Anda di halaman 1dari 18

1.

Pengertian

Tumor adalah jaringan baru (neoplasma) yang timbul dalam tubuh akibat pengaruh
berbagai faktor penyebab dan menyebabkan jaringan setempat pada tingkat gen dan
adanya kehilangan kendali normal atas pertumbuhannya. Tumor maksila adalah suatu
pertumbuhan jaringan baru yang terjadi di sinus maksilaris cenderung menginvasi
jaringan sekitarnya dan bermetastase ke tempat-tempat jauh.

2. Etiologi

1. Etiologi tumor ganas sinonasal belum diketahui dengan pasti, tetapi diduga
beberapa zat kimia atau bahan industri merupakan penyebab antara lain nikel, debu
kayu, kulit, formaldehid, kromium, isopropyl oil dan lain-lain. Pekerja di bidang ini
mendapat kemungkinan terjadi keganasan sinonasal jauh lebih besar. Alkohol, asap
rokok, makanan yang diasin atau diasap diduga meningkatkan kemungkinan terjadi
keganasan, sebaliknya buah-buahan dan sayuran mengurangi kemungkinan terjadi
keganasan(2).
2. Pajanan terhadap radio aktif Thorotrast dalam waktu yang lama meningkatkan
resiko tumor sinus maksila
3. Sinusitis kronis meningkatkan resiko terbentuknya tumor
4. Konsumsi tembakau meningkatkan resiko terhadap terbentuknya tumor sinus
maksila (squamous cell carcinoma), meskipun mekanisme serta pengaruh tembakau
terhadap peningkatan resiko ini belum diketahui secara pasti(5).

3. Patofisiologi
Tumor menyebar secara lokal sewaktu tonjolan-tonjolan mencederai dan mematikan
sel-sel yang disekitarnya. Tumor yang sedang tumbuh dapat mematikan sel-sel
disekitarnya dengan menekan sel-sel tersebut atau dengan menghancurkan suplai darah
dan mengeluarkan bahan kimia serta enzim yang menghancurkan integritas membran
sel disekitarnya, sehingga sel tersebut mengalami lisis dan kematian. Setelah sel-sel
disekitarnya mati tumor dapat dengan mudah tumbuh untuk menempati ruang yang
ditinggalkan.
Pertumbuhan Sel yang Abnormal

Invasi Jaringan

Limpogen dan hematogen

Menghancurkan sel sel darah merah Menghancurkan integritas membran

Penurunan sel darah merah Lisis ( kematian sel - sel jaringan )

Daya tahan tubuh menurun Pertumbuhan jaringan yang abnormal

Risiko infeksi Penekanan pada saraf saraf perifer

Reseptor nyeri
Keterbatasan aktivitas
Korteks serebri
Gangguan dalam proses mastikasi
Nyeri
Pemberian makanan cair

Kebutuhan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh

4. Tanda dan Gejala


Gejala tergantung dari asal tumor primer serta arah dan perluasannya. Tumor di
dalam sinus maxilla biasanya tanpa gejala, tetapi biasanya didapatkan darah ada secret
hidung dan adanya gejala obstruksi nasal. Gejala lainnya timbul setelah tumor besar,
dapat mendorong atau menembus dinding tulang dan meluas ke rongga hidung atau
mulut, pipi, atau orbita(7).

Tergantung dari perluasan tumor,gejala dapat di kategorikan sebagai berikut:


