) Head and
Neck Surgery Otolaryngology. 4th Ed, Volume Two, Lippincott Williams and Wilkins,
10. Jham, BC et al., A case of maxillary sinus carcinoma. Department of Oral Pathology,
School of Dentistry, Universidade Federal de Minas Gerais. Elsevier, Brazil 2005; p. 159.