Plasmodium Malaria
kuartana/malaria
malariae malariae
Malaria
Plasmodium ovale/Malaria
ovale tertiana benignan
ovale
MALARIA
Definisi
Penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit Plasmodium dan ditularkan
melalui gigitan nyamuk anopheles
Siklus Hidup Plasmodium
Gambar. Siklus perkembangan
Plasmodium. Nyamuk akan
mengalami 2 tahapan, yaitu di dalam
nyamuk (siklus sporogoni) dan di
tubuh manusia. Di dalam nyamuk
mikrogametosit akan bergabung
dengan makrogametosit
membentuk zigot, yang nantinya
akan berkembang menjadi ookist.
Ookist pecah menjadi sporozoit dan
menginfeksi manusia. fase ekso-
eritrositik terjadi di dalam sel hati.
Disni sporozoit mengalami
multiplikasi dan berkembang
menjadi skizon. Skizon keluar dan
pecah di peredaran darah, menjadi
merozoit, menginfeksi sel darah
merah (siklus eritrositik).
Multiplikasi terjadi kembali
(tropozoit), kemudian pecah
(merozoit) dam menimbulkan
menifestasi klinis (Referensi :
Malaria, Center for Diseases Control
and Prevention, available from
http:// www.cdc.gov/malaria/
about/biology.htm)
GEJALA KLASIK MALARIA
berkeringat
dingin (cold demam
(sweating
stage) (Hot stage)
stage).
Stadium gametosit
- eritrosit tidak membesar
- Parasit:
* bentuk pisang agak lonjong atau seperti sosis
(mikrogametosit)
* plasma biru atau merah muda (mikrogametosit)
* inti padat (kalau mikrogametosit tdk padat)
* pigmen di sekitar inti atau tersebar (mikrogametosit)
Stadium skizon
PLASMODIUM VIVAX Ciri-ciri : - eritrosit : membesar
- jumlah inti 12 - 24
Yang harus diperhatikan dlm - pigmen : kuning tengguli berkumpul
pemeriksaan parasit ini yaitu : - titik schuffner masih tampak dibagian
1. Eritrosit membesar pinggir eritrosit
2. Terdapat titik schuffner disekitar
parasit Stadium makrogametosit
3. Titik Schuffner bentuknya halus dan Ciri-ciri : - eritrosit membesar
tersebar merata di sekitar parasit - inti kecil, padat, pigmen tersebar
4. Stadium yang ditemukan : - protoplasma biru
trofozoit, skizon dan gametosit (semua - titik schuffner masih tampak di pinggir
stadium)
Stadium trofozoit
Ciri-ciri :
- eritrosit membesar
- bentuk cincin ( besarnya 1/3 eritrosit)
- mulai tampak titik schuffner.
Maurers dot pada P. falciparum Schufner pada P.vivax
PLASMODIUM MALARIA
Plasmodium malariae terutama
menyerang eritrosit yang telah
matang.
Biasanya parasit menyerang
kurang dari 1% dari jumlah
eritrosit.
Parasit pada sediaan darah tepi
tipis berbentuk khas seperti pita
(band form), skizon berbentuk
bunga ros(rosette form),
tropozoit kecil bulat dan kompak
beisi pigmenyang menumpuk,
kadang-kadang menutupi
sitoplasma/inti atau keduanya.
PLASMODIUM OVALE
Red cells enlarged.
Comet forms
common (top right).
Rings large and
coarse.
Schuffners dots,
when present, may
be prominent.
Mature schizonts
similar to those of P.
malariae but larger
and more coarse.
Tata Laksana
Terapi Simtomatik dan Suportif Malaria tanpa Komplikasi
Monitoring keadaan umum dan tanda Rekomendasi WHO : kombinasi
vital obat dengan dasar artemisin (ACT
Demam : parasetamol, dosis Artemisin based Combination
10mg/kg/kali dengan pemberian 4-6 Therapy) dalam bentuk kombinasi
jam, dan kompres hangat
obat tetap selama 3 hari
Kejang :
- Dewasa : diazepam 5-10mg IV secara Alternatif (lebih inferior dari ACT)
perlahan, dapat diulang setiap 15 : kombinasi obat anti malaria
menit, maksimum 100mg/24jam. Lini skozontosidal, seperti
kedua : fenobarbital 100mg/kali sulfadoxine-pyrimethamine plus
- Anak : diazepam 0.3-0.5mg/kg/kali chloroquine (SP+CQ) atau
secara intravena atau per rektal amodiaquine (AP+AQ).