1. Gejala nasal berupa obstruksi hidung unilateral dan rhinorea. Sekretnya sering
bercampur darah atau terjadi epistaksis. Tumor yang besar dapat mendesak tulang hidung
sehingga terjadi deformitas hidung. Khas pada tumor ganas ingusnya berbau karena
mengandung jaringan nekrotik.
2. Gejala orbital. perluasan tumor ke orbita menimbulkan diplopia, proptosis, atau
penonjolan bola mata, oftalmoplegia, gangguan visus dan epifora.
3. Gejala oral. Perluasan tumor kerongga mulut dapat menyebabkan penonjolan
atau ulkus palatum atau prosesus alveolaris. Pasien mengeluh gigi geligi goyah.
Seringkali pasien datang ke dokter gigi karena nyeri gigi, tetapi tidak sembuh meskipun
gigi telah dicabut.
4. Gejala fasial. Perluasan tumor kedepan akan menyebabkan penonjolan pipi,
disertai nyeri, anestesi atau parastesia muka jika mengenai nervus trigeminus.
5. Gejala Intrakranial. Perluasan tumor ke intrakranial menyebabkan sakit kepala
hebat, oftalmoplegia dan gangguan visus. Dapat disertai likuororea, yaitu cairan otak
yang keluar melalui hidung. Jika perluasan sampai ke fossa kranii media maka nervus
otak lainnya akan terkena. Jika tumor meluas kebelakang, terjadi trismus akibat
terkenanya muskulus pterigoideus disetai anestesi dan parastesi daerah yang di persarafi
nervus maxillaries dan mandibularis.
6. Penyebaran ke sistem limfatik submandibula dan deep cervical nodes (pada
keadaan tumor yang telah bermetastasis)

Saat pasien berobat biasanya tumor sudah dalam fase lanjut. Hal ini yang juga
menyebabkan diagnosis terlambat adalah karena gejala dininya mirip dengan rinitis atau
sinusitis kronik sehingga sering diabaikan pasien maupun dokter(2).

5. Komplikasi
1) Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehingga terjadi
peradangan atau infeksi yang hebat pada intra abdomen.
2) Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi terlalu lama pada organ intra
abdomen.
3) Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan cepat.
4) Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma. (Brunner
and Suddarth, 2002)
6. Pemeriksaan penunjang
1. Diagnosis pasti ditegakkan berdasarkan pemeriksaan histopatologi. Biopsi tumor
sinus maksila, daapat dilakukan melalui operasi Caldwell-Luc yang inisisinya
melalui sulcus ginggivo-bukal

2. Foto polos sinus paranasal, untuk melihat adanya erosi tulang dan perselubungan
padat unilateral.

3. CT Scan, sarana terbaik untuk melihat perluasan tumor dan destruksi tulangtulang
4. MRI (Magnetic resonance imaging), baik untuk melihat perluasan tumor ke
jaringan padat dan untuk membedakan jaringan tumor dari jaringan norma tetapi
kurang begitu baik dalam memperlihatkan dsetruksi tulang(2).

7. Pengkajian
a. Identitas
Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku dan gaya
hidup.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama, pada umumnya keluhan utama pada kasus tumor dan keganasan
adalah nyeri pada daerah yang mengalami masalah. Nyeri merupakan keluhan utama
pada tumor ganas.
2) Riwayat penyakit sekarang, pengumpulan data dilakukan sejak keluhan muncul
dan secara umum mencangkup awitan gejala dan bagaimana gejala tersebut
berkembang. Kadang-kadang klien mengeluhkan adanya suatu pembengkakan atau
benjolan. Pembengkakan atau benjolan ini dapat timbul secara perlahan-lahan dalam
jangka waktu yang lama dan dapat juga secara tiba-tiba.
3) Riwayat penyakit terdahulu, pada pengkajian ini, ditemukan kemungkinan
penyebab yang mendukung terjadinya tumor dan keganasan. Adanya riwayat fraktur
terbuka yang meninggalkan bekas sikatriks dapat mendukung terjadinya suatu lesi pada
jaringan lunak. Factor kebiasaan kurang baik seperti merokok akan mendukung
terjadinya keganasan pada system pernapasan yang dapat bermetastasis kesistem
musculoskeletal.
4) Riwayat penyakit keluarga, kaji tentang adakah keluarga dari generasi yang
terdahulu yang mengalami keluhan yang sama dengan klien. Beberapa kelainan genetic
dikaitkan dengan terjadinya keganasan tulang, misalnya sarcoma jaringan lunak atau
soft tissue sarcoma (STS).
5) Riwayat psikososial, kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya
dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam
kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat. Pengamatan
atau observasi juga mencakup adaptasi dan penyesuaian yang mungkin sudah dilakukan
klien.
6) Pola fungsi kesehatan seperti :
a. Persepsi terhadap kesehatan - manejemen kesehatan : disini kita menanyakan
ke pasien apakah dia mengkonsumsi rokok, alcohol, dan apakah dia
mempunyai riwayat alergi atau tidak
b. Nutrisi dan metabolik : disini kita mengkaji pasien mempunyai diet khusus
atau tidak, anjuran diet sebelumnya, nafsu makan pasien, apakah pasien
mempunyai gangguan menelan.
c. Pola eliminasi
Kebiasaan BAB di rumah dan di rumah sakit
Kebiasaan BAK di rumah dan di rumah sakit
d. Pola aktivitas dan latihan
kemampuan perawatan diri : skor : 0 = mandiri, 1= dibantu sebagian, 2 = perlu
bantuan orang lain, 3 = perlu bantuan orang lain dan alat, 4 = tergantung/ tidak
mampu. Aktifitas yang di kaji seperti : makan/ minum, mandi, toileting,
berpakaian, mobilisasi di tempat tidur, berpindah, ambulasi ROM.
e. Oksigenasi : disini kita mengkaji tentang pemenuhan oksigen dari pasien
tersebut, apakah dia menglami gangguan dalam pemenuhan oksigen atau tidak
f. Pola istirahat dan tidur : disini kita mengaji waktu tidur dari pasien, jumlah
tidur/ istirahat, frekuensinya, apakah pasien mengalami insomnia atau tidak
g. Pola kognitif dan perseptual : pengkajiannya meliputi : status mental, bicara,
bahasa yang digunakan, kemampuan membaca, kemampuan mengerti,
kemampuan berinteraksi, pendengaran, penglihatan, pasien mengalami
vertigo/ tidak, management nyeri.
h. Pola persepsi diri dan konsep diri : pengkajiannya meliputi citra diri, identitas
diri, peran diri, ideal diri, harga diri
i. pola seksual dan reproduksi
j. Pola peran hubungan meliputi : status perkawinan, pekerjaan, kulitas bekerja,
sistem dukungan keluarga, dukungan keluarga saat masuk rumah sakit.
k. Pola keyakinan nilai (agama yang dianut, larangan agama, kebiasaan
sembahyang di rumah/ di rumah sakit)
c. Pengkajian Fisik
1. TTV
2. Kepala
3. Leher
4. Paru & Jantung
5. Abdomen
6. Punggung
7. Anus & Genital
8. Ekstremitas Atas
9. Ekstremitas Bawah

d. Pengkajian Kebutuhan Dasar Manusia


1. Persepsi Kesehatan / Manajemen Kesehatan
2. Nutrisi-Metabolik
3. Eliminasi
4. Altivitas-Latihan
5. Kognitif-Persepsi
6. Tidur-Istirahat
7. Persepsi/Konsep Diri
8. Peran-Hubungan
9. Seksualitas-Reproduksi
10. Koping/Stress Toleransi
11. Nilai-Kepercayaan
8. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
Nyeri akut berhubungan dengan agan cedera biologis : tumor maksila, ditandai
dengan klien mengeluh nyeri, peningkatan denyut nadi melebihi 100x/menit. Dan
peningkatan tekanan darah melebihi 120/80mmHg.
PK Pendarahan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan factor
biologis (virus) ditandai dengan Berat badan 20% atau lebih di bawah berat badan ideal,
pasien mengeluh gangguan sensasi rasa, pasien kurang minat pada makanan
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan deformitas hidung ditandai
dengan dispnea, sputum yang disertai darah.
Mual berhubungan dengan farmaseutikal (efek kemoterapi) ditandai dengan pasien
melaporkan mual dan keenganan terhadap makanan.
Ansietas berhubungan dengan krisis situasi ditandai dengan gelisah.
Resiko cedera berhubungan dengan tumor maksila ditandai dengan diplopia,
proptosis, atau penonjolan bola mata, oftalmoplegia, gangguan visus dan epifora.
9. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional Evaluasi