sebanyak 5 mg (berat badan <10kg) dan
10mg (berat badan >10kg) kejang Artemisin menghilangkan
belum teratasi setelah 2x pemberian parasitemia dan perbaikan gejala
fenitoin, loading dose 20mg/BB dalam klinis secara cepat dengan cara
NaCl 0.9%, berikan secara bolus mengurangi jumlah parasit 100-
intravena perlahan. Pemberian ini 1000kali per siklus aseksual
diikuti oleh dosis rumatan 4-
8mg/kg/hari (dbagi dalam 2 dosis) (jumlah parasit mencapai 10.000
per siklus aseksual 48 jam)
Tabel . Kombinasi Obat Tetap untuk Terapi Malaria
Lini Pertama (p. falciparum dan p. vivax, p. ovale)
Dihydroartemisin + piperaquine (DHA+PPQ) plus primakuin
Isi FDC 40mg dihydroartemisin dan 320mg piperaquin
Dosis
DHA 2-4mg/kg (3 hari)
PPQ 16-32mg/kg (3 hari)
Primakuin 0.75mg/kg (p. falci-parum) 14 hari
0.25mg/kg (p. vivax)
Artesunate + amodaquine (AS+AQ) plus primakuin
Isi FDC 25/67.5mg; 50/135mg; 100/270mg
Dosis
AS 4mg/kg/hari
AQ 10mg/kg/hari
Primakuin 0.75mg/kg (p. falcipa-rum)
0.25mg/kg (p. vivax)
Lini Kedua pada p. falciparum
Kina + doksisiklin
Dosis
Kina 3x10mg/kg/hari (7hari)
Doksisiklin 2x3.5mg/kg/hari pada anak 15tahun (7hari)
2x2.2mg/kg/hari pada anak usia 8-14 tahun (7hari)
Tetrasiklin + primakuin
Dosis
Tetrasiklin 4x4-5mg/kg
Primakuin 0.75mg/kg (14hari)
Lini Kedua untuk p. vivax dan p. ovale
Kina + primakuin
Dosis
Kina 3x10mg/kg/hari (7hari)
Primakuin 0.75mg/kg (14hari)
Malaria pada kehamilan Malaria Berat
3 prinsip pengobatan malaria berat (malaria
dengan komplikasi):
Terapi yang diberikan berdasar - Pengobatan obat anti malaria yang efektif
pada umur kehamilan dan - Penanganan komplikasi
tidak diberikan primakuin - Pengobatan simtomatik
Infeksi P. falciparum
Lini pertama : artesunat/artemeter intravena
- Trisemester 1 : kina 3x2tablet - Dosis artesunat : 2-4mg/kg secara intravena
plus klindamisin 2x300mg pada jam ke 0, 12, dan 24 jam lalu tiap 24 jam
sampai pasien dapat minum obat per oral.
selama 7 hari Pengobatan dilanjutkan dengan ACT lini
- Trisemester 2 dan 3 berikan pertama.
- Dosis artemeter : 1.6mg/kg intramuscular pada
ACT tablet selama 3 hari jam ke 0 dan 12. lalu tiap 24 jam sampai
Infeksi P. vivax pasien dapat minum obat peroral.
Alternatif : kina HCL
- Trisemester 1 : kina tablet Untuk ibu hamil :
selama 7 hari - Trisemester 1 : kina HCL secara drip dengan
dextrose 5-10%
- Trisemester 2 dan 3 : ACT - Trisemester 2 dan 3 : artemisin/artemeter
tablet selama 3 hari
Tabel . Dosis dan Cara Pemberian Kina
Jam Dosis
0 20mg/kg dalam dextrose 5% atau NaCl
0.9%
4 dextrose 5% atau NaCl 0.9%
DEMAM TIFOID
Demam Tifoid
EPIDEMIOLOGI:
DEFINISI:
Masih endemis di
Demam tifoid: Indonesia.