1. Nyeri Kronis Setelah diberikan asuhan NIC : Pain Management S:


berhubungan dengan keperawatan selama ... x 1. Dengan mengetahui
1. Lakukan pengkajian Px mengeluh nyeri jarang
ketunadayaan fisik 24 jam diharapkan nyeri karakteristik nyeri pasien,
nyeri secara timbul
kronis (ca serviks) pasien dapat terkontrol, maka diharapkan dapat
komprehensif termasuk
ditandai dengan dengan kriteria hasil: ditentukan secara tepat O : tidak ada tegangan
lokasi, karakteristik,
keluhan nyeri NOC : Pain Control terapi yang akan diberikan. otot
durasi, frekuensi,
Pasien mengetahui 2. Mengetahui reaksi A : tujuan tercapai
kualitas dan faktor
panjang nyeri yang nonverbal yang disebabkan
presipitasi P : Pertahanakan
dirasakan (skala 5) oleh nyeri yang dirasakan
intervensi
Pasien menggunakan 2. Observasi reaksi klien.
analgetik untuk nonverbal dari 3. Untuk meningkatkan rasa

mengurangi nyeri ketidaknyamanan nyaman yang dapat


(skala 5) mengurangi tingkat nyeri
3. Kontrol lingkungan
Pasien mengatakan yang dapat
pasien.
nyeri sudah terkontrol 4. Mengurangi faktor
mempengaruhi nyeri
dengan teknik non presipitasi dapat
seperti suhu ruangan,
farmakologis (skala 5) mengurangi intensitas nyeri
NOC : Pain Level yang dirasakan pasien.
TD normal : 100-120 / pencahayaan dan 5. Memandirikan pasien dalam
60-80 mmHg kebisingan mengontrol rasa nyerinya
RR normal : 16 20 melalui teknik kontrol nyeri
4. Kurangi faktor
x/menit nonfarmakologi.
presipitasi nyeri
HR normal : 60 -100x 6. Mencegah terjadinya respon
/menit 5. Ajarkan tentang teknik alergi.
non farmakologi: napas 7. Memberikan obat analgesic
dalam, relaksasi, yang sesuai dengan scala
distraksi. nyeri pasien
8. Untuk mengetahui adanya
NIC : Analgesic
respon abnormal dari
Administration
pemberian analgesik.
6. Lakukan pengecekan
9. Untuk mengetahui
terhadap riwayat alergi.
keefektifan dari pemberian
7. Pilih analgesic yang
analgesik.
sesuai.
8. Monitor tanda-tanda
vital sebelum dan
setelah diberikan
analgesic dengan satu
kali dosis atau tanda
yang tidak biasa dicatat
perawat
9. Evaluasi keefektian dari
analgesic

2. PK : Perdarahan Setelah diberikan asuhan Mandiri: S:


keperawatan selama ...x24
1. Kaji pasien untuk 1. Untuk mengetahui adanya -px mengeluhkan tidak
jam, perawat dapat
menemukan bukti-bukti tanda-tanda perdarahan. lemas
meminimalkan komplikasi
perdarahan atau 2. Penurunan kadar
yang terjadi dengan O:
hemoragi hemoglobin menandakan
kriteria hasil:
2. Kaji kadar Hb klien. suplay oksigen ke jaringan -HB dalam batas normal
Nilai Ht dan Hb
3. Lindungi pasien inadekuat yang dapat 10 gr/dl, episode
berada dalam batas perdarahan berhenti
terhadap cedera dan menyebabkan keletihan.
normal
terjatuh 3. Mengurangi resiko A :
Klien tidak mengalami
4. Instruksikan pasien terjadinya cedera.
episode perdarahan Tujuan tercapai
untuk membatasi 4. Mencegah terjadinya cedera
Tanda-tanda vital aktivitas, jika akibat kelelahan. P : Pertahankan
berada dalam batas diperlukan. 5. Vitamin B12 dan zat besi intervensi
normal (TD: 100-120 / 5. Anjurkan klien dibutuhkan dalam
60-80 mmHg mengkonsumsi pembentukan sel darah
Nadi: 60 100 x/menit makanan yang merah dan hemoglobin.
RR : 16 20 x/mnt mengandung banyak Kandungan teh bisa
Suhu : 36 - 370C zat besi dan vitamin mengikat fe yang
0,50C B12 dan kurangi terkandung dalam tubuh
mengonsumsi teh. sehingga meningkatkan
risiko anemia
6. Pemberian tranfusi
Kolaborasi :
diberikan untuk
6. Kolaborasi pemberian meresusitasi volume cairan
transfuse sesuai dan jika terjadi perdarahan
indikasi yang hebat

3.
a. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan asuhan NIC Label : a. Untuk dapat mengetahui S :-
nutrisi kurang dari keperawatan selama 3x24 NutritionTherapy status nutrisi klien sehingga
O:
kebutuhan tubuh b.d jam, diharapkan status nutrisi dapat melakukan intervensi
a. Lakukan pengkajian
faktor biologis klien meningkat, dengan yang tepat. - Tidak mengalami tanda
lengkap mengenai
ditandai dengan berat kriteria hasil : b. Untuk mengetahui apakah malnutrisi.
nutrisi klien.
badan 20% atau lebih jumlah kalori harian sudah - Menunjukkan prilaku,
NOC Label : Nutritional b. Monitor intake
dibawah berat badan terpenuhi perubahan pola hidup
Status makanan klien dan
ideal. c. Untuk mempercepat untuk meningkatkan
hitung kalori harian.
a. Intake makanan klien peningkatan berat badan dan/atau
meningkat. klien.
b. Rasio BB/TB klien c. Siapkan pasien d. Agar lambung pasien tidak mempertahankan berat
seimbang.(IMT=18-23) makanan tinggi protein, terangsang secara berlebihan badan yang sesuai.
tinggi kalori dan sehingga pasien tidak
A:
minuman yang siap nyaman.
dikonsumsi. e. Agar pasien nyaman Tujuan tercapai
NOC Label : Appetite d. Bantu pasien memilih sebelum dan selama makan. P : Pertahankan
a. Adanya peningkatan nafsu makanan yang lunak, intervensi
makan. lembut dan tanpa asam.
b. Klien menikmati makanan. e. Berikan perawatan
mulut sebelum makan.

NOC label :
Nutritional status : NIC Label:Nutrition
nutrient intake Monitoring
a. Asupan kalori pasien dapat a. Untuk mengetahui apakah
a. Catat perubahan
terpenuhi intake makanan mampu
signifikan status nutrisi
b. Asupan protein pasien meningkatkan status nutrisi
klien pada treatment
dapat terpenuhi kembali klien.
awal.
c. Asupan lemak pasien b. Untuk dapat mengetahui
b. Berat badan klien pada
dapat terpenuhi adanya peningkatan berat
interval yang spesifik.
badan.
a. Untuk mengetahui kebiasaan
NIC Label :Nutrition makan klien agar dapat
Counseling menentukan intervensi yang
a. Tentukan intake tepat.
makanan klien dan b. Agar dapat memperbaiki
kebiasaan makan pola makan klien menjadi
b. Identifikasi fasilitas dari lebih baik.
pola makan untuk .
dirubah.

4. Bersihan jalan napas Setelah dilakukan tindakan Nic Label : S: pasien mengatakan
tidak efektif keperawatan selama ...... x24 batuk dengan sputum
berhubungan dengan jam diharapkan pasien jernih yang disertai darah
deformitas hidung menunjukkan keefektifan Airway Management Airway Management dan sesak nafas berkurang
ditandai dengan jalan nafas dengan kriteria 1. Kaji TTV klien, catat 1. Tanda-tanda vital dalam
dispnea, sputum yang hasil: jika ada perubahan. rentang normal.
disertai darah
NOC LABEL : 2. Posisikan klien pada 2. Posisi semi fowler O: RR pasien dalam
posisi yang memberikan ekspansi paru rentang normal (16-
memaksimalkan potensi yang optimal sehingga 18x/menit)
Respiratory Status : pertukaran udara (posisi pasien dapat
Airway Patency semi fowler) memaksimalkan potensial