ETIOLOGI:
penyakit sistemik yang
- Salmonellae
-genus dalam keluarga ditandai dengan FAKTOR RISIKO:
Enterobacteriaceae/ demam dan nyeri -Kondisi ekonomi
-anaerob fakultatif perut yang disebabkan -Higienis buruk
-tidak membentuk spora. karena penyebaran S. -Populas padat
-Sebagian besar motil typhi atau S. -Sanitasi dan sarana air
-Pertumbuhan S. typhi dan paratyphi.. bersih sulit didapat
S. Paratyphi terbatas pada -Pekerjaan (lab/ RS)
pejamu manusia, dan -Faktor imunitas
SKDI: KATEGORI 4A -Resistensi antibiotik
menyebabkan enteric
(typhoid) fever.
Sumber: Todar, Kenneth. Salmonella and Salmonellosis In: Todars online textbook of bacteriology.
cited from: http://textbookofbacteriology.net/salmonella.html (September, 12th 2013)
Plak Peyer
Patogenesis
Sumber: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M,
Setiati S. Demam Tifoid. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan IPD FKUI; 2006: 1774-77.
Sumber: Kuehnel, W. Color atlas of cytology, hystology and
microscopic anatomy. 4th ed. New York: Thieme Stuttgart;
2003. p. 272-338.
DIAGNOSIS
TANDA-TANDA KEHAMILAN
Pemeriksaan Penunjang:
- Darah perifer: anemia
leukopenia, limfositosis
Anamnesis : reaktif,, trombositopenia
-Gejala klinis bervariasi Pemeriksaan Fisik: - Kimia darah: peningkatan
(ringan sampai berat) 1. Kesadaran menurun, fungsi hati
-Demam naik bertahap delirium
- Pemeriksaan serologi:
mencapai suhu tertinggi 2. Bradikardia relatif
3. Lidah tifoid (coated Serologi widal (kenaikan
pada akhir minggu
tongue, hiperemis, titer S. typhi titer O 1:200
pertama, minggu kedua
demam terus tinggi tremor) atau kenaikan 4x fase akut
-Anak sering mengigau 4. Meteorismus ke fase konvalesens; kadar
(delirium), malaise, letargi, 5. Hepato/splenomegali IgM dan IgG (Typhi-dot)
-anoreksia, nyeri kepala, 6. Rose spots pada dinding - Pemeriksaan biakan
nyeri perut, diare atau abdomen
Salmonella: gold
konstipasi, muntah, perut
standard
kembung
- Pemeriksaan radiologi
(sesuai indikasi)
Klinis
Demam naik secara bertangga pada minggu pertama lalu demam menetap (kontinyu) atau
remiten pada minggu kedua. Demam terutama sore/malam hari, sakit kepala, nyeri otot,
anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare.
febris, kesadaran berkabut, bradikardia relatif (peningkatan suhu 1 C tidak diikuti peningkatan
denyut nadi 8x/menit), lidah yang berselaput (kotor di tengah, tepi dan ujung merah, serta
tremor), hepatomegali, splenomegali, nyeri abdomen, roseolae (jarang pada orang
Indonesia).
Lab: dapat ditemukan lekopeni, lekositosis, atau lekosit normal, aneosinofilia, limfopenia,
peningkatan LED, anemia ringan, trombositopenia, gangguan fungsi hati.
Kultur darah (biakan empedu) positif atau peningkatan titer uji Widal >4 kali lipat setelah satu
minggu memastikan diagnosis.
Kultur darah negatif tidak menyingkirkan diagnosis. Uji Widal tunggal dengan titer antibodi O
1/320 atau H 1/640 disertai gambaran klinis khas menyokong diagnosis.
Hepatitis tifosa bila memenuhi 3 atau lebih kriteria Khosla (1990): hepatomegali, ikterik,
kelainan laboratorium (antara lain: bilirubin >30,6 umol/l, peningkatan SGOT/SGPT,
penurunan indeks PT), kelainan histopatologi.
Tifoid karier: ditemukannya kuman Salmonella typhi dalam biakan feses atau urin pada
seseorang tanpa tanda klinis infeksi atau pada seseorang setelah 1 tahun pasca-demam tifoid.