1. Respiratory rate kembali 3. Bersihkan sekresi ventilasi

normal dengan dorongan batuk 3. Untuk membantu

2. Respiratory rhytm atau suctioning pengeluaran secret

kembali normal 4. Ajarkan klien 4. Untuk mampu

3. Mampu mengeluarkan bagaimana cara batuk mengeluarkan secret yang

sputum efektif menghambat jalan nafas

4. Suara napas pasien yang 5. Monitor status respirasi 5. Mengetahui

kembali normal dan oxigenasi klien perkembangan status


5. Berkurangnya 6. Auskultasi suara napas, respirasi dan oksigenasi

penggunaan otot bantu catat adanya suara 6. Derajat spasme bronkus

napas tambahan dengan obstruksi jalan

6. Pasien dapat batuk nafas dapat/tidak

7. Akumulasi dari sputum dimanifestasikan adanya

berkurang bunyi nafas adventisius


misalnya tidak adanya
bunyi nafas oleh mengi
Vital Signs

1. Tanda-tanda vital dalam


rentang normal , tekanan
Oxygen Therapy OXYGEN THERAPY
darah (S= 90-120 mmHg,
D=60-80 mmHg), nadi 1. Pertahankan potensial 1. Agar jalan napas pasien

(60-100 x/mnt), jalan nafas efektif

pernafasan (12-20 x/mnt), 2. Administrasikan 2. Pemberian oksigen untuk

suhu (36-37,5o C) pemberian oksigen jika memenuhi kebutuhan


perlu oksigen pasien
Respiratory Monitoring

Respiratory Monitoring 1. Perubahan status respirasi


pada pasien seperti
1. Monitor status respirasi
kedalaman, ritme, dll
(kedalaman, ritme, dll)
mengindikasikan adanya
2. Monitor kemampuan
gangguan pada jalan
pasien untuk batuk
napas.
efektif
2. Batuk efektif dapat
3. Catat adanya pergerakan
membantu mengeluarkan
dada, lihat pergerakan
dahak/sekret jika ada.
dada yang asimetris,
3. Ketidak simetrisan pada
menggunakan otot bantu
dada dan penggunaan otot
dan retraksi otot bantu pernapasan pada
supraklavikular serta pasien mengindikasikan
intercosta adanya gangguan
pernapasan

Vital Sign Monitoring


Vital Sign Monitoring
1. Untuk mengetahui adanya
1. Monitor tanda -tanda
perubahan tanda-tanda
vital jika diperlukan
vital
(tekanan darah, nadi,
suhu, pernapasan)

5. Mual berhubungan Setelah diberikan asuhan NIC LABEL: 1. Untuk mengetahui S : pasien mengatakan
dengan farmaseutikal keperawatan selama x 24 frekuensi, durasi, intensitas tidak mual lagi
Nausea Management
(efek kemoterapi) jam diharapkan rasa mual serta factor pencetus dari
O : pasien nampak
ditandai dengan yang dirasakan oleh klien 1. Melakukan pengkajian mual klien.
tenang, frekuensi mual
pasien melaporkan hilang atau berkurang dengan mual dari frekuensi, 2. Agar klien bias menangani
berkurang
mual dan keenganan criteria hasil: durasi, intensitas, dan mualnya sendiri.
terhadap makanan factor pencetusnya. 3. Agar dapat memberikan A : tujuan tercapai
NOC LABEL:
2. Mendorong pasien terapi yang tepat bagi klien.
Nausea & Vomiting control untuk belajar
1. Klien mengungkapkan menangani mualnya 4. Untuk mengalihkan rasa P : Pertahanakan
timbulnya mual. sendiri. mual yang dirasakan oleh intervensi
2. Dapat menjelaskan factor 3. Mengidentifikasi factor klien.
penyebab mual yang menyebabkan 5. Membantu meredam rasa
3. Menggunakan obat mualnya. mual yang dirasakan oleh
antiemetic (anti mual) 4. Menganjurkan klien klien.
yang direkomendasikan. istirahat dan tidur yang
Nausea & Vomiting Severity cukup untuk
mengurangi mualnya.
1. Frekuensi mual
5. Ajarkan klien teknik
berkurang
non-farmakologi untuk
2. Intensitas mual berkurang
memanajemen
mualnya.
9. Kepustakaan

1. Dhingra PL. Neoplasms of Nasal Cavity. In : Dhingra PL, Diseases of Ear, Nose and Throat.

3rd Elsevier, New Delhi 2007 ; p. 192-198

2. Roezin, A, Armiyanto. Tumor Hidung dan Sinonasal. Dalam Soepardi, EA et al., (Eds)

Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. ed 6 Balai

Penerbit FKUI, Jakarta 2009; p.178-181

3. Tjahdewi, S, Wiratno. Tumor Ganas Hidung Dan Sinus Paranasal Analisa Klinik Pada 55

Penderita. Dalam Kumpulan Naskah Ilmiah Kongress XII. Balai Penerbit Universitas

Diponegoro, Semarang 1999; p. 984-992

4. Soetjipto, D, Mangunkusumo, E. Sinus Paranasal. Dalam Soepardi, Efiaty Arsyad, et al.,

(Eds) Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. ed 6 Balai

Penerbit FKUI, Jakarta 2009; p.145-149

5. Cancer Institute Stanford Medicine. Diagnosis and Treatment of Cancer in the Maxillary

Sinuses. Stanford Cancer Institute, California 2010. Available at :

http://cancer.stanford.edu/headneck/sinus/sinus_max.html (Accessed : April 5th 2012).

6. Barnes, L et al., Head and Neck Tumours. In : Barnes, L et al., (Eds) Tumours of the Nasal

Cavity and Paranasal Sinuses. World Health Organization Classification of Tumours.

Pathology and Genetics. Lyon, IARC Press 2005; pp. 12-25

7. Bull, PD. Carcinoma Of The Maxillary Antrum. In : Bull, PD. Diseases of the Ear, Nose

and Throat. 9th Ed Blackwell Publishing Company, UK 2002; p.95-96

8. Greene, FL et al., Nasal Cavity and Paranasal Sinuses. In: Greene, FL et al., (Eds) AJJ

Cancer Staging Atlas. American Joint Committee on Cancer, Springer. America 2006; pp.

53-60
9. Bailey JB. Neoplasms of the Nose and Paranasal Sinuses. In : Bailey Jb (Ed) Head and

Neck Surgery Otolaryngology. 4th Ed, Volume Two, Lippincott Williams and Wilkins,

Philadephia 2006 pp: 1481-1488

10. Jham, BC et al., A case of maxillary sinus carcinoma. Department of Oral Pathology,

School of Dentistry, Universidade Federal de Minas Gerais. Elsevier, Brazil 2005; p. 159.

Available at: http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1741940905001044

(Accessed : April 5th 2012)