Tata Laksana
Nonfarmakologis: tirah baring, makanan
lunak rendah serat Kasus toksik tifoid (demam tifoid disertai
Farmakologis: gangguan kesadaran dengan atau tanpa
Simtomatis kelainan neurologis lainnya dan hasil
Antimikroba: pemeriksaan cairan otak masih dalam
Pilihan utama: Kloramfenikol 4 x 500 mg batas normal) kombinasi kloramfenikol
sampai dengan 7 hari bebas demam.
Alternatif lain:
4 x 500 mg + ampisilin 4 x 1 gram +
Tiamfenikol 4 x 500 mg (komplikasi deksametason 3 x 5 mg.
hematologi lebih rendah dibandingkan
kloramfenikol) Steroid hanya pada toksik tifoid atau
Kotrimoksazol 2 x 2 tablet selama 2 demam tifoid dengan syok septik dengan
minggu
Ampisilin dan amoksisilin 50-150
dosis 3 x 5 mg
mg/kgBB selama 2 minggu Perhatian: Pada kehamilan
Sefalosporin generasi III; yang terbukti
efektif adalah seftriakson 3-4 gram dalam fluorokuinolon dan kotrimoksazol tidak
dekstrosa 100 cc selama jam per-infus boleh digunakan. Kloramfenikol tidak
sekali sehari, selama 3-5 hari
Fluorokuinolon (demam umumnya lisis dianjurkan pada trimester III.
pada hari III atau menjelang hari IV): Tiamfenikol tidak dianjurkan pada
Siprofloksasin 2 x 500 mg/hari selama 6
hari trimester I. Obat yang dianjurkan
Ofloksasin 2 x 400 mg/hari selama 7 hari golongan beta laktam: ampisilin,
amoksisilin, dan sefalosporin generasi III
(seftriakson)
Penyakit yang disebabkan cacing Filariidae, dibagi menjadi 3 berdasarkan
habitat cacing dewasa di hospes:
Kutaneus: Loa loa, Onchocerca volvulus, Mansonella streptocerca
Limfatik: Wuchereria bancroftii, Brugia malayi, Brugia timori
Kavitas tubuh: Mansonella perstans, Mansonella ozzardi
FILARIASIS
Filariasis limfatik Pemeriksaan penunjang:
Deteksi mikrofilaria di darah
Mikrofilaremia asimtomatik Deteksi mikrofilaria di kiluria dan cairan hidrokel
Gejala akut: Antibodi filaria, eosinofilia
Demam berulang ulang selama 3-5 Biopsi KGB
hari Pengobatan:
Adenolimfangitis akut: limfadenopati Tirah baring, elevasi tungkai, kompres
yang nyeri, limfangitis retrograde
Antihelmintik (ivermectin, DEC, albendazole)
tropical pulmonary eosinophilia Suportif
(batuk, mengi, anoreksia, malaise,
sesak) o Pengobatan massal dengan albendazole+ivermectin
(untuk endemik Onchocerca volvulus) atau
Limfedema, hidrokel ireversibel albendazole+DEC (untuk nonendemik Onchocerca
kronik dan kiluria volvulus) guna mencegah transmisi
Gejala menahun terjadi 10-15 tahun o Bedah (untuk kasus hidrokel/elefantiasis skrotal)
setelah serangan akut pertama. o Diet rendah lemak dalam kasus kiluria
Limfedema : Infeksi Wuchereria yang
bisa menimbulkan limfedema testis
(hidrokel)
Kiluria : Kencing seperti susu,
kebocoran sel limfe di ginjal, jarang
ditemukan
Grading limfedema (WHO, 1992):
Grade 1 - Pitting edema reversible
with limb elevation
Grade 2 - Nonpitting edema
irreversible with limb elevation
Grade 3 - Severe swelling with
sclerosis and skin changes
Cacing Tambang
Disebabkan Ancylostoma Telur cacing
duodenale & Necator
americanus
Gejala:
Pruritus lokal pada tempat
yang mengalami invasi
Nyeri abdomen, diare, muntah
Anemia defisiensi besi
Infeksi berat menyebabkan
pneumonitis (Loefflerlike
syndrome)
Tatalaksana
Antihelmint
ALbendazole 400 mg oral dosis
tunggal
Mebendazole 500 mg dosis
tunggal
Sulfat Fe 3x1 untuk anemia