Anda mungkin juga menyukai

  • Gaya Senaaam
    Gaya Senaaam
    Dokumen3 halaman
    Gaya Senaaam
    Maulanabayu Dewangga Part III
    Belum ada peringkat
  • Surat MW 2
    Surat MW 2
    Dokumen1 halaman
    Surat MW 2
    Maulanabayu Dewangga Part III
    Belum ada peringkat
  • Makan Minum DM
    Makan Minum DM
    Dokumen2 halaman
    Makan Minum DM
    Maulanabayu Dewangga Part III
    Belum ada peringkat
  • Pendkes 1 D, E, F
    Pendkes 1 D, E, F
    Dokumen2 halaman
    Pendkes 1 D, E, F
    Maulanabayu Dewangga Part III
    Belum ada peringkat
  • Gaya Senaaam
    Gaya Senaaam
    Dokumen3 halaman
    Gaya Senaaam
    Maulanabayu Dewangga Part III
    Belum ada peringkat
  • Pembahasan ALL
    Pembahasan ALL
    Dokumen6 halaman
    Pembahasan ALL
    Maulanabayu Dewangga Part III
    Belum ada peringkat
  • Lembar Balik HT
    Lembar Balik HT
    Dokumen1 halaman
    Lembar Balik HT
    Maulanabayu Dewangga Part III
    Belum ada peringkat
  • Lembar Balik HT
    Lembar Balik HT
    Dokumen1 halaman
    Lembar Balik HT
    Maulanabayu Dewangga Part III
    Belum ada peringkat
  • Gaya Senaaam
    Gaya Senaaam
    Dokumen3 halaman
    Gaya Senaaam
    Maulanabayu Dewangga Part III
    Belum ada peringkat
  • Healthcare Associated Infections
    Healthcare Associated Infections
    Dokumen1 halaman
    Healthcare Associated Infections
    Maulanabayu Dewangga Part III
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Igd 1
    Jurnal Igd 1
    Dokumen9 halaman
    Jurnal Igd 1
    Maulanabayu Dewangga Part III
    Belum ada peringkat
  • LP BRPN
    LP BRPN
    Dokumen2 halaman
    LP BRPN
    Maulanabayu Dewangga Part III
    Belum ada peringkat
  • Aplikasi Dan Utilitas Klinik Glasgow Coma Scale Over Time
    Aplikasi Dan Utilitas Klinik Glasgow Coma Scale Over Time
    Dokumen6 halaman
    Aplikasi Dan Utilitas Klinik Glasgow Coma Scale Over Time
    Maulanabayu Dewangga Part III
    Belum ada peringkat
  • Cover Laporan Asuhan Keperawatan Stase Maternitas
    Cover Laporan Asuhan Keperawatan Stase Maternitas
    Dokumen1 halaman
    Cover Laporan Asuhan Keperawatan Stase Maternitas
    Maulanabayu Dewangga Part III
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka Algoritma
    Daftar Pustaka Algoritma
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka Algoritma
    Maulanabayu Dewangga Part III
    Belum ada peringkat
  • Tindakan Keperawatan Waham Keluarga
    Tindakan Keperawatan Waham Keluarga
    Dokumen1 halaman
    Tindakan Keperawatan Waham Keluarga
    Maulanabayu Dewangga Part III
    Belum ada peringkat
  • Intervensi Kelompok Icu
    Intervensi Kelompok Icu
    Dokumen4 halaman
    Intervensi Kelompok Icu
    Maulanabayu Dewangga Part III
    Belum ada peringkat
  • Pengertian Hiperbilirubenemia
    Pengertian Hiperbilirubenemia
    Dokumen14 halaman
    Pengertian Hiperbilirubenemia
    Maulanabayu Dewangga Part III
    Belum ada peringkat
  • Validitas Cvi
    Validitas Cvi
    Dokumen3 halaman
    Validitas Cvi
    Maulanabayu Dewangga Part III
    Belum ada peringkat
  • Music
    Music
    Dokumen2 halaman
    Music
    NILA
    Belum ada peringkat
  • Bayi Prematur Fiks
    Bayi Prematur Fiks
    Dokumen19 halaman
    Bayi Prematur Fiks
    Maulanabayu Dewangga Part III
    Belum ada peringkat
  • BAHAN
    BAHAN
    Dokumen3 halaman
    BAHAN
    Maulanabayu Dewangga Part III
    Belum ada peringkat
  • Bronkopnumonia 1
    Bronkopnumonia 1
    Dokumen22 halaman
    Bronkopnumonia 1
    Maulanabayu Dewangga Part III
    Belum ada peringkat
  • Revisi Go
    Revisi Go
    Dokumen4 halaman
    Revisi Go
    Maulanabayu Dewangga Part III
    Belum ada peringkat
  • RMDK
    RMDK
    Dokumen12 halaman
    RMDK
    Maulanabayu Dewangga Part III
    Belum ada peringkat
  • Latar Belakang Masalah
    Latar Belakang Masalah
    Dokumen3 halaman
    Latar Belakang Masalah
    Maulanabayu Dewangga Part III
    Belum ada peringkat
  • Baygon
    Baygon
    Dokumen5 halaman
    Baygon
    Maulanabayu Dewangga Part III
    Belum ada peringkat
  • Definisi Bermain
    Definisi Bermain
    Dokumen10 halaman
    Definisi Bermain
    Uchy Capcuz
    100% (2)
  • Tipe Kehilangan
    Tipe Kehilangan
    Dokumen1 halaman
    Tipe Kehilangan
    Maulanabayu Dewangga Part III
    Belum ada peringkat